Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN AR-RAZI

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Filsafat Islam”


Dosen Pengampu: MIFTAHUDIN, S.Ag, M.Ag

Oleh:
1. Rahmat Nur Fitri Ruhiyat F. (190210010)
2. Ahmad Fahrurrozu (190210019)
3. Ridwan Bagus Prakoso (190210004)

PROGAM STUDI AHWAL SYAKHSYIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL AZHAR
BANJAR
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Tidak dapat diragukan lagi bahwa ada pemikiran filsafat yang tumbuh
dalam Islam yang mempunyai banyak tokoh dan aliran, problematika dan
teori, di samping berbagai kekhususan dan keistimewaanya. 1 Salah satu dari
aliran tokoh dan aliran dalam filsafat Islam adalah Al-Razi. Al-Razi selama
abad ke 12 dan 13 saat perkembangan teologi terus meluas beliau termasuk
salah satu tokoh yang menentang literalisme dan tradisionalisme ibn Hasyim
dan ibn Taimiyah.2 Beliau juga termasuk seorang rasionalis murni yang selalu
mengkritik hasil dari pemikiran karya orang lain. Untuk lebih mengerti secara
mendalam akan dibahas pada pembahasan makalah ini.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaiamna Biografi Ar-Razi?
b. Bagaimana pemikiran filsafat Ar-Razi?
3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui biografi Ar-Razi.
b. Untuk mengetahui pemikiran filsafat dari Ar-Razi.

1
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), Cet.3,
hlm.1.
Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis (Bandung : Mizan Media
2

Utama, 2002), Cet.2, hlm.121.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Ar-Razi

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria ibn Yahya al-
Razi. Di Barat dikenal dengan Rachez. Ia lahir di Ray dekat Teheran pada 1
Sya’ban 251 H (865 M). ia hidup pada pemerintahan Dinasti Saman (204-395 H).
pada masa mudanya, ia menjadi tukang intan, penukar uang, dan sebagai pemusik
kecapi. Pendek kata, Al-Razi adalah seorang yang ulet dalam bekerja dan belajar,
karenanya tidak heran kalau ia tampak menonjol dibanding rekan-rekan
semasanya, bahkan ia sangat tenar. Di kota Ray ini ia belajar kedokteran kepada
Ali ibn Rabban al-Thabari (192-240 H/ 808-855 M), belajar filsafat kepada Al-
Balkhi, seorang yang senang mengembara, mengusai filsafat, dan ilmu-ilmu kuno.
Ia juga belajar matematika, astronomi, sastra dan kimia.3

Kemasyhuran Al-Razi sebagai seorang dokter tidak saja di Dunia Timur,


tapi juga di Barat; ia kadang-kadang dijuluki The Arabic Galen. Razi meninggal
dunia pada 5 sya’ban 313 H (27 Oktober 925) setelah menderita sakit katarak yang
dia tolak untuk diobati. Al-Razi banyak menghabiskan waktu denagn pasien dan
muridnya. Ia dikenal seorang yang pemberani dalam menentang kepercayaan islam
yang fundamental karena Al-Razi menggunakan rasional dan pendukung kaum
naturalis kuno, sehingga mendapatkan caci maki dari pengarang kemudian.

Lawan-lawan dari Al-Razi yang patut dicatat adalah (1) Abu Hatim Al-
Razi (w. 322 H/933 M), lawan paling penting mengingat kepiawaiannya

3
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Jakarta, 2002), Cet.3, hlm.24.
berdakwah dalam aliran Isma’iliyah. Perbedaan pendapatnya dengan Ar-Razi
terutama tentang agama dan kenabian ia tulis dalam buku ’Alam al-Nubuwwah.
Menurut Abu Hatim, Al-Razi lebih mengutamakan filsafat dari agama uyang
dianggapnya sebagai khufarat dan membawa kepada kebodohan dan taqlid. (2)
Abu Qasim al-Balkhi, pimpinan kaum mu’tazilah Baghdad. Perbedannya dengan
Al-Razi terutama mengenai waktu yang terdapat dalam buku al-‘ilm al-illahi, dan
(3) Ibn Tammar, yang menolak tulisan ar-Razi dalam al-Thib al-Ruhani.4

Ar-Razi adalah seorang mufassirin (ahli tafsir) dan ahli fiqh, seorang teolog
Islam dan filosof. Al-Razi, secara tidak dipertentangkan lagi, ialah filosof timur
yang pertama abad ke-6 H. ia begitu serius menggeluti filsafat, mempelajari
logika, masalah-masalah alam (kosmologi) dan metafisika. Ia berguru kepada ibnu
sina, dan mengomentari sebagian buku ibnu Sina. Ia berusaha memadukan agama
dengan filsafat, dan mencampur filsafat dengan ilmu kalam (teologi islam).5

2. Pemikiran Ar-Razi
a. Metafisika
Filsafat Ar-Razi terkenal dengan ajarannya “ Lima kekal”6 , yakni:
1) Al-Bary Ta’ala (Allah Ta’ala)
2) Al-Nafs al-Kulliyat (Jiwa Universal)
3) Al-Hayula al-Ula ( Materi Pertama)
4) Al-Makan al-Muthlaq (Tempat/Ruang absolut)
5) Al-Zaman al-Muthlaq (Masa Absolut)
Allah adalah Maha Penciptadan Pengatur seluruh alam ini. Alam
diciptakan Alloh bukan dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada. Karena
itu, alam semestinya tidak kekal, sekalipun materi pertama kekal, sekalipun

4
Ibid, hlm.25.
5
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam ,.., Cet.3, hlm.76.
6
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), Cet. 6, hlm. 121.
materi pertama kekal, sebab penciptaan di sini dalam arti disusun dari bahan
yang telah ada.
Jiwa universal merupakan al-mabda al-qadim al-tsaniy (sumber kekal
yang kedua). Padanya terdapat daya hidup dan bergerak, sulit diketahui
karena ia tanpa rupa. Tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan
al-hayyula al-ula (materi pertama), terjadilah pada zatnya rupa yang dapat
menerima fisik. Sementara itu, materi pertama tanpa fisik, Alloh datang
menolong roh dengan menciptakan alam semesta termasuk tubuh manusia
yang ditempati ruh.7
Materi pertama menurut Al-Razi adalah substansi yang kekal yang
terdiri dari atom-atom. Keabadian materi yang sedang “dalam pembentukan”,
menyaratkan adanya bukan saja materi yang mendahuluinya, tetapi juga
sebuah substatum atau materi diamana materi tindakan itu melekat. Selain
itu, konsep yang sebenarnya dari penciptaan ex nihilo tidak dapat
dipertahankan secara logis, karena jika Tuhan telah mampu menciptakan
sesuatu dari tiada, karena hal ini merupakan modus pembuatan yang paling
sederhana dan paling tepat. Tetapi karena tidak demikian halnya, maka dunia
haruslah dikatakan telah diciptakan dari materi tanpa benrtuk, yang telah
mendahuluinya sejak semula.8
Ruang absolut oleh karena materi pertama itu kekal maka
membutuhkan ruang yang sifatnya kekal juga, sebab tidak mungkin kekal itu
berada di dalam yang nisbi. Menurut Al-Razi ruang ada dua macam yaitu
ruang absolut dan ruang relatif. Ruang absolut tidak menggantungkan
wujudnya pada alam maupun benda-benda yang membutuhkan ruang.
Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda, ruang ini disebut ruang relatif.
Waktupun menurutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu waktu
absolut dan waktu yang terbatas. Waktu absolut ialah perputaran waktu,

7
Ibid, hlm. 122.
8
Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 57.
sifatnnya bergerak dan kekal. Waktu yang terbatas adalah waktu yang yang
diukur berdasarkan dan pergerakan bumi, matahari dan bintang-bintang.9
b. Akal, Wahyu dan Kenabian
Al Razi menyanggah anggapan bahwa untuk keteraturan kehidupan,
manusia memerlukan nabi. Pendapat yang kontroversial ini harus dipahami
bahwa ia adalah seorang rasioanalis murni. Akal menurutnya adalah karunia
Alloh yang terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh
manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan
tentang Tuhan. Karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan
mengekang ruang gerak akal, tetapi memberi kebebasan sepenuhnya dalam
segala hal.10
Pandangan Al-Razi yang mngkultuskan kekuatan akal tersebut
menjadikan ia tidak percaya kepada wahyu dan adanya Nabi sebagai
diutarakannya dalam bukunya Naqd al Adyan au fi al-Nubuwwah (kritik
terhadap Agama-agama atau terhadap Kenabian). Menurutnya, para Nabi
tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang yang memiliki keistimewaan
khusus, baik pikiran maupun rohani, karena semua orang itu adalah sama dan
keadilan Tuhan serta hikmah-Nya mengharuskan tidak membedakannya
antara seseorang dengan yang lainnya.11
Berkaitan dengan sanggahan terhadap wahyu dan nabi sebagai
pembawa berita eskatologis (alam keakhiratan), seperti kematian. Bagi Al-
Razi, kematian bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti, karena bila tubuh
hancur, maka ruh juga hancur. Setelah mati, tak sesuatu pun terjadi pada
manusia, karena ia tidak merasakan apa-apa lagi. Sebaiknya orang yang
menggukana nalar menghindari rasa takut mati, karena bila ia mempercayai
kehidupan lain, maka ia tentu gembira, sebab melalui mati ia pergi ke dunia
9
Ibid, hlm.60.
10
Al- Razi, Rasa’il Falsafiyyah (Beirut: Dar al- Afaq al –Jadidah, 1982), hlm. 18.
11
Ibrahim Madkur, Fi Falsafah al-Islamiyyah wa Manhaj wa Tathbiquh, Jilid I (Kairo: Dar al-
Ma’arif, 1968), hlm. 19-20.
lain yang lebih baik. Bila ia percaya bahwa tiada sesuatu pun setelah mati,
maka ia tak perlu cemas.
Al-Razi juga mengkritik kitab-kitab suci, baik Injil maupun Al-
Qur’an. Ia mengkritik yang satu dengan menggunakan yang lain. Ia menolak
mu’jizat Al-Qur’an baik segi isi maupun gaya bahasanya. Boleh jadi
pendapatnya yang ekstrim inilah menyebabkan buku-bukunya dimusnahkan.
Kendatipun demikian, Al-Razi tidak berarti seorang atheis, karena ia masih
tetap myakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebab itu
ia lebih tepat disebut seorang rasionalis murni.12
Adapun tentang pemikiran Al-Razi tentang Lima Kekal, tidak otomatis
ia menjadi zindik, apalagi bila dinilai dengan Al-Qur’an, tidak satu ayat pun
secara qath’i bertentangan dengan pemikiran tersebut. Karena itu, tidak
tertutup kemungkinan benar pemikiran Al-Razi tersebut.
c. Agama
Ar-Razi berusaha memadukan agama dengan filsafat, dan mencampur
filsafat dengan ilmu kalam (Teologi Islam). Ar-Razi adalah seorang
Asy’ariyah yang konsisten terhadap ke-Asy’ariyahan-nya, walaupun ia
cenderung kepada sebagian pandangan muktazilah dan maturidiah. Dalanm
tafsirnya yang besar dan belum sempurna ia mengkritik al-Zamakhsyari da
daklam al-kasysyaf. Ia menafsirkan ketubuhan (al-Jismiyah), berada di suatu
ruang (al-makaniyah), terjadi hal-hal temporal dengan sendirinya dari Alloh
sebaliknya, ia meneguhkan bahwa Alloh memilki sifat maha kuasa (al-
Qudrah), maha mengetahui (al-Ilmu), maha berkehendak (al-Iradah), maha
hidup (al-haya), maha berfirman (al-kalam), maha mendengar (al-sami’), dan
maha melihat (al-Basar). Ia membedakan alkalam, al nafsi dari kalam yang
dinyatakan dengan suara dan huruf. Ia mengkritik secara tajam pandangan-
pandangan yang saling bertentangan. Ia nyaris tidak berbeda pendapat dari
Al-asy’ari kecuali mengenai kekekalan. (Allah, Al-baqa) yang dalam hal ini
12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam,.., hlm 31-32.
ia memegangi pandangan al-baqillani dan imam al-Haramain. Ia juga
meneguhkan bahwa Alloh bias dilihat dengan mengutamakan dalil agama
sebagaimana yang dilakukan oleh al maturidi, sebagai ganti dalil rasional.13
d. Pandangan tentang moral
Pandangan Ar-Razi tentang moral dapat kita lihat dalam bukunya “Al
Tibb al Ruhani dan Sirat al Falasafiyah ”. menurutnya dalam hidup ini kita
jangan terlau zuhud tetapi jangan juga tamak. Menurutnya yang paling baik
adalah moderat. Artinya jangan terlalu membunuh nafsu juga jangan terlau
mengumbar nafsu. Segala sesuatu hendakya sesuai ebutuhan saja.
Untuk mencapai teujuantersebut dia membuat dua batas. Pertama batas
tertinggi, yaitu kesenangan yang hanya didapat dari jala menyakiti orang lain
atau yang bertentangan dengan rasio. Kedua batas rendah, yaitu menemukan
yang tidak merusak atau mnyebabkan penyakit dan berpakaian sekedar
menutupi tubuh.
Risalah etika Ar-Razi yang cukup terkenal, Obat Pencahar Rohani
(Spritual Physic), merupakan sebuah penjelasan yang terpercaya mengenai
ajaran Plato tentang jiwa yang memiliki tiga bagian seperti yang
dikemukakan oleh Republik, dan senam (yang ia sebut ‘obat pencahar
rohani”) disatu pihak, dan senam (yang ia sebut“obat pencahar”) di pihak
lain, untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan yang menurut ajaran
Plato merupakan tanda lurusnya moral sprtual jiwa.14

13
Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,.., Cet.3, hlm.76-77.
14
Sudarsono, Filsafat Islam,.., hlm. 56
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Ar Razi adalah seorang rasionalis murni yang lahir di Ray dekat
Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M). Ia hidup pada pemerintahan Dinasti
Saman (204-395 H). Ia banyak mengkritik hasil pemikiran orang lain ,
sehingga banyak karyanya yang dimusnahkan. Dan diantara pemikirannya
yang terkenal adalah mengenai kekekalan yang dikenal dengan sebutan
“Lima Kekal”.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Razi. 1982. Rasa’il Falsafiyyah. Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah.
Fakhry, Majid. 2002. Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis.
Bandung: Mizan Media Utama.
Madkour, Ibrahim. 2004. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
______. 1968. Fi Falsafah al-Islamiyyah wa Manhaj wa Tathbiquh. Kairo:
Dar al-Ma’arif.
Nasution, Hasyimsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Jakarta.
Sudarsono. 2010. Filsafat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Zar, Sirajuddin. 2014. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
          DAFTAR ISI

                         

Kata Pengantar

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah

2.      Rumusan Masalah

3.      Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1.     Biografi Ar-Razi

2.     Karya-karya Al-Razi

3.     Pemikiran Filsafat Al-Razi

4.     Filsafat lima kekal (Al-khomsah Al-Qudama)

5.     Roh dan Materi

6.     Akal, Kenabian, dan Wahyu

7.     Pengaruh Pemikiran Al-Razi

BAB III PENUTUP
1.     KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
                       

Anda mungkin juga menyukai