Anda di halaman 1dari 10

KONTROVERSI MASA ‘IDDAH BAGI

LAKI-LAKI DALAM PERKAWINAN

OLEH
H. ENDANG SUTIANA,M.MPd
(Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
Kankemenag Kab. Garut)
Seminar tentang Shibhul ‘Iddah
Garut, 22 September 2022
DASAR HUKUM PERKAWINAN

ُ‫آن َوالسنَّة‬
ُ ‫القُ ْر‬

ُ‫ْال ِف ْقه‬
UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan

Inpres No. 1/ 1991 tentang


KHI
ASAS PERKAWINAN MENURUT UU No. 1 Tahun 1974

■ Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga/ rumah tangga yang


Bahagia dan kekal (Bab I Pasal 1: Perkawinan adalah ikatan lahir
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
■ Sahnya perkawinan tergantung pada ketentuan hukum agama dan
kepercayaan masing-masing;
■ Asas monogami;
■ Calon suami dan isteri harus telah dewasa jiwa dan raganya;
■ Mempersulit terjadinya perceraian;
■ Hak dan kewajiaban suami isteri adalah seimbang
PERCERAIAN
BAB VIII PUTUSNYA PERKAWINAN SERTA AKIBATNYA
Pasal 38
Perkawinan dapat putus karena:
a. Kematian,
b. Perceraian dan
c. atas keputusan Pengadilan.
Pasal 39
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri
itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri.
ALASAN PERCERAIAN
(KHI Bab XVI Pasal 116)
■ Salah satu pihak berbuat zina/ menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang
sukar disembuhkan;
■ Salah satu pihak meninggalkan pihak lainselama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak laindan
tanpa alas an yang sahatau karena hal lain di luar kemampuannya;
■ Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung;
■ Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak
lain;
■ Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau isteri;
■ Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan
akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
■ Suami melanggar taklik talak;
■ Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah tangga
AKIBAT PUTUSNYA PERKAWINAN
(MASA ‘IDDAH/ WAKTU TUNGGU)
KHI BAB XVII Pasal 153

■ Talak qabla dukhul tidak ada ‘iddah


■ Ditinggal mati walaupun qabla dukhul, ‘iddahnya
130 hari
■ ‘Iddah cerai bagi yang masih haid 3x suci sekurang-
kurangnya 90 hari, dan bagi yang tidak haid 90 hari;
■ ‘Iddah bagi yang hamil adalah sampai melahirkan;
SURAT EDARAN
DIREKTUR JENDRAL PEMBINAAN KELEMBAGAAN AGAMA ISLAM DIREKTUR
PEMBINAAN BADAN PERADILAN AGAMA ISLAM
No. DIV/Ed/17/1979
tentang Masalah Poligami dalam Iddah

■ Bagi seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak raj’i dan mau
menikah lagi dengan wanita lain sebelum habis masa iddah bekas isterinya,
maka dia harus mengajukan izin poligami ke Pengadilan Agama.
■ Sebagai pertimbangan hukumnya adalah penafsiran bahwa pada hakekatnya
suami iseteri yang bercerai dengan talak raj’i adalah masih dalam ikatan
perkawinan selama belum habis masa iddahnya. Karenanya bila suami tersebut
akan nikah lagi dengan wanita lain pada hakekatnya dan segi kewajiban hukum
dan inti hukum adalah beristeri lebih dan seorang (poligami). Oleh karena itu
terhadapa kasus tersebut dapat diterapkan pasal 4 dan 5 Undang-Undang No. 1
Tahun 1974.
■ Sebagai modul pengaduan penolakan atau izin permohonan tersebut harus
dituangkan dalam bentuk penetapan pengadilan agama.
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
Nomor: P-005/DJ.III/Hk.00.7/10/2021 tentang Pernikahan dalam Masa idah Istri
Dikeluarkan di Jakarta tanggal 29 Oktober 2021
■ Pertimbangan
Hasil forum diskusi antara Dirjrn Bimas Islam Kemenag RI dengan Dirjen Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung RI tanggal 30 September 2021 menanggapi SE Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam nomor: DIV/Ed/17/1979 tanggal 10 Februari 1979 tentang Masalah Poligami dalam Idah
tidak berjalan efektif sehingga perlu dilakukan peninjauan
■ Ketentuan
1. Pencatatan pernikahan bagi laki-laki dan perempuan yang berstatus duda/ janda cerai hidup hanya
dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah resmi bercerai yang dibuktikan dengan akta cerai
dari pengadilan agama yang telah dinyatakan inkrah;
2. Ketentuan masa iddah istri akibat perceraian merupakan kesempatan bagi kedua pihak suami dan
istri untuk dapat berpikir ulang untuk membangun kembali rumah tangga yang terpisah akibat
perceraian;
3. Laki-laki bekas suami dapat melakukan pernikahan dengan perempuan lain apabila telah selesai masa
iddah bekas istrinya;
4. Apabila laki-laki bekas suami menikahi perempuan lain dalam masa iddah, sedang ia masih memiliki
kesempatan merujuk bekas istrinya, maka hal tersebut dapat berpotensi terjadinya poligami
terselubung;
5. Dalam hal bekas suami telah menikahi perempuan lain dalam masa iddah bekas istrinya itu, ia hanya
dapat merujuk bekas istrinya setelah mendapat izin poligami dari pengadilan.
COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM
■ Dasar Pemikirannya: perspektif demokrasi, pluralisme, hak asasi manusia dan kesetaraan gender dalam konteks masyarakat Indonesia;
■ Draft ini mengusulkan beberapa konsep tentang pembaruan hukum keluarga Muslim:
1. Pernikahan: bukan bentuk ibadah tetapi mu’amalat (kontrak kesepakatan);
2. Wali: bukan rukun nikah;
3. Administrasi pernikahan: rukun nikah;
4. Saksi perempuan dalam pernikahan sama dengan laki-laki;
5. Usia minimal perkawinan laki-laki dan perempuan sama yaitu 19 tahun;
6. Perkawinan untuk gadis usia 21 tahun bisa menikah tanpa izin wali;
7. Mahar bisa diberikan oleh pengantin laki-laki atau sebaliknya;
8. Hak dan kewajiaban suami steri adalah sama;
9. Kebutuhan dasar hidup adalah kewajiban suami isteri;
10. Perjanjian periode waktu perkawinan diatur sesuai dengan perjanjian;
11. Perkawinan antar agama diizinkan;
12. Poligami tidak diizinkan sama sekali;
13. ‘Iddah diterapkan untuk suami dan isteri;
14. Berkabung bukan berlaku untuk istri dan suami;
15. Nusyuz bisa berlaku bagi suami atau isteri;
16. Khulu’ sama dengan thalak
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai