OLEH
H. ENDANG SUTIANA,M.MPd
(Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
Kankemenag Kab. Garut)
Seminar tentang Shibhul ‘Iddah
Garut, 22 September 2022
DASAR HUKUM PERKAWINAN
ُآن َوالسنَّة
ُ القُ ْر
ُْال ِف ْقه
UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
■ Bagi seorang suami yang telah menceraikan isterinya dengan talak raj’i dan mau
menikah lagi dengan wanita lain sebelum habis masa iddah bekas isterinya,
maka dia harus mengajukan izin poligami ke Pengadilan Agama.
■ Sebagai pertimbangan hukumnya adalah penafsiran bahwa pada hakekatnya
suami iseteri yang bercerai dengan talak raj’i adalah masih dalam ikatan
perkawinan selama belum habis masa iddahnya. Karenanya bila suami tersebut
akan nikah lagi dengan wanita lain pada hakekatnya dan segi kewajiban hukum
dan inti hukum adalah beristeri lebih dan seorang (poligami). Oleh karena itu
terhadapa kasus tersebut dapat diterapkan pasal 4 dan 5 Undang-Undang No. 1
Tahun 1974.
■ Sebagai modul pengaduan penolakan atau izin permohonan tersebut harus
dituangkan dalam bentuk penetapan pengadilan agama.
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM
Nomor: P-005/DJ.III/Hk.00.7/10/2021 tentang Pernikahan dalam Masa idah Istri
Dikeluarkan di Jakarta tanggal 29 Oktober 2021
■ Pertimbangan
Hasil forum diskusi antara Dirjrn Bimas Islam Kemenag RI dengan Dirjen Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung RI tanggal 30 September 2021 menanggapi SE Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam nomor: DIV/Ed/17/1979 tanggal 10 Februari 1979 tentang Masalah Poligami dalam Idah
tidak berjalan efektif sehingga perlu dilakukan peninjauan
■ Ketentuan
1. Pencatatan pernikahan bagi laki-laki dan perempuan yang berstatus duda/ janda cerai hidup hanya
dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah resmi bercerai yang dibuktikan dengan akta cerai
dari pengadilan agama yang telah dinyatakan inkrah;
2. Ketentuan masa iddah istri akibat perceraian merupakan kesempatan bagi kedua pihak suami dan
istri untuk dapat berpikir ulang untuk membangun kembali rumah tangga yang terpisah akibat
perceraian;
3. Laki-laki bekas suami dapat melakukan pernikahan dengan perempuan lain apabila telah selesai masa
iddah bekas istrinya;
4. Apabila laki-laki bekas suami menikahi perempuan lain dalam masa iddah, sedang ia masih memiliki
kesempatan merujuk bekas istrinya, maka hal tersebut dapat berpotensi terjadinya poligami
terselubung;
5. Dalam hal bekas suami telah menikahi perempuan lain dalam masa iddah bekas istrinya itu, ia hanya
dapat merujuk bekas istrinya setelah mendapat izin poligami dari pengadilan.
COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM
■ Dasar Pemikirannya: perspektif demokrasi, pluralisme, hak asasi manusia dan kesetaraan gender dalam konteks masyarakat Indonesia;
■ Draft ini mengusulkan beberapa konsep tentang pembaruan hukum keluarga Muslim:
1. Pernikahan: bukan bentuk ibadah tetapi mu’amalat (kontrak kesepakatan);
2. Wali: bukan rukun nikah;
3. Administrasi pernikahan: rukun nikah;
4. Saksi perempuan dalam pernikahan sama dengan laki-laki;
5. Usia minimal perkawinan laki-laki dan perempuan sama yaitu 19 tahun;
6. Perkawinan untuk gadis usia 21 tahun bisa menikah tanpa izin wali;
7. Mahar bisa diberikan oleh pengantin laki-laki atau sebaliknya;
8. Hak dan kewajiaban suami steri adalah sama;
9. Kebutuhan dasar hidup adalah kewajiban suami isteri;
10. Perjanjian periode waktu perkawinan diatur sesuai dengan perjanjian;
11. Perkawinan antar agama diizinkan;
12. Poligami tidak diizinkan sama sekali;
13. ‘Iddah diterapkan untuk suami dan isteri;
14. Berkabung bukan berlaku untuk istri dan suami;
15. Nusyuz bisa berlaku bagi suami atau isteri;
16. Khulu’ sama dengan thalak
SEKIAN DAN TERIMA KASIH