Anda di halaman 1dari 11

Pengertian, Tujuan, Jenis, dan Komponennya

Oleh:

Memet Slamet, S.IP., MM

0
A. Pengertian Manajemen Risiko
Apa yang dimaksud dengan risiko? Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai
contoh, risiko bisa didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang
sering dipakai untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh
menyimpang dari yang diharapkan. Deviasi standar merupakan alat statistik yang bisa
digunakan untuk mengukur penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk
mengukur risiko. Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas. Sebagai contoh,
pengemudi kendaraan orang muda lebih sering mengalami kecelakaan dibandingkan dengan
orang dewasa. Probabilitas terjadinya kecelakaan untuk orang muda lebih tinggi
dibandingkan dengan untuk orang dewasa. Karena itu risiko kecelakaan untuk orang muda
lebih tinggi dibandingkan untuk orang dewasa.

Kenapa muncul suatu risiko? Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko
muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Praktis kita menghadapi banyak ketidakpastian
di dunia ini. Sebagai contoh, hari ini bisa hujan, bisa juga tidak hujan. Investasi kita
bisa mendatangkan keuntungan (harga naik), bisa juga menyebabkan kerugian (harga
turun). Kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Ketidakpastian
tersebut menyebabkan munculnya risiko. Tabel berikut ini menunjukkan tingkatan
ketidakpastian dengan karakteristiknya.

Tabel 1.1. Tingkatan Ketidakpastian

TINGKAT
KETIDAKPASTIAN KARAKTERISTIK CONTOH

TIDAK ADA (PASTI) HASIL BISA DIPREDIKSI DENGAN PASTI HUKUM ALAM

KETIDAKPASTIAN HASIL BISA DIIDENTIFIKASI DAN PERMAINAN


OBJEKTIF PROBABILITAS DIKETAHUI DADU, KARTU

KETIDAKPASTIAN HASIL BISA DIIDENTIFIKASI TAPI KEBAKARAN,


SUBJEKTIF PROBABILITAS TIDAK DIKETAHUI KECELAKAAN MOBIL,
INVESTASI

SANGAT TIDAK PASTI HASIL TIDAK BISA DIIDENTIFIKASI DAN EKSPLORASI


PROBABILITAS TIDAK DIKETAHUI ANGKASA

Apa itu manajemen risiko? Pengertian manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi,
analisis, penilaian, pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan
menghapus risiko yang tidak dapat diterima.

Dalam hal ini risiko berhubungan dengan pendekatan atau metodologi dalam menghadapi
ketidakpastian dalam bisnis. Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa
berupa ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.
1
Dalam perusahaan, manajemen risiko (risk management) adalah suatu proses perencanaan,
pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah organisasi untuk meminimalisir
resiko pendapatan perusahaan.

Manajemen Risiko Menurut Para Ahli


Beberapa ahli di bidang ilmu manajemen menjelaskan apa itu manajemen risiko, diantaranya
adalah:
1. Fahmi
Menurut Fahmi, pengertian manajemen risiko adalah bidang ilmu yang secara spesifik
membahas mengenai bagaimana organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan semua
permasalahan dengan menggunakan pendekatan manajemen secara sistematis dan
komprehensif.

2. Djojosoedarso
Menurut Djojosoedarso, manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan
masyarakat. Hal ini mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan
risiko.

4. Smith
Menurut Smith, manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan
atau proyek yang bisa mengakibatkan kerugian perusahaan (baca: Pengertian Perusahaan)
tersebut.
5. Djohanputro

Menurut Djohanputro, pengertian manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur,


memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian
penanganan risiko, yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis.

B. Tujuan Manajemen Risiko


Secara umum ada enam tujuan risk management dalam perusahaan atau badan usaha,
diantaranya adalah:
1. Melindungi Perusahaan, Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko
signifikan yang bisa menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.

2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja, Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja
manajemen risiko yang konsisten atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di
dalam sebuah perusahaan.
2
3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif, Mendorong manajemen agar bertindak proaktif
dalam mengurangi potensi risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber
keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.

4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati, Mendorong semua individu dalam perusahaan agar
bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang
diinginkan bersama.

5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan


menyediakan informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga
berguna dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses risk management secara
berkesinambungan.
6. Sosialisasi Manajemen Risiko, Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk management.

C. Jenis-Jenis Manajemen Risiko


Seiring dengan perkembangannya, manajemen risiko terbagi dalam beberapa hal; Resiko
Operasional, Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategik.
1. Manajemen Risiko Operasional
Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal,
misalnya karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam
menejemen resiko operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain manusia, proses,
sistem dan kejadian eksternal.

Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil langkah preventif atau
bahkan sanksi supaya kapasitas produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak
diinginkan terjadi.
2. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan kebangkrutan dan
kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga membahas peril. Resiko perilaku yaitu
peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam hazard yang
harus diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard dan moral hazard.
Contoh hazard legal misalnya pelanggaran atau pengabaian peraturan bisnis yang bisa
menyebabkan kebangkrutan, seperti pelanggaran SOP atau peraturan perusahaan yang akhirnya
berakibat fatal. Sementara physical hazard bisa berupa mesin yang sudah tua dan menimbulkan
resiko kerugian saat produksi.

Seperti kecelakaan pegawai karena mesin dan sebagainya. Untuk moral hazard contohnya yaitu
sikap seorang karyawan dilingkungan kerja yang menimbulkan kerugian. Misalnya karyawan
tidak jujur dan sering korupsi uang. Atau karyawan yang tidak melayani konsumen dengan baik
sehingga berakibat buruk pada perusahaan.

3
3. Manajemen Resiko Finansial

Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan perlindungan hak milik,
keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Pada prakteknya, proses pengelolaan resiko ini
meliputi identifikasi, evaluasi dan melakukan pengendalian resiko bila ditemukan hal yang
mengancam keberlangsungan organisasi.
Manajemen ini sangat penting karena ini merupakan salah satu sumber daya perusahaan.
Karena itu seorang akuntan harus benar-benar mempertimbangkan berbagai resiko lainnya
yang berhubungan dengan keuangan, seperti: Resiko likuiditas, Diskpntinuitas pasar, Resiko
kredit, Resiko regulasi, Resiko pajak, resiko akuntansi.

3. Manajemen Resiko Strategis


Manajemen ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Resiko yang biasanya muncul adalah
kondisi tak terduga yang mengurangi kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan strategi
yang direncanakan. Dalam hal ini beberapa faktor seperti resiko operasi, resiko asset
impairment, resiko kompetitif atau bahkan resiko frenchise (bila ada).

Ada beberapa komponen dan proses dalam manajemen risiko. Menurut COSO (Committee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) komponen tersebut adalah:
1. Lingkungan Internal (Internal Environment)

Komponen ini adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara umum dan
konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan
kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.

2. Penentuan Sasaran (Objective Setting)


Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengelola segala risiko. Sasaran ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

-Strategic objective; fokus pada upaya realisasi visi dan misi (baca: pengertian visi dan misi)
-Activity objective: fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi
3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)

Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial yang berpengaruh


pada strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai kejadian tak pasti tersebut bisa
memberikan dampak positif, namu bisa juga memberikan risiko.

4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian atau keadaan
dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen perlu melakukan analisis
(baca: pengertian analisis) dampak yang mungkin terjadi akibat risiko tersebut dengan dua
perspektif, yaitu:

4
-Likelihood (kecenderungan/ peluang)

-Impact/ consequnce (besaran dari realisasi risiko)


5. Tanggapan Risiko (Risk Response)

Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau respon terhadap
risiko tersebut. Respon dari manajemen ini tergantung apa risiko yang dihadapi, Respon atau
tanggapan tersebut bisa dalam bentuk:

-Menghindari risiko (avoidance)


-Mengurangi risiko (reduction)
-Memindahkan risiko (sharing)

-Menerima risiko (acceptance)


6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu memastikan bahwa
respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas ini meliputi:
-Pembuatan kebijakan dan prosedur
-Delegasi wewenang
-Pengamanan kekayaan perusahaan
-Pemisahan fungsi
-Supervisi
7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang mendapatkan
informasi tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.
Beberapa faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut diantaranya:
-Kualitas informasi
-Arah komunikasi
-Alat komunikasi
8. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan dilakukan
secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah pelaporan yang
tidak lengkap atau berlebihan.

5
D. TIPE-TIPE RISIKO

Risiko beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran, risiko kerugian,
fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Untuk memudahkan pemahaman dan
analisis terhadap risiko, kita bisa memetakan atau mengelompokkan risiko-risiko tersebut.
Salah satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko.
Bagan berikut ini menunjukkan bahwa risiko bisa dikelompokkan ke dalam dua tipe risiko:
risiko murni dan risiko spekulatif, risiko subjektif dan objektif, dan dinamis dan statis.

Risiko bisa dikelompokkan ke dalam risiko murni dan risiko spekulatif dengan penjelasan
sebagai berikut ini.

1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko di mana kemungkinan kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada. Jadi kita membicarakan potensi kerugian untuk risiko tipe
ini. Beberapa contoh risiko tipe ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya.
Contoh lain adalah risiko banjir menghantam rumah kita. Kejadian seperti itu akan merugikan
kita. Tetapi rumah berdiri di tempat tertentu tidak secara langsung akan mendatangkan
keuntungan tertentu. Jika terjadi kebakaran atau banjir, di samping individu yang terkena
dampaknya, masyarakat secara keseluruhan juga akan dirugikan. Asuransi biasanya lebih
banyak berurusan dengan risiko murni.
2. Risiko spekulatif adalah risiko di mana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga
keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh tipe
risiko ini adalah usaha bisnis. Dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, meskipun
ada potensi kerugian. Contoh lain adalah jika kita memegang (membeli) saham. Harga pasar
bisa meningkat (kita memperoleh keuntungan), bisa juga analisis kita salah, harga saham

6
bukannya meningkat, tetapi malah turun (kita memperoleh kerugian). Risiko spekulatif juga
bisa dinamakan sebagai risiko bisnis. Kerugian akibat risiko spekulatif akan merugikan
individu tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya. Misalkan suatu perusahaan
mengalami kerugian karena penjualannya turun, perusahaan lain barangkali akan memperoleh
keuntungan dari situasi tersebut. Secara total, masyarakat tidak dirugikan oleh risiko spekulatif
tersebut.

Di samping kategorisasi murni dan spekulatif, risiko juga bisa dibedakan antara risiko yang
dinamis dan yang statis.
1. Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai contoh, risiko terkena
petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini
praktis tidak berubah dari waktu ke waktu.
2. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh, perubahan kondisi
masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan jenis-jenis risiko baru. Misal, jika
masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul
karena masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan,
akan semakin besar.

Risiko juga bisa dikelompokkan ke dalam risiko subjektif dan objektif dengan
penjelasan sebagai berikut ini.
1. Risiko objektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter yang objektif.
Sebagai contoh, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan investasi di pasar modal
bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasi return saham adalah 25%
per tahun.

2. Risiko subjektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko.


Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi
rendahnya risiko tertentu. Sebagai contoh, untuk standar deviasi return pasar yang sama
sebesar 25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang
yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap risiko investasi di pasar modal
terlalu tinggi. Sementara bagi orang yang agresif, risiko investasi di pasar modal
dianggap tidak terlalu tinggi. Perhatikan bahwa kedua orang tersebut melihat pada
risiko objektif yang sama, yaitu standar deviasi return sebesar 25% per tahun.

Berikut ini contoh-contoh risiko yang biasa dihadapi oleh suatu organisasi. Risiko-
risiko tersebut dikelompokkan ke dalam risiko murni dan spekulatif.

7
Tabel 1.2.
Contoh-contoh Risiko Murni

TIPE RISIKO DEFINISI ILUSTRASI


Risiko Aset Fisik Risiko yang terjadi karena Kebakaran yang melanda gudang atau
kejadian tertentu berakibat bangunan perusahaan.
buruk (kerugian) pada aset Banjir mengakibatkan kerusakan pada
fisik organisasi. bangunan dan peralatan
Risiko karyawan Risiko karena karyawan Kecelakaan kerja mengakibatkan
organisasi mengalami karyawan cedera, kegiatan operasional
peristiwa yang merugikan perusahaan terganggu
Risiko legal Risiko kontrak tidak sesuai Terjadi perselisihan sehingga perusahaan
yang diharapkan, lain menuntut ganti rugi yang signifikan
dokumentasi yang tidak
benar

Tabel 1.3.
Contoh-Contoh Risiko Spekulatif

TIPE RISIKO DEFINISI ILUSTRASI


Risiko pasar Risiko yang terjadi dari Harga pasar saham dalam portofolio
pergerakan harga atau perusahaan mengalami penurunan, yang
volatilitas harga pasar mengakibatkan kerugian yang dialami
perusahaan.
Risiko kredit Risiko karena counter party Debitur tidak bisa membayar cicilan dan
gagal memenuhi bunga hutang, sehingga perusahaan
kewajibannya kepada mengalami kerugian.
perusahaan Piutang dagang tidak terbayar.
Risiko Likuiditas Risiko tidak bisa memenuhi Perusahaan tidak mempunyai kas untuk
kebutuhan kas, risiko tidakmembayar kewajibannya (misal melunasi
bisa menjual dengan cepat hutang).
karena ketidaklikuidan atauPerusahaan terpaksa menjual tanah
gangguan pasar dengan harga murah (di bawah standar)
karena sulit menjual tanah tersebut (tidak
likuid), padahal perusahaan
membutuhkan kas dengan cepat.
Risiko operasional Risiko kegiatan operasional Komputer perusahaan terkena virus
tidak berjalan lancar dan sehingga operasi perusahaan terganggu.
mengakibatkan kerugian: Prosedur pengendalian perusahaan tidak
kegagalan sistem, human memadai sehingga terjadi pencurian
error, pengendalian dan barang-barang yang dimiliki perusahaan.
prosedur yang kurang

8
Pembagian risiko ke dalam dua tipe, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif, barangkali
tidak sepenuhnya memuaskan. Ada beberapa jenis risiko yang barangkali bisa masuk ke
dalam risiko murni maupun spekulatif. Sebagai contoh, risiko tuntutan hukum bisa
dimasukkan ke dalam risiko murni, tetapi jika dilihat sebagai konsekuensi kegiatan bisnis,
maka risiko tersebut bisa dimasukkan ke dalam risiko spekulatif. Pembagian semacam itu
bukan ‘harga mati’. Pembagian semacam itu diharapkan memudahkan kita memahami
jenis-jenis risiko dan karakteristiknya.

9
Daftar Pustaka

Anderson, Sweeny, and Williams. (1999). Statistics for Business and


Economics, South-Western Publishing, Cincinnati.

Barton, Thomas, William G. Shenkir, Paul L. Walker. (2002). Making


Enterprise Risk Management Pay Off. New Jersey: Prentice Hall.

Boodie, Zvi and Robert C. Merton. (2000). Finance. New Jersey: Prentice Hall.

Doherty, Neil. (2000). Integrated Risk Management. New York: McGraw Hill.

Hanafi, Mamduh. (2005). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Hanafi, Mamduh. (2004). Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE.

10

Anda mungkin juga menyukai