Disusun oleh:
Kelompok 2
Ahmad Suyudi (1202030007)
Annisau Nabilah (1202030014)
Arisna Rukmana Putri (1202030018)
Segala puji syukur hanya milik Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya
kita semua masih bisa bernafas hingga detik ini untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus
menjalankan kewajiban-Nya, Tidak lupa solawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat disampaikan. Akhir kata, semoga makalah Level dan
Komponen-komponen kurikulum Bahasa Arab ini dapat bermanfaat.
Bandung, 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
1.4.1 Nasional.....................................................................................................................5
1.4.2 Institusional................................................................................................................5
1.4.3 Instruksional...............................................................................................................5
1.5.1 Tujuan........................................................................................................................6
1.5.4 Evaluasi....................................................................................................................11
1.6 Kesimpulan.....................................................................................................................14
1.7 Penutup...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi seperti sekolah, institusi, perguruan tinggi dalam tingkat
nasional maupun internasioanl pasti memiliki rancangan dan tujuan agar pelaksanaannya
terarah. Oleh karna itu kurikulum menjadi solusi untuk keberlangsungan pendidikan.
Maka, kurikulum membutuhkan suatu komponen dan dalam kurikulum itu sendiri
terdapat beberapa level dan tingkatan agar kegiatan pendidikan berjalan sesuai dengan
semestinya.1
Komponen dan level kurikulum mempunyai beberapa bagian dan tingkatan. Maka dari
itu, dalam makalah ini akan memaparkan tentang komponen serta level dalam kurikulum.
1
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 1, Cet. II, Hal 70.
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Level Kurikulum
Apa yang dimaksud dengan kurikulum (curriculum)? Secara umum, pengertian
kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan
pelajaran yang akan didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Pendapat lain mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi
dan bahan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dengan kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu
lembaga pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik
dan teratur.
Secara etimologis, istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Inggris “curriculum” yang
diadaptasi dari bahasa Yunani “curir” yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya tempat
berpacu. Awalnya istilah ini dipakai untuk olahraga atletik dengan definisi “jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Istilah tersebut kemudian diadaptasi untuk bidang pendidikan dengan
pengertian “sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang siswa dari awal hingga
akhir program untuk mendapatkan ijazah”.
Agar lebih memahami apa itu kurikulum, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa
ahli berikut ini:Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956), pengertian
kurikulum adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di ruang
kelas, di taman bermain, atau di luar sekolah.
Ada beberapa tingkatan-tingkatan dalam kurikulum pendidikan adalah: Apa yang
dimaksud dengan kurikulum (curriculum)? Secara umum, pengertian kurikulum adalah
perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan pelajaran yang akan
didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Pendapat lain
mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi dan bahan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan
kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu lembaga
pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik dan
teratur.
Secara etimologis, istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Inggris “curriculum” yang
diadaptasi dari bahasa Yunani “curir” yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya tempat
berpacu. Awalnya istilah ini dipakai untuk olahraga atletik dengan definisi “jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Istilah tersebut kemudian diadaptasi untuk bidang pendidikan dengan
pengertian “sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang siswa dari awal hingga
akhir program untuk mendapatkan ijazah”.
Agar lebih memahami apa itu kurikulum, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa
ahli berikut ini:Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956), pengertian
kurikulum adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di ruang
kelas, di taman bermain, atau di luar sekolah.
Ada beberapa tingkatan-tingkatan dalam kurikulum pendidikan adalah:
Pada tingkat nasional ini kurikulum digunakan untuk seluruh sekolah-sekolah yang ada
di Indonesia baik yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah yang terpencil. Sistem
kurikulum ini menggunakan adanya jenjang-jenjang dalam pendidikan yang akan dijalani
oleh anak didik.
Pada tingkat instutisional / lembaga ini, kurikulum hanya digunakan oleh sekolah itu
sendiri dan kurikulum itu juga dibuat oleh sekolah itu sendiri, tapi dengan berpedoman pada
kurikulum nasional dan tidak terlepas dari pada tujuan nasional. Adanya kurikulum tingkat
instutisional ini sekolah itu dapat berkembang dengan baik karena sekolahlah yang lebih tahu
tentang keadaan anak didiknya, baik itu dari segi tingkatan perkembangan siswa.
1. Segi katagori
Tujuan institusional dapat dikelompokkan menjadi tujuan institusional umum atau
khusus. Tujuan institusional umum yaitu tujuan yang menggambarkan
pengetahuan dan sikap yang bersifat umum perlu dimiliki oleh para lulusan
lembaga sekolah tersebut, misalnya:
- Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga Negara yang baik
- Sehat jasmani atau rohani, dan seterusnya
Tujuan institusional khusus merupakan jabatan dari tujuan, institusional umum
yang juga dirumuskan bersifat umum.
2. Segi yang dicakup
Cakupan aspek domain tujuan istitusional atau sekolah meliputi aspek domain
tujuan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan kepada
lulusannya setelah menyelesaikan program studi.
- Sistem / jumlah kelas dan unit waktu yang digunakan semester atau caturwulan
Dalam penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum ini ada empat cakupan yang
diperhatikan, yaitu:
1. Pelaksanaan pengajaran
2. Pengadaan penilaian
Pada pengembangan kurikulum tingkat pengajaran ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh guru sehubungan dengan pengembangan kurikulum tingkat
pengajaran, yaitu:
Pada tingkat bidang studi / mata pelajaran ini, kurikulum digunakan untuk mata
pelajaran, kurikulum mata pelajaran, kurikulum ini dibuat oleh guru mata pelajaran itu sendiri
yang tidak terlepas dari tujuan instutisional dan nasional dalam pendidikan, tujuan kurikulum
ini agar dalam pembelajaran itu efektif dan berjalan dengan baik.
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam upaya memilih topik ( konsep pokok
atau sub pokok bahasan, antara lain:
- Mengidentifikasi topic-topik yang diperkirakan dapat dijadikan bahan untuk
dipelajari murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
- Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional, efektif dan konprehensif bagi
pencapaian tujuan yang telah di identifikasi
a. Menurut (S. Nasution, 1987) Tujuan memberikan pegangan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan merupakan patokan untuk
mengetahui sampai di mana tujuan itu telah dicapai.
b. Menurut (Nana Syaodih, 1988) Tujuan sangat memegang peranan penting,
akan mewarnai keseluruhan komponen-komponen lainnya dan akan
mengarahkan semua kegiatan mengajar .
c. Menurut (Hamid Hasan, 1990) Tujuan kurikulum yang dirumuskan
menggambarkan pula pandangan para pengembang kurikulum mengenai
pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang ingin dikembangkan.
Tujuan yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/ konten, strategi serta media pendidikan, serta penilaian. terlebih lagi dalam
bermacam model pengembangan kurikulum, tujuan ini dianggap selaku dasar, arah,
serta patokan dalam memastikan komponen- komponen yang lain.
a. Tujuan kurikulum wajib menunjukkan hasil belajar yang khusus serta bisa
diamati.
b. Tujuan wajib konsisten dengan tujuan kurikulum, maksudnya tujuan- tujuan
khusus itu bisa mewujudkan serta sejalan dengan tujuan yang lebih universal.
c. Tujuan wajib ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga bisa memberi
cerminan yang jelas untuk para pelaksana kurikulum.
d. Tujuan wajib memperlihatkan kelayakan, maksudnya bahwa tujuan itu tidaklah
sesuatu standar yang absolut melainkan mesti sanggup disesuaikan dengan
suasana.
e. Tujuan wajib fungsional, maksudnya tujuan itu menampilkan nilai guna bagi para
peserta didik serta publik.
f. Tujuan wajib signifikan dalam arti bahwa tujuan itu diseleksi berlandaskan nilai
yang diakui kepentingannya.
g. Tujuan wajib tepat dan serasi, paling utama harus dilihat dari kepentingan serta
keahlian peserta didik termasuk latar belakang, atensi, serta tingkatan
perkembangannya.
Sementara itu, Hyman( Zais, 1976) mendefinisikan isi ataupun konten kurikulum
ke dalam 3 elemen, ialah pengetahuan( misalnya fakta- fakta, eksplanasi, prinsip-
prinsip, serta definisi), keterampilan serta proses( misalnya membaca, menulis,
menghitung, berpikir kritis, pengambilan keputusan, berinteraksi), dan juga nilai/
values( misalnya kepercayaan tentang baik- buruk, benar- salah, indah- jelek).
Nana Sudjana( 1988) mengatakan secara umum sifat bahan/ isi ke dalam
sebagian jenis, ialah fakta, konsep, prinsip, serta keterampilan. Fakta merupakan sifat
dari sesuatu indikasi, kejadian, benda, yang bentuknya bisa ditangkap oleh pancaindra
manusia serta bisa dipelajari lewat informasi dalam wujud lambang, kata- kata, serta
istilah- istilah.
Dalam menentukan modul, ada banyak perihal( pengetahuan, keterampilan, serta
nilai) yang perlu diberikan kepada peserta didik, akan tetapi tidak bisa jadi seluruhnya
dijadikan sebagai isi ataupun materi kurikulum pendidikan. Oleh sebab itu, perlu
diadakan pilihan- pilihan(choices). Karna banyaknya pilihan- pilihan tersebut,
dikatakan kalau kurikulum itu pada hakikatnya merupakan“ is a matter of
choices”( Nasution, 1987). Guna memastikan isi/ bahan mana yang sangat esensial
dijadikan sebagai isi kurikulum tersebut, dibutuhkan bermacam kriteria. Berikut ini
beberapa kriteria menurut 3 orang pakar kurikulum.
Zais( 1976) memastikan 4 kriteria dalam melaksanakan pemilihan isi/ modul
kurikulum, ialah sebagai berikut.
a. Kriteria signifikansi(significance) bahwa isi kurikulum harus mempunyai
tingkatan kebermaknaan yang tinggi.
b. Kriteria kegunaan(utility) bahwa isi kurikulum wajib bernilai guna untuk
kehidupan.
c. Kriteria atensi(interest) kalau kurikulum wajib cocok dengan atensi siswa.
d. Kriteria pengembangan manusia( human development) bahwa kurikulum wajib
sesuai dengan perkembangan individu.
Dalam mengkaji isi materi dari kurikulum, kerap kali dihadapkan pada
permasalahan ataupun hambatan scope serta sequence. Scope merupakan ruang
lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk menyatakan keluasan serta kedalaman
bahan, sebaliknya sequence menyangkut urutan isi kurikulum.
Bagi S. Nasution( 1987), pengurutan bahan kurikulum tersebut bisa dilakukan
dengan metode sebagai berikut.
a. Urutan secara kronologis, ialah menurut terjadinya sesuatu peristiwa
b. Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
c. Urutan bahan dari simpel mengarah ke yang lebih kompleks
d. Urutan bahan dari gampang mengarah ke yang lebih sulit
e. Urutan bahan dari spesifik mengarah yang lebih umum
f. Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yakni dari bagian- bagian kepada
keseluruhan
g. Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yakni dari keseluruhan mengarah
bagian- bagian.
1.5.3 Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan metode, langkah ataupun proses yang digunakan dalam
melaksanakan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut berbentuk selamanya,
berkembang serta berkepanjangan. Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam
studi tentang kurikulum.
Bruce Joyce serta Marsha Weil( 1980) dengan bukunya yang terkemuka
Models of Teaching, dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum,
mengemukakan 4 kelompok ataupun rumpun model, yakni model pemrosesan
informasi, model personal, model interaksi sosial, serta model tingkah laku.
Dari tiap strategi, pendekatan, serta model yang dikemukakan oleh para pakar
di atas bisa disimpulkan ke dalam dua strategi, yakni di satu pihak terdapat strategi
yang berorientasi kepada guru serta strategi yang berorientasi kepada siswa. Strategi
awal artinya bahwa titik berat aktivitas banyak berpusat pada guru( biasa disebut
model ekspositori ataupun model informasi), sebaliknya pada strategi kedua, titik
berat kegiatan pembelajaran terdapat pada para siswa sehingga mereka lebih aktif
melaksanakan kegiatan belajar( biasa disebut model inkuiri ataupun problem solving).
Strategi mana yang digunakan ataupun dipilih lazimnya diserahkan sepenuhnya
kepada guru dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat bahan ataupun isi, serta
kesesuaian dengan tingkatan perkembangan siswa.
1.5.4 Evaluasi
Evaluasi berarti penilaian ataupun pengukuran. Pengukuran pada dasarnya
ialah aktivitas penentuan angka untuk suatu objek secara sistematik. Penentuan angka
ini ialah usaha guna menggambarkan hasil karakteristik suatu objek.2
2
Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta: Nuha Medika, 2012).
yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan tidaklah suatu kegiatan
dievaluasi. Statment tersebut merupakan rangkuman dari berbagai komentar para
pakar evaluasi, seperti Scriven, Stake, Weiss, Pophan, Patton, Guba, Cronbach, serta
banyak lagi yang lainnya. sesudah itu dirumuskan penafsiran evaluasi itu sebagai
suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai serta makna dari sesuatu yang
dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berbentuk orang,
benda, kegiatan, kondisi, ataupun suatu kesatuan tertentu. Pemberian pertimbangan
tersebut haruslah berdasarkan kriteria tertentu, baik dari evaluasi itu sendiri ataupun
dari luar. Dari penafsiran tersebut, evaluasi lebih dianggap selaku suatu proses, bukan
suatu hasil.
Ronald C. Doll( 1974) mengemukakan dua dimensi yang wajib ada dalam
evaluasi, ialah ukuran kuantitas serta ukuran mutu. Ukuran awal berhubungan dengan
berapa banyak program- program yang dievaluasi, sebaliknya ukuran kedua
berhubungan dengan tujuan- tujuan apa saja yang disoroti dalam penilaian serta
gimana mutu dari pencapaian tujuan- tujuan tersebut.
Ada beberapa komponen ataupun dimensi yang perlu dijadikan target ataupun
lingkup evaluasi. Nana Sudjana serta R. Ibrahim( 1989) dalam perihal ini
mengemukakan 3 komponen, yaitu komponen program pendidikan, komponen proses
penerapan, serta komponen hasil- hasil yang dicapai. Suatu program pendidikan
dinilai dari tujuan yang ingin dicapai, isi program yang disajikan, strategi belajar
mengajar yang diterapkan, dan bahan- bahan ajar yang digunakan. Proses pelaksanaan
yang dijadikan target penilaian/ evaluasi terutama proses belajar mengajar yang
berlangsung di lapangan, sedangkan hasil- hasil yang dicapai mengacu pada
pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.3
3
Drs. Asep herry hernawan, M.Pd. “Komponen-komponen kurikulum”, hal 16.
BAB III
PENUTUP
1.6 Kesimpulan
Isi kurikulum itu meliputi fakta- fakta, observasi, informasi, persepsi, penginderaan,
pemecahan permasalahan, yang berasal dari benak manusia serta pengalamannya yang diatur
serta diorganisasi dalam wujud gagasan, konsep, generalisasi, prinsip- prinsip, serta
pemecahan permasalahan. Fakta merupakan sifat dari sesuatu indikasi, kejadian, benda, yang
bentuknya bisa ditangkap oleh pancaindra manusia serta bisa dipelajari lewat informasi
dalam wujud lambang, kata- kata, serta istilah- istilah. Dalam menentukan modul, ada banyak
perihal yang perlu diberikan kepada peserta didik, akan tetapi tidak bisa jadi seluruhnya
dijadikan sebagai isi ataupun materi kurikulum pendidikan. Guna memastikan isi/ bahan
mana yang sangat esensial dijadikan sebagai isi kurikulum tersebut, dibutuhkan bermacam
kriteria.
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 1, Cet. II.