Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Level dan Komponen-Komponen Kurikulum Bahasa Arab

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum Bahasa Arab

Dosen Pengampu: Dr. Isop Syafe’i, M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 2
Ahmad Suyudi (1202030007)
Annisau Nabilah (1202030014)
Arisna Rukmana Putri (1202030018)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya milik Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya
kita semua masih bisa bernafas hingga detik ini untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus
menjalankan kewajiban-Nya, Tidak lupa solawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Level dan Komponen-Komponen Kurikulum Bahasa


Arab” Alhamdulillaah dapat diselesaikan. Penulis berharap makalah tentang Perencanaan
Pengalaman Belajar ini dapat bermanfaat. Selain itu, penulis juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema Pendidikan ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Penulis menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, penulis memohon maaf.

Demikian yang dapat disampaikan. Akhir kata, semoga makalah Level dan
Komponen-komponen kurikulum Bahasa Arab ini dapat bermanfaat.

Bandung, 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

1.4 Level Kurikulum..............................................................................................................5

1.4.1 Nasional.....................................................................................................................5

1.4.2 Institusional................................................................................................................5

1.4.3 Instruksional...............................................................................................................5

1.5 Komponen-komponen Kurikulum....................................................................................5

1.5.1 Tujuan........................................................................................................................6

1.5.2 Isi Materi Kurikulum.................................................................................................8

1.5.3 Strategi Pembelajaran..............................................................................................10

1.5.4 Evaluasi....................................................................................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................14

1.6 Kesimpulan.....................................................................................................................14

1.7 Penutup...........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi seperti sekolah, institusi, perguruan tinggi dalam tingkat
nasional maupun internasioanl pasti memiliki rancangan dan tujuan agar pelaksanaannya
terarah. Oleh karna itu kurikulum menjadi solusi untuk keberlangsungan pendidikan.

Peranan kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia sangat


penting. maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami
konsep dasar dari kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri
dari beberapa level dan komponen-komponen. Kurikulum tersusun dari seperangkat
komponen yang saling berkaitan dan bertimbal balik dan level-level dalam kurikulum itu
sendiri.

Maka, kurikulum membutuhkan suatu komponen dan dalam kurikulum itu sendiri
terdapat beberapa level dan tingkatan agar kegiatan pendidikan berjalan sesuai dengan
semestinya.1

Komponen dan level kurikulum mempunyai beberapa bagian dan tingkatan. Maka dari
itu, dalam makalah ini akan memaparkan tentang komponen serta level dalam kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Macam -macam level dalam kurikulum


2. Pengertian komponen menurut para ahli
3. Apa saja komponen-komponen kurikulum

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah yang penyusun
dapat simpulkan yakni :

1. Mengetahui level-level dalam kurikulum


2. Memahami dan mengetahui pengertian komponen menurut para ahli
3. Mengetahui bagian komponen-komponen pada kurikulum

1
Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 1, Cet. II, Hal 70.
BAB II

PEMBAHASAN
1.4 Level Kurikulum
Apa yang dimaksud dengan kurikulum (curriculum)? Secara umum, pengertian
kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan
pelajaran yang akan didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Pendapat lain mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi
dan bahan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dengan kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu
lembaga pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik
dan teratur.
Secara etimologis, istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Inggris “curriculum” yang
diadaptasi dari bahasa Yunani “curir” yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya tempat
berpacu. Awalnya istilah ini dipakai untuk olahraga atletik dengan definisi “jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Istilah tersebut kemudian diadaptasi untuk bidang pendidikan dengan
pengertian “sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang siswa dari awal hingga
akhir program untuk mendapatkan ijazah”.
Agar lebih memahami apa itu kurikulum, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa
ahli berikut ini:Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956), pengertian
kurikulum adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di ruang
kelas, di taman bermain, atau di luar sekolah.
Ada beberapa tingkatan-tingkatan dalam kurikulum pendidikan adalah: Apa yang
dimaksud dengan kurikulum (curriculum)? Secara umum, pengertian kurikulum adalah
perangkat mata pelajaran yang terdiri dari program studi yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan, dimana di dalamnya terdapat rancangan pelajaran yang akan
didapatkan oleh peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Pendapat lain
mengatakan definisi kurikulum adalah suatu sistem rencana dan pengaturan isi dan bahan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan
kata lain, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang terdapat pada suatu lembaga
pendidikan untuk mengarahkan proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik dan
teratur.
Secara etimologis, istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Inggris “curriculum” yang
diadaptasi dari bahasa Yunani “curir” yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya tempat
berpacu. Awalnya istilah ini dipakai untuk olahraga atletik dengan definisi “jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan”. Istilah tersebut kemudian diadaptasi untuk bidang pendidikan dengan
pengertian “sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang siswa dari awal hingga
akhir program untuk mendapatkan ijazah”.
Agar lebih memahami apa itu kurikulum, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa
ahli berikut ini:Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956), pengertian
kurikulum adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di ruang
kelas, di taman bermain, atau di luar sekolah.
Ada beberapa tingkatan-tingkatan dalam kurikulum pendidikan adalah:

1.4.1 Kurikulum Tingkat Nasional

Pada tingkat nasional ini kurikulum digunakan untuk seluruh sekolah-sekolah yang ada
di Indonesia baik yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah yang terpencil. Sistem
kurikulum ini menggunakan adanya jenjang-jenjang dalam pendidikan yang akan dijalani
oleh anak didik.

Pengembangan kurikulum tingkat nasional Pada tingkatan ini pengembangan


kurikulum dibahas dalam lingkup nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar
sekolah, baik secara vertical maupun secara horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan
pendidikan nasional.

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah


melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur
pembelajaran diluar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak berjenjang dan
berkesinambungan.

Secara vertikal berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum antara berbagai


jenjang pendidikan (pendidikan dasar menengah dan pendidikan tinggi , sedangkan secara
horizontal berkaitan dengan keselarasan antar berbagai jenis pendidikan dengan berbagai
jenjang.Pengembangan kurikulum tingkat nasional ini dilakukan dalam rangka
mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan,
terutama pada jalur pendidikan sekolah.

1.4.2 Kurikulum Tingkat Instutisional / Lembaga

Pada tingkat instutisional / lembaga ini, kurikulum hanya digunakan oleh sekolah itu
sendiri dan kurikulum itu juga dibuat oleh sekolah itu sendiri, tapi dengan berpedoman pada
kurikulum nasional dan tidak terlepas dari pada tujuan nasional. Adanya kurikulum tingkat
instutisional ini sekolah itu dapat berkembang dengan baik karena sekolahlah yang lebih tahu
tentang keadaan anak didiknya, baik itu dari segi tingkatan perkembangan siswa.

Pengembangan kurikulum tingkat institusional / lembaga, kegiatan dalam


pengembangan kurikulum tingkat lembaga ini harus diketahui, yaitu:

a. Perumusan tujuan institusional

Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam merumuskan tujuan internasional


sekurang-kurangnya ada 3 sumber yang penting, yaitu tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, pandangan atau harapan
masyarakat dan dunia pekerjaan, harapan lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Ciri-ciri tujuan institusional dapat dikaji melalui tiga segi:

1. Segi katagori
Tujuan institusional dapat dikelompokkan menjadi tujuan institusional umum atau
khusus. Tujuan institusional umum yaitu tujuan yang menggambarkan
pengetahuan dan sikap yang bersifat umum perlu dimiliki oleh para lulusan
lembaga sekolah tersebut, misalnya:
- Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga Negara yang baik
- Sehat jasmani atau rohani, dan seterusnya
Tujuan institusional khusus merupakan jabatan dari tujuan, institusional umum
yang juga dirumuskan bersifat umum.
2. Segi yang dicakup

Cakupan aspek domain tujuan istitusional atau sekolah meliputi aspek domain
tujuan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan kepada
lulusannya setelah menyelesaikan program studi.

3. Segi tingkat ke khususan


b. Penetapan isi dan struktur program

Struktur program yang memiliki pemantapan:

- Jenis-jenis pendidikan (umum, akademis, keterampilan, dan lain-lain )

- Sistem / jumlah kelas dan unit waktu yang digunakan semester atau caturwulan

- Jumlah bidang studi yang diajarkan dalam setiap harinya.

- Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perhari.

c. Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum

Dalam penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum ini ada empat cakupan yang
diperhatikan, yaitu:

1. Pelaksanaan pengajaran

2. Pengadaan penilaian

3. Pengadaan bimbingan dan penyuluhan

4. Pelaksanaan administrasi dan supervisi

Dari rumusan hasil pengembangan tingkat institusional atau kelembagaan tersebut,


kemudian oleh guru dijabarkan kembali secara lebih terinci karenanya pada tingkat
pengembangan kurikulum yang paling rendah pun, yaitu tingkat pengajaran guru
selalu mengawalinya dengan merumuskan tujuan yang telah konkrit atau jelas. Tujuan
yang konkrit dan jelas mencakup jenis kemampuan dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan setelah siswa mengikuti proses belajar-mengajar.

Pada pengembangan kurikulum tingkat pengajaran ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh guru sehubungan dengan pengembangan kurikulum tingkat
pengajaran, yaitu:

1. Menganalisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam kurikulum

2. Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan

3. Merumuskan bahan yang sesuai dengan isi kurikulum


4. Merumuskan bentuk kegiatan belajar-mengajar yang dapat member pengalaman
belajar kepada murid

5. Melaksanakan apa yang telah diprogramkan

Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi / mata pelajaran

1.4.3 Kurikulum Tingkat Intruksional

Pada tingkat bidang studi / mata pelajaran ini, kurikulum digunakan untuk mata
pelajaran, kurikulum mata pelajaran, kurikulum ini dibuat oleh guru mata pelajaran itu sendiri
yang tidak terlepas dari tujuan instutisional dan nasional dalam pendidikan, tujuan kurikulum
ini agar dalam pembelajaran itu efektif dan berjalan dengan baik.

Pengembangan pada tingkat intruksional atau mata pelajaran. Dimaksudkan agar


setiap bidang studi atau mata pelajaran secara efektifitas dan konsisten dapat menunjang
tujuan kelembagaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan setiap program studi


ini, meliputi:

a. Merumuskan tujuan kurikulum

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah rumusan tujuan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap yang diharapkan dimiliki para murid pada bidang studi
tertentu, setelah mereka menyelesaikan keseluruhan program pada seluruh lembaga
pendidikan tertentu.

b. Merumuskan tujuan pengajaran

Yang dimaksud dengan tujuan pengajaran adalah rumusan tujuan pengetahuan,


keterampilan dan sikap yang merupakan jabaran tujuan kurikulum dan sebagai dasar
untuk menetapkan bahan pengajaran dalam setiap bidang studi .

c. Menetapkan pokok bahasan / sub pokok bahasan

Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam upaya memilih topik ( konsep pokok
atau sub pokok bahasan, antara lain:
- Mengidentifikasi topic-topik yang diperkirakan dapat dijadikan bahan untuk
dipelajari murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

- Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional, efektif dan konprehensif bagi
pencapaian tujuan yang telah di identifikasi

d. Menyusun pedoman khusus

1.5 Komponen-komponen Kurikulum


A. Komponen kurikulum menurut para ahli

Achasius Kaber (1988) menggambarkan hubungan antar komponen dalam


pengembangan kurikulum tersebut dalam suatu siklus yaitu, tujuan, bahan, kegiatan dan
evaluasi.

S. Nasution (1987), salah seorang pakar kurikulum Indonesia, memaparkan proses


pengembangan kurikulum yang dimulai dari perumusan tujuan kurikulum, diikuti oleh
penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, dan alat
penilaiannya.

Menurut S. Nasution, dalam praktik biasanya semua unsur tersebut dipertimbangkan


tanpa urutan yang pasti, misalnya ada yang menganjurkan agar segera setelah dirumuskan
tujuan disusun alat evaluasinya, kemudian bahan dan proses belajar mengajarnya atau ada
pula yang mulai dengan melihat bahan yang akan dipelajari dengan berpedoman pada
buku sumber, sesudah itu baru ditentukan tujuan yang akan dicapai berdasarkan bahan
tersebut, akhirnya dipikirkan proses belajar mengajar dan cara penilaiannya. Jadi, dalam
proses pengembangannya tampaknya ada proses interaksi menuju perpaduan dan
penyempurnaan.

Robert S. Zais (1976) menyebut aspek-aspek atau komponen-komponen yang terdapat


dalam pengembangan kurikulum dengan istilah anatomi kurikulum yang terdiri dari
komponen tujuan (aims, goals, dan objectives), isi (content), aktivitas belajar (learning
activities), dan evaluasi (evaluation).

Langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh ketiga ahli kurikulum di atas


menggambarkan komponen-komponen utama yang harus dikembangkan dalam setiap
kegiatan pengembangan kurikulum. Aspek atau komponen tersebut adalah :
1.5.1 Tujuan
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, peran tujuan sangatlah
menentukan. Ivor K. Davies (dalam Hamid Hasan, 1990) mengemukakan bahwa
tujuan dalam suatu kurikulum akan menggambarkan kualitas manusia yang
diharapkan terbina dari suatu proses pendidikan. Dengan demikian, suatu tujuan
memberikan petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari suatu
kurikulum yang sifatnya harus merupakan sesuatu yang final.

Adapun pendapat tokoh lain :

a. Menurut (S. Nasution, 1987) Tujuan memberikan pegangan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan merupakan patokan untuk
mengetahui sampai di mana tujuan itu telah dicapai.
b. Menurut (Nana Syaodih, 1988) Tujuan sangat memegang peranan penting,
akan mewarnai keseluruhan komponen-komponen lainnya dan akan
mengarahkan semua kegiatan mengajar .
c. Menurut (Hamid Hasan, 1990) Tujuan kurikulum yang dirumuskan
menggambarkan pula pandangan para pengembang kurikulum mengenai
pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang ingin dikembangkan.

Tujuan yang jelas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/ konten, strategi serta media pendidikan, serta penilaian. terlebih lagi dalam
bermacam model pengembangan kurikulum, tujuan ini dianggap selaku dasar, arah,
serta patokan dalam memastikan komponen- komponen yang lain.

Di Indonesia, semenjak pasca kemerdekaan, tujuan universal pendidikan maupun


tujuan pendidikan nasional diresmikan dalam keputusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat( MPR) mengenai Garis- garis Besar Haluan Negeri( GBHN) serta undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional. Tujuan universal tersebut bisa dicapai
lewat tujuan- tujuan yang terdapat di bawahnya yang berperan sebagai tujuan
perantara( intermediate goals).

Tujuan Pembelajaran Nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai secara


nasional yang dilandasi oleh falsafah negeri. Tujuan Institusional merupakan tujuan
yang diharapkan dicapai oleh sesuatu lembaga pendidikan. Tujuan Kurikuler
merupakan penjabaran dari tujuan institusional yang berisi program- program
pendidikan yang menjadi target suatu mata pelajaran. Tujuan Instruksional ialah
tujuan tingkatan dasar yang wajib dicapai setelah suatu proses pendidikan.

Pratt( dalam A. Kaber, 1988) mengemukakan 7 kriteria yang wajib dipenuhi


dalam merumuskan tujuan kurikulum, ialah sebagai berikut:

a. Tujuan kurikulum wajib menunjukkan hasil belajar yang khusus serta bisa
diamati.
b. Tujuan wajib konsisten dengan tujuan kurikulum, maksudnya tujuan- tujuan
khusus itu bisa mewujudkan serta sejalan dengan tujuan yang lebih universal.
c. Tujuan wajib ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga bisa memberi
cerminan yang jelas untuk para pelaksana kurikulum.
d. Tujuan wajib memperlihatkan kelayakan, maksudnya bahwa tujuan itu tidaklah
sesuatu standar yang absolut melainkan mesti sanggup disesuaikan dengan
suasana.
e. Tujuan wajib fungsional, maksudnya tujuan itu menampilkan nilai guna bagi para
peserta didik serta publik.
f. Tujuan wajib signifikan dalam arti bahwa tujuan itu diseleksi berlandaskan nilai
yang diakui kepentingannya.
g. Tujuan wajib tepat dan serasi, paling utama harus dilihat dari kepentingan serta
keahlian peserta didik termasuk latar belakang, atensi, serta tingkatan
perkembangannya.

1.5.2 Isi Materi Kurikulum


Saylor serta Alexander( Zais, 1976) mengemukakan jika isi kurikulum itu
meliputi fakta- fakta, observasi, informasi, persepsi, penginderaan, pemecahan
permasalahan, yang berasal dari benak manusia serta pengalamannya yang diatur
serta diorganisasi dalam wujud gagasan( ideas), konsep( concept),
generalisasi(generalization), prinsip- prinsip( principles), serta pemecahan
permasalahan( solution).

Sementara itu, Hyman( Zais, 1976) mendefinisikan isi ataupun konten kurikulum
ke dalam 3 elemen, ialah pengetahuan( misalnya fakta- fakta, eksplanasi, prinsip-
prinsip, serta definisi), keterampilan serta proses( misalnya membaca, menulis,
menghitung, berpikir kritis, pengambilan keputusan, berinteraksi), dan juga nilai/
values( misalnya kepercayaan tentang baik- buruk, benar- salah, indah- jelek).
Nana Sudjana( 1988) mengatakan secara umum sifat bahan/ isi ke dalam
sebagian jenis, ialah fakta, konsep, prinsip, serta keterampilan. Fakta merupakan sifat
dari sesuatu indikasi, kejadian, benda, yang bentuknya bisa ditangkap oleh pancaindra
manusia serta bisa dipelajari lewat informasi dalam wujud lambang, kata- kata, serta
istilah- istilah.
Dalam menentukan modul, ada banyak perihal( pengetahuan, keterampilan, serta
nilai) yang perlu diberikan kepada peserta didik, akan tetapi tidak bisa jadi seluruhnya
dijadikan sebagai isi ataupun materi kurikulum pendidikan. Oleh sebab itu, perlu
diadakan pilihan- pilihan(choices). Karna banyaknya pilihan- pilihan tersebut,
dikatakan kalau kurikulum itu pada hakikatnya merupakan“ is a matter of
choices”( Nasution, 1987). Guna memastikan isi/ bahan mana yang sangat esensial
dijadikan sebagai isi kurikulum tersebut, dibutuhkan bermacam kriteria. Berikut ini
beberapa kriteria menurut 3 orang pakar kurikulum.
Zais( 1976) memastikan 4 kriteria dalam melaksanakan pemilihan isi/ modul
kurikulum, ialah sebagai berikut.
a. Kriteria signifikansi(significance) bahwa isi kurikulum harus mempunyai
tingkatan kebermaknaan yang tinggi.
b. Kriteria kegunaan(utility) bahwa isi kurikulum wajib bernilai guna untuk
kehidupan.
c. Kriteria atensi(interest) kalau kurikulum wajib cocok dengan atensi siswa.
d. Kriteria pengembangan manusia( human development) bahwa kurikulum wajib
sesuai dengan perkembangan individu.

Ronald C. Doll( 1974) pula mengemukakan beberapa kriteria pemilihan isi


kurikulum sebagai berikut.
a. Validitas serta signifikansi bahan(subject matter) sebagai disiplin ilmu
b. Keseimbangan yang pas dari ruang lingkup bahan(scope) serta
kedalamannya(depth)
c. Kesesuaian dengan kebutuhan serta minat siswa
d. Daya tahan(durability) bahan
e. Hubungan logis bahan antara ide pokok(main ideas) serta konsep dasar(basic
concept)
f. Kepiawaian siswa menekuni bahan tersebut
g. Kemungkinan memaparkan bahan itu dengan data dari disiplin ilmu lain

Hilda Taba menetapkan kriteria dalam melaksanakan pemilihan isi/ modul


kurikulum sebagai berikut.
a. Isi kurikulum wajib valid( sahih) serta signifikan.
b. Isi kurikulum berpegang kepada kenyataan- kenyataan sosial.
c. Kedalaman serta keluasan isi kurikulum harus balance.
d. Isi kurikulum menjangkau tujuan yang luas, meliputi pengetahuan, kepiawaian,
serta sikap.
e. Isi kurikulum mesti sanggup dipelajari serta disesuaikan dengan pengalaman
siswa.
f. Isi kurikulum harus bisa memenuhi kebutuhan serta menarik minat siswa.

Dalam mengkaji isi materi dari kurikulum, kerap kali dihadapkan pada
permasalahan ataupun hambatan scope serta sequence. Scope merupakan ruang
lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk menyatakan keluasan serta kedalaman
bahan, sebaliknya sequence menyangkut urutan isi kurikulum.
Bagi S. Nasution( 1987), pengurutan bahan kurikulum tersebut bisa dilakukan
dengan metode sebagai berikut.
a. Urutan secara kronologis, ialah menurut terjadinya sesuatu peristiwa
b. Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
c. Urutan bahan dari simpel mengarah ke yang lebih kompleks
d. Urutan bahan dari gampang mengarah ke yang lebih sulit
e. Urutan bahan dari spesifik mengarah yang lebih umum
f. Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yakni dari bagian- bagian kepada
keseluruhan
g. Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yakni dari keseluruhan mengarah
bagian- bagian.
1.5.3 Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan metode, langkah ataupun proses yang digunakan dalam
melaksanakan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut berbentuk selamanya,
berkembang serta berkepanjangan. Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam
studi tentang kurikulum.

Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan permasalahan metode ataupun


sistem penyampaian isi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah
dirumuskan.

Nana Sudjana( 1988) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pada


hakikatnya merupakan aksi nyata dari guru ataupun praktik guru melakukan
pengajaran melalui metode tertentu yang dinilai lebih efisien serta lebih efektif.
strategi ini berhubungan dengan politik ataupun taktik yang digunakan guru dalam
melaksanakan kurikulum secara sistemik. Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar
siswa banyak dipengaruhi oleh strategi ataupun pendekatan mengajar yang digunakan.

Richard Anderson( 1959) mengemukakan 2 pendekatan, yakni pendekatan


yang berorientasi pada guru, di mana kegiatan guru dalam suatu proses pembelajaran
lebih dominan dibanding siswa. Pendekatan ini disebut teacher centered. Pendekatan
kedua lebih berorientasi pada siswa. Pendekatan ini disebut student center di mana
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran lebih dominan dibanding guru.

Bruce Joyce serta Marsha Weil( 1980) dengan bukunya yang terkemuka
Models of Teaching, dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum,
mengemukakan 4 kelompok ataupun rumpun model, yakni model pemrosesan
informasi, model personal, model interaksi sosial, serta model tingkah laku.

Dari tiap strategi, pendekatan, serta model yang dikemukakan oleh para pakar
di atas bisa disimpulkan ke dalam dua strategi, yakni di satu pihak terdapat strategi
yang berorientasi kepada guru serta strategi yang berorientasi kepada siswa. Strategi
awal artinya bahwa titik berat aktivitas banyak berpusat pada guru( biasa disebut
model ekspositori ataupun model informasi), sebaliknya pada strategi kedua, titik
berat kegiatan pembelajaran terdapat pada para siswa sehingga mereka lebih aktif
melaksanakan kegiatan belajar( biasa disebut model inkuiri ataupun problem solving).
Strategi mana yang digunakan ataupun dipilih lazimnya diserahkan sepenuhnya
kepada guru dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, sifat bahan ataupun isi, serta
kesesuaian dengan tingkatan perkembangan siswa.
1.5.4 Evaluasi
Evaluasi berarti penilaian ataupun pengukuran. Pengukuran pada dasarnya
ialah aktivitas penentuan angka untuk suatu objek secara sistematik. Penentuan angka
ini ialah usaha guna menggambarkan hasil karakteristik suatu objek.2

Komponen penilaian ini diperuntukan untuk memperkirakan pencapaian


tujuan- tujuan yang sudah ditentukan, dan memperhitungkan proses implementasi
kurikulum secara keseluruhan, termasuk pula menilai aktivitas evaluasi itu sendiri.
Hasil dari aktivitas evaluasi ini bisa dijadikan sebagai umpan balik( feedback) guna
mengadakan revisi serta penyempurnaan pengembangan komponen- komponen
kurikulum. hasil evaluasi ini bisa berfungsi sebagai masukan untuk penentuan
kebijakan- kebijakan pengambilan keputusan kurikulum khususnya, serta pendidikan
pada umumnya, baik bagi para pengembang kurikulum serta para pemegang
kebijakan pendidikan, maupun untuk para pelaksana kurikulum pada tingkatan
lembaga pendidikan( semacam guru dan kepala sekolah)

Konsep evaluasi, pada mula perkembangan banyak dipengaruhi secara


dominan oleh konsep pengukuran( measurement), salah satunya konsep yang
dikemukakan oleh Ralph W. Tyler( 1975). Dia mengungkapkan kalau proses evaluasi
ini ialah proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan( objectives)
secara nyata sudah terealisasikan. Sedangkan itu, Hilda Taba( 1962: 312) juga
berkomentar bahwa secara prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi ini merupakan
tingkatan di mana siswa menggapai tujuan( the degree to which pupils attain
objectives). Pengertian- pengertian evaluasi tersebut lebih ditunjukan atau berorientasi
kepada perubahan sikap dan lebih mementingkan hasil ataupun produk belajar, dan
kurang dalam memperhatikan proses dan kondisi- kondisi belajar yang mempengaruhi
hasil belajar. Hamid Hasan menilai penafsiran evaluasi semacam itu sudah tidak
dianggap lagi memenuhi arti evaluasi yang sebetulnya. Apa yang dikemukakan Tyler
mengenai perubahan tingkah laku siswa hanya menggambarkan salah satu aspek
kajian evaluasi, baik evaluasi pendidikan ataupun evaluasi kurikulum.

Kemudian pada perkembangan berikutnya, dari konsep evaluasi ini bagi


Hamid Hasan(1988) berpegang pada satu konsep dasar, yakni adanya
pertimbangan( judgement). Dengan pertimbangan inilah, didetetapkan nilai dari suatu

2
Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta: Nuha Medika, 2012).
yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan tidaklah suatu kegiatan
dievaluasi. Statment tersebut merupakan rangkuman dari berbagai komentar para
pakar evaluasi, seperti Scriven, Stake, Weiss, Pophan, Patton, Guba, Cronbach, serta
banyak lagi yang lainnya. sesudah itu dirumuskan penafsiran evaluasi itu sebagai
suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai serta makna dari sesuatu yang
dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berbentuk orang,
benda, kegiatan, kondisi, ataupun suatu kesatuan tertentu. Pemberian pertimbangan
tersebut haruslah berdasarkan kriteria tertentu, baik dari evaluasi itu sendiri ataupun
dari luar. Dari penafsiran tersebut, evaluasi lebih dianggap selaku suatu proses, bukan
suatu hasil.

Konsep evaluasi kurikulum bisa dipandang secara luas, yaitu mencakup


evaluasi terhadap segala komponen serta aktivitas pendidikan, namun dapat pula
dibatasi secara sempit yang hanya ditekankan pada hasil- hasil ataupun perilaku yang
dicapai siswa. Luas ataupun sempitnya sesuatu penilaian kurikulum sesungguhnya
ditentukan oleh tujuannya.

Ronald C. Doll( 1974) mengemukakan dua dimensi yang wajib ada dalam
evaluasi, ialah ukuran kuantitas serta ukuran mutu. Ukuran awal berhubungan dengan
berapa banyak program- program yang dievaluasi, sebaliknya ukuran kedua
berhubungan dengan tujuan- tujuan apa saja yang disoroti dalam penilaian serta
gimana mutu dari pencapaian tujuan- tujuan tersebut.

Ada beberapa komponen ataupun dimensi yang perlu dijadikan target ataupun
lingkup evaluasi. Nana Sudjana serta R. Ibrahim( 1989) dalam perihal ini
mengemukakan 3 komponen, yaitu komponen program pendidikan, komponen proses
penerapan, serta komponen hasil- hasil yang dicapai. Suatu program pendidikan
dinilai dari tujuan yang ingin dicapai, isi program yang disajikan, strategi belajar
mengajar yang diterapkan, dan bahan- bahan ajar yang digunakan. Proses pelaksanaan
yang dijadikan target penilaian/ evaluasi terutama proses belajar mengajar yang
berlangsung di lapangan, sedangkan hasil- hasil yang dicapai mengacu pada
pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.3

3
Drs. Asep herry hernawan, M.Pd. “Komponen-komponen kurikulum”, hal 16.
BAB III

PENUTUP
1.6 Kesimpulan
Isi kurikulum itu meliputi fakta- fakta, observasi, informasi, persepsi, penginderaan,
pemecahan permasalahan, yang berasal dari benak manusia serta pengalamannya yang diatur
serta diorganisasi dalam wujud gagasan, konsep, generalisasi, prinsip- prinsip, serta
pemecahan permasalahan. Fakta merupakan sifat dari sesuatu indikasi, kejadian, benda, yang
bentuknya bisa ditangkap oleh pancaindra manusia serta bisa dipelajari lewat informasi
dalam wujud lambang, kata- kata, serta istilah- istilah. Dalam menentukan modul, ada banyak
perihal yang perlu diberikan kepada peserta didik, akan tetapi tidak bisa jadi seluruhnya
dijadikan sebagai isi ataupun materi kurikulum pendidikan. Guna memastikan isi/ bahan
mana yang sangat esensial dijadikan sebagai isi kurikulum tersebut, dibutuhkan bermacam
kriteria.
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 1, Cet. II.

Djemari Mardapi, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta: Nuha


Medika, 2012).

Drs. Asep herry hernawan, M.Pd. “Komponen-komponen kurikulum”.


Kurikulum Nasional: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Pengembangannya (masukuniversitas.com)
Tingkatan-tingkatan Kurikulum pendidikan ~ JUST FOR FUN
(arulteam.blogspot.com)Muhammad Arifin: Definisi Kurikulum Instruksional
(akhmuhammadarifin.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai