Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS STRUKTUR INTRINSIK

TEKS CERITA JARATKARU

OLEH:
I MADE ARI PRIANTARA 1911021002

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Agama


Fakultas Dharma Acarya
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa
2021
A. Struktur Intrinsik Dalam Cerita Jaratkaru.
Menurut Prof. Benny H. Hoed (dalam jurnal kalangwan Vol. 7, No. 2,
September 2017:74) dijelaskan struktur adalah bangun teoritis yang terdiri
atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam suatu kesatuan.
Menurut Teeuw (Sukada, 1987:29 dalam jurnal kalangwan Vol. 7, No. 2,
September 2017:75) dijelaskan bahwa struktur yaitu aspek intrinsik yang
membangun karya sastra. Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud tersebut
seperti aspek tema, tokoh dan penokohan, alur, latar (setting), amanat, dan
sudut pandang.
Menurut pendapat Nurgiyantoro (2010:37) dikaitkan dangan analisis
struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilkukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar
unsur intrinsic fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan dan
dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh
dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain. Setelah dijelaskan
bagaimana fungsi dari masing-masing unsur dalam menunjang makna
keseluruhan dan bagaimana hubungan antar unsur itu sehingga membentuk
totalitas kemaknaan yang padu. Analisis struktural bertujuan memaparkan
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antara berbagai unsur karya sastra
yang secara bersama menghasilkan sebuah menyeluruh. Analisis struktur
dalam unsur intrinsik satua Naga Basukih adalah sebagai berikut :
1. Tema adalah rumusan masalah atau pokok pikiran yang menjadi dasar
cerita. Ide cerita yang mengubah karangan yang berdasarkan dari
pandangan kehidupan, pengetahuan, pengalaman, emosi, dan imajinasi
pengarang Sudjiman, 2003:50 (dalam jurnal kalangwan Vol. 7, No. 2,
September 2017:75). Tema merupakan apa yang menjadi pikiran atau
yang menjadi masalah oleh pengarang. Tema dari cerita Jaratkaru
yaitu Kebebasan. Karena didalam cerita Jaratkaru menceritakan sang
Jaratkaru yang menginginkan kebebasan dari leluhurnya sehingga ia
mencari wanita yang bernama sama dengannya agar nantinya mampu
menghasilkan keturunan yang dapat membebaskan leluhurnya
tersebut. Disisi lain istri Jaratkaru atau Naga Nagini juga
menginginkan agar saudaranya terbebas dari korban ular (yadnya
sarpa).
2. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah karya fiksi yang
merupakan ciptaan pengarang meskipun ada juga yang merupakan
gambaran-gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata.
Sedangkan penokohan yakni pelukisan tokoh atau pelaku melalui sifat-
sifat dan tingkah lakunya dalam sebuah cerita. Tokoh dan penokohan
dalam cerita Jaratkaru sebagai berikut:
a. Jaratkaru merupakan tokoh protagonis memiliki sifat rajin
beryadnya, belas kasih. Terdapat dalam kutipan: “Akweh pwa
ya wekasan, irika ta yan liniwet nira, tatkala pinakacaru ri
bhatara, mwang paweh nireng tamuy”. Serta kutipan belas
kasih yaitu “Mangkana ling sang pitara, mangkin marabas luh
sang Jaratkaru kadi hiniris twas niran tumon I sang
manghidep duhkaantara”.
b. Naga Nagini merupakan tokoh protagonist memiliki sifat
perhatian kepada suami. Terdapat dalam kutipan: “Om
mpungku mahabrahmana atanghya ta rahadyan sang hulun!
Sandhyakala mangke mpu nghulun pagawayan sang hulun
nityakarma. Nahan tang kembang umadang saha
gandhaksata”.
c. Naga Basuki memiliki sifat protagonis yang menginginkan
kebebasan adiknya dari yadnya sarpa. Tedapat dalam kutipan:
“I sedengnyan harohara kinon de sang Basuki ameta
brahmana mangaran Jaratkaru yatanyan manaka brahamana
mangaran Jaratkaru, tanmananari nira Nagini mangaran
Jaratkaru, yatanyan manaka brahmana nglu putana sangkeng
yadnya sarpa”.
Didalam cerita Jaratkaru memiliki tokoh utama yaitu Jaratkaru, tokoh
pendamping Naga Nagini dan tokoh figuran/tokoh pendukung yaitu
Naga Basuki.
3. Latar di sebut juga setting yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra yang membangun latar cerita. Sudjiman, 1992:44 (dalam
skripsi Irma Indrawati, 2011:97).
a. Latar tempat yaitu di hutan terdapat dalam kutipan: “Manusup
ta sang sunyaranya, anangis sumambe sarwadewata,
sarwabhuta ling nira”. Diantara sunya dan neraka
(Ayatanasthana) terdapat dalam kutipan: “Kanawa sireng
ayatanasthana, ikang loka pantaraning swarga lawan neraka,
kahanan ikang pitara mangapaksa karanantara, an pangguha
swarganasaka”.
b. Latar waktu yaitu sore hari terdapat dalam kutipan:
“Sandhyakala mangke mpu ngkulun pagawayan sang hulun
nityakarma”.
c. Latar suasana yaitu sedih terdapat dalam kutipan: “Mangusup
ta sireng cunyaranya, anangis sumambe sarwa dewata ,
sarwabhuta, ling nira”. Senang terdapat dalam kutipan:
“Harsa ta sang basuki rumengo. Alawas pwekang kala mijil ta
rare laki-laki paripurna wayawa”.
4. Alur merupakan pengurutan peristiwa atau kejadian untuk membentuk
tulang punggung sebuah cerita dengan memperhatikan kesatuan yang
padu sehingga terbentuk keutuhan cerita. Alur yang digunakan dalam
cerita Jaratkaru adalah alur maju karena susunan ceritanya di mulai
dari tahap pengenalan, konflik, klimaks, antiklimaks, dan
penyelesaian.
a. Pengenalan di mulai dari kutipan: “Hana ta sira brahmana,
sang Jaratkaru ngaran ira”. Sampai “Pahaloba tambek
rahadyan sanghulun kabeh”.
b. Konflik di mulai dari kutipan: “Mangkana ling sang
Jaratkaru lumampah ta sira maka stri sanama nira”. Sampai
“Yapwan kagawaya ika denta, aryakna ni nghulun kita”.
c. Klimaks di mulai dari kutipan: “Mangkana ling sang
Jaratkaru ring sira stri”. Sampai “Matur ta sang Nagini,
malayu mekul suku sang swami”.
d. Antiklimaks di mulai dari kutipan: “Om mpungku, ksmakna ta
maneh rahadyan sanghulun”. Sampai “Ataher lungha ta sang
Jaratkaru tan wenang sinayutan sira”.
e. Penyelesaian di mulai dari kutipan: “Kari ta sang Nagini:
Mojar I sang Basuki an lungha sang swami”. Sampai “Sira ta
nimitta ning naga Taksaka luput ing sarpayajna maharaja
Janamejaya”.
5. Sudut pandang adalah Menurut Nurgiyantoro (2007:248 dalam skripsi
Irma Indrawati, 2011:93) dijelaskan bahwa sudut pandang merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan ceritanya. Didalam cerita Jaratkaru
pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama.
6. Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui karyanya. Pesan moral yang terdapat dalam cerita ini yaitu kita
diajarkan berbhakti kepada leluhur dan para dewa dengan melakukan
sebuah yadnya. Dalam hal ini leluhur meminta agar Jaratkaru mau
membebaskan arwah leluhur yang sedang tersiksa dengan cara
menikah agar memiliki keturunan yang nantinya dapat membebaskan
siksaan yang dialaminya. Sehingga leluhur dapat reinkarnasi kembali
atau menyatu dengan brahman yaitu moksa.

B. Nilai Religius Dan Nilai Estetika Dalam Cerita Jaratkaru


Nilai atau Value dalam bahasa inggris termasuk dalam bidang kajian
filsafat. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu bernilai artinya ada sifat
yang melekat pada sesuatu itu. Menurut Notonagoro (dalam Kaelan,
2003:89) membagi nilai menjadi tiga macam yaitu Nilai material, Nilai vital,
Nilai kerokhanian. Nilai kerokhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia. Nilai kerokhanian ini dapat di bagi menjadi empat macam
yaitu Nilai kebenaran, Nilai keindahan, Nilai kebaikan, Nilai religius.
A. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan(esthetis, gevoel, rasa) manusia. Didalam cerita Jaratkaru kita
diajarkan agar ingat kepada leluhur, saling menghargai kepada
sesama, maupun lingkungan, toleransi antar umat beragama, selain itu
kita harus hidup saling tolong-menolong antar teman, keluarga,
maupun masyarakat.
B. Nilai religius yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak.
Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan
manusia. Didalam cerita Jaratkaru kita diajarkkan prilaku yang baik
menurut ajaran agama seperti rajin melaksanakan tapa, brata, yoga,
dan samadi, selain itu kita diingatkan agar selalu rajin beryadnya yang
tulus dan ikhlas.

C.Simpulan
Didalam cerita Jaratkaru terdapat sebuah pesan yang sangat ditekankan
bahwasanya pentingnya bakti terhadap leluhur sebagai jembatan menuju Tuhan
serta dalam hidup hendaknya juga bisa membebaskan serta membantu para
leluhur untuk memperbaiki karma wasananya terdahulu dengan cara mempunyai
keturunan melalui perkawinan yang sah . Melalui analisis struktur intrinsik kita
mengetahui apa isi dari cerita tersebut secara rinci. Semoga dengan tulisan ini
pembaca senantiasa memahami pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui
sebuah cerita.
DAFTAR PUSTAKA

http://suartawanindra.blogspot.com/2014/01/cerita-sang-jaratkaru.html (diakses
pada tanggal 17 Juni 2019. Teks asli dalam bentuk bahasa kawi berupa
foto copy).

Indrawati,Irma. 2011. Unsur Intrinsik Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA. Semarang:
Skripsi, Program StudiPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Universitas Negeri Semarang.

Kalangwan Vol. 7, No. 2, September 2017. Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa,


dan Sastra. Denpasar: Jurnal, Program Studi Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Agama. Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Kaelan, 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai