Anda di halaman 1dari 26

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB III
SUMBER AJARAN ISLAM

I. Sistematika Sumber Ajaran Islam

Nilai dan sumber nilai Islam yaitu Al-Qur’an, As Sunnah, dan Ijtihad. Penggunaan
tiga sumber nilai itu hendaknya diprioritaskan yang pertama, kemudian yang kedua
dan selanjutnya yang ketiga. Apabila bertentangan yang satu dengan yang lain,
maka hendaknya dipilih Al-Qur’an terlebih dahulu kemudian yang kedua, Al Hadist.
Meskipun ketiganya adalah sumber nilai, akan tetapi antara yang satu dengan yang
lainnya mempunyai kualitas dan bobot yang berbeda-beda dengan pengaruh hukum
yang berbeda-beda pula.

II. Al-Qur’ an

1. Pengertian Al-Qur’an :
1) Menurut Lughat.
Bacaan atau yang dibaca.
Al-Qur’an adalah “masdhar” yang diartikan denagn arti isim maf’ul, yaitu
maqru = yang dibaca.
2) Menurut istilah : nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.

2. Nama-nama Al-Qur’an :
1) Al-Kitab : tulisan yang lengkap (2:2)
2) Al-Furqon : memisahkan yang hak dan yang batil (25:1)
3) Al-Mauidhoh : nasihat (10:57)
4) As-Syifa : obat (10:57)
5) Al-huda : yang memimpin (72:13)
6) Al-Hikmah : kebijaksanaan (17:39)
7) Al-Hukmu : keputusan (13:37)
8) Al-Khair : kebaikan (3:103)
9) Ad-Dzikru : peringatan (15:9)
10) Ar-Ruh : roh (42:52)
11) Al-Muttaharah : yang disucikan (80:14)

3. Pembagian isi Al-Qur’an :


Al-Qur’an terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun
di Madinah. Ada juga yang berpendapat 86 turun di Makkah dan 28 turun di
Madinah.
 Surat yang turun di Makkah disebut Makiyah. Ciri-cirinya :

15
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

a. Umumnya suratnya pendek-pendek.


b. Menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlak.
c. Panggilannya ditujukan kepada manusia.
 Surat yang turun di Madinah disebut Madaniah. Ciri-cirinya :
a. Umumnya suratnya panjang-panjang.
b. Menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari ’ah)
c. Panggilannya ditujukan kepada orang-orang beriman.

4. Sejarah kodifikasi dan perkembangannya.


Allah akan menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur’an akan selamat dari
usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan. (15:9, 75:17-19).
Al-Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada Nabi,
Nabi langsunag memerintahkan kepada para sahabat untuk menuliskannya
secara hati-hati. Kemudian mereka hafalkan dan mereka amalkan.
Pada awal pemerinyahan khalifah yang pertama dari khulafaurrasyidin, yaitu
Abu Bakar Ash Shidiq, Al-Qur’an telah dikumpulkan dalam mushaf tersendiri.
Dan pada jaman khalifah ketiga, Usman Bin Affan. Al-Qur ’an sempat
diperbanyak. Alhamdulillah Al-Qur’an yang asli itu sampai saat ini masih ada.
Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk
menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka
menghindari adanya kesalahan dalam bacaan maupun tulisan, Karena penulisan
pada masa pertama tidak memakai tanda baca.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa tafsir Al-Qur ’an yang
ditulis ulama Islam, dan tumbuh pula berbagai disiplin ilmu untuk membaca dan
membahas Al-Qur’an.

5. Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an :


a) Ilmu Mawatin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang tempat-tempat
turunnya Al-Qur’an.
b) Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat
Al-Qur’an.
c) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang ,membahas tentang teknik membaca Al-Qur ’an.
d) Gharibil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat yang
asing artinya dalam Al-Qur’an.
e) Ilmu Wajuh Wa Nadzar, yaitu ilmu yang membahas tentang kalimat yang
mempunyai arti dan makna apa yang dikehandaki oleh sesuatu ayat dalam Al-
Qur’an.
f) Ilmu Aqsamil Qur’an, yaitu ilmu yang mempelajari tentang maksud-maksud
sumpah Tuhan dalam Al-Qur’an.
g) Ilmu Amtsalil Qur’an, yaitu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-
perumpamaan dalam Al-Qur’an.
h) Dan masih banyak lagi.

16
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

6. Fungsi dan peranan Al-Qur’an :


Al-Qur’an adalah wahyu Allah (42:7) yang berfungsi :
1) Sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad SAW (17:88, 10:38).
2) Sebagai pedoman hidup bagi setiap manusia (4:105, 5:49&50, 45:20).
3) Sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya
(5:48&15, 16:64).

III. Al-Hadist

1. Pengertian Al-Hadist.
Menurut Bahasa (lughat), Jadid lawan qadim: yang baru, Qarid: yang dekat(yang
belum lama terjadi), Khabar: warta.
Menurut istilah ahli hadist: “segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau, dan
segala keadaan beliau”.

2. Al-Hadist Sebagai Sumber Hukum dan Nilai.


Al-Qur’an telah mewujudkan ittiba’ dan mentaati hukum-hukum dan peraturan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam beberapa ayat:
QS. Al Hasyr: 7, QS. An Nisa: 64, QS. Al Ahzab: 36.
Ayat-ayat lain yang cukup banyak dijadikan alasan yang pasti tentang hal
tersebut, seperti:
a. Setiap mu’min harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya:
8:20, 47:33, 4:59, 3:32, 58:13, 24:54, 5:92.
b. Kepatuhan kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah: 4:80, 3:31.
c. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa: 8:13, 58:5, 4:115.
d. Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman: 4:65.

3. Hubungan As-Sunnah dan Al-Qur’an.


a) Bayan tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat secara umum, mujmal dan
musytarak.
b) Bayan taqrir, yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan Al-Qur’an.
c) Bayan tauhid, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-
Qur’an.

4. Perbedaan antara Al-Qur’an dan Al-Hadist Sebagai Sumber Hukum.


a) Al-Qur’an nilai kebenarannya qat’i (adsolut), sedangkan Al-Hadist adalah
zhanni (kecuali hadist mutawatir).
b) Seluruh ayat Al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi
tidak semua hadist mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup.
c) Al-Qur’an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya, sedangkan hadist tidak.

17
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

d) Apabila Al-Qur’an membicarakan aqidah dan hal-hal yang ghaib maka setiap
mukmin wajib mengimaninya. Sedangkan hadist ada yang wajib diimani dan
ada yang tidak wajib.
5. Klasifikasi Hadist Dari Segi Sedikit/ Banyaknya Rawi.
a. Hadist Mutawatir: Hadist yang diriwayatkan banyak rawi mencapai suatu
batas jumlah yang mana mereka mustahil sepakat berdusta.
Syarat mutawatir:
1) Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus
berdasarkan tanggapan panca indera yakni warta yang mereka
sampaikan itu herus benar-benar asli pendengaran atau penglihatan
sendiri.
2) Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak
memungkinkan mereka bersepakat untuk bohong.
3) Adanya keseimbangan antara rawi-rawi dalam thabaqah(lapisan)
pertama dengan jumlah rawi-rawi dalam thabaqah berikutnya.
Faedah hadist mutawatir:
Suatu keharusan untuk menerimanya bulat-bulat sesuatu yang diberitakan
oleh hadist mutawatir, hingga membawa kepada keyakinan yang qath ’i
(pasti).

b. Hadist Ahad: Suatu Hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat hadist


mutawatir.
 Pembagian hadist ahad menurut jumlah perawi:
1) Hadist Masykur: hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau
lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.
2) Hadist Aziz: hadist yang diriwayatkan oleh dua orang.
3) Hadist Gharib: hadist yang dalam sanadnya terdapat seorang yang
menyaendiri dalam meriwayatkan.
 Pembagian Hadist ahad menurut kualitas dapat diterima/ tidak sebagai
hujjah:
1) Hadist Sahih: Hadist yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang
adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung dan tidak
janggal.
2) Hadist Hasan: Hadist yang pada sanadnya tidak terdapat orang
yang tertuduh dusta, tidak terdapat kejanggalan pada matanya dan
Hadist itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak
jalan) yang sepadan maknanya.

c. Hadist Dha’if: Hadist yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-
syarat atau Hadist hasan.
Macam Hadist dha’if berdasarkan rawi-rawinya tercatat keadilan dan
kedlabitannya:

18
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

a. Hadist mudhu: Hadist yang dibuat oleh seseorang (pendusta) yang


ciptaan itu dibangsakan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta,
baik sengaja atau tidak.
b. Hadist matruk: Hadist yang menyendiri dalam periwayatan yang
diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam peng- Hadist-an.
c. Hadist munkar dan ma’ruf: Hadist yang diriwayatkan orang yang lemah
disebut munkar, sedangkan diriwayatkan orang yang tsiqah atau
berlawanan orang yang lunak disebut ma’ruf.

6. Sejarah singkat perkembangan Al-Hadist.


Para ulama membagi perkembangan Hadist kepada 7 periode, yaitu:
1) Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada jaman rasul : 13SH – 11SH)
2) Masa pembatasan riwayat (masa khulafaurrasyidin : 12-40 H)
3) Masa perincian Hadist (pada masa generasi tabi ’in dan sahabat-sahabat
muda : 41 H – akhir abad 1 H)
4) Masa pembukuan Hadist (permulaan abad II H)
5) Masa penyaringan dan seleksi ketat (awal abad III H - selesai)
6) Masa penyusunan kitab-kitab koleksi (awal abad IV H – jatuhnya Baghdad
pada th. 656 H)
7) Masa pembuatan kitab syarah Hadist, kitab-kitab tahrij dan penyusunan
kitab dan koleksi yang lebih umum (656 H dst.)

Pada jaman Rasulullah Al-Hadist tidak dituliskan, sebab:


a) Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu
yang diijinkan beliau sebagai catatan pribadi.
b) Rasulullah berada di tengah-tengah umat Islam sehingga dirasa tidak
sangat perlu untuk dituliskan pada waktu itu.
c) Kemampuan baca tulis di kalangan sahabat sangat terbatas.
d) Umat Islam sedang dikonsentrasikan pada Al-Qur’an.
e) Kesibukan-kesibukan ukat Islam yang luar biasa dalam
menghadapiperjuangan dakwah yang sangat penting.

Sahabat-sahabat yang menghafal Hadist, yaitu:


Abu Hurairah, meriwayatkan sekitar 5374 buah Hadist.
Abdullah bin ‘Umar bin Khattab, meriwayatkan sekitar 2630 buah Hadist.
Anas bin Malik, meriwayatkan sebanyak 2286 buah Hadist.
Abdulluah bin Abbas, meriwayatkan 1160 buah Hadist.
‘Aisah Ummul Mu’minin, meriwayatkan 2210 buah Hadist.
Jabir bin Abdullah, meriwayatkan 1540 buah Hadist.
Abu Sa’id Al Hudri, meriwayatkan 1170 buah Hadist.

19
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

IV. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
Menurut Harfiah: dari kata ijtihada, yang artinya mencurahkan tanaga,
memeras pikiran, berusaha sungguh-sungguh, bekerja semaksima mungkin.
Menurut istilah: suatu pekerjaan yang mempergunakan segala kesanggupan daya
rohaniah untuk mengeluarkan hukum syara: menyusun suatu pendapat dari suatu
masalah hukum berdasar Qur’an dan Sunnah.

2. Kedudukan Ijtihad.
Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan dua sumber ajaran Islam. Sedangkan
Ijtihad berfungsi sebagai alat penggerak, tanpa adanya Ijtihad kedua sumber
itu akan lumpuh.

3. Cara berIjtihad
a) Qiyas : resoning by analogy, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu
hal yang tidak diterangkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan
dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh
Al-Qur’an/ As-Sunnah. Karena ada sebab yang sama.
b) Ijma’ : Konsensus (Ijtihad kolektif), yaitu persepakatan ulama-ulama Islam
dalam menentukan sesuatu masalah ijtihadiyah.
c) Istihsan : Preference. Yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu
persoalan ijtihafiayah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam
seperti keadilan, kasih sayang, dll. Oleh para ulama disebut juga sebagi
Qiyas Khafi (analogy samar-samar).
d) Mashalihul Mursalah : utility. Yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu
persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang
sesuai dengan tujuan syariat.

4. Golongan yang diwajibkan berIjtihad, menurut pendapat Imam As-Suyuti :


a) Khalifah (pemimpin tertinggi).
b) Wazir (menteri khalifah).
c) Qodhi (hakim peradilan).
d) Mufti (orang yang menyampaikan fatwa).
e) Hisbah (kontrol sosial).
f) Wali Al-Madzalim (orang yang mengurusi orang-orang dhalim).
g) Miqabah (asosiasi).

5. Stratifikasi Mujtahid
Tingkatan mujtahid :

20
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

1) Mujtahid absolut (Mujtahid mutlak), yang tidak bertaqlid pada imamnya,


namun hanya menggunakan pirantinya untuk berijtihad.
2) Mujtahid dependen/ Mujtahid eksepsi (Mujtahid muqoyad/ Mujtahid
takhrij).
3) Mujtahid seperioritas (Mujtahid tarjih).
4) Mujtahid instruksi (Mujtahid fatwa).

6. Syarat-syarat Mujtahid
a) Mengetahui nasakh – mansukh Al-Qur’an, munfashal – mujmalnya, amm –
khasnya.
b) Bisa membedakan antara hadist yang shahih dan yang tidak.
c) Mengerti letak ijma’ dan khilafiah ulama.
d) Mengetahui dimensi qiyas.
e) Bisa meletakkan dalil secara proporsional.
f) Menguasai ilmu bahasa sehingga kontekstual pernyataannya bisa dipahami.

7. Perbedaan Ittiba’ dan Taqlid.


Ittiba : Mengikuti seseorang sekaligus mengetahui betul bahwa statementnya
itu benar-benar sah.
Taqlid : Mengetahui seseorang tanpa mengetahui dimensi dan kontekstual
statementnya.

Allah mencela orang-orang yang taqlid sebagimana banyak ayat Al-Qur ’an:
- Qs. At-Taubah : 31
- Qs. Al-Zukhrut : 23-24
- Qs. Al-Anfal : 22

21
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB IV
AQIDAH ISLAM

A. AQIDAH ISLAM.
1. Pengertian Aqidah.
- Etimologi : Dari kata bahasa Arab ‘Aqoda , masdarnya Aqiidatan artinya
ikatan.
- Terminologi : Segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari
segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh
dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi persangkaan.
Aqidah disebut juga dengan iman atau kepercayaan.
- Iman suatu yang tidak dapat dilihat oleh indera, tetapi dapat dilihat dari
indikatornya yaitu amal, ilmu, da’wah dan sabar.
- Sedangkan yang dimaksud :
a. Iman yaitu meyakini Islam
b. Amal yaitu melaksanakan Islam
c. Ilmu yaitu mempelajari Islam
d. Da’wah/ jihad yaitu menyebarluaskan dan membela Islam
e. Sabar yaitu tabah dalam menjalani Islam.

Iman adalah keyakinan dalm hati dibuktikan dengan pernyataan lidah,


dibuktikan dengan pernyataan lidah, diwujudkan dalam amal perbuatan.
- Iman bikan satu yang hanya diucapkan dengan lidah (Qs. 2:8-9).
- Bukan semata-mata dalam amal (Qs. 4:142).
- Bukan hanya diaykini dalam hati (Qs. 27:14, 2:148).
Orang mukmin yang baik digambarkan dalam :
- Qs. An-Nisa : 65
- Qs. Al-Mu’minin : 51
- Qs. Al-Ahzab : 36
- Qs. Al-Anfal : 2-4
- Qs. Al-Hujurat : 15

2. Urgensi Aqidah Islam


- Aqidah adalah masalh fundamental yang menjadi titik tolak permulaan
seorang miskin.
- Jadi tegaknya aktivitas keIslaman dalam hidup dan kehidupan seseoranglah

22
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

yang membuktikan dia memiliki Aqidah atau menunjukkan kualitas iaman yang
ia miliki.
- Tinggi rendahnya nilai kehidupan manusia tergantung kepercayaan yang ia
miliki.
- Aqidah atau iman merupakan pelita hidup, tanah berpijak dan tali untuk
bergantung dalam menghadapi seribu satu masalah manusia.
3. Ruang Lingkup Aqidah dalam Rukun Iman, meliputi :
- Iman kepada Allah WST.
- Iman kepada para malikat Allah SWT.
- Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
- Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
- Iman kepada hari akhir/ Qiamat.
- Iman kepada Qodho dan Qodar.

4. Mengesakan Allah
Sekedar percaya akan wujudnya Tuhan belum cukup untuk menjadikan seseorang
itu Islam dan itu bukan prestasi.
Sebab kepercayaan itu sudah ada dengan sendirinya tertanam dalam hati sejak
menusia lahir, walaupun kedang-kadang tertutupi atau tidak.
Mengakui adanya Tuhan, tapi kadang dia sadar dalam keadaan kritis, diancam
maut, terterpa badai topan lantas dia mohon perlindungan Tuhan.
Watak seperti ini digambarkan dalam Al-Qur’an :
1. Qs. Yunus (10) : 22-23
2. Qs. Lukman (31) : 31-32
Bahkan ayat-ayat seperti ini diulang smapi 10 kali walaupun redaksinya berbeda :
1) Qs. Al-An’am (6) : 63-64 5) Qs. Ar-Ruum (30) : 33
2) Qs. Al-Nahl (16) : 53-54 6) Qs. Az-Zumar (41) : 8 & 49
3) Qs. Al-Isra (17) : 67 7) Qs. Fuslihat (41) : 51
4) Qs. Al-Ankabut
Bahkan dalam ayat lain lebih ditegaskan bahwa manusia dengan sendirinya sudah
mengakui akan wujud dan kekuasaan Allah SWT.
Firman Allah : Qs. Al-Ankabut (29) : 61
“Kalau kamu tanyai manusia, siapakah yang telah mencipatakan langit dan bumi
dan menundukkan matahari dan bulan mereka menjawab ‘Allah ’ “.
Ayat-ayat semacam itu berulang kali disebutkan :
1) Qs. Al-Ankabut (29) : 63 4) Qs. Lukman (31) : 25
2) Qs. Ayunus (10) : 31 5) Qs. Az-Zuhruf (43) : 9 & 87
3) Qs. Al-Mu’minun (23) : 84-89 6) Qs. Az-Zumar (39) : 38
Jadi kepercayaan akan wujudnya Allah, Maha pencipta segalanya, sudah sejiwa
dengan manusia karena sudah ditanamkan Allah sebelum kita dilahirkan ke muka
bumi.
Contoh-contoh tanggapan yang berbeda tentang Tuhan :
1) Pandangan Primitif : Adanya tahayul, klenik, sihir. Dll.
2) Pandangan yang berkembang : Tuhan seperti manusia atau binatang.

23
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

3) Pandangan berkelompok : Tuhan pemimpin yang berpengaruh.


4) Pandangan modern : Tuhan brebentuk nabi, tokoh-tokoh dunia berupa
patung yang disembah.
Jadi kepercayaan dan kebutuhan penyembahan kepada Tuhan sudah ada dengan
sendirinya : Qs. Adzariat (51) : 56
Sedangkan watak pribadi seseorang bertingkat semakin berkualitas maka
pengungkapan penyembahannya juga semakin berkualitas.

Maka kesimpulannya : Seseorang tidaklah cuku[ dikatakan muslim hanya sekedar


percaya atau menyembah Tuhan. Karena orang yang dikatakan kafirpun pecaya,
bahwa Qur’an bercerita bahwa syetan pun percaya bahkan pernah berdialog
denag Allah SWT.
1) QS. Al-Baqarah (2) : 30-34
2) Qs. Al-A’raf (7) : 12-18
Pada ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesalahan iblis bukan
karena “ tidak percaya akan wujudnya Allah, tetapi karena kesalahan yang fatal
yaitu ‘sombong’ kepada Allah “. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“ Tidak akan masuk surga seseoarang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan walaupun sebiji atom “.

Rasa kibir (membesarkan diri) ini adalah penyakit jiwa yang sengaja ditularkan
iblis kepada manusia sesuai dengan tekadnya yang disebutkan dihadapan Allah
SWT.
Kehidupan yang demikian banyak berkembang pada sikap manusia. Sikap
mengagungkan dan membanggakan nenek moyang, bangsawan, dll.
Sikap mengagungkan tanpa kritis sangat dicela oleh Allah Qs. Al-Maidah (5) :
104.
Inilah sebabnya barangkali orang yang mampu berfikir scientific dan betul-betul
menguasai science tidak akan percaya tahayul, klenik, dll. Karena itu hanyalah
ilmu iblis.
Jadi yang paling utama dalam hubungan makhluk dengan Allah, bukan hanya
percaya akan wujud Allah saja tetapi ialah kepatuhan yang bulat hanya kepada
Allah SWT saja.

Inilah inti ajaran Islam yaitu mentauhidkan Allah atau mengesakan Allah.
Mentauhidkan ialah : meletakkan kedudukan Allah dan semua perintah-
perintahnya di atas segala-galanya terutama di atas kepentingan dan keinginan
pribadi.
Oleh karena itu mentauhidkan jauh lebih sukar daripada sekedar mempercayai
akan wujud Allah. Mentauhidkan Allah membutuhkan suatu perjuangan yang
berat dan kemampuan menghayati sikap bertauhid secara tetap merupakan
prestasi yang paling mulia, maka pantas mendapat pahala yang besar.

24
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB V
MERAIH QALBU CERDAS HIDUP MULIA DENGAN 7B

Kiat meraih qalbu cerdas hidup mulia dunia dan akhirat dapat ditempuh melalui 7B
(Berniat, Bertaubat, Berdo’a, Berdzikir, Beribadah, Berzuhud dan Bertafakur mengingat
mati).
Qalbu yang cerdas sangat dibutuhkan dalam upaya menggapai kemuliaan hidup di dunia
maupun di akhirat nanti. Karena Pada hakikatnya hidup ini adalah sebuah ujian untuk
menyeleksi siapa yang paling baik amalnya diantara manusia, firman Allah SWT

         


  
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk 67 : 2)

4.1. Berniat yang benar dalam segala aktivitas (QS. Al-An’am 7: 162)
         
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.”

“ Innamal’amaalu binniyyat” (HR. Bukhari, Muslim)


“ Setiap amal tergantung pada niatnya”

“Niyyatul mu’min khairun min’amalihi” (Al-hadits)


“ Niat orang mukmin lebih baik dari amalnya”

Seseorang baru digolongkan sukses dunia akhirat sangat ditentukan dari segala aktivitas
kehidupan manusia yang diniatkan semata – mata karena Allah SWT, sebab amal yang
diterima disisi Allah hanya yang berniat ikhlas karena Allah.Dengan niat semua aktifitas
menjadi terarah, amal tanpa niat tidak ada artinya disisi Allah, niat harus dilaksanakan
dihati dengan penuh keihklasan dan lillahita’ala. QS Albaqarah (2:264) dan QS. Al Insan
(76:8-9)
       
          
         

25
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

          


 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak
bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir *).”

mereka Ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula
*)

mendapat pahala di akhirat.

        


         
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan.”
“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.”

4.2. Bertaubat dengan sungguh-sungguh


Manusia tidak lepas dari kesalahan dan dosa, maka orang – orang yang beruntung adalah
orang – orang yang bertaubat menyesali masa lalunya merubah diri untuk hari esok lebih
baik lagi, sehingga kesempatan sukses baik di dunia dan akhirat masih menjadi harapan
apabila ia senantiasa bertaubat atas perbuatan – perbuatan yang dilakukan pada masa
yang telah lalu.Cara bertaubat dengan banyak mengucap istighfar, berhenti dari
perbuatan jelek, menyesali , berjanji tidak akan mengulangi dan mengganti dengan
perbuatan yang baik.
“ Rosulullah tidak kurang dari 70 kali sehari semalam beristighfar ”( Al-Hadits)
 Taubat yang sesungguhnya adalah taubatannasuha sebagaimana firman Allah dalam
QS: An Nisa (4): 17-18
         
           
        
          
     
“Sesungguhnya Taubat di sisi Allah hanyalah Taubat bagi orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantaran kejahilan*), yang Kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka
mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
“Dan tidaklah Taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia

26
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

mengatakan : "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu Telah
kami sediakan siksa yang pedih.”

*)
Maksudnya ialah: 1. orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa
perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. 2. orang yang durhaka
kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. 3. orang yang melakukan kejahatan Karena
kurang kesadaran lantaran sangat marah atau Karena dorongan hawa nafsu.

Maka segeralah bertaubat kepada Allah jangan sampai terlambat seperti terlambatnya
Fir’aun bertaubat kepada Allah SWT
Hal ini dikisahkan dalam QS. Yunus (10) : 90-92)
“Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun
itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)".

“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal Sesungguhnya kamu Telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

“Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu **) supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”

**)
yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu
tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu
dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir.

4.3. Berdoa selalu kepada Allah


Manusia sebagai makhluq yang lemah sehingga senantiasa membutuhkan pertolongan dari
Allah SWT untuk menjaga kemuliaan hidup di dunia sampai akhirat, maka setiap akan
beraktifitas dimulai dengan berdo’a kepada Allah SWT agar menjadi bagian nilai ibadah.
Sebagaimana sabda Nabi:
• “ Do’a adalah jantungnya Ibadah” (Al Hadist)
• “ Do’a adalah pedangnya orang mu’min” (Al Hadist)
Doa merupakan salah satu bentuk ekpresi cita-cita dan harapan serta optimisme.

27
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

4.4. Berdzikir selalu kepada Allah


Pengertian
Dzikir berasal dari kata dzakara yang bisa bermakna: menyebut-nyebut (dengan mulut),
atau mengingat, mengenang, merasakan, menghayati (dengan qalbu). Metode dzikir Jahri
(nyata) dan dzikir Sirri (rahasia) dasarnya:
          

“Dan rahasiakanlah (sirri) perkataanmu atau nyatakanlah (jahri), sehingga Dia Maha
Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada” (QS. 67: 13)
Contoh dzikir jahri dilakukan mulut dengan menyebut bacaan-bacaan (lafadz):
 Istighfar “ASTAGHFIRULLAHAL’ADHIM”
 Tasbih “SUBHANALLAH”
 Tahmid “ALHAMDULILLAH”
 Tahlil “LAAILAHAILLALLAH”
 Takbir “ALLAHUAKBAR”
 Dan lain-lain

Karenanya dzikir jahri nyata terdengar suaranya dan nyata terlihat getar bibir
mengucapkannya. Bila dilakukan berjamaah suara dzikir jahri kadang menggemuruh
menimbulkan rasa mencekam dan rendah di hadapan Allah SWT.

Hadist Nabi SAW tentang dzikir jahri:


“Sesungguhnya bergemuruhnya suara orang berdzikir saat usai sholat fardlu betul-betul
terjadi di masa Rasulluloh SAW aku dapat mengetahui orang sudah usai sholat
(berjamaah di masjid Nabi) ketika kudengar suara dzikir itu ” (HR. Bukhori, Muslim, Abu
Daud dan Ahmad)
Dzikir sirri tidak menggunakan mulut melainkan dzauq (perasaan) dan syu ’ur (kesadaran)
yang ada di dalam qalbu. Karenanya dzikir ini menjadi tersamar (khaffiy) dan hanya
pelaku dan Allah SWT saja yang mengetahuinya. Dalam dzikir sirri orang mengingat
Allah, merasakan kehadiran Allah, menyadari keberadaan Allah, rasa dekat, bersahabat
seakan melihat Allah. Itulah Ikhsan, dimana dalam ibadahmu kamu melihat Allah atau
setidaknya merasa sedang dilihat oleh Allah SWT.
Inilah dzikir yang hakiki, sebab hubungan manusia dengan Allah SWT tidak
berhubungnan dengan tubuh jasmaninya melainkan dengan qalbunya.
        
 
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berhubungan dengan manusia dengan
qalbunya” (QS. 8: 24)

Saat melakukan dzikir sirri orang mengaktifkan qalbunya mengingat Allah sehingga
dirinya on-line (tersambung, wushuf) dengan Allah SWT. Saat itulah terjadi penyerapan
Nur Ilahi (divine light) ke dalam qalbu sehingga terjadi proses pencerahan
(enilightenment). Nur Ilahi yang menembus qalbu akan terpantulkan ke otak yang
menjadi pusat kendali tubuh manusia. Mekanisme biokimia dan bioelektrik pada sel-sel

28
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

otak akan dikendalikan oleh Nur Ilahi sehingga menimbulkan gelombang-gelombang alpha
yang menentramkan syaraf, membangkitkan kreativitas sekaligus rasa cinta ke sekujur
tubuh, menepis rasa takut dan cemas, mengganti kekecewaan dengan harapan, kemarahan
dengan kedamaian, malas dengan semangat.
Tersingkaplah tirai kebodohan (kayssyaf), terbukalah wawasan baru. Hadir di hadapan
teman kehidupan taqwa yang penuh pelangi mahabbah diharumi semerbak ridho illahi.

Energi
Mag
hfira
h
Energi
Him
Nur Ilahi mengandung: mah
1. Energi Maghfirah, yang membakar hangus dosa-dosa di qalbu, menepis sesal,
Energi
menjungkal kecewa dan malas. Hida
2. Energi Himmah, kemauan kuat yang mendorong orang
yah bekerja keras (work hard) penuh
semangat Energi
3. Energi Hidayah, petunjuk dan inspirasi kreatif Rah
yang mendorong orang bekerja dengan
cerdas (work smart) mah
Energi
4. Energi Rahman, energi cinta yang mendorong orang bekerja bersama dengan tulus
Baro
ikhlas (work heart) tanpa pamrih, terbatas dari nista moral
qah
5. Energi Barokah, semangat kemuliaan dengan harga diri, kemantapan pribadi yang
tangguh mengendalikan hawa nafsu dan godaan iblis

Maka jangan puas hanya dengan dzikir mulut, tembuskan dzikir ke dalam qalbu, getarkan
qalbu dengan rasa rindu kepada Allah, getaran yang juga menggoncang sel-sel kelenjar
hormon untuk aktif menjaga keseimbangan hormon di dalam tubuh.
Hormon adalah pengendali metabolisme tubuh. Dengan dzikir sirri metabolisme akan
berjalan lancar alamiah menimbulkan kehangatan dan daya tahan tubuh (immune)
terhadap berbagai penyakit.
Hidupkan qalbu dengan dzikir sirri.

4.5. Beribadah dengan benar


Ibadah Ritual / Mahdhah
Makna ibadah ritual menjadi potensi spiritual
Contoh ibadah ritual yang dilakukan dengan benar akan melahirkan potensi spiritualitas
hidup yang unggul:
A. SHOLAT …

29
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Pengertian Sholat
Sholat artinya doa, Ikatan (kata Silaturahmi) saling bertemu untuk mengikat kasih
sayang
Makna spiritual sholat:
1. Focus dan konsentrasi (Penyerahan diri kepada Allah SWT)
         
 
“ Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka
sembahlah aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingatku” (Thoha (20):14
2. Latihan Disiplin
3. Doa Kepada Allah SWT
4. Ketenangan Batin
5. Latihan Hidup bersih
6. Latihan Hidup sehat
7. Hidup Bermasyarakat
8. Kepatuhan pada pemimpin ( Loyalitas )
9. Persamaan Derajat Manusia

B. PUASA
Pengertian Puasa : menahan diri/pengendalian diri (Imsak)
Makna spiritual puasa :
1. Manifestasi dari pernyataan iman
2. Menguasai hawa nafsu
3. Pelatihan disiplin
4. Pelatihan tabah dan sabar
5. Perisai dari godaan-godaan hidup
6. Menanamkan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan sodaqah
7. Menanamkan perasaan kasih sayang kepada fakir miskin
8. Puasa adalah sehat dalam arti kesehatan

C. ZAKAT
Pengertian:
Menurut bahasa: Suci, subur dan berkah.
Menurut istilah: Zakat adalah pemberian sebagian harta yang telah nishab kepada
mustahiqnya (yang berhak) sesuai dengan peraturan syara’.
Makna spiritual zakat:
1. Menolong yang lemah
2. Mewujudkan pemerataan
3. Membersihkan jiwa yang kikir
4. Mewujudkan persaudaraan
5. Membersihkan dari hak orang lain
6. Mencegah bala dan musibah

D. HAJI

30
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Pengertian:
Menurut bahasa: Menyengaja
Menurut istilah: Menyengaja mengunjungi baitullah untuk menjalankan ibadah.
Makna spiritual haji:
1. Pengabdian
2. Disiplin diri
3. Persaudaraan
4. Persamaan
5. Kesucian dan kebersihan
6. Pengorbanan

E. Ibadah Umum / Ibadah Ghairu Maghdhah


Pengertian:
Semua aktifitas manusia yang didasari karena iman dan mengharap ridho dari Allah SWT
serta sesuai dengan syariat Allah SWT.
Makna spiritual ibadah ghairu maghdhah:
Setiap aktivitas manusia sebagai khalifah di bumi yang didasari ibadah kepada Allah akan
melahirkan semangat dan kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat, berguna dan
mulia di dalam kehidupan di lingkungan manusia. Sebagaimana hadist Nabi: “Sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” (HR. Muslim)

4.6. Berzuhud (merasa tidak memiliki dan dimiliki sesuatu)


Sikap ini sangat penting karena orang yang hatinya melekat pada suatu materi itu akan
memperbudaknya.

“Man ahabba syaian fahuwa ‘abduuhu (barang siapa mencintai sesuatu maka dia akan
diperbudaknya)” (Al Hadist)

Berzuhud dapat dapat diamalkan dengan rumus seperti tukang parkir dimana dia tidak
merasa memiliki antara yang datang dan yang pergi.
Karena sesungguhnya semua hanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Sebagaiman
firman Allah:
             
           
     
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika
kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

4.7. Bertafakur mengingat mati


Seseorang yang selalu mengingat mati dan siap untuk mati, dia akan tumbuh kesadaran
bahwa hidup di dunia sangat sebentar saja. Kesadaran ini akan melahirkan betapa waktu

31
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

hidup yang diberikan oleh Allah SWT sangat berharga dan tidak akan lewat dengan sia-
sia. Manusia yang memiliki qalbu yang cerdas dia akan menggunakan waktu hidupnya
dengan perbuatan yang positif, produktif dan menjaga kemuliaannya dari dunia sampai
akhirat.
Sebagaiman hadist Nabi: “Orang yang hatinya cerdas adalah orang yang selalu ingat mati
dan siap mati”
Kematian adalah suatu yang pasti dialami seluruh yang berjiwa, firman Allah SWT QS.
Ali Imran (3):185

         


           
    
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.”

BAB VI
ETOS KERJA MULIA

32
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

1.Mengenal Hakekat Kerja Mulia


Hakekat kerja
 Melakukan aktivitas
 Fisik maupun mental
 Tujuan mendapatkan kepuasan

Motif individu
 Majemuk
 Dapat berubah-ubah
 Berbeda-beda
 Beberapa motif tak disadari

Job performance
 Hasil capaian dengan ukuran tertentu
 Tidak produktif
 Standart
 Produktif

Needs hierarchy
 Physiological needs
 Safety needs
 Social needs
 Esteem needs
 Self Actualization

Physiological needs
 Sandang, Pangan
 Tempat berlindung
 Sex
 Kesejahteraan individu
 Kebutuhan dasar manusia

Safety needs
 Aman waktu kerja
 Aman harta yang ditinggal
 Aman masa depan karyawan

Social needs
 Diterima orang lain (ling & kerja)
 Dihormati (dirinya penting)
 Berprestasi
 Ikut partisipasi

33
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Esteem needs
 Prestise
 Prestasi
 Simbol status

Self actualisation
 Pengembangan diri
 Mengejar prestasi
 Berbuat yang terbaik
 Optimalisasi kemampuan diri

Kebutuhan sekunder
 Berprestasi (Achievement)
 Bekerjasama (Affiliation)
 Berkuasa (Power)

Model MARS
Perilaku Individu dalam Organisasi dan Kinerja

Nilai - nilai
Persepsi akan
peranan

Kepribadian Motivasi

Perilaku dan
Persepsi kinerja

Emosi dan sikap Kemampuan

Faktor – faktor
situasional
Tekanan

2.Tipe-tipe Etos Kerja


Etos kerja samurai
 Bersikap benar dan bertanggungjawab
 Berani dan ksatria

34
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

 Murah hati dan mencintai


 Bersikap santun dan hormat
 Bersikap tulus dan sungguh-sungguh
 Menjaga martabat dan kehormatan
 Mengabdi pada bangsa (Jansen)

Etos kerja Jerman


 Bertindak rasional
 Berdisiplin tinggi
 Bekerja keras
 Berorientasi sukses material
 Tidak mengumbar kesenangan
 Hemat dan bersahaja
 Menabung dan investasi (Jansen)

Etos kerja Indonesia


 Munafik (suka pura-pura)
 Enggan tanggung jawab (cari kambing hitam)
 Jiwa feodal (gemar upacarasuka dihormati, mementingkan status dari pada prestasi)
 Percaya takhayul (mistis, gaib)
 Watak lemah (kurang yakin, plin plan, gampang terintimidasi)
 Artistik dekat dengan alam
(Muchtar Lubis, 1977)

Etos kerja profesional


 Rahmat, tulus penuh rasa syukur
 Amanah, benar penuh tanggung jawab
 Panggilan, tuntas penuh integritas
 Ibadah, serius penuh kecintaan
 Seni, cerdas penuh kreativitas
 Kehormatan, tekun penuh keunggulan
 Aktualisasi, keras penuh semangat
 Pelayanan, paripurna penuh kerendahan hati

Etos kerja Rosululloh


 Aktualisasi keimanan dan ketaqwaan
 Tidak untuk menumpuk kekayaan duniawi
 Kerja untuk meraih keridhoaan Allah SWT
 Kerja, amal sholeh
 Kerja, ibadah

Kerja (jihad fi sabilillah)


 Kerja untuk menghidupi anak-anak yang masih kecil
 Kerja untuk menghidupi orang tua yang sudah lanjut usia

35
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

 Kerja untuk diri sendiri agar tidak meminta-minta

Kebiasaan efektif seorang karyawan muslim


 Selalu proaktif, kreatif dan inisiatif
 Niat Lillahita’ala
 Mengutamakan yang paling utama
 Selalu berfikir positif
 Selalu mendahulukan kepentingan bersama daripada diri sendiri
 Selalu meningkatkan kualitas
3.Integritas Pribadi
• Menghadapi masalah
• Cara memandang kehidupan
• Kedewasaan
• Kepemimpinan
• Menabung hubungan
• Menjaga integritas pribadi

a. Menghadapi masalah
• Bertindak Positif
– Mencari akar masalah
– Bicara langsung dengan orang yang bersangkutan
– Bertindak menyelesaikan masalah
• Bertindak Negatif
– Negatif agresif:Marah, Emosional, Menghina,Melecehkan dan intimidasi
– Negatif pasif: Murung, sedih, kawatir, tertekan, mengurung diri dan menarik
diri

b.Cara memandang kehidupan


1. Generous growing (murah hati yang mengembangkan), Hidup ini dipenuhi anugerah
yang tiada habisnya:
• Merasa aman dan bahagia
• Senang berbagi dengan orang lain
• Bahagia melihat orang lain tumbuh
• Puas dapat membantu orang lain

2. Jealous limiting (iri hati yang membatasi), memandang bahwa anugerah dalam
kehidupan ini terbatas:
• Sulit berbagi dengan orang lain
• Selalu ingin lebih bila dibandingkan dengan orang lain
• Selalu khawatir bila melihat orang lain sukses

c. Kedewasaan
Merupakan keseimbangan antara ketegasan dan kepedulian
 KETEGASAN (pertimbangan akan pendapat dan perasaannya sendiri)

36
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

 KEPEDULIAN (pertimbangan akan pendapat dan perasaan orang lain)

d. Kepemimpinan
1. Kejujuran
2. Punya visi
3. Memberi inspirasi
4. Kompetensi
5. Keterbukaan
6. Kedewasaan
7. Konsisten/penuhi janji
8. Pelihara kepercayaan

e. Menabung hubungan
• Senyum
• Membantu orang lain aktualisasi
• Memahami orang lain seutuhnya
• Memberi penghargaan atas keberhasilan orang lain
• Memenuhi janji
• Rela menyatakan maaf
• Memberi kejutan yang menyenangkan
f. Menjaga integritas pribadi
• Integritas tinggi: Percaya A, katakan A dan tindakan A
• Integritas rendah, misal: Mengeluh dan menegur orang lain terlambat, diri sendiri
terlambat

4.Kiat Etos Kerja Berkualitas/Mulia


Etos kerja
 Etos : sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi
seseorang,sekelompok orang atau sebuah institusi..(Webster Dictionary)

 Adalah sehimpunan PERILAKU KERJA yang lahir sebagai buah dari KEYAKINAN dan
total pada paradigma kerja tertentu (Jansen H. Sinamo- Pengembangan SDM Institut
Mahardika)

Pilihan hidup
 MENCINTAI PEKERJAAN atau MENGELUH SETIAP HARI
 Jika tidak bisa mencintai pekerjaan, maka hanya ada 5-ng :
– Ngeluh
– Ngedumel
– Ngegosip
– Ngomel
– Ngeyel

Masalah dengan semangat kerja?

37
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

 Don’t worry …anda tidak sendirian


 Banyak orang lain punya masalah serupa
 Hampir semua orang mengalami gairah kerja melorot….

Delapan etos kerja profesional


1. Etos pertama : Kerja adalah rahmat
 Apapun pekerjaan kita adalah rahmat dari Allah SWT
 Bakat dan kecerdasan adalah anugerah
 Ada manfaat lain karena kerja
2. Etos kedua : Kerja adalah amanah
 Apapun pekerjaan kita semua adalah amanah
 Amanah, menjadikan kerja sepenuh hati & jauh dari tindakan tercela

3.Etos ketiga : Kerja adalah panggilan


 Semua Profesi adalah Darma
 Jika didasari panggilan , “I’m doing my best”
 Tidak akan merasa puas jika hasil karya kurang baik mutunya

4.Etos keempat : Kerja adalah aktualisasi


 Apapun profesi kita adalah bentuk aktualisasi
 Cara terbaik mengembangkan potensi diri
 Membuat kita merasa ada
 Aktualisasi diri , bagian dari psikososial manusia

5.Etos kelima : Kerja adalah ibadah


 Semua pekerjaan Halal adalah Ibadah
 Kesadaran sebagai Ibadah akan membuat Ikhlas

6. Etos keenam : Kerja adalah seni


 Apapun profesi kita adalah seni
 Seni menjadi enjoy

7. Etos ketujuh : Kerja adalah kehormatan


 Apapun pekerjaan kita, adalah sebuah kehormatan
 Jika bisa menjaganya, kehormatan yang lebih besar akan datang

8.Etos kedelapan : Kerja adalah pelayanan


30-40
 Tahun
Bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama
bekerja
 Rahmatan lil alamin
Pensiu
9.Dua Pilihan : Cinta atau
n Kecewa
 Kerja bukan hanya untuk mencari makan tapi juga MAKNA
Manul
a

38
Pulang keharibaan Allah
SWT
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA

 Al-qur’an terjemah. Depag RI

39
MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

 Aa Gym, Fenomena Daarut Tauhid, Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu,


Bandung: Penerbit Mizan, 2002
 Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Manajemen Qalbu Melumpuhkan Senjata Syetan, Jakarta:
PT. Darul Falah, 2005
 Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Roh Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002
 As’ad Moch., Psikologi Industri,
 Baker Gary S., Human Capital,
 Bakran Adz-Azakariey, Hamdani. Prophrtic Intelligence, Kecerdasan Kenabian,
Yogyakarta : Penerbit Islamika, 2004
 Darodjat Zakiyah, Kesehatan Mental,
 Janita Dewi Ike, Maximum Motivation,
 Mustofa Agus, Pusaran Energi Ka’bah, Sidoarjo: PT Padma Padang Mahsyar
 Tasmara, Toto, K.H. Kecerdasan Ruhaniah, Jakarta : Gema Insani 2001
 Wahfiudin, Pesantren Qalbu, Semarang : 2004

40

Anda mungkin juga menyukai