Anda di halaman 1dari 1

Hillalia Nurseha 1710711046

Refiana Gunawan 1710711083


Arlia Fika Damayanti 1710711099

Patofisiologi Pneumonia
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga
membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk
alveoli sehingga terjadi sekresi, edema, dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis
dyspnea, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya
permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi serius, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan,
Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas
tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efektif, dan Intoleransi aktivitas.
Empat tahap respon yang khas pada pneumonia menurut pendapat Prince dan Wilson
(2005) meiputi :
a) Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalan alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi
dan bocor.
b) Hepatitis merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi seperti tepar) karena sel-sel
darah merah, fibrin dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
c) Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
d) Resolusi (7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula.

Anda mungkin juga menyukai