3
4
ETIOLOGI
8
g. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam.
h. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.
i. Berat badan menurun.
j. Tonus dan turgor kulit berkurang.
k. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
9
PATOFISIOLOGI DIARE
SHAFIYYAH AL ATSARIYAH 1710711004
GANIS EKA MADANI 1710711025
DESIANA RACHMAWATI 1710711038
ETIOLOGI DIARE DAPAT DIBAGI DALAM BEBERAPA FAKTOR,
YAITU:
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
Infeksi bakteri: E.coli, Salmonella, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus,
astrovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut
(OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
LANJUTAN..
2. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), mono
sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa)
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
MEKANISME DASAR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA DIARE
IALAH:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
LANJUTAN..
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin aam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.
LANJUTAN..
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang dan berat, sedangkan berdasar tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
LANJUTAN..
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat, kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomaterus). Akibat dehidrasi,
diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita
akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
Asidosis metabolik terjadi karena : 1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2. Ketosis
kelaparan, 3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh
karena oliguria atau anuria), 4. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan
intrasel, 5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
LANJUTAN..
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma
kurang dari 130mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar natrium
dalam plasma 130-150mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila
kadar natrium dalam plasma lebih dari 150mEq/l.
DAFTAR PUSTAKA
24
Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi
25
Referensi
● Kyle, Terri dan Susan Carman. 2012. Buku Ajar keperawatan Pediatri Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
26
Penatalaksanaan Klinis
Diare
Mentari Elisabeth T 1710711002
Jesy Milanti 1710711021
1. Penatalaksanaan Terapeutik
Direkomendasikan banyak
Penanganan fokus pada minum cairan, seperti:
‐ ASI
etiologi. ‐ Susu sapi
‐ Sereal berbahan dasar bubur untuk orang sakit
‐ Sup
Terapi cairan, oral atau ‐ Yogurt
‐ Air dadih atau air susu sapi atau kerbau yang
perenteral. pekat dan dikentalkan
‐ Air rebusan nasi
‐ Jus buah segar
Pada bayi ASI dilanjutkan, ‐ Air ditambah makanan
2.Perencanaan
• Tidak terjadi penularan
diare pada orang tua. • Anak dan orang tua
• Orang tua dapat menunjukkan rasa cemas
berpatisipasi dalam dan takut berkurang.
keperawatan anak.
3. Implementasi
1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
2. Mempertahankan keutuhan kulit.
Jika anak memiliki tanda-tanda yang Jika terdapat darah dalam tinja dan
terdapat dalam kolom berlabel diare yang berlangsung selama
“untuk permasalahan lain”. Maka selama kurang dari 14 hari, maka
diperlukan pengobatan khusus anak mengalami dysentri, maka
sebagai tambahan dalam berikan segera obat-obatan
pengobatan dehidrasi. antibiotic yang sesuai.
-
-
-
-
Dua dari tanda berikut:
Lesu atau tidak sadarkan diri
Mata cekung
Tak dapat minum atau sedikit minum
“
Bila dicubit kulit akan lama kembali seperti semula.
DEHIDRASI PARAH
Mengedukasi
keluarga
Referensi:
Arfiana dan Arum. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita
dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Transmedika.
berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan
batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare. Informasi
ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia, dan ensefalitis (Surharyono,1999:59).
Riwayat nutrisi (Depkes RI, 1999: 124-129)
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi:
Pemberian ASI penuh pada anak berumur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena
botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi
ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum
atau tidak bisa minum.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
Berat badan. Menurut S. Partono (1999), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
sebagai berikut:
Tingkat Dehidrasi % Kehilangan Berat Badan
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di
rumah sakit. Sedangkan dilapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan
menggunakan penilaian keadaan anak sebagaimana yang telah dibahas pada bagian konsep
dasar diare.
Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua
ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat
(kurang dari 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila
turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2
detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini
termasuk diare dengan dehidrasi berat.
Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah (dehdrasi ringan/sedang)
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, kejang, dan
bising usus yang meningkat.
Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal)
yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula (Suharyono,1999).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare, yaitu:
Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur.
Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini Test), lemak dan kultur
urine.
Diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan dehidrasi Diare persisten berat
Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai tanda dehidrasi Diare persisten
2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui diare, asukan yang tidak adekuat
5 Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan oorangtua, lingkungan tidak terkenal, prosedur
yang menimbulkan stress
Intervensi Rasional
Setelah rehidrasi, intruksian bayi menyusui untuk Hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi
melanjutkan memberian ASI penyakit.
Observasi dan catat respons terhadap pemberian Mengkaji toleransi pemberian makanan.
makanan
Karena diet yang baik untuk pasien dengan keluhan
Hindari makanan yang lebih banyak kandungan diare adalah rendah karbohidrat dan tinggi protein.
karbohidratnya untuk terapi diet. pilih makanan
Meningkatankan kepatuhan terhadap program
dengan tinggi energi, protein, dan elektrolit
terapeutik.
Instruksikan keluarga dalam pemberian diet yang
Memperbaiki kepatuhan terhadap program
tepat
terapeutik
Gali masalah dan libatkan anggota keluarga untuk
menentukan keputusan
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran gastrointestinal
Intervensi Rasional
Pempertahankan cara pencucian tangan dengan benar Mengurangi risiko penyebaran infeksi
Pakaikan popok dengan benar dan gunakan popok sekali pakai Mengurangi risiko penyebaran virus dan bakteri dari feses
Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari Mencegah penyebaran infeksi
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi
Mencegah penyebaran infeksi
Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan perlindungan dari agen
Mengurangi risiko penyebaran infeksi
infeksius
Intervensi Rasional
Ganti popok sesering mungkin Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan menggunakan Karena feses diare sangat mengiritasi kulit membutuhkan
sabun lunak, non-alkalin atau air sabun non-alkalin agar tidak menimulakn rasa nyeri
Beri obat oles (salep) sesuai dengan anjuran dokter untuk Melindungi kulit dari iritasi
melindungi kulit dari iritasi
Tisu basah mengandung alkohol dapat memberikan rasa
Hindari penggunaan tisu basah yang dijual bebas yang menyengat (nyeri)
mengandung alkohol pada kulit yang terekskorasi
Mengetahui terapi apa yang cocok untuk dapat
Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi dilaksanakan dengan segera
Berikan obat anti jamur yang tepat Mengobati infeksi jamur kulit
• Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan oorangtua, lingkungan tidak
terkenal, prosedur yang menimbulkan stres
Intervensi Rasional
Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi Memberikan rasa nyaman pada masa oral bayi
Dorong kunjungan dan partisipasi keluarga dalam Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
perawatan sebanyak yang mampu dilakukokan oleh keluarga
keluarga
Memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stres
Sentuh, gendong, dan bicara pada anak sebanyak
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang
mungkin untuk menghilangkan kejenuhan
optimal
Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan kondisinya
• Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan
Intervensi Rasional
Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak Mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,
dan tindakan terapeutik khususnya jika sudah berada dirumah
Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan Memenuhi kebutuhan anak dan keluarga
dukungan pada anak
Mencegah penyebaran infeksi
Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
Mendapat pengawasa perawatan dirumah sesuai
perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
kebutuhan
Intruksikan keluarga mengenai pencegahan infeksi yang
Menjamin pengkajian dan pengonatan yang continu
dapat menyebabkan diare