Anda di halaman 1dari 56

Asuhan Keperawatan Pada

Anak Dengan Kelainan Sistem


Digestive: Diare

Tutor F : Keperawatan Anak I


Ns. Rokhaidah, M.Kep.,Sp.Kep.An
Definisi &
Insiden DIARE

Ariyana Pramitha H 1710711013


Diare? Penyakit yang dicirikan dengan kondisi
buang cairan tinja selama tiga kali atau lebih
dalam sehari. Diare merupakan penyakit
yang paling umum dijumpai pada anak-
anak, terutama yang berusia antara 6 bulan
hingga 2 tahun. Selain itu bayi berusia
kurang dari 6 bulan yang tidak disusui
ibunya.
Keperawatan Pediatrik (Siti Masriroh)

3
4
ETIOLOGI

Dwi Arini 1710711034


a. Faktor Faktor non
Infeksi infeksi
• Bakteri
• Virus • Alergi makanan
• Jamur • Malabsorbsi
• Parasit • Iritasi saluran cerna
• Protozoa • Obat-obatan
• Penyakit colon
• Stress
• Obstruksi usus
MANIFESTASI KLINIS
DIARE PADA ANAK

Defina Ramandhani 1710711012


Menurut Arief Mansjoer (2005), gambaran
\ klinis penyakit diare :
a.Awalnya anak akan menjadi rewel dan
gelisah.
b.Nafsu makan berkurang.
c.Demam.
d.Tinja makin cair, mungkin mengandung darah
dan lendir.
e.Muntah.
f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu.

8
g. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam.
h. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.
i. Berat badan menurun.
j. Tonus dan turgor kulit berkurang.
k. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

9
PATOFISIOLOGI DIARE
SHAFIYYAH AL ATSARIYAH 1710711004
GANIS EKA MADANI 1710711025
DESIANA RACHMAWATI 1710711038
ETIOLOGI DIARE DAPAT DIBAGI DALAM BEBERAPA FAKTOR,
YAITU:

1. Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
 Infeksi bakteri: E.coli, Salmonella, Aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus,
astrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut
(OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
LANJUTAN..

2. Faktor malabsorpsi
 Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), mono
sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa)
 Malabsorpsi lemak
 Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
MEKANISME DASAR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA DIARE
IALAH:

1. Gangguan osmotik
 Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
 Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
LANJUTAN..

3. Gangguan motilitas usus


 Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare
pula.
GEJALA KLINIS

 Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan
mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama makin berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin aam sebagai
akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.
LANJUTAN..

 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
 Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan,
sedang dan berat, sedangkan berdasar tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
LANJUTAN..

 Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat, kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun
(apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomaterus). Akibat dehidrasi,
diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita
akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
 Asidosis metabolik terjadi karena : 1. Kehilangan NaHCO3 melalui tinja, 2. Ketosis
kelaparan, 3. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (oleh
karena oliguria atau anuria), 4. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan
intrasel, 5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
LANJUTAN..

 Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma
kurang dari 130mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar natrium
dalam plasma 130-150mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila
kadar natrium dalam plasma lebih dari 150mEq/l.
DAFTAR PUSTAKA

 Buku kuliah 1 Ilmu kesehatan anak. 1985. Universitas Indonesia


Pemeriksaan Penunjang Diare

Mujahidatul Hasanah 1710711005


Heni Lestari 1710711011
Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik

Feses untuk adanya


Feses untuk panel atau
Kultur feses ovum dan parasite
kultur virus
(O&P)

Feses untuk darah


Feses untuk leukosit pH feses
samar

24
Panel elektrolit: dapat mengindikasikan dehidrasi

Radiografi abdomen (KUB):

25
Referensi
● Kyle, Terri dan Susan Carman. 2012. Buku Ajar keperawatan Pediatri Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

26
Penatalaksanaan Klinis
Diare
Mentari Elisabeth T 1710711002
Jesy Milanti 1710711021
1. Penatalaksanaan Terapeutik
Direkomendasikan banyak
Penanganan fokus pada minum cairan, seperti:
‐ ASI
etiologi. ‐ Susu sapi
‐ Sereal berbahan dasar bubur untuk orang sakit
‐ Sup
Terapi cairan, oral atau ‐ Yogurt
‐ Air dadih atau air susu sapi atau kerbau yang
perenteral. pekat dan dikentalkan
‐ Air rebusan nasi
‐ Jus buah segar
Pada bayi ASI dilanjutkan, ‐ Air ditambah makanan

bila etiologi bukan dari ASI.


28
• Anak tidak menunjukkan
• Keseimbangan cairan
gangguan integritas kulit
dipertahankan dalam batas
yang ditandai dengan kulit
normal.
utuh dan tidak lecet.

2.Perencanaan
• Tidak terjadi penularan
diare pada orang tua. • Anak dan orang tua
• Orang tua dapat menunjukkan rasa cemas
berpatisipasi dalam dan takut berkurang.
keperawatan anak.
3. Implementasi
1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
2. Mempertahankan keutuhan kulit.

3. Mengurangi dan mencegah penyakit infeksi.


4. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum.

5. Meningkatkan pengetahuan orang tua.


6. Menurunkan rasa takut/cemas pada anak dan orang
tua.
30
4. Pengobatan Diare
Ambil keputusan mengenai pengobatan yang sesuai:

Jika anak memiliki tanda-tanda yang Jika terdapat darah dalam tinja dan
terdapat dalam kolom berlabel diare yang berlangsung selama
“untuk permasalahan lain”. Maka selama kurang dari 14 hari, maka
diperlukan pengobatan khusus anak mengalami dysentri, maka
sebagai tambahan dalam berikan segera obat-obatan
pengobatan dehidrasi. antibiotic yang sesuai.

Jika mengalami diare selama lebih 14 hari


dengan atau tanpa darah di dalam tinja
dan/atau jika mengalami gangguan gizi
parah, terus berikan makan pada anak
dan segera diobati.
31
Menentukan Tingkat Dehidrasi

-
-
-
-
Dua dari tanda berikut:
Lesu atau tidak sadarkan diri
Mata cekung
Tak dapat minum atau sedikit minum

Bila dicubit kulit akan lama kembali seperti semula.
DEHIDRASI PARAH

Dua dari tanda berikut:


- Gelisah, mudah marah
DEHIDRASI SEDANG
- Bernafsu untuk minum, haus
- Bila dicubit kulit akan lama kembali seperti semula.

Tidak cukup tanda untuk mengklasifikasikan kondisi


ini apakah termasuk dehidrasi sedang atau parah TIDAK MENGALAMI DEHIDRASI
 
32
5. Manajemen Keperawatan
Mengembalikan
keseimbangan
cairan dan elektrolit

Mengedukasi
keluarga
Referensi:
Arfiana dan Arum. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita
dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: Transmedika.

Kyle, Terri dan Susan Carman. 2013. Buku Ajar


Keperawatan Pediatri, Volume 3, Edisi
2. Diterjemahkan oleh Dwi Widiarti dan Wuri Praptiani.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Pediatrik.


Yogyakarta: Imperium.
Asuhan Keperawatan Pada Anak : Diare
Arkianti Putri 1710711019
Isfia Aunillah Rahma Soleha 1710711031
PENGKAJIAN
 Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap,tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua
tahun. Insiden paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini
mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan (Depkes RI, 1999:5).
 Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
persisten.
Riwayat penyakit sekarang menurut Suharyono (1999:59),
yaitu:
 Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
 Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
 Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
 Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
 Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
 Diuresis: terjadi oiguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak
ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
Riwayat kesehatan meliputi:
 Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih lebih sering terjadi atau berakibat

berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
 Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan

salah satu kemungkinan penyebab diare (Axton,1993:83).


 Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah

batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare. Informasi
ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronko pneumonia, dan ensefalitis (Surharyono,1999:59).
Riwayat nutrisi (Depkes RI, 1999: 124-129)
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi:
Pemberian ASI penuh pada anak berumur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena
botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi
ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum
atau tidak bisa minum.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
 Berat badan. Menurut S. Partono (1999), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
sebagai berikut:
Tingkat Dehidrasi % Kehilangan Berat Badan
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)

Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di
rumah sakit. Sedangkan dilapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan
menggunakan penilaian keadaan anak sebagaimana yang telah dibahas pada bagian konsep
dasar diare.
Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua
ujung jari (bukan kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat
(kurang dari 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila
turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2
detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini
termasuk diare dengan dehidrasi berat.
Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
Mulut dan lidah
Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
Mulut dan lidah (dehdrasi ringan/sedang)
Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, kejang, dan
bising usus yang meningkat.
Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal)
yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula (Suharyono,1999).
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare, yaitu:
Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur.
Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini Test), lemak dan kultur
urine.

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa anak untuk menentukan terjadinya


dehidrasi pada anak, ada data-data penting yang harus dikaji. Data-data ini
selanjutnya, digunakan untuk mengklasifikasi diare. Klasifikasi ini bukanlah
diagnosa medis, namun dapat digunakan untuk menentukan tindakan apa yang harus
diambil oleh petugas dilapangan. Adapun data dan klasifikasi diare yang dimaksud
adalah:
Tanda/Gejala yang Tampak Klasifikasi
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut: Diare dengan dehidrasi berat
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut: Diare denagn dehidrasi ringan/sedang
a. Gelisah, rewel, atau mudah marah
b. Mata cekung
c. Haus, minum dengan lahap
d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai Diare tanpa dehidrasi
dehidrasi berat atau ringan/sedang

Diare selama 14 hari atau lebih disertai dengan dehidrasi Diare persisten berat

Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai tanda dehidrasi Diare persisten

Terdapat darah dalam tinja (berak campur darah) Disentri


NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan gastrointestinal berlebihan
melalu feses atau emesis

2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui diare, asukan yang tidak adekuat

3 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran


gastrointestinal

4 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare

5 Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan oorangtua, lingkungan tidak terkenal, prosedur
yang menimbulkan stress

6 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan


Intervensi/rasional
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan gastrointestinal
berlebihan melalu feses atau emesis
INTERVENSI RASIONAL
•Kaji tanda-tanda vital, turgir kulit,  Mengkaji hidrasi
membran mukosa, dan status mental
•Beri Larutan Rehidrasi Oral (LRO) sedikit  Rehidrasi dan menggantian kehilangan cairan
tapi sering khusunya jika anak muntah melalui feses
•Berikan dan pantau cairan IV sesuai
ketentuan dan anjuran dokter  Mengganti cairan akibat dehidrasi hebat dan
•Berikan antimikroba sesuai ketentuan dan
muntah
anjuran dokter
   Mengobati patogen khusus yang
•Setelah rehidrasi, berikan diet reguler
kepaada anak sesuai toleransi menyebabkan kehilangan cairan berlebih
INTERVENSI RASIONAL

• Pertahankan pencatatan yang ketat Penelitian menunjukan pemberian


terhadap masuk dan keluaran (feses, ulang diet secara dini bersifat
urine, emesis) mengutungkan untung menurunkan
• Pantau berat jenis urin setiap 8jam jumlah defekasi dan penurunan berat
• Insturksikan kepada keluarga dalm badan serta pemendekan durasi
memberikan terapi dan mengkaji penyakit
tanda-tanda rehidrasi, dan Mengevaluasi keefektifan intervensi
pemantauan masuk dan keluaran Mengkaji hidrasi
Menjamin hasil optimum dan
memperbaiki kepatuhan terhadap
aturan terapeutik
Tujuan: anak dapat menunjukan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
diare, asukan yang tidak adekuat

Intervensi Rasional
 Setelah rehidrasi, intruksian bayi menyusui untuk  Hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi
melanjutkan memberian ASI penyakit.

 Observasi dan catat respons terhadap pemberian  Mengkaji toleransi pemberian makanan.
makanan
 Karena diet yang baik untuk pasien dengan keluhan
 Hindari makanan yang lebih banyak kandungan diare adalah rendah karbohidrat dan tinggi protein.
karbohidratnya untuk terapi diet. pilih makanan
 Meningkatankan kepatuhan terhadap program
dengan tinggi energi, protein, dan elektrolit
terapeutik.
 Instruksikan keluarga dalam pemberian diet yang
 Memperbaiki kepatuhan terhadap program
tepat
terapeutik
 Gali masalah dan libatkan anggota keluarga untuk
menentukan keputusan
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus saluran gastrointestinal

Intervensi Rasional
 Pempertahankan cara pencucian tangan dengan benar  Mengurangi risiko penyebaran infeksi

 Pakaikan popok dengan benar dan gunakan popok sekali pakai  Mengurangi risiko penyebaran virus dan bakteri dari feses

 Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari  Mencegah penyebaran infeksi
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi
 Mencegah penyebaran infeksi
 Ajarkan anak, bila mungkin, tindakan perlindungan dari agen
 Mengurangi risiko penyebaran infeksi
infeksius

 Implementasikan isolasi substansi tubuh atau praktik


pengendalian infeksi rumah sakit, termasuk pembuangan feses
dan pencucian yang tepat, serta penanganan spesimen yang tepat

 Intruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktik


isolasi, khususnya mencuci tangan
• Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Iritasi Karena Diare

Intervensi Rasional
 Ganti popok sesering mungkin  Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering

 Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan menggunakan  Karena feses diare sangat mengiritasi kulit membutuhkan
sabun lunak, non-alkalin atau air sabun non-alkalin agar tidak menimulakn rasa nyeri

 Beri obat oles (salep) sesuai dengan anjuran dokter untuk  Melindungi kulit dari iritasi
melindungi kulit dari iritasi
 Tisu basah mengandung alkohol dapat memberikan rasa
 Hindari penggunaan tisu basah yang dijual bebas yang menyengat (nyeri)
mengandung alkohol pada kulit yang terekskorasi
 Mengetahui terapi apa yang cocok untuk dapat
 Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi dilaksanakan dengan segera

 Berikan obat anti jamur yang tepat  Mengobati infeksi jamur kulit
• Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan oorangtua, lingkungan tidak
terkenal, prosedur yang menimbulkan stres

Intervensi Rasional
 Beri perawatan mulut dan empeng untuk bayi  Memberikan rasa nyaman pada masa oral bayi

 Dorong kunjungan dan partisipasi keluarga dalam  Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
perawatan sebanyak yang mampu dilakukokan oleh keluarga
keluarga
 Memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stres
 Sentuh, gendong, dan bicara pada anak sebanyak
 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang
mungkin untuk menghilangkan kejenuhan
optimal
 Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak dan kondisinya
• Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan

Intervensi Rasional
 Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak  Mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,
dan tindakan terapeutik khususnya jika sudah berada dirumah

 Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan  Memenuhi kebutuhan anak dan keluarga
dukungan pada anak
 Mencegah penyebaran infeksi
 Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
 Mendapat pengawasa perawatan dirumah sesuai
perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
kebutuhan
 Intruksikan keluarga mengenai pencegahan infeksi yang
 Menjamin pengkajian dan pengonatan yang continu
dapat menyebabkan diare

 Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan


komunitas

 Aturan perawatan kesehatan pascahospitalisasi yang


sesuai dengan masalah pada anak
IMPLEMENTASI
Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya
diterapkan dalam bentuk nyata. Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang
dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknik. Ada 3 fase dalam
melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
o Fase Persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan
dan keterampilan.Mengimplementasikan rencana, persiapan dan
lingkungan.
o Fase Operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada
fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan
interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan
spiritual
o Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi
dilakukan.
EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping
itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
ditetapkan belum berhasil/ teratasi.
• Anak dapat menunjukan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
• Anak mengonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukkan pertambahan
berat badan yang memuaskan
• Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi gastrointestinal dan infeksi
tidak menyebar ke orang lain
• Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi gastrointestinal dan
infeksi tidak menyebar ke orang lain
• Kulit tubuh tetap dalam keadaan normal dan anak tidak
menunjukkan tanda tanda kerusakan pada kulit
• Anak telah menunjukan tanda tanda kenyamanan dan tidak
menunjukan tanda-tanda distres fisik, keluarga dapat berpartisipasi
dalam perawatan anak sebanyak mungkin
• Keluarga dapat memahami tetang penyakit anak dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan, khususnya
dirumah.

Anda mungkin juga menyukai