Anda di halaman 1dari 4

Oleh kelompok 9

Nama kelompok :
 Oktavia safitri C1C017043
 Muhammad robby arjoen C1C017004
 Muhammad fahmi imanullah C1C017129

SOAL PERTAANYAAN BAB 2 NO 1 SAMPAI 6

1. Jelasan apa yang dimaksud dengan islam !

Jawab : Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan 1,8 miliar orang
pengikut di seluruh dunia, Islam menjadi agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pengikut ajaran
Islam disebut Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya
adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah
adalah satu-satunya tuhan yang berhak disembah dan Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir
yang diutus ke dunia oleh Allah.
Kata “islām” berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu dengan arti semantik sebagai berikut:
tunduk dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama),
mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), masuk dalam kedamaian, keselamatan,
atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām). Dari istilah-istilah lain yang akar
katanya sama, “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-
Nya.

2. Apa hubungan syariah dan hukum islam?


Jawab : Istilah hukum Islam tidak ditemukan dalam al-Quran, Sunnah, maupun literatur
Islam. Untuk itu perlu dicari padanan istilah hukum Islam ini dalam literatur Islam. Jika
hukum Islam itu dipahami sebagai hukum yang bersumber dari ajaran Islam, maka sulit
dicari padanan yang dalam literatur Islam persis sama dengan istilah tersebut. Ada dua
istilah yang dapat dipadankan dengan istilah hukum Islam, yaitu syariah dan fikih. Dua
istilah ini, sebagaimana sudah diuraikan di atas, merupakan dua istilah yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan, karena keduanya sangat terkait erat. dapatlah disimpulkan bahwa
hukum Islam itu tidak sama persis dengan syariah dan sekaligus tidak sama persis dengan
fikih. Tetapi juga tidak berarti bahwa hukum Islam itu berbeda sama sekali dengan syariah
dan fikih. Yang dapat dikatakan adalah pengertian hukum Islam itu mencakup pengertian
syariah dan fikih, karena hukum Islam yang dipahami di Indonesia ini terkadang dalam
bentuk syariah dan terkadang dalam bentuk fikih, sehingga kalau seseorang mengatakan
hukum Islam, harus dicari dulu kepastian maksudnya, apakah yang berbentuk syariah
ataukah yang berbentuk fikih. Hal inilah yang tidak dipahami oleh sebagian besar bangsa
Indonesia, termasuk sebagian besar kaum Muslim, sehingga mengakibatkan hukum Islam
dipahami dengan kurang tepat bahkan salah.

3. Jelaskan tentang dasar ajaran islam serta hubungkan dengan akidah,syariah dan akhlak!
Jawab : Aqidah merupakan kepercayaan, keimanan mengenai keesaan Allah. Syariah (hukum)
adalah jalan menuju sesuatu yang benar. Akhlak adalah budi pekerti, sopan santun, dan perilaku.
Aqidah, Syariah dan Akhlak, ketiganya merupakan 3 pokok ajaran Islam. Ketiganya harus selalu
bersamaan dengan aqidah berjalan di depan. Istilahnya menurut dosen Hukum Islam saya,
Akhlak dan syariah mencantol pada aqidah.Adapun filosofi lain, aqidah, syariah, dan akhlak
bagaikan suatu pohon, di mana aqidah merupakan akar, syariah merupakan batang dan akhlak
adalah dedaunan. Syariah dan akhlak akan tumbang tanpa adanya aqidah yang
mengakarinya.Aqidah mendasari hukum, hukum tanpa akhlak menjadi kezaliman.
Aqidah, Syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran Islam. Ketiga
unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan
yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat
keberadaan agama. Sementara syariah sebagai system nilai berisi peraturan yang
menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika menggambarkan arah dan
tujuan yang hendak dicapai agama.

4. Apakah yang yang dimaksud dengan hukum islam? Berdasarkan para ahli fikih dan
berdasarkan hukum islam tersebut?jelaskan!
Jawab : pengertian syariat Secara etimologis, kata syariat, (dalam bahasa Arab, aslinya, syarî’ah/
‫ )شريعة‬berasal dari kata syara’a ( ‫ )شرع‬yang berarti jalan menuju mata air. Dalam istilah Islam,
syari’ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik, yakni nilai-nilai agama yang dapat
memberi petunjuk bagi setiap umat manusia.
Pengertian fikih Secara lughawi (semantis), kata fikih berasal dari bahasa Arab, fiqh/ ‫فقـه‬
bermakna mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik. Di beberapa tempat, al-Qur`an
menggunakan kata ”faqiha/ ‫ ”فقـه‬yang berarti pemahaman.Sedangkan menurut istilah fiqh berarti
sekelompok hukum tentang amal perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Syari’ah berarti sumber fikih dan fikih adalah proses memahami syari’ah sekaligus hasil atau
produk fuqaha (ahli fikih) dalam menentukan hukum yang mempunyai sumber suci berupa
syari’ah atau wahyu itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa fikih lebih khusus daripada syari'ah.
Syari'ah merupakan sumber dari fikih. Alasannya, fikih merupakan pemahaman yang mendalam.
Dengan demikian, fikih merupakan hasil ijtihad ulama terhadap ayat Al-Qur'an atau sunnah Nabi
SAW.

5. Apa yang menjadi dasar pengambilan hukum islam?


Jawab : dalil syar'i, adalah rujukan pengambilan keputusan untuk menghukumi suatu perbuatan
(misal, wajib) dalam syariat Islam dengan cara yang dibenarkan. Semua hukum perbuatan dalam
Islam selalu merujuk kepada empat macam rujukan yang disepakati oleh mayoritas
kaum muslimin (dari yang paling utama): Alquran, sunnah, ijmak, dan qiyas. Penetapan empat
sumber hukum ini tertera dalam firman Allah dalam Surah An-Nisa’ (lihat di bawah). Karena
peraturan Islam yang tercantum dalam sumber utama tidak secara eksplisit menangani setiap
kejadian yang mungkin terjadi, yurisprudensi harus mengacu pada sumber dan dokumen asli
untuk menemukan tindakan yang benar. Menurut mazhab Sunni, sumber sekunder hukum Islam
adalah konsensus, sifat pastinya tidak mengandung konsensus sendiri; Alasan analogis; Alasan
murni; Mencari kepentingan umum; Kebijaksanaan hukum; Keputusan generasi pertama umat
Islam; Dan adat istiadat setempat. Mazhab Hanafi sering bergantung pada deduksi analogis dan
penalaran independen, dan Maliki dan Hanbali umumnya menggunakan Hadis. Mazhab
Syafi'i menggunakan Sunnah lebih dari Hanafi dan analogi lebih dari dua lainnya. Di
antara Syi'ah, Mazhab Ja'fari Usuli menggunakan empat sumber, yaitu Alquran,
Sunnah, konsensus dan intelek. Mereka menggunakan konsensus dalam kondisi khusus dan
bergantung pada akal untuk menemukan prinsip umum berdasarkan Alquran dan Sunnah, dan
menggunakan prinsip-prinsip yurisprudensi sebagai metodologi untuk menafsirkan Alquran dan
Sunnah dalam situasi yang berbeda. Akhbari Ja'fari lebih mengandalkan tradisi dan
menolak ijtihad. Menurut Momen, terlepas dari perbedaan prinsip-prinsip yurisprudensi antara
Syiah dan empat mazhab Sunni, ada sedikit perbedaan dalam penerapan praktis yurisprudensi
terhadap Upacara ritual dan transaksi sosial.

6. Apa perbedaan antara wajib ain dan wajib kifa’i?

Jawab : Wajib Ain dan Wajib Kifayah adalah dua jenis hukum wajib dalam Islam. Wajib sendiri
artinya adalah sesuatu yang harus dilakukan karena mendapat pahala dan bila ditinggalkan
mendapat dosa. Wajib terbagi dua yakni ‘Ain dan Kifayah. Penjelasannya pada bagian berikut.
Jika dilihat dari aspek penunainya, hukum wajib terbagi dua yakni:
WAJIB ‘AIN adalah kewajiban untuk melaksanakan sesuatu yang sifatnya mutlak karena
berlaku bagi semua umat muslim (Mukalaf). Contoh wajib ‘ain ini adalah sebagai berikut:
 Shalat Fardhu
 Puasa Ramadhan
 Zakat
 Haji bila mampu
WAJIB KIFAYAH, disebut juga wajib Kifai, adalah jenis kewajiban untuk melakukan sesuatu
namun gugur apabila sudah ada yang melakukannya. Dengan demikian, wajib kifayah
diberlakukan pada satu atau pun sebagian orang saja, yakni mereka yang dekat atau dapat
melaksanakannya. Contoh Wajib Kifayah ini adalah sebagai berikut:
 Shalat Jenazah
 Membantu orang yang terkena musibah
 Membersihkan musholla atau masjid
 Dan lain sebagainya.
Namun apabila wajib kifayah ini tidak dilakukan oleh satu orang pun maka semua mukalaf akan
dianggap berdosa karena telah mengabaikan kewajiban tersebut terlebih jika ia dekat dan dapat
melaksanakan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai