Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA UMAT KONTEMPORER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah, perkara sulit,
persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti: berbagai
problem. Fakta umat Islam di masa sekarang berada pada salah satu masa
terburuknya sejak cahaya Islam muncul di Makkah dan benderang di Madinah.
Keadaan umat Islam sekarang lebih buruk daripada masa-masa suram ketika bangsa
Mongol menghancurkan Baghdad, membunuh khalifah dan menjadikan jalanan
Baghdad basah oleh darah umat Islam. Masa itu memang merupakan masa yang
sangat suram bagi umat Islam, namun kondisi umat Islam sekarang lebih buruk dari
masa tersebut.kondisi umat islam saat ini memburuk, bisa dilihat dari berbagai bidang
manapun.
keterpurukan umat islam tersebut terjadi karena sudah kurangnya kepercayaan
dan keimanan dari diri umat islam itu sendiri. berkembangnya era Globalisasi juga
memiliki peran yang cukup besar terhadap keterpurukan umat islam saat ini,
masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran islam dan kaidah kaidah
islam yang tersebar di seluruh dunia dengan cepat karena adanya era yang disebut era
Globalisasi.
Pada masa sekarang ini kebanyakan umat islam hanya menggap bahwa agama itu
adalah persoalan belakangan, kebanyakan hanya mementingkan dunia dari pada
akhiratnya. Seakan akan agama itu hanya sebagai pemenuhan syarat untuk menjadi
seorang warga negara. Kebanyakan umat islam saat ini hanya mencantumkan agama
islam dalam KTP mereka tetapi tidak mencantumkan dalam hati, mengamalkan hal
hal yang diperintahkan dan menjauhi larangan larangan yg dilarang dalam
agama.untuk itu sebagai umat islam yang baik hendaknya kita mengetahua problem-
problem apa saja yang sedang dihadapi oleh umat islam saat ini dan bagaimana cara
kita untuk mengatasi problem-problem tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang teermasuk masalah problematika umat masa kini?
2. Bagaimana cara menangani problematika umat masa kini ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


1. untuk mengetahui masalah problematika umat masa kini
2. Untuk mengetahui cara menangani problematika umat masa kini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Agama Dalam Kehidupan


Agama adalah pedoman hidup dan menjadi tolak ukur yang mengatur tingkah
laku penganutnya dalam kehidupan seharihari. Baik atau tidaknya tindakan seseorangterg
antung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatan terhadap agama yang di
yakini. Agama berperan sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia
danmengarahkannya kepada kebaikan bersama.Agama menghidupkan nilai luhur
moralitas. Diturunkannya agama kepada manusiamempunyai agenda menghidupkan
moralitas dalam rangka mengatur kehidupanmanusia. Agama amat mendukung nilai
luhur yang menyeru kepada prinsip kebaikan,seperti keadilan, kejujuran, toleransi, dan
tolong-menolong.Dalam proses kehidupan yang dijalani manusia, agama sangat
mendukung untuktindakan kebaikan.
Artinya, agama tidak hanya memberikan nilai-nilai yang bersifatmoralitas, namun
juga menjadikannya sebagai fondasi keyakinan. Agama mensyarakatkan moralitas
sebagai bagian iman secara keseluruhan. Tak ayal, moralitasyang ditekankan agama
bersifat mengikat kepada setiap penganutnya.

2.2 Umat Islam di Indonesia


Mengamati perkembangan kehidupan umat di Indonesia, khususnya yang kita
saksikanmelalui media, banyak persoalan-persoalan yang sangat ironis dengan
harapan.Berdasarkan data dari Kementerian Agama RI, jumlah umat Islam di Indonesia
sekitar207.176.162 jiwa mendominasi jumlah umat agama lain. Kemudian jumlah masjid
se-Indonesia mencapai 700 s.d 800 ribu. Lalu pondok pesantren tercatat kurang
lebih27.230 pesantren dengan jumlah santri 3.759.198 jiwa dan kiayi 153.276 jiwa
denganrasio 1 kiayi : 28 santri. Kemudian ditambah lagi jumlah madrasah berkisar
68.471madrasah. Terakhir jumlah perguruan tinggi Islam yang tercatat di Kementerian
Agamadan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek mencapai 325 perguruan tinggi
Islamnegeri dan swasta
Jadi, berdasarkan realita di atas harapannya kehidupan umat dapat kondusif
sesuaidengan nilai-nilai Islam.Tetapi kenyataannya di lapangan, fenomena kuantitatif
datatersebut tidak serta merta diikuti oleh tingginya moralitas atau karakter umat,
dengankata lain semakin banyak jumlah umat Islam, masjid, pesantren, madrasah,
dan perguruan tinggi Islam tidak diikuti oleh semakin baiknya kondusifitas kehidupan
umat.Bahkan dapat dikatakan berbanding terbalik, artinya terjadi
kemerosotan/degradasimoral di hampir semua lini kehidupan, baik lini pemerintahan
maupun masyarakatsecara umum.
Terangnya, umat tengah menghadapi problematika yang serius dengan
indikatorutamanya adalah krisis karakter yang dalam bahasa agamanya adalah akhlak
yangsemestinya dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa, tetapi malah
menjadisalah satu indikator penentu kemunduran bangsa. Dalam hal ini, telah terjadi
masalahyang merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan di lapangan.

2.3 Permasalahan Umat Islam Saat Ini


Setiap hari muncul permasalahan dalam umat islam. Permasalahan satu belum
selesaisudah muncul permasalahan baru yang menutupi. Sungguh miris ketika kita
renungkankembali, karena bangsa yang sangat terkenal dengan jumlah penduduknya
yangmayoritas muslim ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan bangsa yang
ada.Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam  bersabda
“Hampir tiba masanya kaliandiperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang
memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya
jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak,namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah
telah mencabut rasa gentar daridada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah
menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya
Rasulullah, apakah Al -Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih
wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.”(HR Abu Dawud 3745).
Dari hadis tersebut akan tiba suatu masa dimana orang-orang beriman akan
menjadikumpulan manusia yang menjadi rebutan umat lainnya. Kaum muslimin menjadi
bulan bulanan kaum lainnya. Kaum muslimin tertipu dengan banyaknya jumlah tetapi
berkualitas rendah. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki kemuliaansebagaimana
di masa lalu.
Yang membuat kondisi umat ini semakin terpuruk dihimpit permasalahan
adalahterdapat kelemahan-kelemahan pada individu-individu muslimnya. Mulai
dari permasalahan aqidah, hingga masalah pergerakan dan pengorganisasian yang terusm
enerus di serang. Coba kita lihat sebagian besar muslim di Indonesia hanyalah
muslimketurunan dan tidak memahami esensi dari menjadi seorang muslim itu
sendiri,sehingga wajar jika nantinya banyak ditemukan orang-orang yang mengaku
muslimtetapi memiliki konsep aqidah yang salah.
“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karen
abanyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi
manfaatkepadamu sedikit pun” (QS At Taubah:25).
Diperjelas kembali dalam ayat diatas yang menunjukkan bahwa persatuan dan
jumlahyang banyak tidaklah bermanfaat jika kemaksiatan tersebar di tengah-tengah
merekaKita lihat dosa ujub telah menghancurkan faedah dari jumlah yang banyak
sehingga para shahabat menuai kekalahan pada saat perang Hunain. Di antara maksiat ad
alahmenyatukan barisan bersama orang-orang yang membenci ajaran Nabi
shallallahu‘alaihi wa sallam karena sikap tepat terhadap mereka adalah memberikan
nasihat, bukan mendiamkan kesalahan. Sikap minimal adalah mengingkari dengan hati
dalam bentuktidak menghadiri acara-acara yang menyimpang dari sunnah bukan malah
menikmati.
Benar apa yang disampaikan oleh salah seorang sahabat nabi,“ al Islam mahjubun
bilmuslimin “yaitu Islam akan terhalang oleh umat Islamnya sendiri. Artinya bahwa
majumundurnya Islam dimuka bumi ini sangat ditentukan oleh umat Islam itu sendiri.
Hal inidiperparah dengan gejala Islamophobia yang makin meningkat dewasa ini.
Begitu banyak penomena kebodohan yang nampak saat ini, baik dari sisi akidah,
ibadahataupun akhlak. Sebagai contoh konkrit begitu merebaknya syirik, tahayul,
khurafat dansejenisnya, dalam hal ibadah, tidak sedikit umat Islam yang meninggalkan
sholat wajib, puasa serta kewajiban ibadah yang lainnya. Al qur’an yang seharusnya
jadi peganganpun mulai ditinggalkan, bahkan yang menjadi masalah terbesar adalah yang
tahu kebenaran Islam, namun tidak mau diatur oleh Islam. Belum lagi perpecahan
yangterus tumbuh subur dikalangan umat Islam.
Selanjutnya serangan dari musuh musuh Islam, sebagaiman yang yang Allah
firmankandalam Qs Al Baqoroh ayat: 120,“Orang -orang yahudi dan nasrani tidak akan
senang kepadamu sehingga kamu mengikuti agama mereka”.Memang betul, begitu
gencarnyausaha-usaha yang mereka lakukan untuk mengghancurkan umat Islam,
baik dengan caraterang-terangan atau gerakan bawah tanah, kita saksikan begitu hebatnya
invasi yangdilakukan negara negara yahudi pada negara Islam, bahkan tidak jarang kita
lihat ikutcampur mereka dalam urusan dalam negeri umat Islam, mereka terorganisir,
terencanadan serius dalam usaha menghancurkan Islam di muka bumi ini.
Cara tersembunyi pun mereka lakukan, kristenisasi begitu marak sekarang ini,
bahkanmereka mengklaim bahwa jumlah umat nsarani di indonesia sekarang ini sudah
lebihdari 15 persen dari penduduk indonesia. Bahkan kitapun secara tidak sadar
sudahdigiring pada agama mereka. Berapa banyak acara televisi yang secara tidak
langsung adalah usaha mereka untuk memeperkenalkan agama mereka , atau setidaknya
menjauhkan umat islam dari nilai islam.
Begitulah cara mereka menyerang umat islam saat ini, atau yang lebih sering
didengarkan dengan ghazwul fikri.Secara istilah bisa diartikan sebagai penyerangan
dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada di
dalamnyasehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena
telah bercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.
Serangan orang kafir lewat ghazwul fikri ini dengan berbagai cara, diantaranya:
merusakakhlak(ifsadul akhlaq),menghancurkan fikrah (pemikiran) (tahthimul
fikrah),melarutkan kepribadian(idzabatu asy-syakhshiyyah), dan menjatuhkan akidah(ar-
riddah).
Berbicara siapa yang salah adalah tidak menyelesaikan masalah problematika
umatIslam Indonesia ini. Sekarang mari kita bercermin, apakah kita adalah bagian
darimasalah umat ini ataukah kita bagian dari solusi atas permasalahan ini. Dan yang
pastikita adalah bagian dari umat Islam itu, kita harus memulainya dari kita sendiri, saat
ini,dan dari hal-hal yang terkecil.
2.4 Tantangan Umat Islam Kontemporer
a. Neo-Imperialisme
Pada era 1950-an, bangsa Muslim di muka bumi telah mengakhiri penjajahan
(imperialisme) fisik dari bangsa Barat. Pertanyaan yang diajukan oleh Guru Besar
Cairo University, Prof. Hasan Hanafi, dalam kitabnya Muqaddimah fi al-‘Ilmi al-
Istighrab, cukup membuat umat Islam terhenyak: “Mengapa gerakan pembebasan
tanah air berhasil melepaskan diri dari penjajahan militer tetapi gagal
mempertahankan kemerdekaaan ekonomi, politik, kebudayaan dan peradaban?”.
Inilah penjajahan di alam modern yang dialami oleh bangsa Muslim pasca
penajahan fisik yang di kenal dengan neo-imperaialisme. Penjajahan model ini jauh
lebih dahsyat dampak negatifnya bagi bangsa-bangsa Muslim ketimbang penjajahan
pada era kolonialisme fisik abad 18-19 M. Kedaulatan ekonomi dan politik menjadi
ketergantungan ekonomi dan politik terhadap Barat yang berbasis pada kapitalisme
dan liberalisme. Tidak hanya itu, dampak lebih luas dari neo-imperalisme adalah
terkikisnya nilai-nilai luhur kebudayaan lokal, identitas bangsa yang semuanya
berbasis ajaran agama. Dengan kata lain, ajaran Islam dalam kehidupan Mulim telah
digeser oleh nilai-nilai universal Barat semisal demokrasi, Hak Asasi Manusia,
liberalisasi, civil sosiety dan sebagainya.
Neo-Imperialisme mengusung agenda yang sebagian besar umat Islam
menerimanya secara wajar, tanpa sedikitpun mencurigai bahwa di dalamnya
tersimpan agenda dan ideologi tersembunyi yang akan membunuh ideologi Islam.
Agenda noe-imperialisme itu antara lain adalah kapitalisasi, liberalisasi, dan
globalisasi.

b. Clash of Civilization (Benturan Peradaban)


Tokoh yang pertama mencetuskan teori clash of civilization adalah Samuel P.
Huntington. Dalam tulisan kontroversialnya The Clash of Civilization yang dimuat
jurnal Foreign Affair (Summer, 1993), guru besar studi-studi strategis pada Harvard
University AS itu memprediksikan makin parahnya ketegangan antara peradaban
Barat dan peradaban Islam. Tesis Huntington sebenarnya bagian dari rekomendasi
bagi pemerintahan Amerika Serikat untuk membuat peta tata dunia baru di planet
bumi. Huntington dalam hal ini ingin mengingatkan pemerintah AS untuk waspada
terhadap ancaman baru pasca perang dingin dan runtuhnya negara Uni Soviet.
Clash of civilization adalah tindak lanjut Perang Salib yang terjadi di abad 11-12
M. Barat (terutama AS) memposisikan Islam sebagai musuh utama yang harus
dilumpuhkan dengan berbagai cara. Kepentingan global Barat dalam Clash of
civilization sesungguhnya adalah dominasi ekonomi dan politik atas seluruh negara
non-Barat. Untuk melancarkan kepentinganya itu, Barat memakai banyak cara, dari
yang paling halus sampai yang paling berdarah-darah. Cara halus Barat
mengukuhkan hegemoninya diantaranya melalui rezim pengetahuan. Rezim
pengetahuan yang diciptakan Barat tidak memberi ruang yang bebas kepada
pengetahuan lain untuk berkembang. Generasi terdidik di negara berkembang
diarahkan sedemikian rupa menjadi agen dan penjaga sistem pengetahuan Barat. Dan
bukan hanya cara berfikir saja yang diarahkan, tetapi gaya hidupnya pun
dikendalikan.
Hegemoni pengetahuan Barat terlihat jelas ketika kaum terdidik di negara
berkembang dengan setia dan tidak sadar menyebarkan dan membela nilai-nilai dan
institusi Barat seperti demokrasi, civil society, hak asasi manusia. Semua yang
datang dari Barat diterima sebagai nilai-nilai universal yang merupakan produk
peradaban terbaik yang harus diikuti.

c. Isu Terorisme
Aktualiasi paling kontemporer dari clash of civilization adalah isu terorisme yang
sedang gencar-gencarnya dipropagandakan Barat untuk menyudutkan dan
mendiskreditkan Islam. Dipicu oleh serangan 11 September atas World Trade Cantre
(WTC), AS dan sekutunya seakan mempunyai mandat penuh untuk menyerang
kelompok-kelompok Islam yang dinilai radikal dengan dalih memberantas terorisme.
Agresi AS di Afganistan dan Irak adalah bagian dari perang melawan terorisme yang
dilakukan AS dan Barat.
Perang melawan terorisme hanyalah sekadar dalih dari ambisi AS dan Barat untuk
menguasai negara-negara Muslim yang selama ini potensial untuk melakukan
perlawanan terhadap Barat. Dan yang lebih menyedihkan, agenda perang melawan
terorisme itu diterima oleh mayoritas negara-negara Muslim sebagai agenda bersama.
Bahkan pemerintah RI langsung meresponnya dengan mengeluarkan UU anti-
terorisme yang menimbulkan kontroversi itu serta tidakan-tindakan lain yang
menyudutkan umat Islam seperti rencana membuat sidik jari santri dan lain-lain.
Dampak isu terorisme yang dialami oleh umat Islam yang tinggal di Barat
sungguh besar. Gerakan mereka selalu dicurigai dan yang lebih menyakitkan adalah
stigma sebagai kelompok teroris yang berpengaruh terhadap relasi sosial mereka.

2.5 Kondisi Umat Islam


a. Terpecah belah dan diskonsolidasi
Adanya hadis yang menyebut bahwa umat Islam akan terbagi menjadi tujuh puluh
tiga golongan dan yang selamat hanya satu, seolah menjadi alasan normatif bagi umat
umat Islam untuk tidak bersatu. Realitas umat yang majemuk, terdiri dari beragai
aliran pemikiran dan golongan serta berbagai kelompok gerakan tidak disikapi secara
bijak oleh umat Islam sebagai sebuah keniscayaan sejarah, tetapi malah dijadikan
alasan untuk mengutuk, menyesatkan, menafikan dan menyerang kelompok lain.
Suasana tidak harmonis antar umat Islam tidak saja terjadi di level bawah, tetapi
pada level antar negara Islam. Arab Saudi, misalnya, tampak tidak begitu simpati
apalagi tergerak secara kongret untuk melakukan pembelaan terhadap Hizbulloh yang
diserang Israel, gara-gara Hizbulloh berpaham Syi’ah.
Belum lagi “pertarungan” antara kelompok konservatif salafi dengan gerakan-
gerakan Islam modernis internasional, seperti Ikhwan al-Muslimin dan Hizb at-
Tahrir, antara kelompok Islam pro pemerintah dengan kelompok Islam radikal di
Mesir, Aljazair, Sudan, Somalia, Pakistan dan sebagainya. Aneka konfilk itu sangat
jelas melemahkan kekuatan Islam dan menguntungkan kelompok Barat yang selama
ini sedang giat-giatnya membuat Islam lemah melalui politik adu domba.
Di level nasional Indonesia, dapat disaksikan betapa umat Islam tidak mempunyai
satu ritme gerakan untuk melaksanakan agenda umat melawan musuh bersama Islam.
Atau jangan-jangan musuh bersama (common enemy) itu tidak pernah terpikirkan
oleh umat Islam sehingga justru yang menjadi musuh adalah kelompok Islam lain.
Sinergitas antar gerakan Islam tidak tampak dan yang muncul adalah egoisme
kelompok, seolah hanya dengan kelompoknya sendiri seluruh persoalan umat Islam
dapat dipecahkan.
b. Terpenjara oleh kesadaran magic (tahayul)
Salah satu akibat yang dimunculkan oleh kesadaran macam ini adalah mejadikan
umat Islam anti terhadap ilmu pengetahuan. Padahal, kemajuan yang dicapai Barat
dan yang lantas digunakannya untuk menyerang Islam adalah melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dunia Islam terlena dengan kesadaran magic, dan
menganggap seolah-olah semua persoalan umat dapat diselesaikan dengan perilaku
yang bersumber dari kasadaran macam itu.
Ketika Allah mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata, maka
banyangan umat tentang sosok setan adalah makhluk halus yang suka membuat orang
kesurupan atau hantu di malam hari semata. Umat tidak sadar bahwa manusia pun
bisa menjadi setan yang tingkah polahnya bisa jauh lebih dahyat efeknya bagi
kehidupan. Amerika dan Barat, yang sewenang-wenang terhadap Islam apa bukan
setan namanya? Majikan yang suka memeras buruhnya, apa tidak bisa digolongkan
menjadi kelompok setan? Penguasa yang dzalim dan korup apa bukan kelompok
setan? Jika mereka adalah sosok setan, lantas apa bisa melawannya hanya dengan
kekuatan-kekuatan magic? Kalau umat Islam mau meniru Iran, dengan bekal ilmu
pengetahuan dan teknologinya, mengantarkan Iran menjadi satu-satunya kekuatan
Islam yang paling ditakuti Barat. Bahkan konon, Iran termasuk salah satu dari tiga
negara di muka bumi ini yang bebas dari intervensi Amerika.
c. Stategi gerakan yang lemah
Di samping gerakan Islam lemah dalam konsolidasi, mereka juga lemah dalam
menyusun strategi gerakan sehingga tidak efektif dalam mengusung agenda Islam.
Gerakan Islam lebih tertarik dengan membuat program yang bisa memperbesar
anggota ketimbang program yang langsung menyentuh persoalan umat. Sehingga
program pemberdayaan masyarakat, advokasi terhadap mereka yang tertindas atau
membangun kekuatan ekonomi serta politik umat Islam menjadi terlupakan.
Pola-pola gerakan yang dilakukan umat Islam masih bertahan dalam pola
konvensional yang tradisionalis dan anti kemajuan. Sarana-sarana modern belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh gerakan Islam, kecuali hanya beberapa saja.
Kondisi ini yang membuat umat Islam sering gamang dalam menghadapi musuh-
musuh Islam yang pola gerakannya demikian canggih.
Gerakan Islam juga lebih cenderung hanya bisa membuat gerombolan dan
kerumunan ketimbang gerakan efektif yang langsung bisa menembak sasaran dengan
tepat. Akibatnya, beberapa agenda gerakan Islam itu hanya efektif di tingkat isu tetapi
tidak terasa di tingkat aplikasi kongkretnya. Gerakan anti pornografi dan pornoaksi di
Indonesia misalnya, bisa dijadikan cermin tentang hal ini.

2.6 Solusi Strategis


a. Rekonsolidasi
Konsolidasi perlu dilakukan kembali umat Islam agar kondisinya tidak semakin
parah. Konsolidasi ini meliputi konsolidasi pemahaman dan konsolidasi gerakan.
Konsolidasi pemahaman artinya diupayakan adanya pemahaman yang sama diantara
umat Islam atas persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi umat. Dan konsolidasi
gerakan maksudnya adalah adanya sinergitas anta gerakan Islam walaupun masing-
masing bergerak dengan cara dan strateginya sendiri.
Konsolidasi pemahaman dilakukan melalui cara-cara silatururahmi dialogis yang
intensif antar gerakan Islam yang membahas tentang topik persoalan umat bukan
membahas perbedaan khilafiyah antar mereka. Dari konsolidasi ini muncul rumusan
tentang common enemy (musuh bersama) umat Islam yang harus dihadapi dengan
terencana, sistemik dan sinergis antar gerakan Islam. Dari konsolidasi ini pula akan
terkikis saling curiga dan yang muncul adalah saling percaya dan saling mendukung.
Konsolidasi gerakan perlu dilakukan untuk menghadapi secara bersama common
enemy umat Islam. Bersama itu tidak musti harus dalam satu tenda gerakan, tetapi
bisa dilakukan dengan berbagai gerakan dari masing-masing gerakan Islam yang
saling bersinergi dan menyempurnakan. Muhammadiyah dan NU telah merintis
gerakan anti korupsi secara bersama-sama, ini tentu langkah maju dilihat dari sejarah
Nu dan Muhammadiyah yang selalu curiga dalam gerakan dan selalu konflik dalam
persoalan furuiyah.

b. Membangun keadilan sosial dan ekonomi umat


Upaya ini penting untuk mengangkat derajat kesejahteraan umat sehingga umat
lebih terberdaya dalam konteks kehidupan kekinian yang persoalannya kian komplek.
Kristenisasi sukses karena umat Islam sebagian masih miskin dan bodoh. Kemiskinan
dan kebodohan akibat mereka tidak mempunyai akses yang cukup terhadap
peningkatan tarap ekonomi dan pendidikan. Umat Islam mudah dipecah belah juga
akibat kebodohan dan kemiskinan yang menimpa meraka. Akibat miskin dan bodoh
ini pula, umat Islam hanya menjadi komuditas politik dan ekonomi.
Membangun keadilan sosial dan ekonomi umat dimulai dengan melaksanakan
rukun Islam Islam keempat yaitu zakat. Tetapi zakat disini harus benar-benar
difungsionalisasi untuk pemberdayaan masyarakat, tidak hanya sekedar ritual
mensucikan harta. Ekonomi Islam juga perlu digerakkan agar umat bebas dari
dampak kapitalisme yang sarat riba dan penuh nuansa perjudian. Dampak kapitalisme
ini pula yang menyebabkan jurang cukup dalam antara kelompok kaya dan kelompok
miskin.
c. Membangun mobilitas social
Kekuatan umat Islam harus mampu dimobilisasi untuk mengisi ruang-ruang
kehidupan masyarakat. Umat Islam dalam hal ini harus menyiapkan generasi yang
melek pengetahuan dan teknologi, sehingga segenap bidang kehidupan bangsa dan
masyarakat ini diisi oleh generasi Islam yang siap menjadikan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin. Umat Islam dalam memperjuangankan Islam jangan hanya
terkonsentrasi di mimbar-mimbar masjid, tetapi harus menyebar di bidang ekonomi,
politik, hukum, sain dan teknologi, pemerintahan da sebagainya. Tetapi harus ada
komitmen diantara meraka, bahwa keberadaan mereka di segep lini kehidupan itu
adalah dalam rangka menggerakan agenda Islam sebagai agama rahmat.
Membangun mobiolitas sosial harus dimulai dari bagaimana membangun sistem
pendidikan umat. Sistem pendidikan sekuler yang anti spiritualitas harus dibenahi
dengan sistem pendidikan terpadu antara ilmu agama dan ilmu umum. Keberadaan
masjid dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan spiritual generasi
muda Islam saat mereka terlibat intens dengan ilmu-ilmu sekuler.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan adanya problematika umat yang semankin menantang terhadap kperibadian
umat islam, maka kita tentunya harus mawas diri agar tidak ikut terkena dampak dari
problematika umat tersebut. Kita bias lebih mempertebal keimanan kita kepada Allah
swt. Agar tetap pada jalannya, yaitu jalan yang lurus, jalan yang di ridhai oleh Allah
swt.
Demikianlah, bahwa dengan kondisi yang terjadi dengan umat Islam saat ini,
permasalahannya yang kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa, malah hal
ini menjadi tantangan besar bagi umat, khususnya intelektual muslim untuk
mengupayakan tercipanya kesadaran bersama dan usaha-usaha berbaikan yang sinergi
antar seluruh elemen muslim. Dan hanya dengan bersungguh-sungguh sajalah
langkah-langkah menuju terbentuknya peradaban Islam dan pengembalian kejayaan
Islam itu dapat terwujud.

3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan

DAFTAR PUSTAKA

Noferiyatno. 2012. “ Dahsyatnya Mentoring”.Solo: Era Adicitra Intermedia.

Tafsir Ibnu Katsir, Q.S At-Taubah ayat 25.

https://rumaysho.com/337-solusi-dari-berbagai-musibah-yang-dihadapi-umat-islam.html diakses
2 November 2017.
http://quran.masbadar.com/problematika-umat-islam-indonesia/ diakses 2 November2017.

Raji al Faruqi, Ismail. [1995]. Islamisasi Pengetahuan. [Online].


Tersedia : http://hermawaneriadi.com/problematika-umat-islam-dan-alternatif-solusinya.html.
%5B05-Mei-2014
Yakan, Fathi. [1993]. Globalisasi Telaah dan Peran Islam Terhadap Tatanan Dunia Baru.
[Online].
Tersedia : http://syaifhullah.blogspot.com/2013/05/problematika-ummat.html [05-Mei-2014]

Prof. Abdul Rahman H Habanakah. 1995. Metode Merusak Akhlak dari Barat. Jakarta : GIP
Garaudy, R. 1997. Zionis Sebuah Gerakan Agama dan Politik. Jakarta : GIP.

Anda mungkin juga menyukai