Anda di halaman 1dari 12

HUKUM SYARA’ DAN

PEMBAGIANNYA
3.4 Menganalisis Konsep Tentang Al-hakim, Al-hukmu, Al-mahkum Fih Dan Al mahkum ‘Alaih

4.4 Mengomunikasikan Hasil Analisis Penerapan Hukum Islam Tentang


PETA KONSEP

AL-HAKIM
Pencipta hukum

AL-HUKMU
Hakikat hukum

AL-MAHKUM FIH
Obyek/peristiwa

AL-MAHKUM ‘ALAIH
Subyek
Sejumlah aturan Allah SWT yang
mengatur berbagai persoalan manusia
HUKUM SYARA’
yang berkaitan dengan perbuatan
(HUKUM SYARI’AT) mukallaf (orang yang terbebani hukum)
AL-HAKIM
(PENCIPTA HUKUM)

Para Ulama sependapat, bahwa sumber hukum syari’at bagi semua perbuatan mukallaf adalah Allah Swt. Sebagaimana
dalil berikut:

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu
mendustakannya. tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. menetapkan hukum itu
hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik". (QS. Al-An’am [6]:57)
Allah Swt. disebut pula dengan istilah Syari’ ‫الشارع‬

Peran Rasulullah Saw. dan para mujtahid dalam melahirkan hukum syara’, yaitu:

1. Pendapat pertama, mengatakan bahwa pembuat atau pencipta hukum syara’ itu adalah Allah semata. Pembuat
hukum hanya Allah saja, sedangkan Rasul sebagai penyampai dan penggali hukum-hukum syara’ yang diciptakan
oleh Allah Swt (yang tampak) dari penuturan nash baik perintah maupun larangan. Mazhab ini tidak membahas
masalah ‘illat hukum dan tidak mengakui qiyas sebagai dalil atas sumber hukum.

2. Pendapat kedua, mengatakan bahwa di samping Allah Swt. sebagai pembuat hukum, Rasul dan mujtahid juga
mempunyai peran sebagai penyampai hukum-hukum Allah serta melahirkan hukum-hukum syara’ yang tidak
dijelaskan oleh Allah secara tekstual dalam wahyu-Nya. Atas dasar ini, maka Rasulullah dan para mujtahid
mempunyai peran yang cukup besar dalam penetapan hukum syara’ yang tidak disebutkan di dalam al-Qur’an.
AL-HUKMU
(HAKIKAT HUKUM)

Secara Bahasa, hukum adalah menetapkan sesuatu terhadap sesuatu.


Definisi hukum secara istilah menurut Muhammad Abu Zahra adalah:

Artinya: Hukum itu adalah tuntutan syar’i (seruan) Allah Swt. yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf, baik sifatnya
mengandung perintah maupun larangan, adanya pilihan atau adanya sesuatu yang dikaitkan dengan sebab, atau hal yang
menghalangi adanya sesuatu.

Memahami hukum syara’ adalah kewajiban bagi setiap Muslim, karena hukum syara’ memuat aturan yang berkaitan
dengan perbuatan dan tingkah laku manusia dalam kehidupan praktis mereka, baik
berkaitan dengan berbagai perintah maupun larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar.
Hukum ada dua macam :
a. Hukum taklifi
Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung tuntutan untuk mengerjakan dengan tuntutan pasti (Al-Ijab/wajib), tuntutan
untuk mengerjakan dengan tuntutan tidak pasti (An-Nadb/sunah), tuntutan untuk meninggalkan dengan tuntutan pasti (At-
Tahrim/haram), tuntutan untuk meninggalkan dengan tuntutan tidak pasti (Al-Karahah/makruh), tuntutan untuk memilih
mengerjakan atau meninggalkan (Al-Ibahah/mubah). Hukum dalam istilah ulama Fikih yang dikenal dengan “al-ahkamul
khamsah”

b. Hukum wadh’I
Hukum yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, mani’, azimah & rukhsah, sah & batal bagi sesuatu.

NB:
▪ Sebab: sifat zahir, tetap dan menetapkan suatu hukum karena syari’at mengaitkan sebab dengan sifat.
▪ Syarat: sesuatu yang harus dipenuhi dulu sebelum suatu perbuatan dilakukan.
▪ Mani’ (penghalang): sifat zahir yang pasti, yang menghalangi tetapnya hukum, atau dengan istilah lain sesuatu yang
mengharuskan tidak adanya hukum atau batalnya sebab.
▪ Azimah: hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf tanpa adanya uzur.
▪ Rukhsah: hukum yang berkaitan dengan suatu perbuatan karena adanya uzur sebagai pengecualian dari azimah,
MAHKUM FIH
(OBYEK/PERISTIWA)

1. Abdul Akrim Zaidan, Mahkum fih adalah perbuatan orang mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara’.

2. Muhammad Zahrah, esensi mahkum fih adalah berkenan dengan objek hukum yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf, baik kaitannya dengan tuntutan untuk berbuat (perintah), tuntutan untuk meninggalkan
(larangan), maupun pilihan.
MAHKUM ‘ALAIH
(SUBYEK)

Mahkum ‘alaih ialah orang mukallaf yang dibebani hukum syara’ atau disebut subyek hukum.
Syarat pembebanan hukum syara’ kepada orang mukallaf, sbb:

1. Harus memiliki kesanggupan untuk memahami khitab (seruan) Allah Swt. yang dibebankan atas dirinya. Oleh
karena itu, orang gila dan anak-anak yang belum dewasa tidak dapat dibebani suatu taklif.

2. Mempunyai kemampuan untuk menerima pembebanan hukum taklif, yaitu ahliyatul wujub (kemampuan
menerima hak dan kewajiban) dan ahliyatul ‘ada’ (kecakapan bertindak).
Hal-Hal yang Menghalangi Kecakapan Bertindak
(‘Awarid Ahliyah)

A.Samawiyah adalah hal-hal yang berada di luar kemampuan dan kehendak manusia, sbb:.
1) Keadaan belum dewasa (anak-anak);
2) Gila;
3) Kurang akal (bodoh dan idiot);
4) Tertidur ;
5) Lupa;
6) Sakit ;
7) Haid ;
8) Nifas;
9) Wafat;
Hal-Hal yang Menghalangi Kecakapan Bertindak
(‘Awarid Ahliyah)

B. Kasabiyah adalah halangan yang berasal dari perbuatan atau usaha manusia itu sendiri, sbb:.
1) Boros;
2) Mabuk karena meminum minuman keras;
3) Bepergian;
4) Lalai;
5) Bergurau;
6) Bodoh (kurang mengetahui);
7) Terpaksa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai