1. Apa yang dimaksud dengan hukum syara’ ( )حك َمالش رعatau al-hukmu al-Syar’I (
?)الحك َمالشرعي
Jawaban :
Hukum syara’ ( )حك َمالشرعatau al-hukmu al-Syar’I ( )الحك َمالشرعيadalah kata majemuk yang
tersusun dari kata “hukum” dan kata “syara'”. Kata hukum berasal dari Bahasa Arab
“hukum” ( )الحكمyang secara etimologi berarti “memutuskan, “menetapkan”, dan
menyelesaikan”
4. Dalam konteks penetapan hukum, di lingkungan ulama ushul fiqh dikenal dua istilah.
Sebutkan.
Jawaban :
1) Al-Mutsbit li al-Hukmi (yang menetapkan hukum)
2) Al-Muzhir li al Hukmi (yang membuat hukum menjadi nyata)
9. Dapat dipahami bahwa Pembuat Hukum (Syâri’) satu-satunya bagi umat Islam adalah
Allah Swt. Hal ini merupakan manifestasi dari iman kepada Allah Swt, sebagaimana
ditegaskan firman Allah Swt dalam surat al-An‘am(6): 57; Yusuf(12):40 dan 67.
Jelaskan.
Jawaban :
Tentang kedudukan Allah Swt sebagai satu satunya pembuat hukum dalam pandangan
Islam tidak ada perbedaaan pendapat dikalangan umat Islam. Masalahnya adalah bahwa
Allah Swt sebagai pembuat hukum berada dalam alam yang berbeda dengan manusia
yang akan menjalankan hukum itu. Apakah manusia sendiri secara pribadi dapat
mengenal hukum Allah Swt itu atau hanya dapat mengenalnya melalui perantara yang
ditetapkan Allah Swt untuk itu, dalam hal ini adalah Rasul.
19. Para ahli Ushul Fiqh menetapkan beberapa syarat untuk suatu perbuatan sebagai objek
hokum. Sebutkan.
Jawaban :
(1). Perbuatan itu sah dan jelas adanya; tidak mungkin memberatkan seseorang
melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seperti “mencat langit”
(2). Perbuatan itu tertentu adanya dan dapat diketahui oleh orang yang akan mengerjakan
serta dapat dibedakan dengan perbuatan lainnya. Tidak mungkin berlaku taklif terhadap
suatu perbuatan yang tidak jelas. Umpamanya menyuruh seseorang menggantang angina
(3). Perbuatan itu sesuatu yang mungkin dilakukan oleh mukalaf dan berada dalam
kemampuannya untuk melakukannya.
20. Ulama membagi kesulitan atau masyaqqah itu pada dua tingkatan. Sebutkan.
Jawaban :
Pertama, Masyaqqah yang mungkin dilakukan dan berketerusan dalam
melaksanakannya.
Kedua, masyaqqah yang tidak mungkin seseorang melakukannya secara berketerusan
atau tidak mungkin dilakukan kecuali dengan pengerahan tenaga yang maksimal.
21. Perbuatan yang berlaku padanya taklif ditinjau dari segi hubungannya dengan Allah dan
dengan hamba terbagi empat bagian. Sebutkan.
Jawaban :
Pertama, perbuatan yang merupakan hak Allah Swt secara murni, dalam arti tidak ada
sedikit pun hak manusia.
Kedua, perbuatan yang merupakan hak hamba secara murni, yaitu tindakan yang
merupakan pembelaan terhadap kepentingan pribadi.
Ketiga, perbuatan yang di dalamnya bergabung hak Allah dan hak hamba, tetapi hak
Allah lebih dominan.
Keempat, perbuatan yang di dalamnya bergabung padanya hak Allah dan hak hamba,
tetapi hak hamba lebih dominan.
24. Apa yang dimaksud hukum atau yang disebut ahliyah al-wujub?
Jawaban :
hukum atau yang disebut ahliyah al-wujub ( أهلي, ّ ) ةالوج وبyaitu kepantasan seorang
manusia untuk menerima hak-hak dan dikenai kewajiban. Kecakapan dalam bentuk ini
berlaku bagi setiap manu sia ditinjau dari segi ia adalah manusia, semenjak ia dilahirkan
sampai menghembuskan napas terakhir dalam segala sifat, kondisi, dan keadaannya.
25. Para ahli Ushul membagi ahliyah al-wujub dalam dua tingkatan. Sebutkan.
Jawaban :
1) Ahliyyah al-wujûb al-nâqishoh ( ّ أهلي) الناقصة َ الوجوب َةatau kecakapan dikenai
hukum secara lemah.
2) Ahliyyah al-wujub al-kamilah ( ّ أهلي) الكاملة َ الوجوب َةatau kecakapan dikenai hukum
secara sempurna.
27. Kecakapan berbuat hukum atau ahliyah al-ada’ terdiri dari tiga tingkat. Sebutkan.
Jawaban ;
a. ‘Adîmu al-ahliyyah ( عديم) َ ةّ اآلهليatau tidak cakap sama sekali.
b. Ahliyyah al-adâ’ al-nâqishah ( ناقصة) ا َل اآلداء َةّ أهليatau cakap berbuat hukum secara
lemah.
c. Ahliyyah al-adâ’ al-kâmilah( ) الكامل ة َ اآلداء َةّ أهليatau cakap berbuat hukum secara
sempurna
28. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ahliyyah al-wujûb al-nâqishoh atau kecakapan
dikenai hukum secara lemah?
Jawaban :
Isitilah ini mengandung maksud, yaitu kecakapan seorang manusia untuk menerima hak,
tetapi tidak menerima kewajiban; atau kecakapan untuk dikenai kewajiban tetapi tidak
pantas menerima hak. Sifat lemah pada kecakapan ini disebabkan oleh karena hanya
salah satu kecakapan pada dirinya di antara dua kecakapan yang harus ada padanya.
29. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Ahliyyah al-wujub al-kamilah atau kecakapan
dikenai hukum secara sempurna.
Jawaban :
Isitilah ini mengandung maksud, yaitu kecakapan seseorang untuk dikenai kewa jiban
dan juga untuk menerima hak. Adanya sifat sempurna dalam bentuk ini karena
kepantasan berlaku untuk keduanya sekaligus. Kecaka pan ini berlaku semenjak ia lahir
sampai sakarat selama ia masih bernapas.