Tim DSN-MUI
DSN-MUI INSTITUTE
2022
MATERI
Ushul Fikih
1.Hakikat Ushul Fikih
1 (Pengertian, Manfaat, dan Qawa`id Ushul serta Qawa`id Fikihiyyah)
3. Sumber dan Dalil Hukum (A. Yang disepakati {al-qur’an, Sunnah, Ijma’ dan
3 Qiyas}. B. Yang tidak disepakati.
5 5. Ijtihad
(1)
Hakikat Ushul Fikih
(Pengertian, Manfaat, dan Qawa`id
Ushul serta Qawa`id Fikihiyyah)
Pengertian Ushul Fikih
❖ Ilmu Fikih:
1. Ilmu tentang hukum dari aspek perbuatan.
2. Fikih untuk menjawab pertanyaan, “Apa hukum Suatu
perbuatan”?.
❖ Ilmu Ushul Fikih:
1. Ilmu tentang metode dan proses bagaimana menemukan
hukum.
2. Ushul Fikih untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana
cara/proses menemukan hukum”?.
Ushul Fikih, Kaidah Ushuliyah dan
Qawa`id Fikhiyah
AL-HUKMU
HUKUM SYARA’
No Unsur Penjelasan
01. Hukm Khithab (ketentuan) Allah yang berkaitan dengan
perbuatan hamba (mukallaf/subyek hukum) dalam
bentuk tuntutan (iqtidha’), pilihan (al-takhyir), dan
hubungan sebab akibat (al-wadh`).
Ancaman Wajib
Perintah dan larangan dari Allah
Perintah
Ma sakata
Mubah Halal
`anhu
Larangan Haram
Ancaman Haram
Hukum Wadh`i
Bentuk-bentuk Sunnah
Hadits
Mursal,
Munqathi’, Maudhu’,
Mu’dhal,, Matruk.
Mudallas, Munkar,
Mu’allaq, Mudraj,
Mu’allal Maqlub,
mudraj,
Mudhtharib,
Musahhaf,
Mubham,
Majhul,
Mastur,
Syadz,
Mukhtalit.
c. Al- Ijma` sebagai Dalil Hukum
الحكم
Dilarang
األصل
Jual beli pada الفرع
Bekerja
waktu jumat
ّ
العلة
Melalaikan
ibadah
(B)
Dalil Hukum yang tidak
disepakati
(a. Istihsan, b. Mashlahah [Mursalah], c.
Istishhab, d. `Urf, e. Qaul Sahabat, f. Syar`
Man Qablana, g. al-Dzari`ah)
a.
Al- Istihsan
`Urf `Amm
`Urf Qauli (misal: (misal: menjual
kata pinjam untuk mobil biasanya
dilengkapi
hutang di bank) peralatan `Urf Shahih
(donkrak dll)
Lingkup Syari`ah
Bentuk
Apakah hukum-hukum syari`at sebelum Islam mengikat bagi Rasulullah Saw setelah
beliau diutus menjadi Rasul? Pendapat ulama sebagai berikut:
▪ Ulama sepakat bahwa syar` man qablana yang tidak terdapat dalam al-Qur’an
dan sunah, tidak menjadi syari`at bagi Rasul dan umatnya.
▪ Ulama sepakat bahwa syar` man qablana yang terdapat ketegasan berlakunya
syariat tersebut bagi umat Islam dalam al-Qur’an dan sunah, maka sepakat ulama
bahwa hukum tersebut (syar` man qablana) berlaku bagi umat Islam.
▪ Ulama Asy`ariyah, Mu`tazilah, Syi`ah, sebagian Syafi`iah dan Hanabilah, Imam al-
Ghazali, al-Amidi, Ibn Hazm al-Zhahiri, dan Fakhruddin al-Razi berpendapat
bahwa syar` man qablana tidak menjadi syariat bagi Rasul dan umatnya.
Alasannya hadits Mu`adz tentang ijtihad.
▪ Muhammad Abu Zahrah berpendapat bahwa apabila syar` man qablana
dinyatakan dengan dalil khusus yang menegaskan hanya berlaku khusus bagi
mereka, maka umat Islam tidak wajib mengikutinya; akan tetapi syar` man
qablana yang bersifat umum, maka hukumnya berlaku umum, termasuk umat Nabi
Muhammad Saw.
Contoh penggunaan syar’u man qablana:
1. Fatwa tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Wakalah. Dalam fatwa No. 95/DSN-
MUI/VII/2014 tentang SBSN Wakalah, DSN-MUI men-t a k y i f
SBSN tersebut sebagai wakalah bil istitsmar. Salah satu landasan
hukum yang dipakai dalam fatwa tersebut adalah kisah ashabul
kahfi yang dimuat dalam Al-Qur’an Surat al-Kahfi ayat 19.:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ۟
َُ َح َدكم ب َوِرقك ُْم َهذهۦأُ ُإ
َ ٱلْ َمدينَُة فَ ْليَنظ ُْر أَيُُّ َهُاأ أ َْزَك ُ طَ َع ًاما َ فَكبْ َعث أوُا أ
2. Fatwa tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ju’alah. Dalam
fatwa No. 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang SBIS Ju’alah. , DSN
menggunakan syar’u man qablana sebagai salah satu dalilnya.
Yangmana dalil tersebut digunakan sebagai landasan hukum
akad ju’alahyang diterapkan pada Sertifikat Bank Indonesia
Syariah. Dalil yang dimaksud adalah surah Yusuf ayat 72.
ِ ِ ِ ۠ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ۟
ُۦُزعيم
َ ۦُحْلُبَعر َُوأ َََنُبه
ُ نَُاأءَُبه
َ اعُٱلْ َملك َُول َم
َ قَالواُنَ ْفقدُص َو
g.
Sadd al-Dzari`ah
1. Sad al-dzar’ah:
• Larangan memberikan pembiayaan kepada orang di
daerah yang dikenal penipu.
• Larangan memasarkan produk dari konvensional.
2. Fath al-Dzari’ah:
• Boleh mendirikan pabrik senjata tajam untuk keperluan
pertanian.
4.
Metode Istinbath Hukum
(A. Kebahasaan, B. Maqashid
Syariah, dan C. Ta`arudh al-
Adillah)
Istinbath Hukum
(a)
Perintah dan Larangan
(al-Amr wa al-nahy)
Konsep Perintah dan Larangan
1.al-Baqarah :282 :
ُم َس ىم ُفَا ْكت بوهلََأ ُ َ ِ
إ ن
ُ ي دِ
ب ُم نتايد ت ُاذ ِ
إ ُا
و نُآم ِ َّ
ُّ َ َ َْ َ َ َ َ َ َ َي أَيُّ َهاُال
ينذ
Ayat di atas menujukkan adanya bentuk fiil amr yaitu
mengandung perintah.
2. An-Nisa: 29
ِ مُِبلْب
ُاط ِل ِ كن ي ب م كل ا
و َم
أ ُا
و لكْ
َُت اَُل
و نُآم ِ َّ
َ َ َْ َ ْ َ َ َ َ َ ََيُأَيُّ َهاُال
ينذ
Ayat ini mengandung fiil nahi, yatiu larangan memakan harta
dengan cara bathil.
(b)
Lafazh Umum dan Khusus
(al-`Amm wa al-Khashsh)
Fahwa al-
Khithab
Lafazh Muwafaqah
Lahn al-
Khithab
Mafhum
Laqab
Mafhum
Mafhum
hadd
Mafhum
ghayah
Mukhalafah
Mafhum
’adad
Mafhum ’illat
Mafhum
Shifat
Ragam Manthuq
1. Ayat Manthuq:
ِ ِ ِ ۟ ِ ِ ِ ۟ ۟ ۟ ِ َّ• أَيَيُّهاُٱل
ُّ ُماُبَق َ ُم َنُٱلربَ أواُإنُكنت
َُ مُم ْؤمن
ي ا
و
َ ََ رذ
َُ ُو ُٱّلل
َّ ا
و ق َّ
ُٱت ا
و نامُء
ََ َينذ َ َ
2. Ayat Mafhum:
َِّ ُذ ْك ِر
ُاّلل َُو َذرواُالْبَ ْيع َِ َُ ِاس َع ْواُإَف ِ ُاْلمع
ُ
ة ْ ِلص َالُِة ِمن ي و
م َّ ِوديُل
ِ • إِ َذاُن
ْ َ َْ َ
Muhkam:
ِ اُماُبَِق ُي ِم َن
ُُالرَِب َ َ َو َذرو
Mufassar:
........ إَلُأنُتكونُجتارة حاضرة.
Mutasyabih
Lafazh seperti Yad, wajh
dll
Mujmal
الصالة
Lafazh shalah bisa diartika doa atau shalat
Musykil
ثالثةُقروء
Makna Quru’ bisa berarti haidh dan bisa berarti suci.
Khafi
ٱلسا ِرقَة
َّ ٱلسا ِرق َُو
َّ َو
Apakah pencopet termasuk sariq?
Contoh wadhih dan Ghairu wadhih:
Ahli ushul Fikih menjelaskan hakikat dan majaz adalah sebagai berikut:
1. Sebuah kata tidak disifati dengan hakikat dan majaz sebelum
digunakan dengan makna yang dikaitkan terhadap kehendak
pembicara.
2. Ketika dikehendaki makna majaz maka harus adanya qarinah dan
`alaqah (penghubung/pertalian).
3. Harus adanya qarinah yang menunjukkan terhadap dicegahnya
kata dari mendatangkan makna hakiki (yang sebenarnya)
4. Ketika kata disifati hakikat atau majaz, maka harus dihubungkan
dengan wadhi` al-lughah (pembuatnya).
Contoh ayat Haqiqi dan Majazi:
Konsep Ta’wil
Syarat-syarat Ta’wil
1. Dalam kata atau lafazh tersebut terkandung makna lain meskipun
sangat jauh.
2. Harus ada faktor yang mendorong (memaksa) untuk
diterapkannya ta’wil.
3. Harus memiliki sandaran (sanad) atau dalil yang dijadikan alasan.
Ragam Ta’wil
Hifzh al-Din Hifzh al-Nafs Hifzh al-`Aql Hifzh al-Nasl Hifzh al-Mal
Perintah untuk menikah (QS al-Nisa’ [4]: 3); Larangan berzina (QS al-Nur [24]: 2-3); dan
larangan bagi wali menikahkan orang yang berada di bawah kewaliannya, kepada laki-laki
nonmuslim/musyrik (QS al-Baqarah [2]: 221).
Larangan mencuri (QS al-Ma’idah [5]: 38; Larangan konsumsi harta secara batil (QS al-Baqarah
[2]: 188; dan Larangan tasharruf secara riba (QS Ali Imran [3]: 230); Larangan israf (QS al-A`raf
[7]: 38); dan perintah untuk konsumsi secara halal dan baik (QS al-Ma’idah [5]: 88).
C.
Ta`arudh al-Adillah
C.
Ta`arudh al-Adillah
Jama’i
(Ijtihad yang dilakukan secara bersama
atau musyawarah terhadap suatu
masalah dan pengamalan hasilnya
menjadi tanggung jawab bersama).
Ijtihad
Fardi
(Ijtihad yang dilakukan secara mandiri
oleh seseorang yang mempunyai
keahlian dan hasil ijtihadnya belum
mendapat persetujuan dari ulama atau
mujtahid lain.)
Ragam Ijtihad berdasarkan dalil yang dijadikan pedoman:
• Mengikuti pendapat
mujtahid tanpa
Taqlid mengetahui argumen yang
digunakanan.
Lapangan (Majal) Ijtihad
❑ Topik yang diijtihadi tidak termasuk mujma` `alaih wa ma`lum min al-
din bi al-dharurah (sesuatu yang pengertiannya sudah jelas baik
secara konsep maupun praktek) dan bersifat qath`iy al-dalalah; di
antaranya wajibnya shalat, puasa ramadhan, haji, berbakti kepada
orang tua, membantu mustadh`afin, larangan zina, mencuri, dan
membunuh.
❑ Hukum yang dikandung oleh nashsh zhanniy baik dari segi wurud
maupun dalalah-nya.
❑ Hukum yang dikandung oleh nashsh qath`iy tapi zhanniy dari segi
dalalah-nya.
❑ Hukum yang dikandung oleh nashsh zhanniy tapi qath`iy dari segi
dalalah-nya.
❑ Hukum yang tidak dikandung dalam nashsh dan ijma` (al-waqi`iyyat).
Syarat-syarat Mujtahid
MAQASHI
D SYARIAH IJTIHAD
MAZHAB
SHAHABI
وهللا أعلم