Anda di halaman 1dari 112

PENGANTAR FIQH MUAMALAH

TIM DSN-MUI

2020 M
AGEND
A
1.Asas Dan Khasha’ish
Mu`amalah Maliyyah
2.Dhawabith Dan Hudud Terkait
Amwal
3.Empat Pilar Haram Muamalah
1. ASAS DAN KHASHA’ISH MU`AMALAH MALIYYAH
(1
)
Asas-Asas Fikih Mu`amalah
Maliyyah
Asas-asas Mu`amalah
Maliyyah?
Fikih mu`amalah maliyyah setidaknya dikembangkan melalui tiga asas
utama; yaitu:
 Asas kesejarahan (al-tarikhiyyah); Islam disyari`atkan kepada
masyarakat yang memiliki peradaban ekonomi-bisnis. Di Jazirah
Arab pada saat Islam diwahyukan telah ada `urf yang berlaku di
pasar (al-suq) yang dijadikan dasar dilakukannya jual-beli,
muzara`ah, musyaqah, mudharabah, al-salam, al-qardh, al-rahn, al-
hibah, al-`ariyah, al-ijarah, al-ju`alah, al-wadi`ah, al-hawalah, al-
dhaman, dan syirkah. Ketentuan `urf tersebut yang mengandung
mashlahat diterima dan diakui sebagai syari`a
sedangkan ketentuan ketentuan yang h;
dan/atau diharamkannya;
`urf danmengandung
ketentuan yangdharar
mengandungdilaran
dharar
dan mashlahat secara bersamaan akan diseleksi oleh syariah g dan
diterima secara syariah setelah lolos seleksi.
 Ketentuan syari`ah terkait mu`amalah maliyyah ditegakkan melalui
enam prinsip; yaitu:
 Al-ridha wa Thib al-nafs; akad yang dilakukan para pihak tidak sah
kecuali dilakukan atas dasar kerelaan/al-ridha (QS al-Nisa: 29;
dan al-Baqarah: 188); sedangkan yang dimaksud dengan thib al-
nafs adalah seseorang melakukan akad berdasarkan
kesenangannya; sebagaimana hadits dalam musnad Ahmad yang
menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, tidak halal harta
seorang muslim kecuali atas dasar apa yang disukainya;
 Al-wafa bi al-`uqud; menunaikan isi akad sebagaimana ketentuan
QS al-Ma’idah: 1;
 Al-nahy `an al-gharar; dilarangnya gharar dalam transaksi;
 Al-nahy `an al-riba; dilarangnya riba dalam transaksi;
 Al-nahy `an al-maisirwa al-qimar; dilarangnya maisir
dan qimar
dalam transaksi; dan
 Man`u al-zhulm wa wujub al-`adl; dilarang zhalim serta wajib
berlaku adil dalam transaksi.
 Mu`amalah Maliyah dan Aqidah-Akhlaq; Akidah yang berupa iman dan
penerimaan terhadap ketentuan Allah melahirkan beberapa doktrin
berikut:
 Istikhlaf; manusia merupakan khalifah di muka bumi; ia tunduk hanya
kepada Allah (sebagai hamba Allah) dan alam ditundukkan kepada
manusia oleh Allah; dampak dari teori ini adalah bahwa harta (alam)
hakikatnya milik Allah (bukan milik manusia). Dalam hal kepemilikan
harta, kepemilikan manusia bersifat istikhlaf; yaitu posisinya sebagai
wakil dari pemilik yang sesungguhnya (yaitu Allah); karenanya harta
wajib diusahakan secara halal (kasb al-halal), ditransaksikan dan
digunakan sesuai ketentuan syariah (ketentuan terkait halal-haram, sah-
batal, dan taat-maksiat); dan apa saja yang dilakukan manusia wajib
dipertanggungjawabkan (al-mas’uliyyah) kepada Allah; dan
 Akhlaq; kegiatan mu`amalah maliyyah harus didasarkan pada rasa
cinta (al-hubb), kasih-sayang (al-rahmah), dan toleran (tasamuh [al-
samahah]) ketika melakukan penawaran, penjualan, pembelian,
penagihan, dan pembayaran utang sehingga terhindar dari sengketa
(al-i`tida’), penpuan (al-ghisysy), penimbunan (al-ihtikar), durhaka (al-
thughyan), dan kezhaliman (al-zhulm).
(2)
Khasha’ish Mu`amalah
Maliyyah
Khasha’ish Mu`amalah maliyyah di antaranya:
o Prinsip ibahah; fikih secara umum dibedakan menjadi dua: fikih
ibadah dan fikih mu`amalah. Dalam fikih ibadah terdapat prinsip:
(‫ ;)ر ظـَ حَـ لـأ َا تـِ ا َد اَبعـِ لـأ ا يفـِ ل صـأ ْأ َ َأ ل‬yang arn
tiya, ”pada prinsipnya
ibadah adalah terlarang.” Karenanya, ibadah yang dilakukan umat
Islam harus didasarkan pada dalil yang terdapat dalam al-Qur’an
dan sunnah; umat Islam dilarang kreatif dalam hal ibadah; setiap
ibadah harus mengikuti perintah dari Allah dan Rasulnya; sikap
dalam ibadah pada tertolak (mardud) dan karenanya disebut
kreatif
bid`ah. Mislanya mengusap sepatu (mash al-khuffain)
bersuci; Ali Ibn Abi Thalib pernah berkata, ”jika agama berdasarkan dalam
akal, maka bagian sepatu yang diusap adalah bagian bawahnya
(karena kotor), tapi Rasulullah mencontohkannya dengan
mengusap bagian atasnya.” Dalam bidang fikih mu`amalat terdapat
ِ ‫ع لـأ ا‬
prinsip: (‫يف ل صأ‬ ‫نـأ مـِ تـِ مـَ َامـل‬ ‫َو د وأ عقـ‬ ‫ح َ اَلأب أ َا ط وأ ر ش‬
‫ة‬
‫ ْ;)َأل َأ‬yang artinya, ”pada prinsipnya mu`malah baik terkait akad
maupun syarat-syat, adalah boleh (ibahah).”
o Prinsip Bersebab dan Mashlahat (Mura`at al-`Ilal wa al-Mashalih);
prinsip ini antara lain disampaikan oleh al-Syathibi dengan
menyatakan bahwa, prinsip pokok dalam ibadah bahwa ketentuan-
keketuan Allah dan Rasul yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-
sunnah, adalah al-ta`abbud (berserah diri kepada Allah karena
umumnya ketentuan-ketentuanya tidak ada sebab
pada `illat
atau
hukumnya);sedangkan prinsip pokok dalam mu`amalah
ketentuan-keketuan
bahwa Allah dan Rasul yang terdapat dalam al-Qur’an
dan al-sunnah, adalah ma`qulat al-ma`na ‫العلىنة‬
(;‫ مع)قوم‬yaitu setiap ketentuan
yang terdapat dalam al-Qur’an (ayat-ayat al-Qur’an) dan hadits Nabi
Saw ada sebab atau `illat hukumnya. Tujuan dari ketentuan-keteuan
syari`at terkait mu`amalah maliyyah adalah kemashlahatan
(mendapatkan manpaat dan meniadakan kemudharatan [‫ِد سـِ َافـمَـ لأ ا‬
َ ‫عنم َ َـفـا لـأ ا ب˚ لـأ‬
‫ج‬ ِ ِ َ‫ ;)] ء˚ رأ َد و‬oleh karena itu, penerapan ketentuan

mu`amalah maliyyah diberlakukan kaidah: ( ‫لع ع َـ م َـ ر˚ وأ ˚د ي َـ م˚ كأ‬


ِ ‫ه ِـ ِ َت‬

َ ‫ ;) ˚ح˚ لـأ َامـًا َد‬artinya: ”penerapan ketentuan hukum selaras


‫ع َو ً دواأ ج˚ و‬
dengan `ilat- nya; jika ada `ilat-nya, maka hukumnya berlaku; dan
Di antara keberadaan hukum yang dipengaruhi keberadaan `ilat, dijelaskan
ulama adalah:
 Al-tas`ir (penentuan harga barang oleh negara); dalam hadits riwayat Imam
al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi (vol. III: 606), dijelaskan tentang
terjadinya gejolak harga barang; Rasulullah Saw diminta untuk menentukan
harga barang, tapi beliau menolaknya. Pada zaman tabi`in, terdapat fuqha
yang membolehkan Negara menentukan/mengendalikan harga barang.
 Rasulullah Saw melarang jual-beli gharar; di antara fuqha membolehkan
jual-
beli gharar selama terhindar dari sengketa (al-niza`);
 Rasulullah Saw melarang jual-beli ma`dum (mabi`-nya tidak ada pada saat
akad); tetapi di antara fuqaha membolehkan akad bai` al-salam dan bai` al-
istishna` karena mabi` memungkinkan diserahterimakan pada masa yang akan
datang;
 Rasulullah Saw melarang jual-beli ikan di air (bai` al-samak fi al-ma); tetapi Ibn
Qumadah al-Maqdisi membolehkan jual-beli ikan di kolam selama ikan
tersebut dapat dilihat (mari’an) dan dapat ditangkap untuk diserahterimakan
(al-qudrah `ala al-taslim);
 Rasulullah Saw melarang jual-beli barang yang belum menjadi milik penjual
(bai` ma laisa `indak); Ali al-Qurrah Daghi membolehkan jual-beli barang yang
belum milik penjual dengan syarat barang tersebut dapat diperoleh dengan
mudah oleh penjual.
o Prinsip Prinsip al-`urf wa al-`adah; kebiasaan baik (al-`urf) atau adat yang tidak
menyalahi syari`ah (al-`adah al-shahihah) yang berlaku pada suatui masyarakat
dapat dipertimbangkan dalam menentukan hukum sebagaimana kaidah: ( ‫ة َدلأ َ َا ˚ع‬
˚‫ح م‬
َ ّ‫ ;) ˚ة َم ك‬yang artinya, ”adat dapat dipertimbangkan dalam menetapkan suatu
hukum.” Di antara rinciannya adalah:
 Ketentuan mengenai harta (al-mal [al-amwal; jamak]); suatu barang dapat
dikategorikan sebagai harta jika barang tersebut bermanpaat secara
kebiasaan; setiap barang yang tidak bermanpaat secara adat bukanlah harta.
Di antaranya adaalah mata uang (al-nuqud) suatu negara; setiap barang yang
disepakati sebagai standar harga (ditentukan negara sebagai alat tukar), maka
barang tersebut adalah diakui sebagai uang. Ibn Taimiah dalam kitab Majmu`
at al-Fatawa (Vol XIX: 251) menyatakan bahwa dinar dan dirham ditetapkan
sebagai mata uang bukan ditetapkan secara syariah; tapi ditetapkan
berdasarkan adat dan kemashlahatan;
 Jual-beli salam dan jual-beli istishna` dibolehkan dengan alasan al-`adah;
 Jika jumlah harga dan jumlah ujrah tidak disepakati secara eksplisit oleh pihak-
pihak yang berakad, maka berlaku ketentuan adat (konsep tsaman-mitsli dan
ujrah mitsli);
 Dalam hal jangka waktu sewa tidak disepakati secara eksplisit oleh pihak-
pihak, maka berlaku ketentuan adat mengenai jangka waktu sewa tersebut;
dan
 Cacat (`aib) akad terkait barang yang diperjual-belikan (al-mabi`);
ada
o Prinsip harmonisasi ketentuan syariah dan peraturan perundang-
undangan (al-mu`amalat tujma` baina al-diyanah
wa al-qadha’); prinsip ini memperhatikan
antara aspek syari`ah yang bersifat
universaldengan keadaan suatu wilayah yang besifat lokal.
Penghimpunan dana misalnya; dalam syariah tidak ada
larangan secara eksplisit bagi perusahaan multifiance
(perusaahaan pembiayaan) untuk menghimpun dana
dari masyarakat secara langsung (dikenal dengan Dana Pihak
Ketiga [DPK]); akan tetapi peraturan perundang-undangan yang
melarang perusahaan pembiayaan menghimpun dana dari masyarakat
secara langsung. Harmonisasi antara ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan dilakukan dalam hal agunan; agunan
berkedudukan sebagai alat bayar jika Madin gagal
melunasi utangnya kepada Da’in; akan tetapi pembiayaan dengan
skema syirkah, MMQ, mudharabah, dan ijarah atau IMBT tidak
melahirkan utang secara serta-merta; karena akad yang melahirkan
utang secara serta-merta adalah akad qardh. Karenanya, agunan tetap
diberlakukan pada perbankan syariah (baik BUS, UUS, maupun BPRS)
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan sebagai implementasi
o Prinsip keseimbangan antara hak perorangan dengan hak publik (al-
mu`amalat dzata naz`ah jama`iyyah); Syariah menghendaki terjadinya
keselarasan (tidak ada benturan) antara mashlahat yang bersifat
perorangan dengan mashlahat yang bersifat umum (al-jam`u baina
mashlahat al-fard wa mashlahat al-jama`ah); akan tetapi, jika dalam
kenyataan terdapat benturan antara mashlahat perorangan dengan
mashlahat umum, maka mashlahat umum harus didahulukan dengan
alasan kaidah-kaidah berikut:
 Dalam kitab al-Asybah wa al-Nazha’ir (87), Ibn Nujaim
menyampaikan kaidah: (‫خلأ ا ر˚ َر‬
‫َ ا‬ ‫ل ص‬ ّ ‫ع لأ ا ِر َر‬
ِ ‫ضَ لا ِعفأ َد‬ َ ‫مِا‬
ّ

‫تـي‬
َ َ ‫ضّ ال ل˚ مَـ حَـ‬ َ ); yang artinya: ”dharar yang bersifat khusus harus
diabaikan dalam rangka menghindari dharar yang bersifat
umum;”
menyampaikan dan kaidah: ( ‫ظ‬ َ ˚‫م ه˚ م‬
َ ‫ض ا‬ِ ‫س ا˚ ًر ا َر‬َ ‫نت َد‬
ِ ‫َ َ َا‬ ‫ع َت تأ‬
َ ‫اَر‬
 ‫ب‬ِDalam ِ kitab
‫ب كَا ِرتأ ا‬ َ َ ِ‫هِ ف‬al-Asybah
‫خأ‬ wa al-Nazha’ir
‫ ;)مَا‬yang artinya: ”jika terdapat(87), Jalal‫ ض‬al-Din
pertentangan al-
antara
‫ر‬Suyuthi
‫ع وأ‬ ِ َ‫عأ َأ ي‬ ‫فأ م‬ ‫ذَ ا‬
dua mafsadat, dihindari yang dharar-nya lebih berat dengan
melaksanakan hak yang dharar-nya lebih ringan.”
2. DHAWABITH DAN HUDUD TERKAIT AMWAL
Agend
a
 Teori Amwal
 Teori Al-
Milkiyyah
 Teori al-Manafi`
 Teori Al-Huquq
 Teori Al-Duyun
(1)
Teori
Amwal
Harta Versi • Bend tersebut bermanfaat secar
Hanafiah a
`urf dan kebiasaan; a oleh
Dalam kitab Majallat al- disukai
manusia(pada umumnya),
Ahkam al-`Adliyyah (pasal bukan
sesuatu yang pemanfaatannya bukan
126), dijelaskan bahwa yang karena dimaafkan (misalnya konsumsi
dimaksud dengan harta bangkai atau sesuatu yang
adalah: merusak),
atau (benda tersebut)
diciptakan
untuk kemashlahatan
َ • manusia;
Benda tersebut termasuk
ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ
‫ط‬
ْ َ
‫نكِ ميو َ نِ ًا س ن ْ ِلا عب‬ benda
َ ْ َ ْ ْ ْ َ َْ bernilai secara syariah (qimah
ِ‫ِر يغ وأ لو قنم ِة جاحلا تِ قو َل‬
ْ‫َل و‬atau mutaqawwam) berdasarkan
‫مي ا م‬ ِ ‫ِه يل ِإ لي‬ . tindakan manusia terkait
‫دا‬ِ ‫ه ر َ اخ‬ َ ْ tindakan- usaha
(tasharruf), membelanjakan, pelit,
”sesuatu yang secara ‫ق‬ dan
disukai
alamiah danْ • menahannya;tersebut dapat
Benda
memungkinkan
manusia,
‫ن م‬
untuk diindera
karena terlihat secara fisik dan ada
pada waktu (wujud) karenanya dapat disimpan;
menyimpann baik bend menurut Hanafiah, manfaat dan hak
ya
tersebut benda a tidak dapat dikategorikan sebagai
harta (mal).
diperlukan,
bergerak
o Benda tersebut berharga secara
Harta Versi syariah (mutaqawwam) baik dari segi
Syafi`iyyah pertimbangan jumlah maupun
penggunaan; karenanya ada benda
dalam jumlah yang kecil tidak
termasuk harta; misalnya gandum
Ulama Syafi`iah dalam adalah harta; tapi sebiji gandum dan
kitab Hasyiyah Qalyubi `ala setetes air tidaklah termasuk harta;
Syarh al-Mahalli (III: 28) dan o Manfaat dari benda tersebut
kitab Tarsyikh al-Mustafidin merupakan manfaat yang dimaksud;
bi Tausyih Fath al-Mu`in o Benda tersebut termasuk benda
Syarh Qurrat al-`Ain (218), yang
boleh secar syaria
dimanfaatkan a h
menyampaikan bahwa yang
baik pada
maupun padawaktu
waktuyang
terpaksa;
leluasa
dimaksud harta adalah: karenanya benda-benda yang boleh
dimanfaatkan pada saat terpaksa
َ َ ْ ‫لو‬ ً˛ ََ َ saja (misalnya khamr, babi [khinzir],
.‫متًم‬ ِ ‫امرتَحم‬ alat-alat permainan yan
”sesuatu yang dapat
‫نَا َك ام‬
dikembangkan bernila
mengakibatkan lalai kepada g
(alat al-lahw), dan buku- Allah
dan secara i buku tentang ajaran atheis)
berisi
syariah” tidaklah yan
termasuk harta. g
Pandangan Islam terkait
Harta
 Istikhlaf; manusia merupakan khalifah di muka bumi; alam ditundukkan kepada
manusia oleh Allah; bahwa harta (alam) hakikatnya milik Allah (bukan milik
manusia). Dalam hal kepemilikan harta, kepemilikan manusia bersifat istikhlaf; yaitu
posisinya sebagai wakil dari pemilik yang sesungguhnya (yaitu Allah); karenanya
harta wajib diusahakan secara halal (kasb al-halal), ditransaksikan dan digunakan
sesuai ketentuan syariah; dan apa yang dilakukan manusia wajib
dipertanggungjawabkan (al-mas’uliyyah) kepada Allah;
 Hubb al-mal; insting manusia adalah menyukai harta; dan harta merupakan
perhiasan (al-zinah) hidup di dunia sebagaimana dijelaskan dalam QS Ali Imran:
14, QS Fajr: 19-20, dan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim (Nomor
6436) yang menyatakan, jika seseorang telah memiliki dua telaga harta (emas),
maka dia akan mencari telaga yang ketiganya.” Di samping itu, Islam mengakui
kepemilikan perorangan (milkiyyah fardiyyah) dan kepemilikan umum (milkiyyah
jama`iyyah) yang wajib diaplikasikan secara seimbang demi terwujudnya
kemashlahatan perorangan dan kemashlahatan umum. Harta sangatlah bermanfaat
bagi kehidupan manusia terkait keutamaan hidup: kemuliaan (al-makarim), ihsan,
kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, menolong untuk menanggulangi kesulitan
materi pihak lain, memberdayakan du`afa, mendidik yatim dan fuqara,
mengembangkan lembaga pendidikan.
 Al-wasilah; manusia diciptakan dalam rangka menundukkan diri serta menyembah-Nya
(QS al-Dzariyyat: 56, dan QS al-Hajj: 77-78); dan harta merupakan media (al-
wasilah) untuk mencapai tujuan (al-ghayah) tersebut; banyak perintah Allah yang
terkait ibadah maliyyah; di antaranya printah zakat, infaq, sedekah, wasiat, dan
wakaf. Ali Fikri dalam kitab al-Mu`amalat al-Madiyyah wa al-Adabiyyah (IV: 197)
menyampaikan pendapat al-Syirazi yang menyatakan bahwa harta merupakan
media (wasilah) untuk mencapai kemuliaan, menolong pihak lain, dan memperkuat
agama.
 Al-mas’uliyyah; sebagai khalifah, manusia diciptakan sebagai khalifah yang kreatif
dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia
diperintahkan untuk memenuhi akad (QS al-Ma’idah [5]: 1), membelanjakan harta
(QS al-Baqarah [2]: 195, 254 dan 267), kebolehan mencari rizki melalui perniagaan
(QS al-Baqarah [2]: 198), halalnya jual-beli dan haramnya riba (QS al-Baqarah [2]:
275), bolehnya utang-piutang, anjuran pencatatannya dan menghindar dari dharar
(QS al-Baqarah [2]: 282); dan penjaminan atau al-rahn (QS al-Baqarah [2]: 283).
Karena perintah-perintah tersebut, manusia harus mempertanggungjawabkan terkait
hartanya kepada Allah (QS al-Takatsur: 8); dan dalam hadits riwayat al-Tirmidzi
(Nomor: 2417), Rasulullah Saw bersabda, ”manusia akan ditanya terkait hartanya:
cara mendapatkannya, pengelolaannya, dan penggunaannya.”
Ragam
Amwal

1. Mal Mutaqawwam dan Mal Ghair


Mutaqawwam
2. Mal Mitsli dan Mal Ghair Mitsli/Qimi
Agenda 3. Mal `Uqar dan Mal Manqul
4. Mal Istihlaki dan Mal Isti`mali
5. Mal Nuqud dan Mal `Ardh
6. Mal Zhahir dan Mal Bathin
7. Mal Nami dan Mal Mal Ghair Nami
Ragam 1. Mal Mutaqawwam dan Mal Ghair
Harta Mutaqawwam
 Dalam kitab Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah (pasal 127)
yang dimaksud mutaqawwam
bahws
dijela a k a
ْ n
harta َ adalah: ( 1ِ‫يف‬
َْ َ َ ْ َ ْ
ْ‫ت َنل ا عر اشال ح َ ابََأوَ ل ع‬ َ ‫ف‬
‫ا‬
‫ع‬ ْ ‫ب‬ ‫ه‬ 1 ‫ف‬ ‫ي‬ ‫اح‬ ‫ل‬ ‫ال‬ َّ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫ة‬ ‫او‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫ت‬ َ‫ر اي‬
ِ
‫و‬artinya: ِ ِ ْ ِ
‫(” (موقتْلا‬harta mutaqawwam adalah) benda yang didapat ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ِ ِ
‫ح َلطِ صْ ْ ِل‬
‫ا‬seseorang ِ
َ‫ح ام‬
karena ِ ‫زي‬tindakan
‫ب‬
ِ ‫ف ال‬ ِ ); yang tertentu yang bend
dilakukannya,
tersebut boleh dimanfaatkan berdasarkan syariah a
baik berbagai keadaan.” Di antara tindakan yang menjadi pada
kepemilikan adalah burung di hutan, seba
berburu
menjaring/menajala ikan di b
pantai. ْ َ َ ْ َ ّ َ dan
َ
 Be nda yang ghair mutaqaww am adalah: (‫لا‬1‫ص‬ ِ ْ َ ‫ط‬
ِ 1 َ ‫ل‬ ِ ‫ح‬ ‫م‬ ‫ا‬
‫ل‬1 ‫م‬
َ ْ َ َّ ْ ْ َ َّ ْ ْ ْ ْ َ َ َ
‫ل‬
ِ ‫ وأ‬1ِ ‫ لو زيح‬1ِ ‫ ك‬1ِ ‫ن ِل ا مرح عرِاشال ن‬1ْ 1ِ ‫ عافت‬1ِ ‫ ب‬1ِ ‫ ه‬1ِ ‫ف‬ َ ‫ اح ي‬1ِ‫ِ عا ْسال ل‬1‫ ِل َاو ْ ة‬1ْ‫ خ‬1ِ ‫رِ يات‬
‫ت ريغو‬1 ‫(ي فِ مو ق اْل‬
‫ َزحي‬1‫ب‬ ِ ‫ ْال‬1‫ف‬ ِ ‫ ْ;)ع‬yang artinya: ”(harta ghair-mutaqawwam adalah)
benda yang belum didapat, atau didapat karena tindakan tertentu
yang dilakukannya, tetapi Syari` mengharamkan
Ragam Mal Mutaqawwam dan Mal Ghair
Harta Mutaqawwam

Pertalian (hukum) dari pembedaan benda ini (harta mutaqawwam


dan
ghair mutaqawwam) adalah:
o Harta berharga (al-mal al-mutaqawwam) boleh dijadikan obyek
akad karena boleh dimiliki secara hukum; dan karenanya boleh
dipindah kepemilikannya baik melalui akad jual-beli, sewa, maupun
akad lainnya;
o Harta tidak berharga (al-mal ghair al-mutaqawwam) tidak sah
dijadikan obyek akad; diantarnya adalah harta milik bersama
berupa udara (al-hawa), air laut, matahari, bulan, dan barang-
barang milik Negara (antara lain pantai [syawathi` al-bihar] dan
fasilitas pelayanan publik), dan benda yang haram dimanfaatkan
(misalnya babi/hinzir dan khamr).
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli

 Al-mal
Majallatal-mitsli al-Ahkam secara istilah sebagaimana
al-`Adliyyah disampaikan
(pasal 145) adalah: ( ‫جَ ْو ي‬dalam
‫هْ ل د‬
َ
‫ام و ه ي‬º ‫ل ل اْلا‬1 َ ‫ ِ ا‬1ْ ‫ِلث‬
ِkitab
‫م‬ ‫ لث‬1ِ ‫ اوساْل ْ َيف‬1ِ ‫ َق‬1ِ ‫ت َلب‬َ ْ ‫ تدعي ْ ت ْ َاوف‬1ِ ‫ِ ب‬1‫ ;) ه‬yang artinya: ”al-mal al-mitsli adalah
sesuatu yang ada bandingannya di pasar tanpa ada perbedaan yang
Thullab
signifikan.” (2: 150) Sedangkandijelaskan dalam pe kitab
nd apHasyiyah
at ulam a Sy afi`iah
al-Syarqawi `ala Tuhfatda
ْ َّ َ َ e َْ e ْ َ َ º
n
al-ْ ْ H a َْ
na
ba
lih yang menyatakan bahwa: (
‫ام‬ ‫رصح‬‫ه‬ ‫ك‬‫ي‬1
‫ل‬ ‫وأ‬ ‫و‬ ‫ز‬‫ن‬ ‫زاجو‬‫ال‬
‫س‬ ‫مل‬ ‫ف‬1‫ي‬
ِ 1
ِ ‫ه‬
‫اْل‬11‫ل ال‬1‫ث‬‫ يِل ْ ِ ا‬1‫ ;)وه‬yang
artinya: ”al-mal al-mitsli adalah apa yang diukur dengan ditakar
atau
ditimbang dan boleh dijadikan obyek akad salam.”
 Al-mal al-mitsli dari segi cara penghitungannya dapat dibedakan
menjadi dua; yaitu: benda yang diukur dengan ditakar/al-kail (di
antaranya gandum [al-qumh] dan minyak [al-zait], dan
bensin/gasolin/gas/petrol [al-binzin]); dan benda yang diukur dengan
ditimbang/mauzun (di antaranya barang tambang berupa emas, perak
dan besi).
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli

o Harta yang tidak ada padanannya di pasar (al-mal al-qimi); Arti al-
mal
(al-qimi) secara harfiah adalah: ( ‫ل صأ‬ ِ ‫ف‬
ِ َ‫ل ا َم وَ َنأي َأ ي‬ َ َ‫م يأ قِ أ˚ و‬ ِ ‫ي‬
‫خـ لأ ا‬
ِ ‫ةـ َلـقأ‬
ِ َ ّ‫سـ نـأ ˚ي َتى‬
‫حـ‬ َ ˚‫هـ أي َلِـإ ب‬
ِ ); yang artinya:‫” ه‬a
˚‫ب ط‬
m
-l al al-qimi adalah
ِ ‫ف˚ ص‬ ‫لأ ا ل˚ ا َم لأ َا‬
sesuatu yang tidak ada padanannya pada saat dibuat sebelum
‫ض‬
dibuat lagi kembarannya.”
o Dalam kitab Majma` al-Anhar (2: 456) karya al-Damad, dan
kitab
Hasyiyah al-`Adawi Ma`a Syarh al-Khurasyi (6: 130), dijelasskan bahwa
yang dimaksud dengan: ( ˚‫ت وأ َأ قـِ َواسأ ْ َألا ِيف ر˚ يأ ظـِ َ ن َ̊هل سـَ يأ لـَ َما وَ ه‬
‫تـ َـو˚تَـ َاف‬
َ ˚َ ‫ما لـأ َا هـِ بِـ ̊دعـَتأ ˚ي ًاتو‬
‫فات هـِ ِدحَ ا َا‬ َ ˚‫مـِ يأ قـِ لـأ ا ل‬ ‫ );ي‬yang artinya: ”al-mal al-qimi adalah
harta yang tidak ada padanannya di pasar; atau terdapat perbedaan
yang siginifikan antara yang satu dengan yang lainnya.” Ulama
Syafi`iah dan Hanabilah sebagaimana terdapat dalam kitab
Hasyiyah al-Syarqawi
`ala Tuhfat al-Thullab (2: 150) dan kitab al-Kafi (2: 449) karya
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli

o Dalam kitab Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah (pasal 149) dijelaskan


bahwa yang dimaksud dengan: ( ‫ل ا َم‬ َ ‫وأ َأ قِ وأ س ال ِيف ل̊هأ˚ ثـمِ ˚د‬
َ ‫ج وأ ˚ي‬

‫ال َم نأ ِك َل َو‬ ِ ‫ف ِه ِب د َتعأ م˚ لأ ا‬


َ ‫ت و˚ اَّف َت‬
‫ع‬ ِ ‫ق لأ ا ي‬
ِ ‫م لأ َاِة مَ يأ‬
َ ‫ق لأ ا ل˚ ا‬
ِ ‫م يأ‬
ِ ‫ي‬
ّ ˚‫َو ه‬
‫ج وأ ˚ي‬
َ ‫ ˚);د‬yang artinya: ”al-mal al-mitsli adalah sesuatu yang
ada
bandingannya di pasar, atau ada di pasar tapi ada perbedaan
yang signifikan dalam hal qimah.” Di antara benda yang
termasuk qimi adalah benda-benda alamiah (misal: hewan ternak
dan ikan) dan benda-benda yang dibuat dengan tangan secara
tradisional (misal: souvenir dan batik tulis yang termasuk
hand made).
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli

Harta mitsli berubah menjadi harta qimi apabila terdapat kondisi-


kondisi berikut:
 Cacat atau rusak (al-`aib [jamak: al-`uyub]); harta mitsli menjadi
harta qimi dalam hal harta tersebut mengalami kerusakan atau
cacat; karena cacat tidak bisa sama persis;
 Penggunaan (al-isti`mal); harta mitsli menjadi harta qimi dalam hal
harta tersebut digunakan; misalnya pulpen berkurang nilainya
karena digunakan;
 Berhenti produksi (faqdan al-mitsli); harta mitsli menjadi harta qimi
dalam hal harta tersebut tidak ada di pasar karena tidak lagi
diproduksi oleh pembuatnya.
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli

Pertalian (hukum) dari pembedaan benda ini (harta mitsli dan qimi)
adalah:
 Dhaman al-mitsli; seseorang yang merusak harta milik pihak lain,
sementara harta tersebut termasuk harta mitsli, pihak yang merusak
wajib menggantinya dengan harta yang sepadan (karena
harta/benda tersebut ada padanannya di pasar); dalam harta
yang rusak termasuk qimi, pihak yang merusaknya wajib mengganti
harganya (karena tidak ada harta yang sepadan dengannya); dan
 Al-dain wa al-tsaman; harta mitsli atas dasar kesepakatan fuqaha’,
dapat dijadikan utang atau piutang barang; sedangkan utang atau
piutang atas harta qimi adalah harganya (al-tsaman);
 Al-qardh; harta mitsli dapat dijadikan obyek akad al-
qardh;
sedangkan harta qimi tidak dapat dijadikan obyek akad al-qardh.
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul
 Jumhur ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud harta al-`uqar
adalah: (‫ر„ خَ َأ ىَ ِلـإ ن„ اكـَ مَ نـأ مـِ ˚ه˚ليـأ ِو حـأ َت َو ه˚ق̊ـألَن ن˚ كـِ مـأ ˚ي لَ َما َو‬
‫عأ ا ل˚ ماـَ لأ َا‬
‫ ;)ه˚ ر˚ اَق˚ل ـ‬artinya: ”harta yang tidak mungkin
dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.” Dalam kitab
Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah (pasal 128), dijelaskan bahwa
َ َ „‫ع ا ل˚ َما لـأ َا ر‬
yang dimaksud harta al-`uqar adalah ( „‫خأ َى ِلإ ن‬ ‫ر˚ َاق˚لأ‬
َ ˚‫;) ˚ َكا مـَ نـأمـِ ˚ه˚ليـأ و حـأ َت و ˚ه˚لقـأ َن ن˚ كـِ مـأ ˚ي لَ ي ِذ َّلا ت‬
ّ ‫بـِ ا‬
‫ثـالل˚ َما لَا َو ه‬ َ ِ
yang artinya: ”harta tetap (tidak bergerak) yang tidak mungkin
pemindahannya dari satu tempat ke tempat yang lain.”
Adapun
al-`uqar adalah: pohon ( dan bangunan termasuk benda yang
˚‫ر اَ˚ق˚علأ ا ˚ أ َأ ˚هَل ي ِذ َّلا ل˚ ت˚ َ َو ˚ه˚لقأ َن ن‬
dapat
‫ت‬ َ ‫̊ه˚أيل ِو حأ‬dipindahkan meskipun mengalami perubahan
ِ‫َو هـِ ِ َتأيئ هـَ ءـِ َاقَـب ع َـ م َـ ِر َخ َأ َى ِلـإ ن„ كـَا م َـ نـأ مـ‬ ˚‫ص‬ ‫و‬ karena
‫;)هـِ تـِ َر‬
‫أ‬ ‫أ‬ ‫أ‬
‫لو‬َ ‫ كِ مأ ˚ي‬tersebut.
pemindahan ˚‫م ل ا وَ ه ِباث ل‬
َ َ ‫ا‬ ‫ل˚ ا َم ل ا‬
َ
artinya: ”harta yang tetap yang tidak mungkin pemindahannya
 Ulama Malikiah berpendapat‫ص‬bahwa yang dimaksud dengan
dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa mengubah keadaan
harta
dan bentuknya.”
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul

• Jumhur
˚ berpendapat bahwa harta al-manqul adalah: َ (˚‫ل‬
‫و‬ ‫ت‬َ
ulama
َ ‫أ‬ ‫ح‬ ‫و‬
ِ ‫أ‬‫ي‬‫ل‬ ‫ه‬ ˚ ‫س‬ ‫و‬‫ا‬
َ َ ˚ ‫ء‬ ‫ب‬ ‫ق‬
ِ ‫ي‬
َ َ َ َ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ال‬َ
‫ه‬ ‫ت‬َ ّ ‫أ‬‫ح‬َ ‫ذ‬‫ا‬ ‫ي‬
‫و‬ ‫أ‬
ِ ِ ‫ل‬ ‫ل‬َ
‫ع‬
‫ى‬ ‫ئ‬ َ ‫ه‬
‫ي‬
‫ت‬
ِ ‫أ‬ ‫َو ِه‬ ˚‫ت َر وأ ص‬
ِ ‫مأ أ ِه‬
‫مامَلأ َاَو ه˚ ل˚ وأ ˚قنأ َم لأ ا‬ ‫˚ه˚لقأ َن ن˚ ِك مأ ˚ ا‬
َ ‫ي‬
˚‫َو ه˚أَتئي َه تأ َرغ َـ ََيت‬ ˚‫تر وأ ص‬ َ ˚‫ );ه‬yang artinya: a h”a
tr yang memungkinkan untuk
dipindahkan, baik tetap keadaan dan bentuknya maupun
berubah keadaan dan bentuknya karena pemindahan tersebut.
• Ulama Malikiah berpendapat bahwa harta al-manqul adalah: ( ˚‫ل‬

‫لأ َم َاا‬
ِ ‫ه ˚ت َر وأ ص˚ َو ˚ه ˚ت َئيأ َه َر ََيغ َت َت نأ َأ‬
˚‫ن وأ د˚ ِب ˚ه˚ليأ ِو حأ َت َو ˚ه˚لقأ َن ن˚ ِك‬
‫مـ لأ ا‬
َ ‫مـ َو ه˚ ل˚ وأ ˚قنـأ‬
َ ‫ ;)مـأ ˚ي ا‬yang artinya: ”harta yang
memungkinkan pemindahannya tanpa berubah keadaan
dan bentuknya. Dalam pandangan ulama Malikiah, bangunan
dan pohon yang terdapat di atas tanah yang berubah keadaan
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul
Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi harta tetap
(al-
`uqar) dan tidak tetap (al-manqul) di antaranya adalah:
 Hak syuf`ah hanya ada pada harta tidak bergerak (al-`uqar); hak syuf`ah
tidak ada pada harta bergerak kecuali yang tidak mungkin dipisahkan
dari harta tidak bergerak.
 Ulama sepakat tentang sahnya wakaf atas benda tidak bergerak;
sedangkan ulama berbeda pendapat tentang sahnya wakaf benda tidak
bergerak; kecuali: a) benda bergerak yang tidak bisa dipisahkan dari
benda tetap (misalnya alat-alat pertanian yang ditanam di tanah); b)
terdapat ketentuan syariah secara tersurat yang membolehkan wakaf
benda bergerak (misalnya boleh mewakafkan senjata kepada pasukan
pembela Islam); dan c) terdapat al-`urf terkait wakaf benda bergerak
(misalnya mewakafkan mushhaf dan sajadah ke mesjid).
 Harta tidak bergerak milik pihak yang berutang yang bangkrut tidak
boleh dijual (paksa) kecuali hasil penjualan seluruh harta bergerak miliknya
tidak cukup untuk melunasi utangnya.
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali

 Al-istihlak berasal dari kata ihlak (berbentuk muta`addi) yang secara


harfiah berarti ifna’ (rusak). Arti al-mal al-istihlaki secara istilah
adalah: ‫يك(ل‬
َ َِ ِ َ َ‫لّإ ̊ع َا ِفنـتألِـ أ ا ن˚ كـِ مأ ˚ي لـ‬
˚‫يذال ّ ل˚ َما لـأ ا وَ ه‬ ِ َ ِ‫ل ِتسـأ ِ ابـ‬
‫كـِ ـَ هـأ‬ َ‫هـِ ِ أنيع‬

‫ ;)هـأ ِتسـألـِ أ ا ل˚ َما لأ َا‬yang artinya: ”harta yang tidak mungkin didapatkan
manfaatnya kecuali dengan merusaknya.” Adapun di antara bentuk
rusaknya adalah:
 berubah penuh (habis [fana’ dzatihi haqiqatan]); misalnya nasi habis
 berubahkarena dimakan, bentuk fisiknya
air habis (taghayyur
karena al-`ain);
diminum, dan kertas
kayu habis karena
misalnya
dibakar; menjad
digunakan
benang/kain; dan
untuk menulis, dan bulu hewan i
 berubahdipintal secara hukum (habis [fana’ dzatihi hukman]); misalnya uang
digunakan untuk membayar utang; uang tersebut tidak berada lagi
di tangan pembayar, tetapi berpindah ke tangan penerima
bayaran (wujudnya masih ada tapi berpindah penguasaan).
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali

 Al-isti`mali berasal dari kata ista`mala yang secara harfiah


berarti pemakaian atau penggunaan. Konsep al-isti`mali
merupakan lawan dari konsep al-istihlaki. Karenanya, di antara
arti al-mal al-isti`mali adalah harta yang dapat digunakan
secara berulang-ulang (tidak habis karena sekali pakai). Dalam
kitab al-Mishbah al-Munir (2: 588) karya al-Fayumi dijelaskan
ِ ‫ن˚ كـِ مـأ ˚ي َ يِذال ّل لـ˚ َأم ا َو ه˚ يلـِ امـَ عـأ ِتسـأ‬
bahwa al-mal al-isti`mali adalah: ( ‫ل أ ا‬

‫لأا‬ِ ‫ـتـأ‬ ‫ ;)ل˚ ام َـ لـأ َهـِا نـِ يـأ ع َـ ءـِ َا‬yang artinya:
‫ق َب ع َـ م َـ هـِ ب ِـ ع˚ َاف ِ ن‬
”harta yang memungkinkan diambil manfaatnya serta kekal
(tanpa rusak) dzatnya.” Di antaranya adalah bangunan
gedung, perabot (rumah tangga), rumah tinggal, alat-alat
pertanian, alat-alat industri, dan kendaraan.
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali

Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi harta


yang habis sekali pakai (al-istihlaki) dan harta tidak habis sekali pakai
(al-isti`mali) di antaranya adalah:
 Harta yang habis sekali pakai (al-mal al-istihlaki) dapat menjadi
obyek akad qardh, tapi tidak boleh dijadikan obyek akad sewa (al-
ijarah), pinjam (al-`ariyah), dan wakaf.
 Harta yang tidak habis sekali pakai (al-mal al-isti`mali) tidak dapat
menjadi obyek akad qardh, tapi dapat dijadikan obyek akad sewa
(al-ijarah), pinjam (al-`ariyah), dan wakaf.
Ragam 5. Mal Nuqud dan Mal
Harta `Ardh

Ulama membedakan harta menjadi harta al-nuqud (secara harfiah


berarti harga atau standar harga [al-tsamaniyyah]) dan harta al-`urudh
yang secara harfiah berarti barang; adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
 Al-naqd (al- jamak) secara berarti al-kasyf
nuqud;
(pengungkapan); harfiah mengungkapka sesuatu dan
penampakannya. yaitu al-darahim n harfiah berarti
mengungkap
Naqd kondisi dirham secara
berikut kualitas serta hal
lainnya.
Adapun
‫ت ط„ أي‬ ‫ل‬ َ arti al-nuqud secara istilah ‫أ‬ adalah:
‫أ‬ ‫ا‬‫م‬
َ (
‫ي‬ َ ِ
˚‫د˚ وأ ˚ق ن َلا ˚ ن˚ وأ ك‬
ّ ِ ‫ل ˚د اَب ل‬
ِ ‫ل س„ اَقي مِ َو‬
‫أ‬ ِ ِ‫سِّمَالأيق‬
ِ‫ع ة‬‫خ ل َوا ِ ل‬
ِ ‫ما دأ‬
َ ‫نَ مِ نَ كَا أ ء˚ َواسَ ت‬
‫ل وأ ˚بقأ َو هم‬ ً ‫ل وأ ˚بَق‬ ً ‫ع‬
َ ‫سِ َو كَ ام ّ ً ا‬ ‫ل˚ ا َم لأ َا‬
‫مـع لأ ا‬ ِ ‫ ); ِد وأ ̊جل˚ لـأ ا ِو َأ‬yang artinya: ”sesuatu
َ ‫نـ دِ َا‬ gnditerima
ay masyarakat umum
sebagai media pertukaran dan pengukur bagi nilai barang dan
jasa, baik terbuat dari barang tambang (logam) ataupun dari
kulit.”
Ragam 5. Mal Nuqud dan Mal
Harta `Ardh
 Dalam kitab al- al-Kubra (3: 90- Ima Mali
Mudawanah 91),˚ m k
menjelaskan: ( ˚‫ِأ َأ ا َه ˚تهأ ِر َك َل ن‬ ‫ن وأ ك ن‬ َ َ ‫ب ا وأ‬ َ ‫ن يأ‬ َ ˚‫َد وأ ˚لج˚ لأ َا مأ ه‬
َ ‫ب َ ذّال‬
‫ع َ˚ا‬
]‫بت‬ ‫ضّ فـِ لـأ َا[ قـِ َر َو لـأا َو بـِ ِه َـ‬ َ ِ‫ );ل„ جـَ َأ ىَلِـإ[ ًَرةظـَ َ ن ]ةـ‬yang artinya: ”jika
َ َ
˚
‫ع وَ ةكَ س‬ َ ‫يأ‬ ّ‫يتحى‬ ‫ج َأ سَ ّاَنلا نَّ َأ وأ َلو‬َ ‫ز˚ ا‬
manusia membolehkan kulit (unta) sebagai alat tukar (alat bayar) dan
mereka menerimanya sebagai alat bayar di antara mereka, aku
melarang menjualnya (mempertukarkannya) dengan emas dan perak
secara tangguh. Imam Malik berpendapat bahwa: ( ˚‫ع م˚ لأ َا ˚ ّةَ ِيق َر َو‬
َ ‫َرة صـِ ا‬
‫لأ ا د˚ وأ ˚ق نلا م˚ وأ ˚ق َتو‬
‫هـَ َنـَذّال مـِ ن ِـأ يَد‬
َ َ‫قـ‬
ّ ‫الماَـقـنَمأ‬ َ ِ‫ ;) ةـ‬yang artinya: ”kedudukan uang yang terbuat dari
ِ‫ض ّ فـِ لـ َوأ ا بـ‬
kertas yang berlaku saat ini sama dengan uang yang terbuat dari
emas atau perak.”
 Al-`ardh (al-`urudh; jamak) secara harfiah berarti al-mata` (perhiasan);
suatu barang/benda atau bahkan harta (al-amwal) disebut al-`ardh
atau al-`urudh manakala dipertentangkan dengan al-naqd/al-
muqud/al-tsaman/al-atsman atau harga (dalam bahasa Indonesia).
Ragam 5. Mal Nuqud dan Mal
Harta `Ardh

Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi


harta
al-nuqud dan al-`urudh di antaranya adalah:
o bentuk
Ulama sepakat
al-nuqud
tentang
(baca:bolehnya
uang) ra’sbaik
al-mal
dalam
(modal usaha)syirkah
dalam
akad
mudharabah, maupun akad wakalah bi al-istitsmar; ,
berbeda
dan pendapat tentang ra’s al-mal dalam bentuk al-`urudh.
ulam
o Ulama Hanafiah danHanabilah membolehkan ra’sal-mal a
dalam bentuk al-`urudh dengan syarat al-`urudh tersebut dijual
sehingga
didapatkan harganya (al-tsaman); dan harga tersebut
yang dijadikan ra’s al-mal.
o Ulama Syafi`iah dan Malikiah melarang secara mutlak
(baca:
mengharamkan) ra’s al-mal dalam bentuk al-`urudh.
Ragam 6. Mal Zhahir dan Mal
Harta Bathin
Ulama membedakan harta menjadi harta al-zhahirah (secara harfiah
berarti terlihat [mari’an]) dan harta al-bathinah yang secara harfiah
berarti tersembunyi (al-khafa); adapun rinciannya adalah sebagai
berikut:
 Harta yang tampak (al-amwal al-zhahirah); dalam kitab al-Mishbah al-
Munir (2: 528) karya al-Fayumi dijelaskan bahwa arti al-zhahirah
secara harfiah adalah al-bariz (tampak atau timbul) dan al-mathla`
`alaih (tempat yang tinggi). Sedangkan arti al-amwal al-zhahirah
َ
َ ّ‫صا حأ َو ِهإ َـ ا˚َتفرِ عـأ مَ ن˚ كِ مـأ ˚ي ِيالت‬
adalah ( ‫ي‬ َ ˚‫فَ خأ إِ ن˚ كِ مأ ˚ي لَ َوهـَ ؤا‬
‫نأ عَ هـَ اؤ ِ˚ ا‬ َ‫نِـ أي ع‬
ّ ِ‫ );هـِ َ̊رة َهـ‬yang artinya: ”harta yang tampak dan mudah diketahui
َ ‫ظالال˚ َو امْـأ َلا‬
‫سـِ ّالان‬
karena tidak mungkin untuk menyembunyikannya dari pandangan
mata manusia.” Di antara yang termasuk al-amwal al-zhahirah adalah
lahan pertanian dan perkebunan, hasil-hasil pertanian (misalnya padi
dan jagung), perkebunan (misalnya teh dan pohon tanaman keras),
dan ternak (misalnya sapi, kerbau, dan domba).
Ragam 6. Mal Zhahir dan Mal
Harta Bathin

 Harta yang tersembunyi (al-amwal al-bathinah); kata al-bathinah


merupakan kebalikan dari kata al-zhirah. Al-bathinah secara harfiah
berarti al-khafa (tersembunyi [tidak tampak]). Arti al-amwal al-
bathinah secara istilah adalah (‫̊طة‬ ّ ‫نـأ عـَ هـَا ؤ˚ ِ َافخأ ِإ ن˚ كـِمـأ ˚ي َ ِال‬
ِ َ ‫يتيَـ هِـ ن‬

‫ع‬ ِ‫غ ن˚ كِمـأ ˚ي لـَ يلِ ّا َتلاِب َو سِ ّاَنن‬


َ ‫ال يأ‬ ‫لِ ا ِر أيَ ِل‬
‫فر عأ مَ ه َـ اكِ َم‬ َ ˚‫;) اَبـالل˚ َوامـأ ْ َأ َلهـَا اؤ‬
ِ َ‫صاأ َو ِإه َـ ا˚ت‬
‫ح‬

yang artinya: ”harta yang memungkinkan disembunyikan dari


pandangan mata manusia; dan karenanya, tidak mungkin
mengetahui dan menghitungnya kecuali pemiliknya.” Di antara
harta yang termasuk pada kelompok ini adalah uang (al-nuqud),
emas (al-dzahab), perak (al-fidhdhah), dan hak-hak yang bernilai
harta (misalnya hak cipta dan hak paten), setara surat berharga.
Ragam 6. Mal Zhahir dan Mal
Harta Bathin
Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi al-amwal al-
zhahirah dan al-amwal al-bathinah di antaranya adalah terkait penghitungan
harta wajib zakat.
o Penghitungan harta yang wajib dizakati atas harta yang tergolong al-
amwal al-zhahirah (terlihat dengan mata) berikut besarnya zakat yang
wajib ditunaikan muzakki, dapat dilakukan oleh Pemerintah (Ulil Amri)
bersama dengan pemiliknya, atau hanya dilakukan oleh Pemerintah atau
institusi yang diberi wewenang untuk mengumpulkan, mengelola, dan
menyalurkannya.
o Sedangkan penghitungan harta zakat yang tetrmasuk al-amwal al-bathinah
hanya dapat dilakukan oleh pemiliknya (self assesment); petugas zakat
tidak bisa ikut menghitungnya, kecuali ada bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa pemilik tidak jujur dalam menghitung harta miliknya yang wajib
dikelaurkan zakatnya. Pendapat ini disampaikan antara lain dalam kitab
Majma` al-Anhar (1: 193), Syarh Manh al-Jalil (1: 380), al-Ahkam al-
Sulthaniyyah (13) karya al-Mawardi, dan kitab Kasyaf al-Qina` (2: 258).
Ragam 6. Mal Zhahir dan Mal
Harta Bathin
Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi al-amwal al-
zhahirah dan al-amwal al-bathinah di antaranya adalah terkait penghitungan
harta wajib zakat.
o Penghitungan harta yang wajib dizakati atas harta yang tergolong al-
amwal al-zhahirah (terlihat dengan mata) berikut besarnya zakat yang
wajib ditunaikan muzakki, dapat dilakukan oleh Pemerintah (Ulil Amri)
bersama dengan pemiliknya, atau hanya dilakukan oleh Pemerintah atau
institusi yang diberi wewenang untuk mengumpulkan, mengelola, dan
menyalurkannya.
o Sedangkan penghitungan harta zakat yang tetrmasuk al-amwal al-bathinah
hanya dapat dilakukan oleh pemiliknya (self assesment); petugas zakat
tidak bisa ikut menghitungnya, kecuali ada bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa pemilik tidak jujur dalam menghitung harta miliknya yang wajib
dikelaurkan zakatnya. Pendapat ini disampaikan antara lain dalam kitab
Majma` al-Anhar (1: 193), Syarh Manh al-Jalil (1: 380), al-Ahkam al-
Sulthaniyyah (13) karya al-Mawardi, dan kitab Kasyaf al-Qina` (2: 258).
Ragam 7. Mal Nami dan Mal Mal Ghair
Harta Nami

ْ َ َ َّ ‫ ) ي م‬secara istilah berarti: ( ْ‫الو ل ض‬ َ َّ‫ام ن‬


َ ‫ِء‬
‫ف‬
ِ Al-mal ْ ‫ي‬ ‫ه‬
ِ al-nami
); yang ( ‫ل‬1‫ا‬
‫ا‬ ْ ‫ل‬ 1
‫ال‬‫ان‬
artinya: ِ ”al-mal al-nami adalah harta
ِ yang
dimaksudkan َ ْ َ (baca: keuntungan) dan tambahan;” ( ‫م‬
‫ ام و ه‬mencari
untukَ َ ‫لِ د ارَ ي‬keutamaan ‫ب لَ ط‬ ِ ‫ا‬ ‫فل‬ º
ِ ْ‫ي‬
‫انلا لا ْلا‬
‫ل دعاْل ْالاْل وه‬ ْ َ ‫ ْ َس‬1‫ت‬َ
ِ ‫ل‬ ِ ْ ِ ‫ ;) ِر امث‬yang artinya: ”al-mal al-nami adalah harta yang
disiapkan untuk diinvestasikan.” Di antaranya adalah emas, perak,
emas-perak yang masih mentah (belum diolah; atyar), dan hewan.
Ulama membedakan al-mal al-nami menjadi dua: al-nama’ al-
haqiqi
danperbuatanal-nama’ al-taqdiri.
(al-fi`l) dalam bentuk al-thabi`i (alami), antara lain
o Al-nama’
pertambahan al-haqiqi hewanadalah karenaharta yang biak
kembang bertambah
melalui karena
kelahiran (al-
adanya tawalud wa al-tanasul); dan dalam bentuk investasi/bisnis (al-
tijarah), antara lain keuntungan yang diperoleh karena melakukan
perdagangan barang (al-`urudh).
Ragam 7. Mal Nami dan Mal Mal Ghair
Harta Nami
o Ibn Nujem dalam kitab al-Bahr al-Ra’iq (2: 225) menjelaskan untuk
selain emas dan perak (sebagai tsaman [uang]), menyebutnya al-
nama’ al-haqiqi dengan nama al-nama’ al-fi`li, yaitu posisi al-`urudh
bergantung pada niat pelakunya. Ada pihak yang memiliki rumah,
hewan, dan kendaraan diniatkan sebagai modal usaha (niatnya
sebagai modal); dan ada juga pihak yang memiliki rumah, hewan,
dan kendaraan diniatkan sebagai milik pribadi (tidak untuk
diperjual-belikan).
o Al-nama al-taqdiri (Ibn Nujem menyebutnya dengan nama al-nama’
al-khalqi), adalah pertambahan harta dari segi nilai atau harganya
karena posisi alamiahnya (al-thabi`i). Oleh karenanya emas dan
perak (dalam posisi sebagai standar harga [al-tsamaniyyah/al-
nuqud]) tetap wajib zakat tanpa melihat niat pemiliknya; emas dan
perak tetap wajib dizakati pemiliknya baik diniatkan sebagai
modal usaha maupun tidak.
Ragam Harta 7. Mal Nami dan Mal Mal Ghair
Nami
ْ َ
o Al- mal ghair al-namْ i )َ‫لا‬ ْ ‫ا‬ ‫ل‬ َ ْ
‫غ‬ ‫ي‬ ‫ر‬ 1‫ال‬َّ‫م ان‬11‫ ) ي‬secara istilah
ْ َ ِ
ْ َّ َ ْ َّ َْ َّ
ْ
adalah: ( ‫ي غَ ل اَ ْل ا‬ ْ ‫ر‬
untuk digunakan pribadi.” Al-
keutungan,
‫ مْ ل يذِ ال ل‬tap َ‫طي‬iْ ‫ل‬
ِ
secara‫الوَ ِء امَ ْنللِ ب‬ ‫ضف‬ ‫ل‬ َ‫يَ امَ نإو‬qinyah‫ط‬ ‫ل‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫ل‬‫ل‬ ‫ق‬
ِ ‫ن‬ َ ‫ة‬
‫ي‬ ِ
َ َ ِ َ ّ َ ِ َ ْ َ
adalah: (‫ ةين ِقالو‬1ِ ‫ه‬11‫ ي‬1‫ةعتم‬‫اْل‬ ِ 1‫تال‬1ِ 1‫ي‬‫خشالاهكلمت ي‬1‫صقبص‬ ِ ‫ل ِد‬1‫ن‬
َ ‫تا‬
ِ ْ َ ِ ‫ع اف‬
ِ ‫ب‬ِ ‫ه‬ ِ ); yang
harta
‫انال‬ ‫م‬ ‫ي‬ yang
‫ه‬ َ‫;)ااْل و‬dimiliki
yang seseorang untuk dipakai atau digunakan.” Di
artinya:
artinya
ِ
antaranya adalah pakaian, rumah tinggal, kendaraan, dan kitab-
”harta yang tidak ditujukan untuk mencari tambahan
kitab ilmiah.
o dan
Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta
َْ meَ njadَ i
َّ
mal al-nami (‫اْل‬11‫م انالال‬11‫ي‬ ِ ) dan al-mal ghair al-nami )‫اْل‬11‫م انالريغ ال‬11‫ي‬ ِ ),
antaranya adalah tekait kewajiban zakat. Harta al- termasuk
yang
di
harta al-nami (baik al-nami al-haqiqi maupun al-nami al-taqdiri)
wajib dizakati; sedangkan harta yang tidak termasuk harta al-
nami (tujuan kepemilikan harta untuk digunakan [al-qinyah]) tidak
wajib dizakati.
(2)
Teori Al-
Milkiyyah
Al-
Milkiyyah?
Arti al-milk secara harfiah adalah menguasai sesuatu dan mampu
kemampun bertindak secara penuh atasnya ْ( ‫ي‬ َّ ‫ ِء‬S‫ةغل‬
َ ْ ‫حا‬ً َ ِ ‫ْشالء‬
ِ ‫اوت‬
‫ل‬
‫لا‬1ِ ْ‫ك‬
‫ل ْا لىع ْ ةردقالو‬
ِ َ
‫س‬ 1‫ت‬
ِ ْ ‫ب‬
‫د‬‫ا‬ ْ ‫ ِد‬1‫ب‬
ِ ِ1‫)ه‬. Adapun arti al-milk secara istilah
dijelaskan ulama dengan deskripsi yang berbeda-beda; al-Jurzani
dalam kitab al- Ta`rifat menjelaskan sebagai berikut:
ْ َ
‫ ر‬1ِ ‫ ف‬1ِ ‫ ه‬1ِ ‫ ف‬1‫ ي‬1ِ ‫ م ن و ك ي ه‬1‫ ط‬1‫ً ل‬1‫ اق‬1ِ ‫َ ل‬1‫َ ت‬1‫ص‬
ْ º َ ْ

ْ1‫ ء„ ي‬S‫َ ي‬1‫ْ ب‬1‫َ ي‬1‫ ْ ا ن‬1ِ‫ْ ل‬1‫َ ن‬1‫ اس‬1ِ‫ْ بَوَ ن‬1‫َ ي‬1‫َ ن‬1‫ش‬ę َ‫عرْ ش‬
ِ
َ
َ ْ ْ
‫ص تِ˛ اِ )وَ ه ك ل ْ ِل ا ل‬
e َ ‫(ا‬
ْ َ
ْ
ِ ‫ف ه رَ ي غ‬
.‫ف‬ ِ ْ‫ه ي‬
ِ
Al-
Milkiyyah?
Syihab al-Din al-Qurafi dalam kitab al- (III 209
menjelaskan sebagai Furuq : )
berikut:
َ َ ْ º َ ‫م‬ َ S‫م‬َ ْ‫ت قْ يَ ة„ عَ فَ ن‬ َ
‫تي نمنك‬ ‫ض‬
َ َِ
َ َّ َ ْ َ ْ ę َ ْ e ْ
‫ف ر دقْ ي ي‬ ِ ‫م و أ ن„ ي ع ي‬ ‫عر ش‬ ِ ‫ك‬
ْ
atau manfaat yang menyebabkan pemilikny boleh
ْ ْ
َmemanfaatkannya,
‫ )وَ َه ك ل ْ ِل ا‬ata‫ ( ح‬memperole a
ْ
sebagaimana u h imbalan dariny
mestinya.” a
.‫ع‬ َ ‫و‬ ‫ض‬ َ‫كَ ل ذك وَ ه ث ْيحَ نْ م ه نْ ع‬
ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ َ َ
‫‪Al-‬‬
‫?‪Milkiyyah‬‬
‫‪Muhammad Abu Zahrah dalam kitab al-Milkiyyah wa Nazhariyyat al-‬‬
‫‪`Aqd (63), sebagai berikut:‬‬

‫ل ل‪ 1‬ت ب ثْ َيل‪َ َ1‬و ه وَ ة„ عَف‪ َ 1‬ن‪ ْ1‬مَ وْ أَ ن يْ عَ نْ‬ ‫َ ْ ْ‬


‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫‪1‬‬
‫س‬ ‫ا‬ ‫‪1‬‬ ‫ن‬ ‫ا‬
‫لِ‬
‫َّ‬
‫َ‬ ‫„‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫ْ َ‬
‫ب ع افَ تِ نْلِ ْ ا نَ مِ‪ 1‬ن ك‪ S‬مِ‪ 1‬ءِ‪ 1‬يْ‬ ‫م‪ َ1‬تَّ َال ) َوه ك ل‪ ْ1‬لْ اَ ‪º‬شالَّ‬
‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ِْ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ت‪ 1‬اب‪ َ1‬ث‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫حَال اذهَ ‪º‬إ‪ 1‬ب‪ 1‬ل‪ 1‬ا ت‪ 1‬ب ثت ل ق ( اه‪ َ1‬ل عر ا َّ‬
‫ش‬
‫ِ‬ ‫َِّ ِ‬ ‫ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ ‪e‬‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ ِ ِ َ‬ ‫َْ‬

‫ع ِر اهَنْ‪ 1‬م ِ‪ 1‬وَ اه‪ َ1‬لك‪ 1‬ق‪ْ 1‬و قَ‪ 1‬ح‬ ‫ب‬ ‫‪1‬‬ ‫إ‬
‫ث‬ ‫شال ت‪ ِ1‬اب‪َ1‬‬ ‫َّ‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ع‬‫؛‬ ‫‪1‬‬
‫ل‬ ‫ال َّ‬
‫ن‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ْ ْ َ َ ِ ‪ْ º‬‬ ‫َْ‬ ‫َ َ ِ َ‬ ‫َ ْ‬

‫شان سيلقحال ف‪S‬اشال نِذإِ نمِ ئ‬ ‫ئ ابط نمِ ئا ِ‬


‫ع ِ‬
‫ِ‬ ‫ك لو ‪،‬ءِ ايشاْل‬
‫ش ان هن ِ‬
‫ِ‬
‫َّ َ ً‬ ‫َ‬ ‫ًْ‬
‫؛ ا هبباس ل هر ير ق تو‬
Manusia, Harta, dan
Kepemlikan?

Hubungan antara manusia dengan harta dan kepemilikan;


harta adalah benda yang dapat dimiliki manusia (mamluk)
dan tempat kepemilikan (mahal li al-milk), dan manusia
berkedudukan sebagai pemilik (malik); harta diperoleh melalui
ikhtiar (al-kasb) sehingga melahirkan hak berdasarkan
ketentuan syariah.
(3)
Teori Al-
Manafi`
Manafi`
?
 Manfaat (al-manfa`ah atau al-manafi` [jamak])
[tunggal]berarti apa yang didapatkan
harfiah secara manusia dari penggunaan
sesuatu (barang) atau pekerjaan orang; dari segi baik-buruk,
manfaat selalu baik (manfaat yang buruk bukanlah manfaat secara
syariah). Manfaat rumah adalah sukna (dijadikan tempat tinggal),
dan manfaat kendaraan adalah rukub (menghantarkan
penggunanya untuk tertentu); danada
manfaat
mencapai yang berupa bendatempa (al-`ain); misalnya
juga susu dari
hewan t
ternak, bulu dari domba, dan buah dari pohon.
 Arti al-manfa`ah secara istilah diikhtilafkan oleh ulama; jumhur ulama
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-manfa`ah adalah:

َْ ْ َ َ
.ْ‫افتَ س‬
َ ‫لا نَ م د‬
ِ ْ ‫ع‬
‫ي‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ْ
ِ ِ ‫ق ي ِر ط‬
‫ب‬ ْ ِ ْ‫مع‬
ِ ِ‫ت س ا‬
َ ‫َ لِ ا‬1‫اه‬

َ‫َ ف‬1‫ف لْ اَ )يَ ه ة ع‬


َ َ‫لَّ ة يَّض وْر عَ لْ ا د ئ او‬ ‫تا‬1
ِ ِ ِ ِ‫ت ي‬
Manafi`
?
 Ulama syafi`iah berpendapat bahwa yang disebut al-manfa`ah
mencakup dua keadaan; yaitu: (‫ع ا ˚د ئـِ َو َالفأ‬
‫̊ض وأ ر˚ َ لأ‬ ‫ما لـأ ا ˚د ل َأ‬
‫ئَـِوف َواا يَ ّ ِة‬ ِ ‫َ ّ̊ة‬
َ ‫يد‬
‫ ; َ)ا‬yang artinya: ”manfaat yang bersifat abstrak yang
didapatkan dari benda karena penggunaannya dan manfaat
yang berupa benda (misalnya: pohon menghasilkan buah [buah
 adalah
Obyek manfaatijrah dari pohon tersebut]).”
adalah ujrah dengan yan
akad antar manfaat Mu’jir dengan g
dipertukarka
Musta’jir dengan a Ajir. Manfaat
Musta’jir timbul
atau karena penggunaan
antara
n
barang (ijarah `ala al-a`yan) atau timbul karena pekerjaan
yang dilakukan seseorang (ijarah `ala al-a`mal).
Manafi` Termasuk
Amwal?
 Jumhur ulama (Malikiah, Syafi`iah, dan Hanabilah) berpendapat
bahwa manfaat merupakan bagian dari harta; adapun alasannya
adalah:
o QS al-Qashash: 27; dan QS al-Nisa: 24; Nabi Syu`eib as
menikahkan anaknya kepada Nabi Musa as dengan mahar
berupa pekerjaaan; yaitu Nabi Musa bekerja untuk Nabi
Syu`eib selama 10 (sepuluh
tahun); oleh manusia
o Manfaat termasuk yang sebagaimana
o Kebiasaan
disukai harta;
umum (al-`urf al-`amm) mengakui manfaat merupakan
harta; di antara akad mu`amalah yang berbasis manfaat
adalah akad ijarah (jual-beli manfaat [bai` al-manafi`]), akad
ju`alah, dan akad istishna`.
Manafi` Termasuk
Amwal?
 Ulama Hanafiah berpendapat bahwa manfaat bukanlah harta dan
bukan pula bagian dari harta; adapun alasanya adalah:
o Manfaat tidak wujud (gharar); manfaat tidak dapat dijaga dan
tidak dapat disimpan; karena harta (harus termasuk benda yang
dapat disimpan [al-iddikhar] pada saat diperlukan [dalam
pandangan Ahnaf] dan jumhur ulama harta harus benda yang
dapat disimpan baik ketika leluasa maupun pada saat sempit);
o Manfaat tidak dapat dijamin penggantiannya dengan manfaat
sejenis apabila rusak (barangnya); karena manfaat adalah tiada
(ma`dum); dan
o Manfaat tidak dapat dibagi (misalnya sepertiga dan seperenam);
sedangkan harta haruslah benda yang dapat dibagi dengan
angka-angka relatif (misalnya dibagi empat: seperempat).
 Pendapat yang banyak dijadikan sandaran oleh ulama kontemporer
adalah pendapat jumhur ulama; karenanya akad ijarah, ju`alah, dan
istishna` termasuk akad yang dibolehkan oleh ulama kontemporer.
(4)
Teori Al-
Huquq
Huquq
?

 Hak dalam artian umum adalah:


ِ ˚‫لإل ت‬ ِ ‫ن اسَ ِ نأ‬ ِ ˚ ‫م‬ َ ‫ع لأ اى‬
َ ‫ن عأ‬ َ ‫يم ِّ ا‬
„(‫نأت„م َز َم ِاي‬ ‫كـَن مَـ َو‬
‫ت„ َا‬ َ‫ثّ˚َو اس‬ َ ‫ئـً ايش ت˚كـَ َأ َا‬
‫بِـءناال‬ ‫مـأ َأ ِمَـيـً ا َدأ‬ ‫ ِمَـ;) ادي َرأ يغَـ‬yang artinya: ”hak dalam
‫˚بأ َثي ا َم وَ ه‬ ‫ب ق حَ لأ َا‬ِ
arti umum adalah keistimewaan/kelebihan dan kedudukan yang
ditetapkan bagi manusia baik yang berupa materi maupun nonmateri.”
Ta`rif ini didasarkan pada kaidah: (˚‫ع رأ شـَ ا َه بِ حِ اصَ لِ ˚ةقـَ حِ َتسأ م‬
ً ‫ا‬

‫ ;) ˚ة„ ح َـ لـَ صـأ َم ل ك‬yang artinya: ”setiap kemashlahatan menjadi


hak pemiliknya berdasarkan ketentuan syariah.” Hak dengan
pengertian yang demikian lebih luas cakupannya dari harta (al-mal);
karena hak ada yang melakat pada harta dan ada hak yang tidak
melekat pada harta.
 Hak dalam artian khusus adalah: ( ‫خ لأ ا َىنعأ َم ِب ل˚ َم ع ِأ‬ َ ‫صِ ا‬
ّ ‫لا َم لأ ا ِىف‬
‫ص‬
‫ِ َح‬
‫ح ل أ َا‬
َ ‫َتسأ ˚ي ق‬
ِ ‫بَ ِتعأ ِ ابِ َلّإِ هَا َل َد وأ ج˚ و˚ لَ َةـِيرِ ّ ِبعاتأ‬
ِ‫ل أ ا‬ ‫ ;)ع ِر َاشّ ِرال ا‬yang artinya: ”hak digunakan
secara khusus (arti khusus) dalam hal kemashlahatan yang sesuai
syariah dan
Hak

Hak Politik (Haqq al- Hak Perdata (Haqq al-


Siyasiyah) Madaniyyah)

Hak al- Hak al- Hak al-Madaniyyah al- Hak al-Madaniyyah al-
Intikhab Khashah `Ammah
Tarsyi
h
Hak al- Hak al-Usrah
Maliyyah

Hak al- Hak al- Hak al-


`Ainiyyah Syakhshiyyah Ma`nawiyyah
Rincian
?

Di antara hak yang timbul karena ketentuan syariah terkait tanah


adalah:
o Haqq al-syurb (hak terairi); hak yang melekat pada tanah untuk
mendapatkan air agar tumbuhan dan tanaman di atasnya
berkembang; dan jika air yang diperlukan itu bisa diperoleh setelah
melewati tanah milik orang lain, maka pemilik tanah yang tanahnya
dilewati air tersebut tidak boleh menolaknya;
o Haqq al-masil (hak mengalirkan); hak yang melekat pada tanah
untuk membuang air karena air yang dibutuhkan berlebih; dan jika
air yang akan dibuang harus melewati tanah milik orang lain, maka
pemilik tanah yang tanahnya dilewati air tersebut tidak boleh
menolaknya; dan
o Haq al-murur (hak lewat); hak untuk melewati tanah milik pihak
lain
dalam rangka mencapai tanah atau tempat tinggal miliknya.
Apakah Hak Termasuk
Amwal?

 Jumhur ulama (Malikiah, Syafi`iah, dan Hanabilah)


sebagaimana dijelaskan dalam kitab Nihayat al-Muhtaj (III:
372) karya al-Ramli, al-Milkiyyah (I: 80) karya al-Khafif, dan
al-Milkiyyah fi al-Syari`ah al-Islamiyyah (I: 189) karya `Abd al-
Salam al-`Ibadi, berpendapat bahwa hak termasuk harta;
 Ulama Hanafiah sebagaimana terdapat dalam kitab Bada`i
al-Shana`i (V: 504), berpendapat bahwa hak bukan harta;
meskipun demikian, mereka membolehkan dilakukannya
penjualan hak yang melekat pada benda. Muhammad Utsman
Syubair menjelaskan bahwa pendapat yang kuat (rajih)
adalah pendapat jumhur ulama; yaitu hak adalah harta.
Rincian
?

 Hak ْ politikْ (al-huquq al-siyasiyyahْ ) adalah: ( َ‫ي ِه ة ي‬


َ ‫تلَّا‬1
ِ 1‫ي‬
َ َ
‫لْ ا‬
‫ ق وْ ق ح‬1‫س ا َيس˛ِ ال‬
ِ
‫ دِ ارَ ْفل‬1ِ ‫َ نام ب‬1‫َ س‬1‫ِ ب‬1‫ِ نت ة‬1‫ْ ظ‬1‫ِ ي‬1‫ِ م‬1‫ِ ه‬1‫ِ لل‬1‫ كح‬1ِ ‫م‬
ِ‫ نوْ ناقال اهَ ِئش‬1ِ ‫ل‬ ‫طس‬
‫ِ ال‬1‫ِ ت‬1‫ه‬
‫ي‬‫ ;) ن‬yang artinya: ”hak politik
adalah hak yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang
sesuai peraturan/hukum dan kekuasaan yang berbeda-beda
(sistem dan bentuknya);” di antaranya adalah hak untuk memilih
(haqq al-intikhab) dan hak untuk mencalonkan/dipilih (huquq al-
tarsyih);
َ َ1‫ي‬
 Hak keperdataan
َ (al-huquq al-mada niyyahَّ
) adalah: ( ‫ة‬ ‫ف‬ 1
ِ ‫ه‬
ْ
َ ‫ ِلا‬1‫اْل ح‬1 ‫ل كشب دِ ارَ ف‬
ِ‫ يْ ق‬1ِ‫َ ق‬1‫ص م‬ ِ ِ „ ‫ َابم‬1ِ‫ْا ر„ ش‬1‫ل ا ق وْ ق حل‬1ْ َ َ‫ د‬1ِ‫َ ن‬1‫ي‬
Rincian
?
Hak keperdataan dibedakan menjadi dua:
o Hak keperdataan umum(al-huquq al-madaniyyah al-
`ammah)َ adalah:
( ˚‫ح ِإ ىلِإف‬ َ ‫ا‬ َ
‫ط‬ ‫ة‬
ِ َ
‫ش‬ ‫س نأ لِ أ ا صِ خأ‬ َ ‫ن‬ ِ ‫ع ا ِِّربال ا‬
‫ي‬ ‫م˚ َرِم‬
َ ِ‫ِ اتِ حأ لِ َوأ ا ة‬ ِ ‫ع لأ ا ˚ةَّي‬
َ ‫ن َد‬ َ ‫ةم ّ َ ا‬
‫نِـ أيبـَ جـِوَالأ ا‬ ‫سَـّ ى ˚وَت‬
‫بِـ م‬ َ ‫ ;)ةـِ َّيصـِ خـأ شّـَ للـِ ةـِ مَـ ـَ ِز م˚للـأ ا قِـ وأ ˚قـح˚ لـأ ا‬yang
‫ي ه‬َ ‫ت َّلا‬ ِ ‫ِد هأ َت ي‬ ‫لأ ا ق˚ وأ ˚قح˚ لأ َا‬
artinya: ”hak-hak keperdataan umum adalah hak adami (manusia)
yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan memuliakannya;
hak ini disebut dengan hak-hak dasar manusia (al-huquq al-mulazimah
li al-syakhshiyyah);” mengingkari hak ini berakibat pada hancurnya
hak-hak dasar manusia; di antara rincian hak ini adalah hak jasadi
(hak-hak fisik), hak dimuliakan, dan hak untuk tinggal;
o Hak keperdataan khusus (al-huquq al-madaniyyah al-khashshah)
adalah:
( ‫صلخأ اا ˚ َِية ّن َد‬
ّ ‫يَ َه˚ـَِة‬
‫ت‬ ّ ‫̊ش نـأ ˚ت َ ِالي‬ ‫تنأ‬ ‫ض قـ َأت م˚ ِب ض„ عـأ بـَ ِب مـأ ه˚ ض˚ عـأ َبْـف َأر ِد َالا طَ َو‬
َ ِ ‫بَِرا َجـَة يـَأ‬ َ ‫وألن َاأ˚قان ى‬
‫لِـخأ م˚ لأ ا‬ ِ ّ „َ ‫مَـ لـأ ا ق˚ وأ ˚قح˚ لـأ َا ة‬
‫يـص َخـأش ل„ َواحـأ َ َوأ „يّـ نِـ َد مَـ ن„ وأ ˚ َنا‬
‫ق نـأ مِـ ةِـ فـَ َت‬
‫خ لأ ا‬
‫صـ َ ا‬
ّ ‫ـب‬
ِ ‫عـ وأ ر˚ ˚ف‬
ِ ‫هـ‬
ِ ); yang artinya: ”hak-hak keperdataan khusus
adalah hak-hak yang timbul dari hasil interaksi manusia yang satu
Rincian
?

Hak keperdataan khusus dibedakan menjadi ّ


dua: َ َ ْ ْ
o Haَّ k-hak ke kَ eluargaan ( al-huquq َ al- usr ah), adalah: َ (1‫تال‬11‫ي‬ِ
َ َ َ ْ َّ َ َ َ
‫ِ اوق اهر ِر قت‬1‫ِ خشال لِاوحاْل ينن‬1‫ِيص‬1‫ حك ة‬1ِ‫ِ يل ِو ال ق‬1‫ حو ة‬1ِ‫ َلطالق‬1ِ‫ ;)ق‬yang ‫ْ ق‬
artinya:
‫ ِةرساْل‬1ِ ‫ه‬11‫ ي‬kekeluargaan hak-hak yang ditetapkan peraturan
‫” وقح‬hak-hak
perundang- undangan tentang keluarga; di antara hak kewalian
o (wali
Hak-hak nikah), kebendaan hak asuh anak (hadhanah),
(al-huquq maliyyah), danadalah:
hak untuk (‫هو‬ِ cerai
‫ي‬ (al-
al- ‫ةيلِ ا ْلا و‬
thalaq)
‫ت‬ ْ ‫قح ى ِال‬.”َ ّ ‫ق ْ„ َ ْو‬
‫عون‬ َ ْ ‫ْ ع‬1‫ ْي‬1ِ ‫ش ق„ وْ قحو ة َ„ يَّن‬ e‫ خ‬1ِ ‫يص‬ َّ َ „‫َ ق„ وْ قحو ة‬1‫;)ة„ يَّو نعم‬
‫ق ق لحا‬ ِ
yang artinya: ”hak-hak kebendaan baik terkait hak `ainiyyah,
syakhshiyyah, dan ma`nawiyah.”
Rincian
?
Hak-hak kebendaan mencakup tiga hak berikut:

 Hak-hak `aniyyah (al-huquq al-`ainiyyah) adalah: ( ˚‫بم˚ ˚ةطـَ لـأ س˚ي َـ ِه‬
‫َرة ش ِـ َا‬
‫يطـِ عـأ ˚ت يَـ هِ َو‬ ‫فتـِ نـألِـ أ ا قّـَ حَـ اهَـ َبحـِ اصَـ‬ ِ َ ‫يأ عَـ لـأ ا ق˚ وأ ˚قح˚ لـأ َا ئِـ يأ‬
‫شّبال ِ َاع‬ ‫˚ َة ِين‬
‫قلأ ا ه َـا نم‬
˚‫ح َأ‬ ‫ل ن˚ وأ ˚ َنا‬ ِ ‫لع ص„ خأ َ ش‬ َ َ‫م˚ ئ„ يأ َ ش ى‬ ‫ب ن ي„ـ َ ّع َـ‬
ِ ‫ت اَّذلا‬
ِ
‫س˚ َو َت نـَ وأ˚ دبـِ هـِ ـَلـِ غـأل تـِ سـأ ِا وَ هـِ ل ِم َـعـاأ تـِ سأ وَ ِا‬ ِ‫ ;)„ دح َـ َأ طـ‬yang artinya: ”hak-hak
`ainiyyah adalah kewenangan yang bersifat langsung yang ditetapkan
undang-undang bagi
seseorang atas dzat benda tertentu; dalam hak ini ditentukan hak kepada
pemilik untuk memanfaatkan (haqq al-intifa`) benda baik dengan
memakainya (isti`mal) maupun melakukan perbuatan hukum lainnya
(istighlal) tanpa perantara;” di antaranya adalah hak kepemilikan (haqq al-
milkiyyah [baca: hak milik);
Hak-hak syakhshiyyah (al-huquq al- syakhshiyyah) adalah: ( ‫لـأ َا ر„ َ خآ‬ ˚‫صخـأ َشّ ل ق˚ وأ ˚قح‬
ّ‫يَ هـِ َي˚ ِة‬
َ ‫ق ˚ة‬
‫ط‬ ‫ب˚َـنو ّأة˚ َنا‬ ِ ‫ءَـ َد َاأ ي‬
َ ِ‫ـض َقـتأ َت نِـ يأ صَـ خـأ َ ش َنيأ ي‬ ‫ص„ خـأ َ ش لـِ „يّـ لـِ َماق„ّ حَـ‬ ‫لع‬
َ َ‫ى‬
‫ ;) ِ َربـا‬yang artinya: ”perikatan antara dua pihak berdasarkan undang-
Rincian
?

 Hak-hak ma`nawiyyah (al-huquq al-ma`nawiyyah) adalah: ( َ‫يَ ِه ة يَّوِ ن‬


ْ ْ
‫لا‬ ‫عْ َ ْل ا ق وْ ق ح‬
ْ‫ة َخسِ ارََّال م‬ ِ ْ َ ِ‫ن َىف‬ ِ َ‫ب أ دق ْنوك َي ام‬
‫س َ ْف‬ َْ ‫ل‬
ِ ‫اعال‬ ِْ ‫م‬ِ ‫ب ي َدِ اْل ْ َ ِو أ‬
ِ ْ ‫غ وأ‬
‫ه ِر ْي‬
ِ َ‫م‬ َّ ‫َلو ْوه ْ ه‬
َ ْ َ ‫عد‬
َ َ
e َ ْ
‫ );دحأ هقبِ سي‬yang artinya: ”hak-hak yang berupa ciptaan akibat dari
‫ص‬ ‫فِ ال رو‬
kreasi ‫ ال ةيَّ ِر ك‬mendalam
yang ‫ت‬
ِ ‫تي‬ ‫ن ع تقِفت‬ ‫ ِة كْل ِلا‬º‫ال‬diri ilmuan dan pendidik yang ciptaan
ِ pada
tersebut merupakan kreasinya yang inklusif yang tidak didahului oleh
pihak lain.” Hak ini termasuk hak abstrak (ghair madiyyah) dan pihak lain
tidak boleh menggunakannya kecuali atas idzin dari pemiliknya; di
antaranya adalah hak kepengarangan (haqq al-ta’lif), hak bebas
berkreasi (haqq bara’at al-ikhtira`), hak mereka dagang (haqq al-ism al-
tijari). Majma` al-Fiqh al-Islami menetapkan hak-hak abstrak tersebut
sebagai hak kebendaan (al-huquq al-maliyyah).
(5)
Teori Al-
Duyun
Al-
Duyun?
 Al-dain berasal dari kata dana yang secara harfiah memiliki dua arti; arti
yang bersifat vertikal dan arti yang bersifat horizontal. Arti dana yang
bersifat vertikal secara harfiah adalah menyerah, tunduk, dan patuh (al-
islam), di antara bentuk mashdar dari kata dana adalah din (al-din) yang
secara harfiah berarti agama; sedangkan arti dana yang bersifat vertikal
secara harfiah adalah menghutangi atau memberikan pinjaman; di antara
bentuk mashdar dari kata dana adalah dain (al-dain) yang secara harfiah
berarti utang.
 Al-dain (utang) dijelaskan ulama dengan dua pendekatan: vertikal dan
horizontal. Utang secara vertikal berarti kewajiban yang belum ditunaikan
adalah utang; kewajiban qadha’ puasa ramadhan, tertundanya
pembayaran zakat, dan tertundanya pembayaran kafarat adalah utang
yang wajib ditunaikan secara agama (diniyyan); sedangkan utang secara
horizontal berarti kewajiban terkait harta (al-maliyyah), baik yang timbul
karena akad mudayanat; di antaranya al-qardh dan jual-beli yang
pembayaran harganya secara tangguh (al-bai` al-mu’ajjal) atau bertahap
(al-bai` bi al-taqsith).
Al-
Duyun?

Adapun arti utang secara istilah dijelaskan oleh pakar-pakarnya


sebagai berikut:
 Nazih Hammad menjela ْ s َ kan ba hwa arti utang (al-dain) secara
َ َّ
istilah adalah: ‫يد(ال‬1‫ ن‬1‫حالوه‬1‫الق‬1‫يفم ِز َل‬ ِ ‫ م ِذال‬1ِ ‫ );ة‬yang artinya: ”(utang adalah) hak yang
melekat pada sifat seseorang yang karena sifat tersebut dapat
diminta pertanggungjawaban.” arti utang (al-dain) secara istilah adalah:
men yaَ takan َ َ ْ َ ˛ ( ‫نيدلا‬Hanafiah ya
َ َ ْ َ ulama
 Kamal َ Ibn al-Hamam ْ menjelaskan pendapat
‫ع وه‬ ِ ‫ثت ام نع ةربا‬
‫فب‬
ِ ‫ذ الي‬ ِ ‫م َ ِة م‬
ِ ‫ف ل„ ام ن‬ ِ ‫عم ي‬‫ ;)ضَ„ رق وأ ف„ َِتإل وأ ة„ ا‬yang artinya: ”
‫ضو‬
”(utang
bahw a adalah) segala sesuatu yang melakat pada sifat seseorang
n
yang g karena
َ sifat tersebut dapat diminta pertanggungjawaban atas
ْ َّ
harta karena dipertukarkan, merusak harta pihak milik lain, atau
qardh.” Dalam pandangan ulama Hanafiah, kewajiban yang timbul
bukan karena pertukaran, rusak, dan akad qardh tidak termasuk
utang;
Al-
Duyun?
 Jumhur ulama (Malikiah, Syafi`iah, dan Hanabilah) yang
menyatakan
bahwa arti utang (al-dain) secara istilah adalah: ( ِ‫ع ةرباع‬1‫ل ك ن‬
ِ ‫ام‬ ‫دال‬
‫ي‬1‫ ن‬1‫وه‬
َ َ َ َ َ ْ ˛ َ َ ˛ َ َ َّ
‫هوث ي‬
‫ بت‬S‫ف تبثي‬ِ ‫ة مذِ ال ي‬
ِ ِ‫ب ل„ ام نم‬
ِ ‫س‬‫ي ب„ ب‬ ‫ض قت‬
ِ ;) yang artinya: ”(utang
sesuatu yang melakat pada sifat seseorang yang karena sifat tersebut
adalah) segala
dapat diminta pertanggungjawaban atas harta yang berakibat pada
adanya utang tersebut.” Dalam pandangan jumhur ulama, kewajiban
yang menjadi tanggungjawab suatu pihak yang berupa kewajiban
kebendaan baik dari segi dzat maupun manfaatnya mrupakan utang,
termasuk kewajiban membayar zakat.
Al-Duyun Termasuk
Amwal?
 Nazih Hammad dalam kitab Qadhaya Fiqhiyyah Mu`ashir fi al-
Mal
(37) menyampaikan pendapat jumhur ulama yang menyatakan
bahwa utang adalah harta yang hakiki (mal haqiqiyyah), karena
pemilik utang (Da’in) dianggap sebagai orang kaya dan
berkewajiban memberikan nafkah karena kaya, dan dia tidak halal
menerima sedekah;
 Ibn Nujaim dalam kitab al-Asybah wa al-Nazha’ir (354)
menyampaikan pendapat ulama Hanafiah yang menyatakan bahwa
utang adalah harta secara hukum (mal hukmiy), bukan harta secara
hakiki; karena kenyataannya utang tidak wujud (gharar) dan hanya
itung-itungan; wujudnya melekat pada sifat seseorang yang melekat
padanya yang karenanya dapat diminta pertanggungjawabannya;
utang diakui sebagai harta karena adanya al-hajah (kebutuhan
memaksa) dalam melaksanakan ketentuan mu`amalah maliyyah; di
antaranya topik diskusinya adalah penguasaan utang (qabdh al-
dain).
PRINSIP-PRINSIP FIQH MUAMALAT MALIYAH

1. Misi Ibadah (Pengabdian)


Tauhid 2. Misi Khilafah (wakil
Allah)
3. Keseimbangan Spiritual-
Materiil
1. Kejujuran 5. Persamaan
Akhlak 2. Keterbukaan 6. Tanggung jawab
3. Kasih sayang 7. profesional
PRINSIP
MUAMALA 4. Kesetiakawanan 8. Suka sama suka dll
T
1. Hukum Asal Muamalah Boleh
2. Muamalah bertujuan Kemaslahatan
mewujudkan manusia
3. Obyek muamalah harus halal dan baik (halal-
toyyibah)
Hukum
4. Hukum Muamalat terdiri dari hukum yang tetap
(tsabat) dan berubah (murunah)
5. Muamalah harus terbebaskan dari unsur riba, judi
(maysir), gharar (ketidak jelasan), tadlis
(menyembunyikan cacat), Ghisy (Mengelabui), ikrah
(paksaan), riswah (sogokan),
(membahayakan), dhalim (penindasan), dll
dharar
72
Riba adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi
(al-amwal al-ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok utang
dengan imbalan penangguhan pembayaran secara mutlak
Jual Beli Barang2 Ribawi: (emas, Perak,
Gandum bulat, gandum panjang,
Fadl Kurma, dan garam), Salah satu obyek
lebih banyak (kualitas) dari yang lain
Jual Beli
Jual beli barang ribawi yang penyerahan
Nasa’ obyeknya tidak secara tunai (Jual beli
mata uang yang berbeda secara tidak
RIBA tunai (forward, swap, dan option)

Utang-piutang dengan mengambil


Nasiah manfaat/keuntungan tambahan (Margin
trading)
Hutang
Piutang Utang-piutang, dimana kreditur
mengenakan tambahan (dari juml7a3h
Jahiliyah hutang) bila debitur pada saat
jatuh
tempo tidak bisa membayar
kewajibannya (Katu Kredit)
• Riba (‫ارال‬JJ‫ )ب‬berarti tambahan (‫ )ةديازال‬yang semakana
dengan kata (‫ ;)امرال‬karena hadits riwayat Imam
Ahmad dari Abdullah Ibn Umar ra, Rasulullah
Saw bersabda:
‫ال‬
(‫نهمرلبدا مهردال اوتبيع‬J‫ص عاصالالو ي‬
‫نعا ابل‬J‫شخأ نإيفي‬J‫ ى‬J‫أ)اامرالمكيلع‬JJ‫ي‬
‫الرب‬

• Riba secara bahasa berarti pertambahan (al-


ziyadah).
• Sedangkan riba secara istilah (etimologis) dijelaskan
DSN-MUI dengan pengertian: pertambahan harta
yang diharamkan baik terjadi karena utang (al-dain)
maupun karena pertukaran (al-bai‘);
‫‪ 1‬لضفلا ابر دحأل طورشم يعرش رايعمب ضوع نع الخ‬
‫لضف‬
‫ةضوا‪1‬علما يف ن‪11‬يدقاعتلما‪.‬‬
‫‪ 2‬ةئيسنال يف نيدلا ىلع نيعال لضفو لجاْل ىلع‬
‫لولحال لضف‬ ‫ا بر‬

‫ريغ يف وأ سنجال فلَتخا دنع نينوزولْا‬


‫وأ نيليكاْل‬
‫س‪1‬نجال‪ 1‬دا‪1‬ح‪1‬تا د‪1‬ن‪1‬ع ن‪1‬ينوزواْل وأ‪.‬‬
‫ن‪1‬يليك‪1‬اْل‬
‫ّ‬
‫س‪1‬نجالدحتم يفارخألن‪1‬ع‪ 1‬نيضوعالد‪1‬ح‪1‬أ ةدايز عم‪. 1‬بيالع‬ ‫‪ 1‬لضفلا ابر‬
‫ف طورشلما ضرقالبار يةاعفشالنم الملتويدازو‬
‫رج يه‬
‫لضفالبار ن ‪1‬م‪ 1‬هنإ ‪ :‬ي‪1‬لمرالالقو ي شكرزالالقو ‪.‬فع‬
‫ن‪.‬‬
‫ركذ ريغ نم امهدحأ ضبق وأ نيضوعال ضبق‬ ‫‪ 2‬ديال ابر‬
‫ريخأت عم عيبال‬
‫ل‪11‬جأ‪.‬‬
‫‪ 3‬ةئيسنلا ابر ‪ -‬ن‪1‬يضوعالد‪1‬حأ ي‪1‬فيراصقولو ل‪11‬جأ طرشببي‬
‫ع‪.‬ال‬
‫ف ةدايزال‬‫ف ةدايزال وأ لجاْل يرظن نيدال ي‬
‫‪ -‬لابقم نيدال ي‬
‫ل ‪1‬جاْل‪.‬‬
‫لس‪ َ1‬وَ هِ ي‪ ْ1‬لَ ع‪ َ1‬هللا ىلَّصَ‬
‫َ َّ‬ ‫َ َّ َ‬
‫ه ذال ‪ :‬م‪1‬‬ ‫بِ ب‬ ‫َ َّ‬
‫بِ‪ 1‬ه ذال‬

‫ِهللال وْ س رَ ل‪ َ1‬اق‪ َ1‬ة دَ اب‪ َ1‬ع ل‪ َ1‬اق‪1‬ح ل‪ِ 1ْ1‬ل ْ اوَ ر مَ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬

‫ْ‬ ‫)‪.‬‬ ‫ً‬ ‫د‬‫ا‬ ‫ب‬ ‫َ‬ ‫سم ه َجر َّخ‪َ 1‬أ( د„ ْ ي‬ ‫مل‬
‫˛‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫بِ‪ 1‬ر ي‪ 1‬عِ‪ 1‬شالو رِ ب ل‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫بِ‪ 1‬ر م تالو رِ ي‪ 1‬عِ‪ 1‬شال‬ ‫َّ‬
‫تال‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َ َ َ‬
‫ي ن اك اذ ِإ م ت ئ ش‬
‫‪º‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ب ل‪ 1‬او ةِ‪ 1‬ضفِ‪ 1‬ل‪ 1‬ابِ‪ 1‬ة ض فِ‪ 1‬ل‪ 1‬او ف‪ 1‬ي ابِ‪ 1‬ر‬
• Gharar adalah sifat (ketidakjelasan) yang
menyebabkan sebagian rukun akad tersembunyi
(mastur) atau antara ada dan tidak ada;
• Gharar adalah ketidakjelasan (al-jahalah); al-gharar
huwa al-majhul al-‘aqibah (versi Ibn Taimiah); dan
gharar adalah keraguan (syakk) akan wujudnya obyek
akad; al-gharar huwa al-syakk fi wujud al-mabi‘ (versi
Ibn Abidin); ‘adam al-‘ilm bi al-ma‘qud ‘alaih
(ketidakadaan pengetahuan tentang obyek akad).
• Gharar adalah ketidakjelasan dari segi akad dan
obyeknya.
Ragam Gharar yaitu :

1. Gharar Katsir
2. Gharar Yasir (Gharar
Qalil)
3. Gharar Mutawasith
Gharar Katsir; yaitu gharar yang berpotensi merugikan
pihak yang berakad, dan juga berpotensi melahirkan
perselisihan/sengketa (al-niza’);

Di antaranya adalah :
1. Jual-beli buah sebelum layak panen;
2. Ijarah yang jangka waktunya tidak jelas (majhul);
3. Bai’ salam yang obyeknya tidak mungkin
(berdasarkan ‘urf) dapat diwujudkan sesuai waktu
yang disepakati;
Gharar Yasir (Gharar Qalil); yaitu gharar yang tidak
berpotensi merugikan pihak yang berakad, dan
juga
tidak berpotensi perselisihan/sengketa
melahirkan (al-niza’);

Di antaranya adalah :
1. Jual-beli rumah tanpa melihat (baca:
mengetahui) fondasinya;
2. Sewa (ijarah) rumah beberapa bulan
ditambah beberapa hari saja;
Gharar Mutawasith; yaitu gharar yang berada
antara gharar katsir dan gharar qalil;
Di antaranya adalah :
1. Jual-beli benda (baca: mesin) tertanam di
yang tanah; kualitasnya hanya
diketahui
dibongkar;
bisa setelah
2. Gharar dalam akad ju‘alah;
3. Gharar dalam akad hirasah; dan
4. Gharar dalam akad syirkah/mudharabah
yang mu’aqqatah (singkat).
Gharar dapat merusak keabsahan akad bila terpenuhi 4
1. Gharar hanya berpengaruh terhadap akad yang termasuk
syarat:
akad mu’awadhat (tijari/bisnis); antara lain akad bai’, ijarah,
dan syirkah dengan berbagai derivasinya. Oleh karena itu,
gharar (baca: gharar katsir) tidak memengaruhi akad
tabarru’ (antara lain akad hibah dan wasiat);
2. Gharar termasuk gharar katsir; gharar qalil (yasir) dan gharar
mutawasith tidak memengaruhi keabsahan akad
mu‘awadhat;
3. Gharar berpengaruh terhadap obyek utamanya
(ma‘qud
‘alaih ashalat[an]), bukan obyek pelengkapnya;
4. Tidak ada kebutuhan syar‘i (al-hajah) terhadap akad yang
mengandung unsur gharar tersebut.
Dari segi Obyek Akad :
1. Bai’ Hashah
2. Bai’ Mulamasah dan Munabadzah
3. Bai’ Ma Laisa Indak: (a. Bai’ ma la Yamlikuhu al-
Ba’i; b. Bai’ Qabl al-Qabdh; c. Bai’ Maghanim qabl
al-Qismah; d. Bai’ Shadaqat qabl al-qabdh; e. Bai’
‘Abid Abiq; dan f. Bai’ Samak fi al-Ma).
4. Bai’ Majhul: (a. Bai’ Hab al-Habalah; b. Bai’ Sinin; c.
Bai’ Tsunya Majhulah; d. Bai’ Shuf ‘ala al-Zhuhr; e.
Bai’ Laban ‘ala Dhira’; dan f. Bai’ Dharbat al-
Gha’ish;
Gharar dari segi Obyek Akad :
5. Bai’ Tsamar qabl Badw Shalahuh
6. Bai’ Wala’;

Gharar dari segi Shigat Akad


7. Bai’atani fi Bai’ah wahidah (shafqatani fi shafqah
wahidah); dan
8. Bai’ ‘Urbun;
1. bahasa dharar berarti kesulitan
kebalikannya
Secara (haraj) adalahdan kemudahan (suhulah/
maesarah).
2. Secara istilah, dharar berarti paksa atau keterpaksaan
(al-ikrah) antara lain bai’ talji’ah; yaitu suatu kondisi
sesorang merasa takut/ tertekan oleh penguasa yang
zhalim sehingga takut kekayaannya dirampas, maka
kekayaannya diserahkan dengan akad jual-beli;
keduanya tidak bermaksud melakukan jual-beli kecuali
dari segi formalnya saja, untuk menghindari ancaman
dari penguasa yang zhalim;
3. Dharar dapat diartikan suatu transaksi yang dilakukan
di bawah tekanan (unsur ridha yang terabaikan);
Ragam Dharar dalam Bai’
meliputi :
1. Bai’ Hadhir li Bad (Talaqi
Rukban)
2. Bai’ Mudhthar (Ikrah)
3. Bai’ ‘ala al-Bai‘
4. Bai’ Ma‘ib (cacat) dan Maghsyusy (penipuan)
5. Bai’ Muharramat
6. Bai’ Hurr (mubahat, milik umum)
7. Bai’ Umahat Awlad (amat yang punya anak
karena disenggamai tuannya)
8. Bai’ Mughaniyat (alat music)
Ragam Dharar dalam Bai’ meliputi :
9. Bai’ fadhl Ma (kelebihan air).
10.Bai’ ‘Aduww ma Yusta‘anu ‘ala al-Muslimin
(penjualan benda yang dapat memperkuat
musuh)
11.Bai’ Waqf.
Maisir satu akar dengan kata al-yusr ‫ال‬ ( ‫ )رسي‬yang berarti
mudah/al-shululah (‫)ةلوهسال‬, atau mendapatkan sesuatu
tanpa usaha yang sungguh-sungguh (‫رغ‬JJ‫عتوال دك ي‬J ‫)ب‬. Dalam
versi lain dijelaskan bahwa maisir semakna dengan kata
al-yasar (‫ )راسيال‬yang berarti orang kaya (‫يغال‬J‫ ;)ن‬dan pihak
yang menang dalam taruhan disebut yang mulia, yang
kaya, dan yang bernasib baik (‫أ‬J‫ه‬J ‫رشالل‬JJ‫جاو ةورثوال ف‬J‫ةد ل‬
ّ ). Dalam
terminolog muamalah, al-maisir berarti untung
i atau perjanjian yang -
untungan bersifat untung-
untungan.
‫مقر ءاملعال أرأ‬
‫‪ 1‬اللما ذخ أوأ اللما عفد بجوي ا مرسيلما يعفاشال القو‬
‫‪ 2‬ال‪1‬م ىلع ينثا ينب ةعضاوم نيعي رامقال و‪1‬ه رسيلما يباطخال القو‬
‫ودي‬
‫امراغوأ امناغ ا‪1‬م‪1‬إ امهنم‪ 1‬دحاو ل‪1‬ك نوكيفن‪1‬يقشالىفامهنيبر ‪.‬‬
‫‪ 3‬ةرطاخلما ىلع اللما كيلم تو هرسيلما صاصجلا القو‬
‫‪ 4‬ةرطاخلما ليبس ىلع كيلمت نيدباع نبإ القو‬
‫‪ 5‬رسيلما نموهفرطخ هيف ءي ش لك يربطالو ةبيش يبا نبإ القو‬
1. Perlombaan pada umumnya (‫اقباسلما‬JJ‫;)ت‬
2. Balap kuda (‫ارلما وا‬J‫ةنه‬
‫ناه لرا‬Melempar/memanah
3. ); (‫مرال‬JJ‫;)ي‬
4. Pengundian (‫;)رامقال‬
5. Hadiah (asal hadiah); hadiah bukan harta
milik peserta (bukan money game)
6. Penyelenggaraan; harus ada pihak ketiga (Muhallil)
No Nama Jumlah Bagian
1. Al-Fadzdz 1
2. Al-Tawa’am 2
3. Al-Raqib 3
4. Al-Hils 4
5. Al-Nafis 5
6. Al-Musbil 6
7. Al-Mu’alla 7
8. Al-Safih 0
9. Al-Manih 0
10. Al-Waghd 0
Jumlah 28
Dalam konteks bisnis (dengan akad jual-beli) di
antara jual-beli gharar yang diidentifikasi sebagai
maisir di antaranya adalah:
1. Bai’ Habl al-Habalah (jual-beli janin di dalam
perut induknya)
2. Bai’ al-‘Abd al-Abiq (Jual-beli hamba yang
melarikan diri)
3. Bai’ al-Tsamar qabl badw shalahuh (jual-beli
buah sebelum layak panen)
4. Bai’ Dharbat al-Gha’ish (jual-beli atas perburuan
harta karun)
AL-KHILABAH (TIPUDAYA) DI PASAR MODAL

PENGERTIAN Upaya tipudaya yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
bertransaksi melalui sarana yang mengecoh, baik secara lisan
maupun perbuatan.
MACAM-MACAM
1. Khiyanat Sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas sesuatu yang
sudah disepakati dalam akad. Contoh salah seorang yang
melakukan jual beli saham tidak memenuhi prestasinya tanpa
alasan yang dibenarkan.

2. Tanajusy/ Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
Najsy yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya. Misal : Pump and
Dump, Hype and Dump, dan Creating fake demand/ supply

3. Taghrir Upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun


tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk
melakukan transaksi. Misal : Wash sale dan Pre-arrange
95
AL-KHILABAH DI PERBANKAN DAN IKNB

PENGERTIAN Upaya tipudaya yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
bertransaksi melalui sarana yang mengecoh, baik secara lisan
maupun perbuatan.
MACAM-MACAM
1. Khiyanat Sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas sesuatu yang
sudah disepakati dalam akad. Contoh Melakukan restrukturisasi
pembiayaan/akad tanpa persetujuan dari nasabah; penggunaan
dana pembiayaan yang tidak sesuai dengan obyek akad

2. Tanajusy/ Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
Najsy yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya.

3. Taghrir Upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun


tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong untuk
melakukan transaksi.
96
TADLIS DI PASAR MODAL
PENGERTIAN Tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang dilakukan
oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek akad
tersebut tidak cacat
MACAM-MACAM

1. Tadlis Kualitas Pedagang yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang


dijualnya. Contoh dalam Perdagangan Efek; menyebarkan
Misleading information terkait kualitas efek
2. Tadlis Terjadi ketika penjual menyembunyikan cacat barang yang
Kuantitas ditawarkan. Misal Misleading information terkait kuantitas efek
3. Tadlis Harga Tidak menyampaikan secara transparan harga pasar suatu efek

4. Tadlis Waktu Tindakan anggota bursa efek yang melakukan transaksi lebih
dahulu atas suatu efek tertentu atas dasar adanya informasi bahwa
nasabahnya akan melakukan transaksi dalam volume besar atas
efek tersebut yang diperkirakan mempengaruhi harga pasar,
perikau seperti ini dikenal dengan sebutan Front Running

97
TADLIS DI PERBANKAN DAN IKNB
PENGERTIAN Tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang dilakukan
oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek akad
tersebut tidak cacat
MACAM-MACAM
1. Tadlis Kualitas Pedagang yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang
dijualnya. Contoh Menyembunyikan kualitas barang yang
menjadi obyek murabahah
2. Tadlis Terjadi ketika penjual menyembunyikan cacat barang yang
Kuantitas ditawarkan. Menyembunyikan kuantitas barang yang menjadi
obyek murabahah
3. Tadlis Harga Tidak menyampaikan secara transparan harga pasar suatu efek.
Contoh Tidak menginformasikan harga diskon suatu barang
dalam akad murabahah yang sudah menjadi hak nasabah

4. Tadlis Waktu Keterlambatan penyerahan obyek murabahah, ijarah dan akad


lainnya tanpa alasan yang jelas
98
GISYSY DI PASAR MODAL
PENGERTIAN Salah satu bentuk tadlis, yaitu penjual menjelaskan/memaparkan
keunggulan/keistimewaan barang yang dijual serta
menyembunyikan kecacatannya

CONTOH GISYSY
Marketing at yaitu penempatan order jual atau beli yang dilakukan di
the close akhir hari perdagangan yang bertujuan menciptakan harga
(pembentukan penutupan sesuai dengan yang diinginkan, baik
harga menyebabkan harga ditutup meningkat, menurun ataupun
penutupan), tetap dibandingkan harga penutupan sebelumnya.

Alternate yaitu transaksi dari sekelompok anggota bursa tertentu


trade, dengan peran sebagai pembeli dan penjual secara
bergantian serta dilakukan secara bergantian serta dilakukan
dengan volume yang berkesan wajar. Adapun harga yang
diakibatkannya dapat tetap, naik atau turun. Tujuannya
untuk memberi kesan bahwa suatu efek aktif
diperdagangkan.
99
GISYSY DI PERBANKAN DAN IKNB
PENGERTIAN Salah satu bentuk tadlis, yaitu penjual menjelaskan/memaparkan
keunggulan/keistimewaan barang yang dijual serta
menyembunyikan kecacatannya

CONTOH GISYSY
Perbankan Memberikan penjelasan tentang keunggulan suatu produk bank
tanpa menjelaskan apa kelemahannya

IKNB Memberikan penjelasan tentang keunggulan suatu produk IKNB


tanpa menjelaskan apa kelemahannya

100
GHABN
PENGERTIAN ketidakseimbangan antara dua barang (obyek) yang
dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun
kuantitasnya. Ghabn terdiri dari Ghabn ringan (yasir) dan
Berat (fahisy)
GHABN FAHISY
Talaqqi Jual beli atas barang dengan harga jauh di bawah harga pasar,
al- karena pihak penjual tidak mengetahui harga tersebut
Rukban
Mustarsal Tindakan pengelabuan yang dilakukan oleh pedagang terhadap
pembeli yang tidak mengetahui harga pasar serta tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan tawar menawar harga
Najsy Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya
Praktik Di Pasar Misalnya: Insider Trading (perdagangan orang dalam), yaitu
Modal kegiatan illegal di lingkungan pasar finansial untuk mencari
keuntungan yang biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan
informasi internal 101
IKRAH
PENGERTIAN Memaksa seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan transaksi yang diiringi dengan ancaman

MACAM-MACAM IKRAH
Ikrah mulji adalah pemaksaan yang diiringi dengan ancaman berupa
pembunuhan atau melukai dan menghilangkan salah satu
dari anggota tubuh

Ikrah ghair Adalah pemaksaan yang diiringi dengan ancaman berupa


Mulji penahanan, pemukulan dan yang sejenisnya

Akibat Hukum Para ulama berbeda pendapat mengenai pengaruh ikrah


Ikrah terhadap akad. Jumhur berpendapat bahwa ikrah
menyebabkan akad menjadi batal, sedangkan Abu Hanifah
berpendapat bahwa ikrah hanya merusak akad dan tidak
sampai membatalkan akad

102
GHALAT
H
PENGERTIAN menyamarkan jenis atau sifat dari obyek akad
MACAM-MACAM GHALATH
Ghalath Jenis adalah menyamarkan jenis dari obyek akad seperti menyamarkan
tahun pembuatan suatu barang seperti kendaraan dimana si
penjual memberikan informasi bahwa tahun produksi mobilnya
adalah tahun ini, padahal kendaraan tersebut produksi tahun
sebelumnya.

Ghalath Sifat adalah menyamarkan sifat obyek akad, seperti


menyamarkan warna suatu barang dan lain sebagainya.
Menurut pendapat para ulama bahwa ghalath jenis
hukumnya bathil, sedangkan ghalath sifat hukumnya fasad

103
GHARAR
PENGERTIAN Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau
kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya

MACAM-MACAM
Kuantitas Jual beli ijon, dan muhaqalah (jual buah2n yang masih di kebun
dengan bahan makanan). Misal
Kualitas Jual beli singkong yang masih berada dalam tanah, muzabanah
(menjual kurma yang masih dipohon dg kurma kering) ,
mukhadharah (menjual buah yang belum masak). Misal
Waktu Jual beli mobil yang hilang (delivery time tidak pasti bagi kedua
pihak ). Praktik di Pasar Modal Short Selling
Harga Adanya dua harga dalam satu akad, seperti shafqah fi shafqataini
atau bay’ fi bay’atain, jual beli dg harga saat orang tuanya
datang. Misal Praktik di Pasar Modal: Transaksi Indeks Saham
Obyek/ barang mulamasah (obyek yang tersentuh), Bay’ Ma’dum (barangnya tidak
ada), Bay’ ma’juz taslim (obyeknya sulit diserahkan). Misal Praktik
di Pasar Modal Short Selling
GHARAR DI IKNB
PENGERTIAN Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau
kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya

MACAM-MACAM
Asuransi Uang pertanggungan yang akan diterima dalam asuransi diketahui
sementara premi (qisth ta’min) yang harus dibayarkan tidak
menentu (obyek pertukaran harus jelas); Sumber dana pembayaran
klaim tidak jelas (jahalah)

105
MAYSI
• R menguntungkan salah satu pihak dg
Maysir adalah Akad yang
mengantungkan pada suatu tindakan atau kejadian tertentu.
Dalam maysir ada gharar.
• Maysir adalah setiap akad yang dilakukan dengan tujuan yang
tidak jelas, dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi, atau
untung-untungan (Fatwa No. 86/DSN-MUI/XII/2012 )
• Contoh klasik: perlombaan dengan taruhan, judi bola, dan
Hashah (obyek (mis. Tanah) yang sejauh lemparan batu)
• Dalam Praktik Pasar Modal: Transaksi Option (forward/Future)

106
MAYSIR DI PERBANKAN DAN IKNB
• Di Perbankan: Transaksi swap, yaitu kontrak pembelian atau
penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan
pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward; Pemberian hadiah yang sumber dananya diambil dari
dana para nasabahMaysir adalah setiap akad yang dilakukan
dengan tujuan yang tidak jelas, dan perhitungan yang tidak
cermat, spekulasi, atau untung-untungan (Fatwa No. 86/DSN-
MUI/XII/2012 )
• Pemberian hadiah yang sumber dananya diambil dari dana para
nasabah (multifinance); Keuntungan pihak Perusahaan asuransi,
jika hingga akhir masa perjanjian tidak ada klaim sementara
premi sdh dilunasi dan Keuntungan pihak tertangung jika terjadi
musibah padahal ia baru sedikit membayar premi.

107
IHTIKAR
PENGERTIAN Membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat
harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjualnya
kembali pada saat harganya lebih mahal.

SYARAT 1. mengupayakan adanya kelangkaan barang


TERJADI 2. menjual lebih tinggi dibanding harga sblm kelangkaan
IKHTIKAR 3. mengambil keuntungan lebih tinggi dibanding sblm 1 dan 2

PRAKTIK DI 1. Pooling interest, yaitu aktivitas atas suatu efek yang terkesan liquid,
PASAR MODAL baik disertai dengan pergerakan harga maupu tidak, pada suatu
periode tertentu dan hanya diramaikan sekelompok anggota bursa
efek tertentu (dalam pembelian maupun penjualan).
2. Cornering, yaitu upaya dari pemegang saham mayoritas untuk
menciptakan supply semu yang menyebabkan investor public
melakukan short selling. Kemudian ada upaya pembelian yang
dilakukan pemegang saham mayoritas hingga menyebabkan pelaku
short selling mengalami gagal serah atau mengalami kerugian.
108
OBYEK HARAM

JENIS CONTOH KETERANGAN


Lidzatihi Darah, bangkai, babi, Boleh dalam
(subtantif) binatang yang disembilih keadaan darurat
bukan krn Allah, anjing, (emergency)
narkoba, dll

Lighairihi Tempat maksiat, pakaian Boleh dalam


(Faktor Ikutan) “minimalis/ ycs”, alat-alat keadaan
diduga keras mendukung memerlukan
maksiat/kejahatan,rokok (hajiyat)
dll

109
RISYWAH-
DHARAR
Risywah Adalah Suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang
bukan haknya dan menjadikan sesuatu yang batil sebagai sesuatu yang
benar. Misalnya Perusahaan Emiten dalam kegiatannya bisnisnya
melakukan Risywah/ Suap/Gratifikasi
Di dunia perbankan seperti Memberikan tips kepada pegawai bank
dengan harapan proses pembiayaannya dipermudah walaupun melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank

Dharar Adalah tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pihak lain.
Segala bentuk larangan dalam transaksi yang berpeluang menimbulkan bahaya
dan kerugian bagi pihak lain masuk kategori dharar, seperti transaksi yang
mengandung riba, gharar, khilabah, maysir, ghisy, dan ikhtikar.
Contoh :Memberikan pembiayaan kepada nasabah yang tidak memenuhi
prinsip 5 C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral

110
MAKSIAT- ZHULM
MAKSIAT Adalah menjauhi printah Allah dan Rasul-Nya dan menjalankan larangan-
Nya.
Atas dasar pengertian maksiat di atas, maka melaksanakan segala bentuk
transaksi yang dilarang masuk kategori perbuatan maksiat
Seperti Memasarkan produk bank, asuransi, pegadaian, multifinance
dan
yang lainnya dengan meninggalkan shalat

ZHULM adalah sesuatu yang mengandung unsur ketidakadilan, ketidakseimbangan,


dan merugikan pihak lain
Segala bentuk larangan-larangan dalam transaksi, seperti riba, khilabah,
tadlism, dan gharar, bisa masuk kategori zhulm apabila berpeluang
memunculkan ketidakadilan dan ketidakseimbangan yang berujung ada
kerugian pihak lain.
Seperti Membeda-bedakan nasabah dalam proses pelayanan; melakukan
penagihan dengan kekerasan dan intiminadatif

11
1
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai