TIM DSN-MUI
2020 M
AGEND
A
1.Asas Dan Khasha’ish
Mu`amalah Maliyyah
2.Dhawabith Dan Hudud Terkait
Amwal
3.Empat Pilar Haram Muamalah
1. ASAS DAN KHASHA’ISH MU`AMALAH MALIYYAH
(1
)
Asas-Asas Fikih Mu`amalah
Maliyyah
Asas-asas Mu`amalah
Maliyyah?
Fikih mu`amalah maliyyah setidaknya dikembangkan melalui tiga asas
utama; yaitu:
Asas kesejarahan (al-tarikhiyyah); Islam disyari`atkan kepada
masyarakat yang memiliki peradaban ekonomi-bisnis. Di Jazirah
Arab pada saat Islam diwahyukan telah ada `urf yang berlaku di
pasar (al-suq) yang dijadikan dasar dilakukannya jual-beli,
muzara`ah, musyaqah, mudharabah, al-salam, al-qardh, al-rahn, al-
hibah, al-`ariyah, al-ijarah, al-ju`alah, al-wadi`ah, al-hawalah, al-
dhaman, dan syirkah. Ketentuan `urf tersebut yang mengandung
mashlahat diterima dan diakui sebagai syari`a
sedangkan ketentuan ketentuan yang h;
dan/atau diharamkannya;
`urf danmengandung
ketentuan yangdharar
mengandungdilaran
dharar
dan mashlahat secara bersamaan akan diseleksi oleh syariah g dan
diterima secara syariah setelah lolos seleksi.
Ketentuan syari`ah terkait mu`amalah maliyyah ditegakkan melalui
enam prinsip; yaitu:
Al-ridha wa Thib al-nafs; akad yang dilakukan para pihak tidak sah
kecuali dilakukan atas dasar kerelaan/al-ridha (QS al-Nisa: 29;
dan al-Baqarah: 188); sedangkan yang dimaksud dengan thib al-
nafs adalah seseorang melakukan akad berdasarkan
kesenangannya; sebagaimana hadits dalam musnad Ahmad yang
menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, tidak halal harta
seorang muslim kecuali atas dasar apa yang disukainya;
Al-wafa bi al-`uqud; menunaikan isi akad sebagaimana ketentuan
QS al-Ma’idah: 1;
Al-nahy `an al-gharar; dilarangnya gharar dalam transaksi;
Al-nahy `an al-riba; dilarangnya riba dalam transaksi;
Al-nahy `an al-maisirwa al-qimar; dilarangnya maisir
dan qimar
dalam transaksi; dan
Man`u al-zhulm wa wujub al-`adl; dilarang zhalim serta wajib
berlaku adil dalam transaksi.
Mu`amalah Maliyah dan Aqidah-Akhlaq; Akidah yang berupa iman dan
penerimaan terhadap ketentuan Allah melahirkan beberapa doktrin
berikut:
Istikhlaf; manusia merupakan khalifah di muka bumi; ia tunduk hanya
kepada Allah (sebagai hamba Allah) dan alam ditundukkan kepada
manusia oleh Allah; dampak dari teori ini adalah bahwa harta (alam)
hakikatnya milik Allah (bukan milik manusia). Dalam hal kepemilikan
harta, kepemilikan manusia bersifat istikhlaf; yaitu posisinya sebagai
wakil dari pemilik yang sesungguhnya (yaitu Allah); karenanya harta
wajib diusahakan secara halal (kasb al-halal), ditransaksikan dan
digunakan sesuai ketentuan syariah (ketentuan terkait halal-haram, sah-
batal, dan taat-maksiat); dan apa saja yang dilakukan manusia wajib
dipertanggungjawabkan (al-mas’uliyyah) kepada Allah; dan
Akhlaq; kegiatan mu`amalah maliyyah harus didasarkan pada rasa
cinta (al-hubb), kasih-sayang (al-rahmah), dan toleran (tasamuh [al-
samahah]) ketika melakukan penawaran, penjualan, pembelian,
penagihan, dan pembayaran utang sehingga terhindar dari sengketa
(al-i`tida’), penpuan (al-ghisysy), penimbunan (al-ihtikar), durhaka (al-
thughyan), dan kezhaliman (al-zhulm).
(2)
Khasha’ish Mu`amalah
Maliyyah
Khasha’ish Mu`amalah maliyyah di antaranya:
o Prinsip ibahah; fikih secara umum dibedakan menjadi dua: fikih
ibadah dan fikih mu`amalah. Dalam fikih ibadah terdapat prinsip:
( ;)ر ظـَ حَـ لـأ َا تـِ ا َد اَبعـِ لـأ ا يفـِ ل صـأ ْأ َ َأ لyang arn
tiya, ”pada prinsipnya
ibadah adalah terlarang.” Karenanya, ibadah yang dilakukan umat
Islam harus didasarkan pada dalil yang terdapat dalam al-Qur’an
dan sunnah; umat Islam dilarang kreatif dalam hal ibadah; setiap
ibadah harus mengikuti perintah dari Allah dan Rasulnya; sikap
dalam ibadah pada tertolak (mardud) dan karenanya disebut
kreatif
bid`ah. Mislanya mengusap sepatu (mash al-khuffain)
bersuci; Ali Ibn Abi Thalib pernah berkata, ”jika agama berdasarkan dalam
akal, maka bagian sepatu yang diusap adalah bagian bawahnya
(karena kotor), tapi Rasulullah mencontohkannya dengan
mengusap bagian atasnya.” Dalam bidang fikih mu`amalat terdapat
ِ ع لـأ ا
prinsip: (يف ل صأ نـأ مـِ تـِ مـَ َامـل َو د وأ عقـ ح َ اَلأب أ َا ط وأ ر ش
ة
ْ;)َأل َأyang artinya, ”pada prinsipnya mu`malah baik terkait akad
maupun syarat-syat, adalah boleh (ibahah).”
o Prinsip Bersebab dan Mashlahat (Mura`at al-`Ilal wa al-Mashalih);
prinsip ini antara lain disampaikan oleh al-Syathibi dengan
menyatakan bahwa, prinsip pokok dalam ibadah bahwa ketentuan-
keketuan Allah dan Rasul yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-
sunnah, adalah al-ta`abbud (berserah diri kepada Allah karena
umumnya ketentuan-ketentuanya tidak ada sebab
pada `illat
atau
hukumnya);sedangkan prinsip pokok dalam mu`amalah
ketentuan-keketuan
bahwa Allah dan Rasul yang terdapat dalam al-Qur’an
dan al-sunnah, adalah ma`qulat al-ma`na العلىنة
(; مع)قومyaitu setiap ketentuan
yang terdapat dalam al-Qur’an (ayat-ayat al-Qur’an) dan hadits Nabi
Saw ada sebab atau `illat hukumnya. Tujuan dari ketentuan-keteuan
syari`at terkait mu`amalah maliyyah adalah kemashlahatan
(mendapatkan manpaat dan meniadakan kemudharatan [ِد سـِ َافـمَـ لأ ا
َ عنم َ َـفـا لـأ ا ب˚ لـأ
ج ِ ِ َ ;)] ء˚ رأ َد وoleh karena itu, penerapan ketentuan
تـي
َ َ ضّ ال ل˚ مَـ حَـ َ ); yang artinya: ”dharar yang bersifat khusus harus
diabaikan dalam rangka menghindari dharar yang bersifat
umum;”
menyampaikan dan kaidah: ( ظ َ ˚م ه˚ م
َ ض اِ س ا˚ ًر ا َرَ نت َد
ِ َ َ َا ع َت تأ
َ اَر
بِDalam ِ kitab
ب كَا ِرتأ ا َ َ ِهِ فal-Asybah
خأ wa al-Nazha’ir
;)مَاyang artinya: ”jika terdapat(87), Jalal ضal-Din
pertentangan al-
antara
رSuyuthi
ع وأ ِ َعأ َأ ي فأ م ذَ ا
dua mafsadat, dihindari yang dharar-nya lebih berat dengan
melaksanakan hak yang dharar-nya lebih ringan.”
2. DHAWABITH DAN HUDUD TERKAIT AMWAL
Agend
a
Teori Amwal
Teori Al-
Milkiyyah
Teori al-Manafi`
Teori Al-Huquq
Teori Al-Duyun
(1)
Teori
Amwal
Harta Versi • Bend tersebut bermanfaat secar
Hanafiah a
`urf dan kebiasaan; a oleh
Dalam kitab Majallat al- disukai
manusia(pada umumnya),
Ahkam al-`Adliyyah (pasal bukan
sesuatu yang pemanfaatannya bukan
126), dijelaskan bahwa yang karena dimaafkan (misalnya konsumsi
dimaksud dengan harta bangkai atau sesuatu yang
adalah: merusak),
atau (benda tersebut)
diciptakan
untuk kemashlahatan
َ • manusia;
Benda tersebut termasuk
ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ
ط
ْ َ
نكِ ميو َ نِ ًا س ن ْ ِلا عب benda
َ ْ َ ْ ْ ْ َ َْ bernilai secara syariah (qimah
ِِر يغ وأ لو قنم ِة جاحلا تِ قو َل
َْل وatau mutaqawwam) berdasarkan
مي ا م ِ ِه يل ِإ لي . tindakan manusia terkait
داِ ه ر َ اخ َ ْ tindakan- usaha
(tasharruf), membelanjakan, pelit,
”sesuatu yang secara ق dan
disukai
alamiah danْ • menahannya;tersebut dapat
Benda
memungkinkan
manusia,
ن م
untuk diindera
karena terlihat secara fisik dan ada
pada waktu (wujud) karenanya dapat disimpan;
menyimpann baik bend menurut Hanafiah, manfaat dan hak
ya
tersebut benda a tidak dapat dikategorikan sebagai
harta (mal).
diperlukan,
bergerak
o Benda tersebut berharga secara
Harta Versi syariah (mutaqawwam) baik dari segi
Syafi`iyyah pertimbangan jumlah maupun
penggunaan; karenanya ada benda
dalam jumlah yang kecil tidak
termasuk harta; misalnya gandum
Ulama Syafi`iah dalam adalah harta; tapi sebiji gandum dan
kitab Hasyiyah Qalyubi `ala setetes air tidaklah termasuk harta;
Syarh al-Mahalli (III: 28) dan o Manfaat dari benda tersebut
kitab Tarsyikh al-Mustafidin merupakan manfaat yang dimaksud;
bi Tausyih Fath al-Mu`in o Benda tersebut termasuk benda
Syarh Qurrat al-`Ain (218), yang
boleh secar syaria
dimanfaatkan a h
menyampaikan bahwa yang
baik pada
maupun padawaktu
waktuyang
terpaksa;
leluasa
dimaksud harta adalah: karenanya benda-benda yang boleh
dimanfaatkan pada saat terpaksa
َ َ ْ لو ً˛ ََ َ saja (misalnya khamr, babi [khinzir],
.متًم ِ امرتَحم alat-alat permainan yan
”sesuatu yang dapat
نَا َك ام
dikembangkan bernila
mengakibatkan lalai kepada g
(alat al-lahw), dan buku- Allah
dan secara i buku tentang ajaran atheis)
berisi
syariah” tidaklah yan
termasuk harta. g
Pandangan Islam terkait
Harta
Istikhlaf; manusia merupakan khalifah di muka bumi; alam ditundukkan kepada
manusia oleh Allah; bahwa harta (alam) hakikatnya milik Allah (bukan milik
manusia). Dalam hal kepemilikan harta, kepemilikan manusia bersifat istikhlaf; yaitu
posisinya sebagai wakil dari pemilik yang sesungguhnya (yaitu Allah); karenanya
harta wajib diusahakan secara halal (kasb al-halal), ditransaksikan dan digunakan
sesuai ketentuan syariah; dan apa yang dilakukan manusia wajib
dipertanggungjawabkan (al-mas’uliyyah) kepada Allah;
Hubb al-mal; insting manusia adalah menyukai harta; dan harta merupakan
perhiasan (al-zinah) hidup di dunia sebagaimana dijelaskan dalam QS Ali Imran:
14, QS Fajr: 19-20, dan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim (Nomor
6436) yang menyatakan, jika seseorang telah memiliki dua telaga harta (emas),
maka dia akan mencari telaga yang ketiganya.” Di samping itu, Islam mengakui
kepemilikan perorangan (milkiyyah fardiyyah) dan kepemilikan umum (milkiyyah
jama`iyyah) yang wajib diaplikasikan secara seimbang demi terwujudnya
kemashlahatan perorangan dan kemashlahatan umum. Harta sangatlah bermanfaat
bagi kehidupan manusia terkait keutamaan hidup: kemuliaan (al-makarim), ihsan,
kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, menolong untuk menanggulangi kesulitan
materi pihak lain, memberdayakan du`afa, mendidik yatim dan fuqara,
mengembangkan lembaga pendidikan.
Al-wasilah; manusia diciptakan dalam rangka menundukkan diri serta menyembah-Nya
(QS al-Dzariyyat: 56, dan QS al-Hajj: 77-78); dan harta merupakan media (al-
wasilah) untuk mencapai tujuan (al-ghayah) tersebut; banyak perintah Allah yang
terkait ibadah maliyyah; di antaranya printah zakat, infaq, sedekah, wasiat, dan
wakaf. Ali Fikri dalam kitab al-Mu`amalat al-Madiyyah wa al-Adabiyyah (IV: 197)
menyampaikan pendapat al-Syirazi yang menyatakan bahwa harta merupakan
media (wasilah) untuk mencapai kemuliaan, menolong pihak lain, dan memperkuat
agama.
Al-mas’uliyyah; sebagai khalifah, manusia diciptakan sebagai khalifah yang kreatif
dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia
diperintahkan untuk memenuhi akad (QS al-Ma’idah [5]: 1), membelanjakan harta
(QS al-Baqarah [2]: 195, 254 dan 267), kebolehan mencari rizki melalui perniagaan
(QS al-Baqarah [2]: 198), halalnya jual-beli dan haramnya riba (QS al-Baqarah [2]:
275), bolehnya utang-piutang, anjuran pencatatannya dan menghindar dari dharar
(QS al-Baqarah [2]: 282); dan penjaminan atau al-rahn (QS al-Baqarah [2]: 283).
Karena perintah-perintah tersebut, manusia harus mempertanggungjawabkan terkait
hartanya kepada Allah (QS al-Takatsur: 8); dan dalam hadits riwayat al-Tirmidzi
(Nomor: 2417), Rasulullah Saw bersabda, ”manusia akan ditanya terkait hartanya:
cara mendapatkannya, pengelolaannya, dan penggunaannya.”
Ragam
Amwal
Al-mal
Majallatal-mitsli al-Ahkam secara istilah sebagaimana
al-`Adliyyah disampaikan
(pasal 145) adalah: ( جَ ْو يdalam
هْ ل د
َ
ام و ه يº ل ل اْلا1 َ ِ ا1ْ ِلث
ِkitab
م لث1ِ اوساْل ْ َيف1ِ َق1ِ ت َلبَ ْ تدعي ْ ت ْ َاوف1ِ ِ ب1 ;) هyang artinya: ”al-mal al-mitsli adalah
sesuatu yang ada bandingannya di pasar tanpa ada perbedaan yang
Thullab
signifikan.” (2: 150) Sedangkandijelaskan dalam pe kitab
nd apHasyiyah
at ulam a Sy afi`iah
al-Syarqawi `ala Tuhfatda
ْ َّ َ َ e َْ e ْ َ َ º
n
al-ْ ْ H a َْ
na
ba
lih yang menyatakan bahwa: (
ام رصحه كي1
ل وأ و زن زاجوال
س مل ف1ي
ِ 1
ِ ه
اْل11ل ال1ث يِل ْ ِ ا1 ;)وهyang
artinya: ”al-mal al-mitsli adalah apa yang diukur dengan ditakar
atau
ditimbang dan boleh dijadikan obyek akad salam.”
Al-mal al-mitsli dari segi cara penghitungannya dapat dibedakan
menjadi dua; yaitu: benda yang diukur dengan ditakar/al-kail (di
antaranya gandum [al-qumh] dan minyak [al-zait], dan
bensin/gasolin/gas/petrol [al-binzin]); dan benda yang diukur dengan
ditimbang/mauzun (di antaranya barang tambang berupa emas, perak
dan besi).
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli
o Harta yang tidak ada padanannya di pasar (al-mal al-qimi); Arti al-
mal
(al-qimi) secara harfiah adalah: ( ل صأ ِ ف
ِ َل ا َم وَ َنأي َأ ي َ َم يأ قِ أ˚ و ِ ي
خـ لأ ا
ِ ةـ َلـقأ
ِ َ ّسـ نـأ ˚ي َتى
حـ َ ˚هـ أي َلِـإ ب
ِ ); yang artinya:” هa
˚ب ط
m
-l al al-qimi adalah
ِ ف˚ ص لأ ا ل˚ ا َم لأ َا
sesuatu yang tidak ada padanannya pada saat dibuat sebelum
ض
dibuat lagi kembarannya.”
o Dalam kitab Majma` al-Anhar (2: 456) karya al-Damad, dan
kitab
Hasyiyah al-`Adawi Ma`a Syarh al-Khurasyi (6: 130), dijelasskan bahwa
yang dimaksud dengan: ( ˚ت وأ َأ قـِ َواسأ ْ َألا ِيف ر˚ يأ ظـِ َ ن َ̊هل سـَ يأ لـَ َما وَ ه
تـ َـو˚تَـ َاف
َ ˚َ ما لـأ َا هـِ بِـ ̊دعـَتأ ˚ي ًاتو
فات هـِ ِدحَ ا َا َ ˚مـِ يأ قـِ لـأ ا ل );يyang artinya: ”al-mal al-qimi adalah
harta yang tidak ada padanannya di pasar; atau terdapat perbedaan
yang siginifikan antara yang satu dengan yang lainnya.” Ulama
Syafi`iah dan Hanabilah sebagaimana terdapat dalam kitab
Hasyiyah al-Syarqawi
`ala Tuhfat al-Thullab (2: 150) dan kitab al-Kafi (2: 449) karya
Ragam 2. Mal Mitsli dan Mal Ghair
Harta Mitsli
Pertalian (hukum) dari pembedaan benda ini (harta mitsli dan qimi)
adalah:
Dhaman al-mitsli; seseorang yang merusak harta milik pihak lain,
sementara harta tersebut termasuk harta mitsli, pihak yang merusak
wajib menggantinya dengan harta yang sepadan (karena
harta/benda tersebut ada padanannya di pasar); dalam harta
yang rusak termasuk qimi, pihak yang merusaknya wajib mengganti
harganya (karena tidak ada harta yang sepadan dengannya); dan
Al-dain wa al-tsaman; harta mitsli atas dasar kesepakatan fuqaha’,
dapat dijadikan utang atau piutang barang; sedangkan utang atau
piutang atas harta qimi adalah harganya (al-tsaman);
Al-qardh; harta mitsli dapat dijadikan obyek akad al-
qardh;
sedangkan harta qimi tidak dapat dijadikan obyek akad al-qardh.
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul
Jumhur ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud harta al-`uqar
adalah: (ر„ خَ َأ ىَ ِلـإ ن„ اكـَ مَ نـأ مـِ ˚ه˚ليـأ ِو حـأ َت َو ه˚ق̊ـألَن ن˚ كـِ مـأ ˚ي لَ َما َو
عأ ا ل˚ ماـَ لأ َا
;)ه˚ ر˚ اَق˚ل ـartinya: ”harta yang tidak mungkin
dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.” Dalam kitab
Majallat al-Ahkam al-`Adliyyah (pasal 128), dijelaskan bahwa
َ َ „ع ا ل˚ َما لـأ َا ر
yang dimaksud harta al-`uqar adalah ( „خأ َى ِلإ ن ر˚ َاق˚لأ
َ ˚;) ˚ َكا مـَ نـأمـِ ˚ه˚ليـأ و حـأ َت و ˚ه˚لقـأ َن ن˚ كـِ مـأ ˚ي لَ ي ِذ َّلا ت
ّ بـِ ا
ثـالل˚ َما لَا َو ه َ ِ
yang artinya: ”harta tetap (tidak bergerak) yang tidak mungkin
pemindahannya dari satu tempat ke tempat yang lain.”
Adapun
al-`uqar adalah: pohon ( dan bangunan termasuk benda yang
˚ر اَ˚ق˚علأ ا ˚ أ َأ ˚هَل ي ِذ َّلا ل˚ ت˚ َ َو ˚ه˚لقأ َن ن
dapat
ت َ ̊ه˚أيل ِو حأdipindahkan meskipun mengalami perubahan
َِو هـِ ِ َتأيئ هـَ ءـِ َاقَـب ع َـ م َـ ِر َخ َأ َى ِلـإ ن„ كـَا م َـ نـأ مـ ˚ص و karena
;)هـِ تـِ َر
أ أ أ
لوَ كِ مأ ˚يtersebut.
pemindahan ˚م ل ا وَ ه ِباث ل
َ َ ا ل˚ ا َم ل ا
َ
artinya: ”harta yang tetap yang tidak mungkin pemindahannya
Ulama Malikiah berpendapatصbahwa yang dimaksud dengan
dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa mengubah keadaan
harta
dan bentuknya.”
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul
• Jumhur
˚ berpendapat bahwa harta al-manqul adalah: َ (˚ل
و تَ
ulama
َ أ ح و
ِ أيل ه ˚ س وا
َ َ ˚ ء ب ق
ِ ي
َ َ َ َ م ع الَ
ه تَ ّ أحَ ذا ي
و أ
ِ ِ ل لَ
ع
ى ئ َ ه
ي
ت
ِ أ َو ِه ˚ت َر وأ ص
ِ مأ أ ِه
مامَلأ َاَو ه˚ ل˚ وأ ˚قنأ َم لأ ا ˚ه˚لقأ َن ن˚ ِك مأ ˚ ا
َ ي
˚َو ه˚أَتئي َه تأ َرغ َـ ََيت ˚تر وأ ص َ ˚ );هyang artinya: a h”a
tr yang memungkinkan untuk
dipindahkan, baik tetap keadaan dan bentuknya maupun
berubah keadaan dan bentuknya karena pemindahan tersebut.
• Ulama Malikiah berpendapat bahwa harta al-manqul adalah: ( ˚ل
لأ َم َاا
ِ ه ˚ت َر وأ ص˚ َو ˚ه ˚ت َئيأ َه َر ََيغ َت َت نأ َأ
˚ن وأ د˚ ِب ˚ه˚ليأ ِو حأ َت َو ˚ه˚لقأ َن ن˚ ِك
مـ لأ ا
َ مـ َو ه˚ ل˚ وأ ˚قنـأ
َ ;)مـأ ˚ي اyang artinya: ”harta yang
memungkinkan pemindahannya tanpa berubah keadaan
dan bentuknya. Dalam pandangan ulama Malikiah, bangunan
dan pohon yang terdapat di atas tanah yang berubah keadaan
Ragam 3. Mal `Uqar dan Mal
Harta Manqul
Pertalian (hukum) yang timbul dari pembedaan harta menjadi harta tetap
(al-
`uqar) dan tidak tetap (al-manqul) di antaranya adalah:
Hak syuf`ah hanya ada pada harta tidak bergerak (al-`uqar); hak syuf`ah
tidak ada pada harta bergerak kecuali yang tidak mungkin dipisahkan
dari harta tidak bergerak.
Ulama sepakat tentang sahnya wakaf atas benda tidak bergerak;
sedangkan ulama berbeda pendapat tentang sahnya wakaf benda tidak
bergerak; kecuali: a) benda bergerak yang tidak bisa dipisahkan dari
benda tetap (misalnya alat-alat pertanian yang ditanam di tanah); b)
terdapat ketentuan syariah secara tersurat yang membolehkan wakaf
benda bergerak (misalnya boleh mewakafkan senjata kepada pasukan
pembela Islam); dan c) terdapat al-`urf terkait wakaf benda bergerak
(misalnya mewakafkan mushhaf dan sajadah ke mesjid).
Harta tidak bergerak milik pihak yang berutang yang bangkrut tidak
boleh dijual (paksa) kecuali hasil penjualan seluruh harta bergerak miliknya
tidak cukup untuk melunasi utangnya.
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali
;)هـأ ِتسـألـِ أ ا ل˚ َما لأ َاyang artinya: ”harta yang tidak mungkin didapatkan
manfaatnya kecuali dengan merusaknya.” Adapun di antara bentuk
rusaknya adalah:
berubah penuh (habis [fana’ dzatihi haqiqatan]); misalnya nasi habis
berubahkarena dimakan, bentuk fisiknya
air habis (taghayyur
karena al-`ain);
diminum, dan kertas
kayu habis karena
misalnya
dibakar; menjad
digunakan
benang/kain; dan
untuk menulis, dan bulu hewan i
berubahdipintal secara hukum (habis [fana’ dzatihi hukman]); misalnya uang
digunakan untuk membayar utang; uang tersebut tidak berada lagi
di tangan pembayar, tetapi berpindah ke tangan penerima
bayaran (wujudnya masih ada tapi berpindah penguasaan).
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali
لأاِ ـتـأ ;)ل˚ ام َـ لـأ َهـِا نـِ يـأ ع َـ ءـِ َاyang artinya:
ق َب ع َـ م َـ هـِ ب ِـ ع˚ َاف ِ ن
”harta yang memungkinkan diambil manfaatnya serta kekal
(tanpa rusak) dzatnya.” Di antaranya adalah bangunan
gedung, perabot (rumah tangga), rumah tinggal, alat-alat
pertanian, alat-alat industri, dan kendaraan.
Ragam 4. Mal Istihlaki dan Mal
Harta Isti`mali
ْ1 ء„ يSَ ي1ْ ب1َ ي1 ْ ا ن1ِْ ل1َ ن1 اس1ِْ بَوَ ن1َ ي1َ ن1شę َعرْ ش
ِ
َ
َ ْ ْ
ص تِ˛ اِ )وَ ه ك ل ْ ِل ا ل
e َ (ا
ْ َ
ْ
ِ ف ه رَ ي غ
.ف ِ ْه ي
ِ
Al-
Milkiyyah?
Syihab al-Din al-Qurafi dalam kitab al- (III 209
menjelaskan sebagai Furuq : )
berikut:
َ َ ْ º َ م َ Sمَ ْت قْ يَ ة„ عَ فَ ن َ
تي نمنك ض
َ َِ
َ َّ َ ْ َ ْ ę َ ْ e ْ
ف ر دقْ ي ي ِ م و أ ن„ ي ع ي عر ش ِ ك
ْ
atau manfaat yang menyebabkan pemilikny boleh
ْ ْ
َmemanfaatkannya,
)وَ َه ك ل ْ ِل اata ( حmemperole a
ْ
sebagaimana u h imbalan dariny
mestinya.” a
.ع َ و ض َكَ ل ذك وَ ه ث ْيحَ نْ م ه نْ ع
ِ ِ ِ ِ
َ ْ ْ َ َ
Al-
?Milkiyyah
Muhammad Abu Zahrah dalam kitab al-Milkiyyah wa Nazhariyyat al-
`Aqd (63), sebagai berikut:
ع ِر اهَنْ 1م ِ 1وَ اه َ1لك 1قْ 1و قَ 1ح ب 1 إ
ث شال ت ِ1ابَ1 َّ ا ر ع؛ 1
ل ال َّ
ن
ِ ِ ِ
َ ْ َ ً ْ ْ َ َ ِ ْ º َْ َ َ ِ َ َ ْ
َْ ْ َ َ
.ْافتَ س
َ لا نَ م د
ِ ْ ع
ي ا ن ْ
ِ ِ ق ي ِر ط
ب ْ ِ ْمع
ِ ِت س ا
َ َ لِ ا1اه
Hak al- Hak al- Hak al-Madaniyyah al- Hak al-Madaniyyah al-
Intikhab Khashah `Ammah
Tarsyi
h
Hak al- Hak al-Usrah
Maliyyah
Hak-hak `aniyyah (al-huquq al-`ainiyyah) adalah: ( ˚بم˚ ˚ةطـَ لـأ س˚ي َـ ِه
َرة ش ِـ َا
يطـِ عـأ ˚ت يَـ هِ َو فتـِ نـألِـ أ ا قّـَ حَـ اهَـ َبحـِ اصَـ ِ َ يأ عَـ لـأ ا ق˚ وأ ˚قح˚ لـأ َا ئِـ يأ
شّبال ِ َاع ˚ َة ِين
قلأ ا ه َـا نم
˚ح َأ ل ن˚ وأ ˚ َنا ِ لع ص„ خأ َ ش َ َم˚ ئ„ يأ َ ش ى ب ن ي„ـ َ ّع َـ
ِ ت اَّذلا
ِ
س˚ َو َت نـَ وأ˚ دبـِ هـِ ـَلـِ غـأل تـِ سـأ ِا وَ هـِ ل ِم َـعـاأ تـِ سأ وَ ِا ِ ;)„ دح َـ َأ طـyang artinya: ”hak-hak
`ainiyyah adalah kewenangan yang bersifat langsung yang ditetapkan
undang-undang bagi
seseorang atas dzat benda tertentu; dalam hak ini ditentukan hak kepada
pemilik untuk memanfaatkan (haqq al-intifa`) benda baik dengan
memakainya (isti`mal) maupun melakukan perbuatan hukum lainnya
(istighlal) tanpa perantara;” di antaranya adalah hak kepemilikan (haqq al-
milkiyyah [baca: hak milik);
Hak-hak syakhshiyyah (al-huquq al- syakhshiyyah) adalah: ( لـأ َا ر„ َ خآ ˚صخـأ َشّ ل ق˚ وأ ˚قح
ّيَ هـِ َي˚ ِة
َ ق ˚ة
ط ب˚َـنو ّأة˚ َنا ِ ءَـ َد َاأ ي
َ ِـض َقـتأ َت نِـ يأ صَـ خـأ َ ش َنيأ ي ص„ خـأ َ ش لـِ „يّـ لـِ َماق„ّ حَـ لع
َ َى
;) ِ َربـاyang artinya: ”perikatan antara dua pihak berdasarkan undang-
Rincian
?
ِهللال وْ س رَ ل َ1اق َ1ة دَ اب َ1ع ل َ1اق1ح لِ 1ْ1ل ْ اوَ ر مَ
ِ ْ
ْ ). ً دا ب َ سم ه َجر َّخَ 1أ( د„ ْ ي مل
˛ َ َّ ْ
بِ 1ر ي 1عِ 1شالو رِ ب ل َّ ِ
بِ 1ر م تالو رِ ي 1عِ 1شال َّ
تال
ْ ْ َ َ َ َ
ي ن اك اذ ِإ م ت ئ ش
º ْ َ ْ َّ ْ َّ َ ْ
ب ل 1او ةِ 1ضفِ 1ل 1ابِ 1ة ض فِ 1ل 1او ف 1ي ابِ 1ر
• Gharar adalah sifat (ketidakjelasan) yang
menyebabkan sebagian rukun akad tersembunyi
(mastur) atau antara ada dan tidak ada;
• Gharar adalah ketidakjelasan (al-jahalah); al-gharar
huwa al-majhul al-‘aqibah (versi Ibn Taimiah); dan
gharar adalah keraguan (syakk) akan wujudnya obyek
akad; al-gharar huwa al-syakk fi wujud al-mabi‘ (versi
Ibn Abidin); ‘adam al-‘ilm bi al-ma‘qud ‘alaih
(ketidakadaan pengetahuan tentang obyek akad).
• Gharar adalah ketidakjelasan dari segi akad dan
obyeknya.
Ragam Gharar yaitu :
1. Gharar Katsir
2. Gharar Yasir (Gharar
Qalil)
3. Gharar Mutawasith
Gharar Katsir; yaitu gharar yang berpotensi merugikan
pihak yang berakad, dan juga berpotensi melahirkan
perselisihan/sengketa (al-niza’);
Di antaranya adalah :
1. Jual-beli buah sebelum layak panen;
2. Ijarah yang jangka waktunya tidak jelas (majhul);
3. Bai’ salam yang obyeknya tidak mungkin
(berdasarkan ‘urf) dapat diwujudkan sesuai waktu
yang disepakati;
Gharar Yasir (Gharar Qalil); yaitu gharar yang tidak
berpotensi merugikan pihak yang berakad, dan
juga
tidak berpotensi perselisihan/sengketa
melahirkan (al-niza’);
Di antaranya adalah :
1. Jual-beli rumah tanpa melihat (baca:
mengetahui) fondasinya;
2. Sewa (ijarah) rumah beberapa bulan
ditambah beberapa hari saja;
Gharar Mutawasith; yaitu gharar yang berada
antara gharar katsir dan gharar qalil;
Di antaranya adalah :
1. Jual-beli benda (baca: mesin) tertanam di
yang tanah; kualitasnya hanya
diketahui
dibongkar;
bisa setelah
2. Gharar dalam akad ju‘alah;
3. Gharar dalam akad hirasah; dan
4. Gharar dalam akad syirkah/mudharabah
yang mu’aqqatah (singkat).
Gharar dapat merusak keabsahan akad bila terpenuhi 4
1. Gharar hanya berpengaruh terhadap akad yang termasuk
syarat:
akad mu’awadhat (tijari/bisnis); antara lain akad bai’, ijarah,
dan syirkah dengan berbagai derivasinya. Oleh karena itu,
gharar (baca: gharar katsir) tidak memengaruhi akad
tabarru’ (antara lain akad hibah dan wasiat);
2. Gharar termasuk gharar katsir; gharar qalil (yasir) dan gharar
mutawasith tidak memengaruhi keabsahan akad
mu‘awadhat;
3. Gharar berpengaruh terhadap obyek utamanya
(ma‘qud
‘alaih ashalat[an]), bukan obyek pelengkapnya;
4. Tidak ada kebutuhan syar‘i (al-hajah) terhadap akad yang
mengandung unsur gharar tersebut.
Dari segi Obyek Akad :
1. Bai’ Hashah
2. Bai’ Mulamasah dan Munabadzah
3. Bai’ Ma Laisa Indak: (a. Bai’ ma la Yamlikuhu al-
Ba’i; b. Bai’ Qabl al-Qabdh; c. Bai’ Maghanim qabl
al-Qismah; d. Bai’ Shadaqat qabl al-qabdh; e. Bai’
‘Abid Abiq; dan f. Bai’ Samak fi al-Ma).
4. Bai’ Majhul: (a. Bai’ Hab al-Habalah; b. Bai’ Sinin; c.
Bai’ Tsunya Majhulah; d. Bai’ Shuf ‘ala al-Zhuhr; e.
Bai’ Laban ‘ala Dhira’; dan f. Bai’ Dharbat al-
Gha’ish;
Gharar dari segi Obyek Akad :
5. Bai’ Tsamar qabl Badw Shalahuh
6. Bai’ Wala’;
PENGERTIAN Upaya tipudaya yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
bertransaksi melalui sarana yang mengecoh, baik secara lisan
maupun perbuatan.
MACAM-MACAM
1. Khiyanat Sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas sesuatu yang
sudah disepakati dalam akad. Contoh salah seorang yang
melakukan jual beli saham tidak memenuhi prestasinya tanpa
alasan yang dibenarkan.
2. Tanajusy/ Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
Najsy yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya. Misal : Pump and
Dump, Hype and Dump, dan Creating fake demand/ supply
PENGERTIAN Upaya tipudaya yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
bertransaksi melalui sarana yang mengecoh, baik secara lisan
maupun perbuatan.
MACAM-MACAM
1. Khiyanat Sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas sesuatu yang
sudah disepakati dalam akad. Contoh Melakukan restrukturisasi
pembiayaan/akad tanpa persetujuan dari nasabah; penggunaan
dana pembiayaan yang tidak sesuai dengan obyek akad
2. Tanajusy/ Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
Najsy yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya.
4. Tadlis Waktu Tindakan anggota bursa efek yang melakukan transaksi lebih
dahulu atas suatu efek tertentu atas dasar adanya informasi bahwa
nasabahnya akan melakukan transaksi dalam volume besar atas
efek tersebut yang diperkirakan mempengaruhi harga pasar,
perikau seperti ini dikenal dengan sebutan Front Running
97
TADLIS DI PERBANKAN DAN IKNB
PENGERTIAN Tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad yang dilakukan
oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah obyek akad
tersebut tidak cacat
MACAM-MACAM
1. Tadlis Kualitas Pedagang yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang
dijualnya. Contoh Menyembunyikan kualitas barang yang
menjadi obyek murabahah
2. Tadlis Terjadi ketika penjual menyembunyikan cacat barang yang
Kuantitas ditawarkan. Menyembunyikan kuantitas barang yang menjadi
obyek murabahah
3. Tadlis Harga Tidak menyampaikan secara transparan harga pasar suatu efek.
Contoh Tidak menginformasikan harga diskon suatu barang
dalam akad murabahah yang sudah menjadi hak nasabah
CONTOH GISYSY
Marketing at yaitu penempatan order jual atau beli yang dilakukan di
the close akhir hari perdagangan yang bertujuan menciptakan harga
(pembentukan penutupan sesuai dengan yang diinginkan, baik
harga menyebabkan harga ditutup meningkat, menurun ataupun
penutupan), tetap dibandingkan harga penutupan sebelumnya.
CONTOH GISYSY
Perbankan Memberikan penjelasan tentang keunggulan suatu produk bank
tanpa menjelaskan apa kelemahannya
100
GHABN
PENGERTIAN ketidakseimbangan antara dua barang (obyek) yang
dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun
kuantitasnya. Ghabn terdiri dari Ghabn ringan (yasir) dan
Berat (fahisy)
GHABN FAHISY
Talaqqi Jual beli atas barang dengan harga jauh di bawah harga pasar,
al- karena pihak penjual tidak mengetahui harga tersebut
Rukban
Mustarsal Tindakan pengelabuan yang dilakukan oleh pedagang terhadap
pembeli yang tidak mengetahui harga pasar serta tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan tawar menawar harga
Najsy Tindakan menawar barang dengan harga lebih tinggi oleh pihak
yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan
banyak pihak yang berminat membelinya
Praktik Di Pasar Misalnya: Insider Trading (perdagangan orang dalam), yaitu
Modal kegiatan illegal di lingkungan pasar finansial untuk mencari
keuntungan yang biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan
informasi internal 101
IKRAH
PENGERTIAN Memaksa seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan transaksi yang diiringi dengan ancaman
MACAM-MACAM IKRAH
Ikrah mulji adalah pemaksaan yang diiringi dengan ancaman berupa
pembunuhan atau melukai dan menghilangkan salah satu
dari anggota tubuh
102
GHALAT
H
PENGERTIAN menyamarkan jenis atau sifat dari obyek akad
MACAM-MACAM GHALATH
Ghalath Jenis adalah menyamarkan jenis dari obyek akad seperti menyamarkan
tahun pembuatan suatu barang seperti kendaraan dimana si
penjual memberikan informasi bahwa tahun produksi mobilnya
adalah tahun ini, padahal kendaraan tersebut produksi tahun
sebelumnya.
103
GHARAR
PENGERTIAN Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau
kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya
MACAM-MACAM
Kuantitas Jual beli ijon, dan muhaqalah (jual buah2n yang masih di kebun
dengan bahan makanan). Misal
Kualitas Jual beli singkong yang masih berada dalam tanah, muzabanah
(menjual kurma yang masih dipohon dg kurma kering) ,
mukhadharah (menjual buah yang belum masak). Misal
Waktu Jual beli mobil yang hilang (delivery time tidak pasti bagi kedua
pihak ). Praktik di Pasar Modal Short Selling
Harga Adanya dua harga dalam satu akad, seperti shafqah fi shafqataini
atau bay’ fi bay’atain, jual beli dg harga saat orang tuanya
datang. Misal Praktik di Pasar Modal: Transaksi Indeks Saham
Obyek/ barang mulamasah (obyek yang tersentuh), Bay’ Ma’dum (barangnya tidak
ada), Bay’ ma’juz taslim (obyeknya sulit diserahkan). Misal Praktik
di Pasar Modal Short Selling
GHARAR DI IKNB
PENGERTIAN Ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas atau
kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya
MACAM-MACAM
Asuransi Uang pertanggungan yang akan diterima dalam asuransi diketahui
sementara premi (qisth ta’min) yang harus dibayarkan tidak
menentu (obyek pertukaran harus jelas); Sumber dana pembayaran
klaim tidak jelas (jahalah)
105
MAYSI
• R menguntungkan salah satu pihak dg
Maysir adalah Akad yang
mengantungkan pada suatu tindakan atau kejadian tertentu.
Dalam maysir ada gharar.
• Maysir adalah setiap akad yang dilakukan dengan tujuan yang
tidak jelas, dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi, atau
untung-untungan (Fatwa No. 86/DSN-MUI/XII/2012 )
• Contoh klasik: perlombaan dengan taruhan, judi bola, dan
Hashah (obyek (mis. Tanah) yang sejauh lemparan batu)
• Dalam Praktik Pasar Modal: Transaksi Option (forward/Future)
106
MAYSIR DI PERBANKAN DAN IKNB
• Di Perbankan: Transaksi swap, yaitu kontrak pembelian atau
penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan
pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga
forward; Pemberian hadiah yang sumber dananya diambil dari
dana para nasabahMaysir adalah setiap akad yang dilakukan
dengan tujuan yang tidak jelas, dan perhitungan yang tidak
cermat, spekulasi, atau untung-untungan (Fatwa No. 86/DSN-
MUI/XII/2012 )
• Pemberian hadiah yang sumber dananya diambil dari dana para
nasabah (multifinance); Keuntungan pihak Perusahaan asuransi,
jika hingga akhir masa perjanjian tidak ada klaim sementara
premi sdh dilunasi dan Keuntungan pihak tertangung jika terjadi
musibah padahal ia baru sedikit membayar premi.
107
IHTIKAR
PENGERTIAN Membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat
harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjualnya
kembali pada saat harganya lebih mahal.
PRAKTIK DI 1. Pooling interest, yaitu aktivitas atas suatu efek yang terkesan liquid,
PASAR MODAL baik disertai dengan pergerakan harga maupu tidak, pada suatu
periode tertentu dan hanya diramaikan sekelompok anggota bursa
efek tertentu (dalam pembelian maupun penjualan).
2. Cornering, yaitu upaya dari pemegang saham mayoritas untuk
menciptakan supply semu yang menyebabkan investor public
melakukan short selling. Kemudian ada upaya pembelian yang
dilakukan pemegang saham mayoritas hingga menyebabkan pelaku
short selling mengalami gagal serah atau mengalami kerugian.
108
OBYEK HARAM
109
RISYWAH-
DHARAR
Risywah Adalah Suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil sesuatu yang
bukan haknya dan menjadikan sesuatu yang batil sebagai sesuatu yang
benar. Misalnya Perusahaan Emiten dalam kegiatannya bisnisnya
melakukan Risywah/ Suap/Gratifikasi
Di dunia perbankan seperti Memberikan tips kepada pegawai bank
dengan harapan proses pembiayaannya dipermudah walaupun melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank
Dharar Adalah tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pihak lain.
Segala bentuk larangan dalam transaksi yang berpeluang menimbulkan bahaya
dan kerugian bagi pihak lain masuk kategori dharar, seperti transaksi yang
mengandung riba, gharar, khilabah, maysir, ghisy, dan ikhtikar.
Contoh :Memberikan pembiayaan kepada nasabah yang tidak memenuhi
prinsip 5 C yaitu Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral
110
MAKSIAT- ZHULM
MAKSIAT Adalah menjauhi printah Allah dan Rasul-Nya dan menjalankan larangan-
Nya.
Atas dasar pengertian maksiat di atas, maka melaksanakan segala bentuk
transaksi yang dilarang masuk kategori perbuatan maksiat
Seperti Memasarkan produk bank, asuransi, pegadaian, multifinance
dan
yang lainnya dengan meninggalkan shalat
11
1
TERIMA KASIH