Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Al-Hakim
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Ushul Fiqh - 1
Dosen : Ahmad Yani, M.Ag.,Drs.,H.

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Ika Nurhikmah

1112046100101

2. Irvanka Kema Nuzula

1112046100112

3. Lolita Yuliarty Pasaribu

1112046100127

4. Romi Armando Putra

109046100085

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MARET 2013

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang


telah memberikan pertolongan dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang
berjudul Al-Hakim (pembuat hukum) dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini, secara langsung maupun tidak langsung. Karena
itu sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada:
1 Ahmad Yani, M.Ag.,Drs.,H.
2 Teman-teman yang telah mendukung dalam penyusunan
makalah ini.
3 Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga
banyak kekurangan di dalam penyusunan makalah ini., karena itu kepada
pihak-pihak yang membaca makalah ini kami mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
bahan untuk mengkaji lebih lanjut hakekat fiqh muamalat dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Ciputat, Maret 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang
1
B Rumusan Masalah
1
C Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A Pengertian Al-Hakim

B Perbedaan Pendapat Mazhab tentang Al-hakim


3

BAB III KESIMPULAN


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan baik bagi kami
pemakalah maupun bagi teman-teman akademisi agar dapat
membawa pembahasan ini kepada masyarakat nantinya. Karena
Indonesia adalah negara mayoritas muslim. Ini tentu menjadi
permasalahan yang sangat komplek untuk dibahas. Sebagai umat
islam tentu kita harus tahu dan paham dengan hukum islam. Nah ,
didalam islam itu sendiri terbagi ke dalam beberapa mazhab yang
berbeda-beda dalam penerapan hukumnya.
Sebagai umat muslim alangkah baiknya kita dapat memahami
ini agar tidak terjadi salah paham dan agar kita dapat membawa ini
ketengah-tengah masyarakat kelak.

B. Rumusan Masalah

1 Apa itu Al-hakim ?


2 Bagaimana perbedaan pendapat dari beberapa mazhab tentang
Al-hakim?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Al-hakim


2. Mengetahui perbedaan pendapat dari beberpa mazhab tentang
Al-hakim

BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan hukum dalam ilmu ushul fiqh ada empat, seperti berikut:
1 Hakim
2 Hukum

: yaitu orang yang menjatuhkan keputusan.


: yaitu keputusan yang dikeluarkan oleh hakim sebagai

bukti atas kehendaknya.


3 Mahkum Faih
:
yaitu perbuatan mukallaf yang bersangkutan
dengan hukum.
4 Mahkumk alaih : yaitu mukallaf sebagia pelaku perbuatan yang
bersangkutan dengan hukum.
A. Pengertian Hakim
Para ulama bersepakat bahwa al-Hakim (pembuat hukum
syariat) adalah Allah SWT,baik hukum itu disampaikan secara
langsung melalui Al-Quran maupun secara tidak langsung melalui
sunah Nabi saw. Atau melalui ijtihad para ulama dan para hakim
yang bersandar kepada sumber aslinya, yaitu Al-Quran dan sunnah.
Dia memberi pentunjuk para mujtahid untuk mengetahui hukum
mengenai perbuatan mukallaf dengan perantara dalil-dalil dan
tanda-tanda

yang

hukumnya.karena

telah
itu

disyariatkan

terjadilah

kata

untuk

mengistimbathkan

mufakat

mereka

untuk

mendefinisikan hukum syara dengan: Kitab hukum Allah yang


bersangkutan dengan perbuatan mukallaf berupa tuntutan atau
suruhan memilih, atau berupa ketetapan.
Dari ushul mereka terkenal yang artinya
Tidak ada hukum kecuali milik Allah.

Hal ini merupakan kebenaran firman Allah dalam surat Al-Anam:57

....

.... Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan


kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik (Q.S. Al-Anam :
57)

B. Perbedaan Pendapat Mazhab tentang Al-hakim


Bagi ulama islam mengenai perbedaan ini terdapat tiga mazhab
yaitu:
1 Mazhab al-Asyariyah/ Al-Asyairah, yaitu para pengikut Abu
Hasan

al-Asyari.

Menurut

mazhab

ini

akal

tidak

dapat

mengetahui hukum allah mengenai perbuatan mukallaf, kecuali


dengan perantara para Rasul-Nya dan Kitab-Nya, karena akal itu
sangat berbeda dengan jelas dalam (menanggapi) perbuatanperbuatan.
Dasar mazhab ini ialah bahwa baik dari perbuatan mukallaf itu
adalah suatu yang telah ditunjukkan oleh Syari bahwa hal itu
adalah baik dengan jalan memperbolehkannya atau menuntut
melakukannya. Sedangkan jelek ialah sesuatu yang ditunjukkan
oleh Syari bahwa hal itu adalah jelek dan menuntut untuk
ditinggalkan. Jadi, ukuran baik baik atau jelek itu adalah undangundang, maka apa yang diharuskan atau dibolehkan oleh
undang-undang adalah baik, dan yang dilarang oleh undangundang adalah jelek.
2 Mazhab al-mutazila yaitu para pengikut Washil bin Atho.
Menurut

mazhab ini, akal dapat mengetahui hukum Allah

mengenai perbuatan mukallaf yang dengan sendirinya tanpa


perantaraan Rasul-Nya dan Kitab-Nya, karna setiap perbuatan
diantara perbuatan-perbuatan mukallaf mempunyai sifat dan
pengaruh yang bisa menjadikan akal itu membahayakan atau
memberi manfaat, maka atas dasar sifat perbuatan dan akibat

yang datang dari padanya, yang berupa keuntungan atau


bahaya, atau dapat menjatuhkan keputusan bahwa sesuatu itu
baik atau jelek.
Dasar mazhab ini, yaitu bahwa baik dari perbuatan itu adalah
sesuatu

yang

dipandang

oleh

akal

sebagai

baik,

karna

mengandung keuntungan. Sedangkan perbuatan jelek ialah


sesuatu

yang

dipandang

oleh

akal

sebagai

jelek,

karna

mengandung mudharat
3 Mazhab al-Maturidiyah yaitu para pengikut Abu Mansyur AlMaturidi. Pendapat mazhab ini yaitu bahwa perbuatan mukallaf
mempunyai

kekhususan

dan

mempunyai

pengaruh

yanh

menghendaki kebaikannya atau kejelekannya, dan bahwa anya


akal

atas

dasar

menjatuhakan

ke

khususan

keputusan

bahwa

dan

pengaruh

perbuatan

ini

ini,

dapat

baik

dan

perbuatan ini jelek.


Pendapat

maturidiyah

ini

memiliki

kesamaan

dengan

mutazilah dalam hal kemampuan akal untuk mengetahui baik


dan buruk, tetapi bebeda pendapat dalam hal bahwa hukum
Allah harus sesuai dengan pendapat akal.
Di sisi lain, pendapat maturidiyah ini sesuai dengan asyariyyah
dalam hal bahwa hukum Allah tidak dapat diketahui kecuali
dengan perantara risalah dari-Nya, dan berbeda pendapat dalam
hal bahwa baik dan buruk semata-mata di tentukan oleh Syariat,
tanpa ada peran akal.
Perbedaan pendapat ini tidak menimbulkan pengaruh kecuali
dengan menisbahkan(menghubungkan) pada orang yang tidak
sampai kepadanya, syariat para Rasul. Sedangkan orang yang
sampai kepadanya, syariat para rasul, maka ukuran baik dan
jelek perbuatan itu, dengan menisbahkan kepada mereka, apa
yang datang dalam suyariat mereka, bukan apa yang terjangkau
oleh akal mereka secara mufakat. Maka apa yang diperintahkan
oleh syari, ia adalah baik dan dituntut mengerjakan, dan diberi
pahala orang yang mengerjakannya. Sedang apa yang dilarang

oleh syari, ia adalah jelek dan dituntut untuk ditinggalkan, dan


disiksa orang yang mengerjakan.

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah kita bersama-sama membahas makalah ini maka


dapat kita simpulkan bahwa hakim adalah yang menjatuhkan
keputusan. Sedangkan hukum adalah keputusan yang dikeluarkan
oleh hakim. Nahkum fiih adalah perbuatan di sekitar lingkup hukum
itu dan mahkum alaih adalah pelaku perbuatan yang bersangkutan
dengan hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Khalaf,Abdul Wahab.2002.Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul
Fiqh.Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada.
Khalaf, Abdul Wahab.2005.Ilmu Ushul Fiqh.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mughits, Abdul.2008.Ushul Fiqh Bagi Pemula.Jakarta: PT. CV Artha
Rivera

Anda mungkin juga menyukai