Anda di halaman 1dari 2

Nama Penulis : DR. H. ABD. Rahman Dahlan, M.A.

Judul : Pembuat Hukum Islam (Uhul Fiqih)


Tahun Diterbitkan : 2016
Nama Penerbit : AMZAH
Jumlah : 362
Nama Reviewers : Mohammad Haqqul Yaqin (22402058)
AL HAKIM
A. PENGERTIAN
Kata “hakim” yang berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa Indonesia. Yang
makna nya sama dengan salah satu dari makna etimologinya dalam bahasa arab
yaitu: orang yang memustuskan dan menetapkan hukum; yang menetapkan segala
sesuatu, dan yang mengetahui hakikat seluk beluk segala sesuatu. Kata hakim juga
digunakan untuk menunjukan pengertian hakim di pengadilan.
Adapun menurut terminologi ushuk fiqih, kata hakim menunjukkan pihak yang
menciptakan dan menetapkan hukum syariat secara hakiki. Dalam hal ini , semua
ulama sepakat, hanya Allah yang mencipta dan menetapkan hukum syariat bagi
seluruh hamba-nya. Allah berfirman dalam surah al an’am (6) : 57:
  َ‫اص لِ ني‬
ِ ‫ص ا حْل َّق ۖ و ه و خ ي ر الْ َف‬ ِ َّ ِ ‫ا حْل ْك م ِإ اَّل‬
ُ ْ َ َ ُ َ َ ُّ ‫ل ل ه ۖ َي ُق‬ ُ ُ
Artinya: Menetapkan hukum itu hanyala hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik.

Semua ulama’ sepakat menyatakan, hanya Allah SWT yang berhak mencipta dan
menetapkan perintah dan larangan, dan sejalan dengan itu, hamba-hamba nya wajib
tunduk dan mematuhi perintah dan larangan nya.Hamba Allah yang patuh akan
diberi pahak dan surga, sedang yang durhaka akan dikenai dosa dan neraka.

Dalam konteks penerapan hukum , di lingkungan ulama ushul fiqh dikenal dua
istilah yaitu:
1. Al mutsbit li al hukm yaitu yang berhak membuat dan menetapkan hukum.
2. Al muzzhir li al hukm yaitu yang membuat hukum menjadi nyata

Pada hakikatnya, tidk ada satu oun perbuatan manusia (baik dalam bentuk aktif
maupun pasif; gerak dan diam manusia) yang tidak ada hukumnya, karena segala
sesuatu telah ditetapkan hukumnya oleh Allah SWT melalui Al Quran dan hadis
Rosulnya.
B. Baik dan Buruk
Perbedaan pendapat tentang Baik dan Buruk melahirkan 3 kelompok pendapat
yang dianra lainya yaitu:
1. Pandangan kelompok Mu’tazilah
Menurut pendapat kelompok Mu’tazilah, suatu perbuatan disebut baik
(terpuji) karena perbuatan itu memang baik dan bermanfaat. Sebaliknya, suatu
perbuatan disebut buruk (tercela) karena memang perbuatan itu mengandung
keburukan dan bahaya.
2. Pandangan kelompok Maturidiyah
Kelompok maturidiyah sependapat dengan kelompok Mu’tazilah yang
mengatakan, manusia dengan akalnya, dapat mengetahui sebagian besar
perbuatan baik dan buruk. Akan tetapi mereka menolak pendapat Mu’tazilah
yang mengatakan bahwa manusia diperintahkan untuk berbuat baik, yang
karenanya mendapat pahala, dan dilarang berbuat buruk , yang karenanya
dikenai dosa, sebelum turunnya wahyu melalui pengutusan rosul.
3. PandanTgan kelompok Asy’ariyyah
Golongan Asy’ariyyah berpendapat, akal manusia tidak dapat mengetahui
perbuatan baik dan buruk, karena baik dan buruk bukan pada esensi perbuatan,
melainkan karena diberi sifat baik atau buruk oleh Allah melalui wahyu.

Perlu ditegaskan lagi, perb4daan pendapat diatas berkenan dengan perbuatan


manusia sebelum turunnya wahyu. Perbedaan oendapat tersebut menjadi tidak
relevan setelah turunnya wahyu, karena ketiga kelompok tersebut sependapat,
setelah datangnya Rasulullah SAW membawa wahyu, maka yang menjadi
standar baik dan buruk adalah wahyu.

KESIMPULAN
Jadi disini bisa kita simpulkan bahwa hakim itu mempunyai makna orang yang
memutuskan dan menetapkan hukum dan sebagian ulama sudah sepakat bahwa
yang memutuskan dan menetapkan hukum hanya lah Allah SWT tidak ada yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai