Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................

1.2 Tujuan .........................................................................................

1.3 Manfaat .......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................

2.1 Sejarah Pendirian Bursa Efek Indonesia (BEI) ..........................

2.2 Prinsip Dasar Syariah, Fungsi dan Tujuan Lembaga .................

2.3 Legalitas dan Struktur Organisasi ..............................................

13

2.4 Mekanisme Operasional Lembaga .............................................

16

2.5 Strategi dan Manajemen Pengembangan Lembaga ...................

28

2.6 Strategi Peningkatan Jumlah Investor ........................................

31

2.7 Sistem Pelaporan dan Pengawasan ............................................

32

BAB III TEMUAN DAN ANALISIS ..................................................

34

3.1 Konsistensi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Prinsip-prinsip


Syariah ........................................................................................

34

3.2 Faktor-faktor Pendukung dan Kendala Pengembangan


Lembaga/Produk ........................................................................

34

3.3 Analisa Kinerja Lembaga ditinjau dari Berbagai Perspektif ......

35

3.4 Pengembangan Organisasi .........................................................

38

3.5 Kepentingan para Pemegang Saham / Pihak Donatur / Pelayanan /


Kepuasan Pelanggan / Mitra ......................................................

40

BAB IV SARAN DAN IDE STRATEGIS ..........................................

42

4.1 Saran-saran .................................................................................

42

ii

4.2 Ide Strategis ................................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

44

iii

BAB I
PENDAHULUAN
4.1

Latar Belakang
Bursa efek merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan
permintaan modal atau antara pihak yang memiliki modal dan yang
membutuhkan modal.1
Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995, bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka,
Bursa efek berperan sebagai lembaga yang menyediakan fasilitas
sistem pasar untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antara
berbagai perusahaan atau perorangan yang mempunyai tujuan
memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa
efek.

Penyelenggara bursa efek di Indonesia adalah PT. Bursa Efek

Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX))


merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan
transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bursa Efek
Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar
obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi
pada 1 Desember 2007.3

Muhamad Nafk HR. Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta : Serambi, 2009),hlm.25-26
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta : EKOHISIA, 2008) hlm
191.
3
Bursa Efek Indonesia diakses tanggal 6 November 2015 dari http://id.wikipedia.org/wiki/
Bursa_Efek_Indonesia
2

Umat Islam menghadapi kendala untuk melibatkan diri dalam


investasi di bursa efek konvensional karena masih banyak perusahaan go
public (emiten) masih melakukan aktivitas ekonomi yang dilarang oleh
syariah. Misalnya, perusahaan itu menerbitkan obligasi sistem bunga,
saham

preferen,

atau

memproduksi,

memperdagangkan,

dan

mendistribusikan barang haram, surat utang dengan sistem ribawi, atau


melakukan aktivitas yang merusak lingkungan dan sebagainya.4
Namun, kekhawatiran umat Islam untuk berinvestasi di pasar
modal dijawab oleh berbagai pihak untuk mendukung didirikanya pasar
modal yang berbasiskan syariah, Dukungan tersebut berasal dari
pemerintah, bursa efek, sekuritas, emiten dan MUI. Dimulai sejak tahun
1997 diterbitkannya Reksadana Syariah, disusul dengan dengan
peluncuran Jakarta Islamic Index pada tahun 2000, Fatwa-Fatwa MUI
tentang pasar modal, diterbitkannya obligasi syariah oleh PT. Indosat
dan disusul oleh PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Disahkannya UU
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di tahun 2008 dan
berbagai regulasi oleh pemerintah terkait penyelenggaraan pasar modal
syariah. PT. Bursa Efek Indonesia sebagai penyelenggara kegiatan pasar
modal di Indonesia memiliki peranan vital dalam mendukung
perkembangan pasar modal yang mengakomodir kebutuhan umat Islam
untuk berinvestasi dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah.

4.2

Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu tugas
mata kuliah praktikum lembaga keuangan syariah, selain itu laporan ini
juga memiliki peran sebagai karya ilmiah yang ditujukan sebagai sarana
pembelajaran kepada masyarakat luas untuk dapat mengetahui seluk

Muhamad Nafik HR, Op.Cit. hlm. 26

beluk pasar pasar modal, perkembangan dan dukungan yang diberikan


PT. Bursa Efek Indonesia sebagai penyelenggara pasar modal terhadap
perkembangan pasar modal syariah di Indonesia.

4.3

Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bagi Penulis
Laporan ini bermanfaat untuk melatih penulis dalam menyusun
dan menyampaikan fakta serta pendapat di dalam sebuah tulisan
serta berguna untuk memperdalam pemahaman penulis di bidang
pasar modal.
Bagi Akademinsi
Laporan ini bermanfaat sebagai sarana referensi ilmiah serta media
pembelajaran yang ringkas dan padat informasi bagi para
akademisi.
Bagi Masyarakat
Laporan ini dapat menjadi bahan bacaan untuk masyarakat agar
lebih mengenal kegiatan pasar modal di Indonesia khususnya pasar
modal syariah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Sejarah Pendirian Bursa Efek Indonesia (BEI)


Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial
kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana
mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar
modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi
yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan
pasar modal di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:5

Sejarah Bursa Efek Indonesia diakses tanggal


http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx

November

2015

dari

Tanggal

Peristiwa Penting

[Desember 1912]

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia


oleh Pemerintah Hindia Belanda

[1914 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I


[1925 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
1939] Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
[1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa
Efek semakin tidak aktif
[1956 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum
[10 Agustus Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
1977] Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen
Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara
[1977 1987] Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih
memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
Pasar Modal
[1987] Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan


investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988] Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker
dan dealer
[Desember 1988] Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan
perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989] Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu
PT Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992] Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati
sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995] Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Systems)
[10 November Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 8
1995] Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya

[2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)


mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak
jauh (remote trading)
[2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT
Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

2.2

Prinsip Dasar Syariah, Fungsi dan Tujuan Lembaga


A. Prinsip Dasar Syariah

Gambar 1 : Konsep Dasar Pasar Modal Syariah

Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8


Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang
7

bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,


Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah
dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana
yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem
yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara
umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan
dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan
mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
Penerapan

prinsip

syariah di

pasar

modal

tentunya

bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan


Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber
hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian
disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah
pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama
manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar
modal

syariah

dikembangkan

dengan

basis

fiqih

muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan


bahwa Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Konsep inilah yang
menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia.
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia, kegiatan
pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu
8

kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal


berikut

peraturan

pelaksanaannya

(Peraturan

Bapepam-LK,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK


selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa
peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut : 6
1.

Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar


Efek Syariah.

2.

Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah

3.

Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan


dalam Penerbitan Efek Syariah
Berdasarkan Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang

Penerbitan Efek Syariah, khususnya ayat 1.a.3, yang di maksud


dengan Efek Syariah adalah Efek sebagaimana di maksud
dalam

Undang-Undang

Pasar

Modal

dan

peraturan

pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang


menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal. Dalam peraturan yang
sama, khususnya ayat 1.a.2, dijelaskan juga pengertian dari prinsipprinsip Syariah di Pasar Modal yaitu prinsip-prinsip hukum Islam
dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa DSN-MUI,
sepanjang fatwa di maksud tidak bertentangan dengan Peraturan ini
dan/atau Peraturan Bapepam dan LK (sekarang menjadi OJK) yang
didasarkan pada fatwa DSN-MUI.
Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa yang di maksud
efek syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia bukan hanya

Konsep Dasar Pasar Modal Syariah


http://www.ojk.go.id/sharia-capital-id

diakses tanggal 6 November 2015 dari

saham syariah tetapi mencakup efek-efek lainnya yang di atur dalam


Undang-Undang Pasar Modal, khususnya pasal 1.5, dengan
menambahkan kriteria tambahan mengenai prinsip-prinsip syariah
di pasar modal. Bapepam & LK merupakan pihak yang berwenang
dalam menentukan apakah suatu efek dapat dikatakan sebagai efek
syariah atau tidak berdasarkan peraturan tersebut. Dengan demikian,
efek syariah yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah efek
syariah yang merujuk kepada definisi yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawas

Pasar

Modal

dan

Lembaga

Keuangan.

Dalam menentukan atau menyeleksi efek syariah, Bapepam &


LK di bantu oleh DSN-MUI. Kerjasama antara Bapepam & LK dan
DSN-MUI dimaksudkan agar penggunaan prinsip-prinsip syariah di
pasar modal dalam menyeleksi efek yang memenuhi kriteria syariah
dapat lebih optimal, mengingat DSN-MUI merupakan satu-satunya
lembaga di Indonesia yang mempunyai kewenangan untuk
mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi
syariah di Indonesia. Hasil seleksi efek syariah yang telah dilakukan
oleh Bapepam & LK dan DSN-MUI tersebut dituangkan ke dalam
suatu Daftar Efek Syariah (DES).7
Saat ini terdapat Terdapat 14 fatwa yang telah dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI)

yang

berhubungan

dengan

pasar

modal

syariah Indonesia sejak tahun 2001, Terdapat 3 (tiga) Peraturan


Bapepam & LK yang mengatur tentang efek syariah sejak tahun
2006 dan Terdapat 1 Undang-Undang yang mengatur tentang SBSN

Definisi Syariah diakses tanggal 6 November 2015 dari


http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/tentangsyariah.aspx

10

(Surat Berharga Syariah Negara) yaitu: UU No. 19 Tahun 2008


tentang Surat Berharga Syariah Negara.8
Fatwa Terkait Investasi Syariah di Pasar Modal9
1. 20/DSN-MUI/IV/2001Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksadana Syariah
2. 32/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syariah
3. 33/DSN-MUI/IX/2002 Obligasi Syariah Mudharabah
4. 40/DSN-MUI/X/2003 Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
5. 41/DSN-MUI/III/2004 Obligasi Syariah Ijarah
6. 59/DSN-MUI/IV/2007 Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
7. 65/DSN-MUI/III/2008 Hak Mememsan Efek Terlebih Dahulu
Syariah (HMETD Syariah)
8. 66/DSN-MUI/III/2008 Waran Syariah
9. 69/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara
10. 70/DSN-MUI//VI/2008 Metode Penerbitan Surat Berharga
Syariah Negara
11. 71/DSN-MUI/VI/2008 Sale and Lease Back
12. 72/DSN-MUI/VI/2008 Surat Berharga Syariah Negara Ijarah
Sale and Lease Back
13. 76/DSN-MUI/VI/2010 SBSN Ijarah Asset To Be Leased
14. 80/DSN-MUI/VI/2011 Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler
Bursa Efek

Fatwa dan Landasan Hukum diakses tanggal 6 November 2015 dari


http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah/fatwadanlandasanhukum. aspx
9
Handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia Level 1, Thn 2014.

11

B. Fungsi Bursa Efek Indonesia (BEI)


BEI memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki
fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau
wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana
(issuer). Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat
memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan Efek saham
melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi).
BEI dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena BEI
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan
(return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang
dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas
perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan
alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat
meningkatkan

pendapatan

perusahaan

dan

pada

akhirnya

memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.10

C. Tujuan Bursa Efek Indonesia (BEI)


Tujuan Bursa Efek Indonesia tercantum di Pasal 7 UU
No.8/1995 tentang Pasar Modal yang berbunyi : Bursa Efek
didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan Efek yang
teratur, wajar, dan efisien. Teratur berarti menjamin bahwa seluruh
pelaku pasar modal wajib mengikuti ketentuan yang berlaku sesuai
dengan bidangnya masing masing dan melaksanakannya secara

10

Dini Ginamilati, Bursa Efek Indonesia artikel diakses pada 6 November 2015 dari
https://www.academia.edu/5519679/Bursa-efek-indonesia

12

konsisten. Wajar berarti seluruh pelaku pasar modal melakukan


kegiatannya dengan memperhatikan standar dan etika yang berlaku
di dunia bisnis serta mengutamakan kepentingan masyarakat banyak,
sedangkan Efisien berarti kegiatan pasar modal dilakukan secara
cepat dan tepat dengan biaya yang relatif murah.11

2.3

Legalitas dan Struktur Organisasi


a.

Legalitas Bursa Efek Indonesia


Legalitas Penyelenggaraan Bursa Efek di Indonesia
didasarkan oleh berbagai regulasi terkait antara lain :

Undang-Udang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995, tentang


Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995, tentang Tata


Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

SK Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/ 1995, tentang


Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548
Tahun 1990 tentang Pasar Modal.

SK Menteri Keuangan Nomor 646/KMK.010/ 1995, tentang


Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksadana oleh
Pemodal Asing.

SK Menteri Keuangan Nomor 647/KM K.010/ 1995, tentang


Pembatasan Pemilikan Saham Perusahaan Efek oleh
Pemodal Asing.

Keputusan Presiden Nomor 117/1999 tentang Perubahan


atas Keppres Nomor 97/ 1993 tentang Tata cara Penanaman

11

Handbook Sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia Level 1- A. hlm. 21

13

Modal sebagaimana telah diubah dengan Keputusan


Presiden Nomor 115/1998.
b.

Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia


Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No. 8
Tahun 1995 tentang pasar Modal sebagai berikut :

Bagan 1 : Struktur Pasar Modal di Indonesia


(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/strukturpasarmodalindonesia.aspx)

Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada


menteri
pemerintah

Keuangan
yang

menunjuk OJK merupakan

bertugas

untuk

melakukan

lembaga
pembinaan,

pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan


mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar,
efisien serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal
14

Selain itu struktur organisasi di PT. Bursa Efek Indonesa. Tbk


adalah :

Bagan 2 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia


(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/organisasi.aspx)

Tugas Dewan Komisaris BEI adalah melakukan pengawasan


dan memberikan nasihat kepada direksi, jajaran komisaris di PT. Bursa
Efek Indonesia saat ini adalah :

Komisaris Utama

: Robinson Simbolon

Komisaris

: Garibaldi Thohir
15

Komisaris

: Hari Purwantono

Komisaris

: Hendra H. Kustarjo

Komisaris

: Lydia Trivelly Azhar

Selain komisaris tentunya PT. Bursa Efek Indonesia yang memiliki


tugas untuk memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakankebijakan perusahaan, memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari
karyawan dan kepala bagian (manajer), menyetujui anggaran tahunan
perusahaan serta menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas
kinerja perusahaan.
Jajaran direksi di PT. Bursa Efek Indonesia saat ini adalah :

Direktur Utama

Dir. Teknologi & Manajemen Resiko : Sulistyo Budi

Dir. Pengembangan

: Nicky Hogan

Dir. Keuangan dan SDM

: Chaeruddin Berlian

Dir. Penilaian Perusahaan

: Samsul Hidayat

Dir. Perdagangan dan Pengaturan

: Alpino Kianjaya

: Tito Sulistio

Anggota Bursa

Dir. Pengawasan Transaksi

: Hamdi Hassyarbaini

dan Kepatuhan

2.4

Mekanisme Operasional Lembaga


Secara umum mekanisme perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia
dapat dijelaskan melalui bagan berikut :12

12

Mekanisme Perdagangan diakses tanggal 29 November 2015 dari


http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx

16

Bagan 3 : Mekanisme Pelaksanaan Perdagangan di Bursa


(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx)

17

Bagan 3 : Mekanisme Pelaksanaan Perdagangan secara Remote


(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx)

Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan


menggunakan fasilitas JATS. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat
dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota
Kliring KPEI. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap
seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia antara lain :

Transaksi saham menggunakan Continous Auction System (Sistem


Lelang Berkelanjutan) yang didasarkan kepada order driven
market.

Pihak yang boleh melakukan transaksi atau menggunakan order


hanya anggota bursa (AB) yang juga menjadi anggota kliring (AB
Kliring).

Transaksi dilakukan melalui JATS-Next G (Jakarta Automated


Trading System Next Generation.

Investor melakukan transaksi saham melalui AB yang memiliki


izin sebagai perantara pedagang efek dan penjamin emisi efek.

Transaksi dilakukan dalam bentuk scriptless dengan setelmen T+3.

Transaksi dilakukan dengan remote trading system sehingga dapat


dilakukan dari masing-masing kantor AB.

AB akan mengenakan biaya transaksi untuk setiap transaksi yang


dilakukan oleh investor.13

13

Handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia Level 1.

18

Jam Perdagangan
Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar
Negosiasi dilakukan selama jam perdagangan setiap Hari Bursa
dengan berpedoman pada waktu JATS.
Jam Perdagangan Pasar Reguler:
Hari

Sesi I

Sesi II

Senin Kamis

Pukul
09:00:00
12:00:00

s/d Pukul
13:30:00
15:49:59

s/d

Jumat

Pukul
09:00:00
11:30:00

s/d Pukul
14:00:00
15:49:59

s/d

Jam Perdagangan Pasar Tunai:


Hari

Waktu

Senin Kamis

Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00

Jumat

Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00

Jam Perdagangan Pasar Negoisasi:


Hari

Sesi I

Senin Kamis

Pukul

Sesi II
09:00:00

s/d Pukul 13:30:00 s/d 16:15:00

09:00:00

s/d Pukul 14:00:00 s/d 16:15:00

12:00:00
Jumat

Pukul
11:30:00

19

Untuk Pasar Reguler menggunakan sesi Pra-pembukaan, Prapenutupan dan Pasca Penutupan yang dilakukan setiap hari Bursa
dengan jadwal sebagai berikut:
Pra Pembukaan :

Waktu

Agenda

08:45:00 - 08:55:00

Anggota Bursa Efek memasukan penawaran Jual dan

WIB

atau permintaan beli

08:55:01 - 08:59:59

JATS melakukan proses pembentukan Harga

WIB

Pembukaan dan memperjumpakan penawaran jual


dengan permintaan beli pada Harga Pembukaan
berdasarkan price dan time priority
Pra-Penutupan dan Pasca Penutupan:

Sesi

Waktu

Aktivitas

Pra-penutupan

15:50:00 s.d. 16:00:00

Anggota Bursa Efek memasukan


penawaran Jual dan atau
permintaan beli

16:00:01 s.d. 16:04:59

JATS melakukan
proses pembentukan Harga
Penutupan dan
memperjumpakan penawaran
jual dengan permintaan beli pada
Harga Penutupan
berdasarkan pricedan time
priority

20

16:05:00 s.d. 16:15:00

Pasca

Anggota Bursa Efek untuk


memasukkan penawaran jual

Penutupan

dan atau permintaan beli pada


Harga Penutupan, dan JATS
memperjumpakan secara
berkelanjutan (continuous
auction) atas penawaran jual
dengan permintaan beli untuk
Efek yang sama secara
keseluruhan maupun sebagian
pada Harga Penutupan
berdasarkan time priority

Pesanan Nasabah
Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh Anggota Bursa
adalah pesanan terbatas (limit order), yaitu pesanan yang dilaksanakan
oleh Anggota Bursa sampai dengan batas harga yang ditetapkan oleh
nasabahnya.
Penawaran jual dan atau permintaan beli nasabah atas Efek selain
HMETD hanya boleh ditransaksikan oleh Anggota Bursa di Pasar
Reguler, kecuali nasabah menginstruksikan atau menyetujui secara
tertulis bahwa penawaran jual atau permintaan belinya ditransaksikan
di Pasar Tunai atau Pasar Negosiasi.
Satuan Perdagangan

21

Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai harus dalam


satuan perdagangan (round lot) Efek atau kelipatannya, yaitu 100
(seratus) Efek. Perdagangan di Pasar Negosiasi tidak menggunakan
satuan perdagangan (tidak round lot).
Satuan Perubahan Harga (Fraksi) :
Kelompok Harga

Fraksi Harga

Maksimum Perubahan*

< Rp500,-

Rp1,-

Rp20,-

Rp500 s.d. < Rp5.000,-

Rp5,-

Rp100,-

>= Rp5.000,-

Rp25,-

Rp500,-

Fraksi dan jenjang maksimum perubahan harga di atas berlaku


untuk satu Hari Bursa penuh dan disesuaikan pada Hari Bursa
berikutnya jika Harga Penutupan berada pada rentang harga yang
berbeda. Jenjang maksimum perubahan harga dapat dilakukan
sepanjang tidak melampaui batasan persentase auto rejection.
Auto Rejection
Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan
ke dalam JATS adalah harga penawaran yang masih berada di dalam
rentang harga tertentu. Bila Anggota Bursa memasukkan harga diluar
rentang harga tersebut maka secara otomatis akan ditolak oleh JATS
(auto rejection).
Batasan auto rejection yang berlaku saat ini:
1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp
50,- (lima puluh rupiah);

22

2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga
puluh lima perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham
dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan dari
Rp 200,- (dua ratus rupiah);
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua
puluh lima perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham
dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan dari
Rp 5.000,- (lima ribu rupiah);
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua
puluh perseratus) di atas atau di bawah Acuan Harga untuk Saham
dengan rentang harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu rupiah)
Penerapan Auto

Rejection terhadap

harga

di

atas

untuk

perdagangan saham hasil penawaran umum yang pertama kalinya


diperdagangkan di bursa (perdagangan perdana), ditetapkan sebesar 2
(dua) kali dari persentase batasan auto rejection harga sebagaimana
dimaksud dalam butir di atas.
Acuan Harga yang digunakan untuk pembatasan harga
penawaran tertinggi atau terendah atas saham yang dimasukkan ke
JATS dalam perdagangan saham di Pasar Reguler dan Pasar Tunai
ditentukan sebagai berikut:

Menggunakan harga pembukaan (Opening Price) yang terbentuk


pada sesi Pra-Pembukaan; atau

Menggunakan harga penutupan (Closing Price) di Pasar Reguler


pada Hari Bursa sebelumnya (Previous Price) apabila Opening
Price tidak terbentuk.

Dalam hal Perusahaan Tercatat melakukan tindakan korporasi


maka selama 3 (tiga) Hari Bursa berturut-turut setelah berakhirnya
23

perdagangan saham yang memuat hak (periode cum) di Pasar


Reguler,

Acuan

Harga

di

atas

menggunakan Previous

Price dari masing-masing Pasar (Reguler atau Tunai).


Pra-pembukaan
Pelaksanaan perdagangan di Pasar Reguler dimulai dengan Prapembukaan. Anggota Bursa dapat memasukkan penawaran jual dan
atau permintaan beli sesuai dengan ketentuan satuan perdagangan,
satuan perubahan harga (fraksi) dan ketentuan auto rejection.Harga
Pembukaan terbentuk berdasarkan akumulasi jumlah penawaran jual
dan permintaan beli terbanyak yang dapat dialokasikan oleh JATS pada
harga tertentu pada periode Pra-pembukaan.Seluruh penawaran jual
dan atau permintaan beli yang tidak teralokasi di Pra-pembukaan, akan
diproses secara langsung (tanpa memasukkan kembali penawaran jual
dan atau permintaan beli) pada sesi I perdagangan, kecuali Harga
penawaran jual dan atau permintaan beli tersebut melampaui
batasan autorejection.
Pasar Reguler
Penawaran jual dan atau permintaan beli yang telah dimasukkan ke
dalam JATS diproses oleh JATS dengan memperhatikan:
1. Prioritas harga (price priority):
Permintaan beli pada harga yang lebih tinggi memiliki
prioritas terhadap permintaan beli pada harga yang lebih rendah,
sedangkan penawaran jual pada harga yang lebih rendah memiliki
prioritas terhadap penawaran jual pada harga yang lebih tinggi.
2. Prioritas Waktu (time priority)

24

Bila penawaran jual atau permintaan beli diajukan pada harga


yang sama, JATS memberikan prioritas kepada permintaan beli
atau penawaran jual yang diajukan terlebih dahulu.
Pengurangan jumlah Efek pada JATS baik pada penawaran jual
maupun pada permintaan beli untuk tingkat harga yang sama tidak
mengakibatkan hilangnya prioritas waktu. Transaksi Bursa di Pasar
Reguler dan Pasar Tunai terjadi dan mengikat pada saat penawaran jual
dijumpakan (match) dengan permintaan beli oleh JATS.
Pasar Negosiasi
Perdagangan Efek di Pasar Negosiasi dilakukan melalui proses
tawar menawar secara individual (negosiasi secara langsung) antara:
1. Anggota Bursa atau
2. nasabah melalui satu Anggota Bursa atau
3. Nasabah dengan Anggota Bursa atau
Selanjutnya hasil kesepakatan dari tawar menawar tersebut diproses
melalui JATS.
Anggota Bursa dapat menyampaikan penawaran jual dan atau
permintaan beli melalui papan tampilan informasi (advertising) dan
bisa diubah atau dibatalkan sebelum kesepakatan dilaksanakan di
JATS. Kesepakatan mulai mengikat pada saat terjadi penjumpaan
antara penawaran jual dan permintaan beli di JATS.
Pasar Reguler dan Pasar Tunai
Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai antara
Anggota Bursa jual dan Anggota Bursa beli dijamin oleh KPEI.

25

Transaksi Bursa Pasar Reguler wajib diselesaikan pada Hari


Bursa ke-3 (T+3).

Transaksi Bursa Pasar Tunai wajib diselesaikan pada Hari Bursa


yang sama (T+0).
Penyelesaiain Transaksi Bursa yang dilakukannya di Pasar

Reguler dan Pasar Tunai akan ditentukan oleh KPEI melalui proses
Netting dan dilakukan melalui pemindahbukuan Efek dan atau dana ke
rekening Efek Anggota Bursa yang berhak yang berada pada KSEI.
Dalam hal kewajiban Anggota Bursa untuk menyerahkan Efek
tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan maka Anggota Bursa
tersebut wajib untuk menyelesaikan kewajibannya dengan uang
pengganti (ACS= Alternate Cash Settlement) yang besarnya ditetapkan
sebesar 125% (seratus dua puluh lima perseratus) dari harga tertinggi
atas Efek yang sama yang terjadi di:

Pasar Reguler dan Pasar Tunai yang penyelesaiannya jatuh


tempo pada tanggal yang sama; dan

Pasar Reguler pada Sesi I pada hari penyelesaian transaksi yang


jatuh temponya sebagaimana di atas.
Dalam hal Anggota Bursa tidak memenuhi kewajibannya untuk

membayar kepada KPEI sebagaimana tercantum dalam Daftar Hasil


Kliring (DHK) Netting maka kewajiban Anggota Bursa tersebut wajib
diselesaikan sesuai dengan Peraturan KPEI.
Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya dalam
penyelesaian

Transaksi

Bursa

dilarang

melakukan

kegiatan

perdagangan Efek di Bursa sampai dengan KPEI melaporkan kepada


Bursa bahwa semua kewajiban Anggota Bursa tersebut telah terpenuhi
26

dan Anggota Bursa dapat dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan


Bursa.
Penyelesaian Transaksi Bursa Pasar Negosiasi
Waktu penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara AB jual dan AB beli dan
diselesaikan secara per transaksi (tidak Netting). Bila tidak ditetapkan,
penyelesaian Transaksi Bursa dilakukan selambat-lambatnya pada Hari
Bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi (T+3) atau Hari Bursa yang
sama dengan terjadinya transaksi (T+0) khusus untuk Hari Bursa
terakhir perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.
Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi dilakukan
dengan pemindahbukuan secara langsung oleh Anggota Bursa jual dan
Anggota Bursa beli dan tidak dijamin KPEI.

BIAYA TRANSAKSI
Anggota Bursa wajib membayar biaya transaksi kepada Bursa,
KPEI dan KSEI yang dihitung berdasarkan nilai per transaksi Anggota
Bursa sebagai berikut :
Jenis Transaksi

Biaya Transaksi

Dana

Pajak *

Jaminan
Pasar Reguler dan 0,03%

0.01%

Pasar Tunai

PPn
kewajiban
perpajakan
lainnya

27

dan

Pasar Negosiasi

0,03%

atau

kebijakan Bursa
Obligasi

0,005%

* Dibayarkan ke Bursa sebagai Wajib Pungut, sesuai ketentuan yang berlaku.

Minimum biaya transaksi yang harus dibayar AB adalah Rp


2.000.000,- (dua juta rupiah) per bulan termasuk untuk AB dalam
keadaan suspensi atau SPAB-nya dibekukan;
Pembayaran harus sudah efektif dalam rekening Bursa setiap
bulan selambat-lambatnya pada hari kalender ke-12 bulan berikutnya.
Dalam hal hari kalender ke-12 (dua belas) di atas jatuh pada hari Sabtu
atau hari Minggu atau hari libur, kewajiban dimaksud efektif pada hari
kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran dikenakan denda sebesar
1% (satu per seratus) setiap hari kalender keterlambatan.
Anggota Bursa yang tidak memenuhi kewajibannya selambatlambatnya 5 Hari Bursa setelah lampaunya batas waktu pembayaran
maka Anggota Bursa tersebut disamping dikenakan denda juga
dikenakan suspensi sampai dengan diselesaikannya seluruh kewajiban
pembayaran biaya transaksi dan dendanya.
2.5

Strategi dan Manajemen Pengembangan Lembaga


Dalam Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 yang
dipublikasikan oleh OJK dan merupakan kelanjutan dari strategi dan
program yang tertuang dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia 20102014 memaparkan berbagai strategi, arah pengembangan pasar modal
syariah. Beberapa hal yang merupakan strategi utama pengembangan
pasar modal syariah 5 (lima) tahun kedepan adalah :

28

No

Arah

Program

Memperkuat
Kerangka
untuk

Hukum
Penerbitan

Efek Syariah
Mengupayakan
Penguatan Pengaturan Atas Produk,
Lembaga, dan Profesi Terkait Pasar
Modal Syariah

Intensif untuk Produk


Syariah
Memperkuat

Peran

Pelaku Pasar di Pasar


Modal Syariah
Memperkuat
Landasan

Hukum

bagi Transaksi Efek


Syariah
2

Peningkatan

Supply

dan

Produk Pasar Modal Syariah

Demand Melakukan

Kajian

Pengembangan
Produk Pasar Modal
Syariah
Mendorong
Penerbitan

Produk

Pasar Modal Syariah


Memperluas

Basis

Investor Pasar Modal


Syariah
Mengembangkan
Infrastruktur

29

Penunjang

Pasar

Modal Syariah
3

Meningkatkan
Kuantitas
Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Teknologi Informasi Pasar Modal
Syariah

Kualitas

dan
Sumber

Daya Manusia
Mengembangkan
Infrastruktur
Teknologi Informasi
Pasar Modal Syariah

Melakukan Promosi
Pasar Modal Syariah
Promosi dan Edukasi Pasar Modal
Syariah

Melakukan
Sosialisasi

dan

Edukasi Pasar Modal


Syariah

Kepada

Masyarakat
5

Melakukan
Koordinasi

dengan

Pemerintah

dan

Koordinasi dengan Pemerintah dan Regulator Terkait


Regulator

Terkait

Menciptakan

dalam

Sinergi

Rangka Melakukan
Kebijakan Koordinasi

Pengembangan Pasar Modal Syariah

dengan

Regulator Perbankan
Syariah dan Industri
Keuangan Non Bank
(IKNB)

Tabel 1 : Road Map Pasar Modal Syariah 2015-2019

30

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

2.6

Strategi Peningkatan Jumlah Investor


Tahun 2014 merupakan tahun dimana BEI memfokuskan
kinerjanya untuk mempercepat langkah menuju bursa bertandar
Internasional. Salah satu inisiatif utama yang diimplementasikan BEI di
awal tahun 2014 adlaah penurunan satuan perdagangan (lot size) dari 500
saham per lot menjadi 100 saham per lot. Implementasi dari inisiatif ini
memiliki tujuan utama untuk mendukung peningkatan likuiditas pasar
dan program pendalaman pasar, serta menarik minat masyarakat
Indonesia untuk turut aktif berinvestasi terutama dengan membuat
saham-saham blue chip menjadi lebih terjangkau.
Dalam rangka meningkatan likuiditas pasar, untuk meningkatkan
jumlah saham emiten yang beredar di publik (floating shares), di awal
2014 BEI mengubah peraturan I-A tentang pencatatan saham dan efek
berisifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat.
Kebijakan ini mengharuskan emiten yang sahamnya tercatat di BEI, baik
di papan utama maupun di papan pengembangan, untuk memastikan
jumlah saham yang beredar di publik selalu sesuai dengan batasan
minimal yang ditetapkan oleh BEI. Inisiatif tersebut kemudian
disempurnakan melalui penerbitan peraturan I-A.1. tentang Pencatatan
Saham dan Efek Bersifat Ekuitas selain Saham yang Diterbitkan oleh
Perusahaan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara. Perubahan
dan penambahan detail peraturan pencatatan tersebut dilakukan selain
sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas pasar modal Indonesia,
sekaligus juga memberikan semakin banyak pilihan saham bagi para
investor.

31

Tahun 2015, BEI telah menetapkan target pertumbuhan


berdasarkan indikator kinerja utama BEI yang antara lain mencakup
peningkatan jumlah perusahaan tercatat dengan menambah 32
perusahaan tercatat baru dan pertumbuhan kapitalisasi pasar menjadi
sebesar Rp5.600 triliun. Pada aspek operasional, BEI akan terus
melanjutkan implementasi program yang telah disusun di 2014 seperti
pengembangan program XBRL yang direncanakan akan diluncurkan
pada 2016 dan program revitalisasi perdagangan derivatif yang akan
dimulai perdagangannya di pertengahan 2015.
Pendalaman pasar BEI lakukan dengan menjalankan programprogram edukasi dan sosialisasi secara berkelanjutan dan terstruktur.
Sosialisasi terhadap perusahaan-perusahan potensial untuk menjadi
saham tercatat semakin gencar kami lakukan. Begitu pula dengan
program edukasi investor. Program Gerakan Nasional Cinta (GeNTa)
Pasar Modal terus BEI lanjutkan dan diharapkan dapat meningkatkan
minat masyarakat untuk menjadi investor di pasar modal.14
2.7

Sistem Pelaporan dan Pengawasan


Pelaporan dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia saat ini
wewenangnya telah diberikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
yang sebelumnya berada dibawah pengawsan penuh Bapepam-LK,
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal.
Pada

tahun

2015,

PT.

Bursa

Efek

Indonesia

(BEI)

mengembangkan sistem pelaporan emiten menggunakan sistem


Extensible Business Reporting Language (XBRL). XBRL merupakan
standard format pelaporan bisnis yang telah digunakan secara global oleh
berbagai institusi dan regulator pasar modal dunia. Implementasi XBRL
14

Ito Warsito, Laporan Direksi Laporan Tahunan PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2014.

32

memungkinkan informasi bisnis yang dapat didistribusikan secara


efisien melalui internet dan dapat langsung diolah sesuai dengan
kebutuhan investor dan pengguna data lainnya di seluruh dunia.
.Kebutuhan akan informasi yang langsung dapat digunakan dan diolah
secara cepat dan efisien akan tercapai apabila informasi disajikan dalam
format dengan standar global. 15
Salah satu bentuk pelaoran dan pengawasan yang lain adalah
melalui melalui Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK).
Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) dibentuk dalam rangka
melindungi

kepentingan

konsumen

dan

masyarakat

terhadap

pelanggaran & kejahatan di sektor keuangan seperti manipulasi &


berbagai bentuk penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan, sesuai Pasal
4 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan.16

15

BEI Luncurkan Sistem Pelaporan Emiten Berbasis XBRL diakses tanggal 29 November 2015
dari http://market.bisnis.com/read/20150622/7/445822/bei-luncurkan-sistem-pelaporanemiten-berbasis-xbrl
16
Konsumen diakses tanggal 29 November 2015 dari http:// http://ojk.go.id/konsumen

33

BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS
3.1

Konsistensi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Prinsip-prinsip


Syariah
konsistensi Bursa Efek Indonesia dengan prinsip-prinsip syariah
juga ditunjukkan dengan kerjasama Bapepam-LK, DSN-MUI dan Bursa
Efek yang secara reguler menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES) secara
berkala. Bapepam LK dan BEI sering berkoordinasi dan meminta
pendapat dari DSN-MUI terkait pasar modal syariah. Fatwa-fatwa terkait
pasar modal syariah pun telah terus berkembang yaitu pada Fatwa No.20,
No.40 dan No.80.17

3.2

Faktor-faktor pendukung dan Kendala Pengembangan Lembaga/


Produk
a.

Faktor Pendukung
Masyarakat saat ini sudah mulai mencoba untuk memahami
pasar modal syariah. Ini berkat informasi yang semakin banyak
tersedia dan tersebar. Pemahaman itu sangat perlu di pasar modal,
sebab investasi di pasar saham membutuhkan lebih dari sekedar
tahu, tapi perlu memahami. Semakin pahamnya masyarakat ini
mendorong minat yang tinggi. Animonya semakin tinggi apalagi
untuk sukuk negara (SBSN), misalnya sukur ritel, setiap
diterbitkan selalu oversubscribe. Tetapi jika dibandingkan dengan
negara lain Indonesia harus bekerja lebih keras lagi untuk
memasyarakatkan pasar modal syariah.

17

Muhammad Touriq, Akan memberi efek positif untuk pasar modal Sharing edisi 51,
Maret 2011, hlm. 16-20

34

b.

Kendala
Permasalahan rendahnya minat investasi di pasar modal
Indonesia lebih disebabkan oleh pemahaman masyarakat tentang
pasar modal. Masyarakat Indonesia lebih memahami bahwa
menyimpan uang di bank lebih aman, ini ciri-ciri masyarakat
Indonesia yang masih di level saving society. Mereka berpedoman
karena ada penjaminan LPS maka simpanan mereka akan aman.

3.3

Analisa Kinerja Lembaga ditinjau dari berbagai perspektif


a.

Proses Bisnis
Kinerja pasar modal pada tahun 2014 lebih baik jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meski rata-rata nilai
transaksi harian saham di tahun 2014, sebesar Rp6,01 triliun,
mengalami penurunan 3,73% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai Rp6,24 triliun. Hal ini dilatarbelakangi
dengan kondisi perekonomian dan politik yang kurang kondusif
beserta beberapa faktor lain yang juga turut memberikan tekanan
pada IHSG.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
mengalami kenaikan 22,29% menjadi 5.226,947 pada akhir tahun
dan pernah mencapai rekor tertinggi, di level 5.246,483 pada
tanggal 8 September 2014. Pencapaian ini disebabkan tingginya
tingkat kepercayaan investor baik lokal maupun asing. Bahkan,
hingga akhir tahun 2014 investor asing membukukan nilai beli
bersih (net buy) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah
sebesar Rp42,598 triliun.

35

Di sisi lain, kapitalisasi pasar tumbuh sebesar 23,92%


menjadi Rp5.228,04 triliun, hanya saja rata-rata nilai transaksi
harian saham turun 3,73% atau mencapai Rp6,01 triliun. Volume
rata-rata transaksi menurun dari 5,50 miliar saham per hari menjadi
5,48 miliar saham per hari, namun frekuensi rata-rata transaksi
harian naik dari 153.686 transaksi menjadi 212.635 transaksi per
hari

36

Berikut ini adalah ikhtisar statistik perkembangan pasar di Bursa Efek


Indonesia :

Gambar 2 : Ikhtisar Statistik Pasar Modal Indonesia tahun 2014

37

3.4

Pengembangan Organisasi
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting
bagi BEI untuk mencapai misinya menjadi bursa yang memiliki daya
saing global dengan kredibilitas tingkat dunia. Oleh karena itu, BEI
senantiasa berkomitmen untuk mendorong pengembangan SDM secara
berkelanjutan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Selain itu,
peningkatan kapabilitas
SDM ini juga diarahkan untuk mewujudkan BEI sebagai center of
excellence dan center of competence dalam industri pasar modal
Indonesia. Sejumlah inisiatif pengembangan SDM yang dilaksanakan
BEI sepanjang tahun 2014 salah satunya adalah kajian struktur
organisasi yaitu:
Kajian Struktur Organisasi yang telah dilakukan di tahun 2013
yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan
peningkatan layanan Bursa kepada stakeholders, pada awal 2014
dilakukan implementasi Struktur Organisasi BEI tahun 2014. Struktur
Organisasi yang baru ini berlaku efektif 17 Maret 2014. Adapun garis
besar perubahan struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

Penambahan divisi baru yaitu Divisi Perencanaan Strategis dan


Manajemen Proyek (dikenal juga dengan nama Strategic
Management Office) dengan tujuan untuk memastikan pencapaian
seluruh strategi bisnis dan eksekusi inisiatif strategis Perusahaan
berjalan tepat waktu, tepat anggaran, dan memberikan hasil sesuai
dengan spesifikasi yang diharapkan (on time, on budget, and on
specification).

Penambahan Divisi Project Management Office - Teknologi


Informasi pada Direktorat Teknologi dan Manajemen Risiko, yang
bertujuan

untuk

memastikan
38

terlaksananya

proyek-proyek

pengembangan sistem dan teknologi informasi di BEI secara lebih


efektif dan efisien. Hal ini merupakan salah satu langkah strategis
bursa dengan mempertimbangkan Bursa sangat bertumpu pada
keandalan sistem dan teknologi informasi.

Perubahan Divisi di

Direktorat

Penilaian

Perusahaan,

menjadi Divisi Penilaian Perusahaan Group 1, Divisi Penilaian


Perusahaan Group 2, Divisi Penilaian Perusahaan Non Group, dan
Divisi Manajemen Informasi dan Pengaturan Emiten. Pembagian
divisi saat ini tidak lagi dibagi berdasarkan sektor industri, namun
dipisahkan

berdasarkan

kelompok

bisnis,

yaitu

Group

(konglomerasi) dan Non-Group (single company/single business).


Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
integrasi pelayanan Bursa, khususnya kepada emiten.

Perubahan pada 2 (dua)

divisi yang terkait dengan perdagangan,

yaitu Divisi Operasional Perdagangan dan Divisi Pendukung


Perdagangan. Pembagian ini tidak lagi dipisahkan berdasarkan
produk, namun berdasarkan fungsinya yaitu operasional dan
pengembangan sistem serta bisnis perdagangan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan operational focus, efisiensi, dan efektivitas
fungsi pendukung.

Penambahan fungsi edukasi syariah pada Divisi Edukasi yang akan


lebih fokus pada kegiatan edukasi serta pengembangan Pasar
Modal Syariah.18

18

Fungsi Pendukung Laporan Tahunan PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2014. hlm. 92

39

3.5

Kepentingan para Pemegang Saham / Pihak Donatur / Pelayanan /


Kepuasan Pelanggan / Mitra
BEI selaku fasilitator dan regulator pasar modal Indonesia
senantiasa menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance/GCG) sebagai prioritas utama. Selain untuk
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap BEI, penerapan GCG di
setiap aktivitas bertujuan untuk meningkatkan nilai Perusahaan bagi
pemegang saham, melindungi kepentingan pemangku kepentingan,
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan,
serta menerapkan nilai-nilai etika yang berlaku umum.
Pada tahun 2014, BEI telah merumuskan kebijakan kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengacu pada standar ISO
26000 dan untuk selanjutnya dapat digunakan secara resmi sebagai
acuan kegiatankegiatan CSR BEI yang menitikberatkan pada aspek core
subject sebagai berikut:
1. Keterlibatan dalam Komunitas (Community Involvement).
2. Pendidikan dan Kebudayaan (Education & Culture).
3. Pembukaan Lapangan Pekerjaan dan Peningkatan Keterampilan
(Employment Creation and Skills Development).
4. Investasi Aspek Sosial Masyarakat (Social Investment).
Hal ini merupakan pelaksanaan salah satu prinsip good governance
di BEI yaitu prinsip tanggung jawab (responsibility) yang merupakan
salah satu faktor penting dalam kaitannya dengan dampak operasional
Perusahaan terhadap seluruh stakeholders, masyarakat dan lingkungan
secara keseluruhan.
Untuk meningkatkan layanan kepada stakeholders, di tahun 2014
BEI melakukan perubahan struktur organisasi dengan melakukan
penambahan 3 divisi baru, sehingga jumlah divisi di BEI yang pada
40

mulanya 19 divisi menjadi 22 divisi. Perubahan struktur organisasi


tersebut berdampak pada restrukturisasi fungsi dan proses bisnis
beberapa divisi, sehingga BEI juga telah melakukan penyusunan dan
pengkinian dokumen diagram proses bisnis dan prosedur kerja divisi.19

19

Tata kelola perusahaan Laporan Tahunan PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2014. hlm. 175
- 176

41

BAB IV
SARAN DAN IDE STRATEGIS

4.1

Saran-Saran
PT. Bursa Efek Indonesia saat ini telah menjalankan tugastugasnya dengan baik sebagai penyelenggara bursa efek, hal ini terbukti
dengan semakin membaiknya tata kelola pasar modal dan berbagai
terobosan untuk meningkatkan pasar modal di Indonesia baik dari segi
bisnis, organisasi maupun kepentingan para stakeholder. Akan tetapi PT.
Bursa Efek Indonesia harus terus bersinergi dengan para otoritas di
Indonesia untuk mensosialisasikan pasar modal secara konsisten
terutama pasar modal syariah kepada masyaralat luas agar potensi dana
dari masyarakat bisa terserap dengan baik di pasar modal.

4.2

Ide Strategis
Untuk pengembangan ke depannya PT. Bursa Efek Indonesia
dengan pemerintah diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat
Indonesia yang masih berorientasi pada saving menjadi invest oriented.
Salah satunya adalah dengan cara menjalankan roadmap yang sudah
direncanakan guna menunjang pasar modal, khususnya pasar modal
syariah.
Roadmap tersebut berisi ide-ide strategis, isi yang pertama yakni
penguatan atas produk, lembaga dan profesi terkait pasar modal syariah,
arah pengembangannya akan memperkuat kerangka hukum dalam
penerbitan dan transaksi efek syariah yang diharapkan manajer-manajer
investasi bias lebih banyak menerbitkan reksadana syariah. Kedua
adalah peningkatan Supply dan Demand produk pasar modal syariah,
peningkatan ini akan mendorong penerbitan efek syariah, memperluas

42

basis investor dan pengembangan infrastruktur penunjang pasar modal


syariah. Ketiga, mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan
teknologi informasi (TI). Keempat, mendorong intensitas promosi dan
edukasi pasar modal syariah kepada masyarakat dan lembaga-lembaga
terkait. Arah pengembangan yang kelima adalah koordinasi dengan
pemerintah dan regulator untuk menciptakan sinergi kebijakan.
Dengan dilaksanakan road map tersebut tujuan utamanya yakni
merubah pola pikir masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi dan
pada akhirnya akan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat banyak.

43

DAFTAR PUSTAKA

Bursa Efek Indonesia. www.idx.co.id

Ginamilati,

Dini.

Bursa

Efek

Indonesia.

November

2015.

www.academia.edu/5519679/Bursa-efek-indonesia

Handbook Sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia level 1-A

Handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia level 1, 2014.

Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta : EKOHISIA,


2008.

Laporan Tahunan PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2014

Majalah Sharing edisi 51/Maret 2011

Nafik HR, Muhammad. Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta : Serambi,
2009.

Otoritas Jasa Keuangan. www.ojk.go.id

44

Anda mungkin juga menyukai