Anda di halaman 1dari 15

Hukum syara’

Kelompok 6 :
Riseu Meisani, Siti Ayuni, Wibi
Apsari S dan
Yolanda Azizah
PENGERTIAN HUKUM
Kata hukum berasal dari bahasa Arab
“hukum”, yang secara etimologi berarti
“memutuskan”,
“menetapkan”, dan “menyelesaikan”.
Mayoritas ulama ushul mendefinisikan
hukum adalah Kalam Allah yang
menyangkut perbuatan oran dewasa dan
berakal sehat, baik bersifat imperative,
fakultatif atau menempatkan sesuatu
sesuai sebab, syarat dan penghalang
Hukum taklifi adalah firman
Allah yang menuntut
manusia untuk melakukan
atau
Dari segi apa yang meninggalkan sesuatu.
dituntut, taklifi terbagi
dua, yaitu tuntutan untuk
memperbuat dan tuntutan
untuk Pembagian
mneinggalkan. Hukum

Contoh firman Allah Contoh firman Allah Q.S. al-


Q.S. al-Nur ayat 56 yang Baqarah ayat 188 yang
bersifat menuntut untuk bersifat menuntut
melakukan perbuatan meninggalkan
Perbuatan
“Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah “Janganlah kamu memakan
Rasul, supaya kamu harta di antara kamu dengan
diberi rahmat”. jalan batil”.
Hukum Taklifi Menurut Ulama
Hanafiyah
TERBAGI MENJADI 7 :

1. Iftiradh, yaitu tuntutan Allah kepada mukallaf yang


bersifat memaksa dengan berdasarkan dalil qath’i.
2. Ijab, yaitu tuntutan Allah yang bersifat memaksa
kepada mukallaf untuk melaksanakan suatu
perbuatan, tetapi mellaui dalil yang bersifat
dzanni.
3. Nadb, adalah tuntutn untuk melakukan suatu
perbuatan tetapi tidak secara pasti atau harus.
4. Ibahah, yaitu penetapan allah yang mengandung
kebolehan memilih antara melakukan atau
meninggalkannya.
5. Karahah tanzihiyyah, yaitu tuntutan Allah kepada
mukallaf untuk meninggalkan suatu pekerjaan,
tetapi tuntutannya tidak bersifat memaksa.
6. Karahah Tahrimiyyah, yaitu tuntutan Allah
kepada mukallaf untuk meninggalkan suatu
perbuatan dengan cara memaksa, tetapi didasarkan
kepada dalil yang zhanni.
7. Tahrim, yaitu tuntutan Allah kepada mukallaf
untuk mening- galkan suatu pekerjaan secara
memaksa dan didasarkan pada dalil yang qath’i.
 Hukum wadh’i adalah Firman Allah SWT. yang
menuntut untuk menjadikan sesuatu sebagai
sebab, syarat atau penghalang dari sesuatu yang
lain. Hukum wadhi’ juga merupakan kitab yang 
mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu 
itu adalah sebagai sebab, syarat atau penghalang 
(mani’)
HukumTaklifi
MenurutUlama
Hanafiyah

2. Syarat, yaitu sesuatu yang berada


1. Sebab, menurut bahasa adalah 
di luar hukum syara’, tetapi keberada 
sesuatu yang dapat menyampai-kan 
-an hukum syara’ bergantung kepa- 
kepada sesuatu yang lain. Menurut 
danya. Apabila syarat tidak ada, 
istilah adalah suatu sifat yang 
hukum pun tidak ada, tetapi ada- nya 
dijadikan syari’ sebagai tanda adanya 
syarat tidak mengharuskan adanya 
hukum. 
hukum syara.
4.      Shihhah, yaitu suatu hukum  5.      Bathal, yaitu terlepasnya 
yang sesuai dengan tuntutan syara’,  hukum syara’ dari ketentuan 
yaitu yang ditetapkan dan tidak
terpenuhinya sebab, syarat dan 
tidak ada mani

6.      ‘Azimah, yaitu hukum-
7.      Rukhshah adalah hukum 
hukum yang disyari’atkan 
yang ditetapkan berbeda 
Allah kepada seluruh hamba-
dengan dalil yang ada karena
Nya
Perbedaan Hukum Taklifi Dan Hukum
Wadl’i
MAHKUM BIH DAN MAHKUM FIH
(OBJEK DAN PERISTIWA HUKUM)

Dalam istilah ulama Ushul Fiqh, yang


disebut mahkum bih atau objek
hukum adalah sesuatu yang berlaku
padanya hukum
syara’. Objek hukum adalah
perbuatan itu sendiri. Hukum itu
berlaku pad perbuatan dan bukan
pada dzat.
Syarat-syarat Mahkum Bih
a. Mukallaf mengetahui perbuatan
yang akan dilakukan
b. Mukallaf harus mengetahui
sumber taklif
c. Perbuatan harus mungkin untuk
dilaksanakan atau ditingalkan
dan berada dalam
kemampuannya untuk
dilaksanakan.
Macam-macam Mahkum Bih
Dari segi keberadaanya dan syara’, mahkum bih terdiri dari:
 
a. Perbuatn yang secara material ada, tetapi tidak termasuk
perbuatan yang terkait dengan syara’, seperti makan dan
minum.
b. b. Perbuatan yang secara material ada dan menjadi sebab
adanya hukum syara’, seperti perzinaan, pencurian, dan
pembunuhan.
c. Perbuatan yang secara material ada dan baru bernilai dalam
syara’ apabila memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan,
seperti shalat dan zakat.
d. Perbuatan yang secara material ada dan diakui syara’ serta
mengakibatkan adanya hukum syara’ yang lain, seperti nikah,
jual-beli dan sewa menyewa.
Korelasi Objek
Hukum Dengan  

Pelaku Perbuatan
      

???
MAHKUM ‘ALAIH
 
• Mahkum ‘alaih menurut Ulama ushul fiqh adalah
seseorang yang perbuatannya dikenai khithab
Allah Ta’ala, yang disebut mukallaf.
• Taklif, dalam Islam orang yang terkena taklif
adalah mereka yang sudah dianggap mampu untuk
mengerjakan tindakan hukum.
• Ahliyyah Secara Adapun arti ahliyyah secara
terminologi, menurut para ahli ushul fiqih
harfiyah, ahliyyah berarti kecakapan menangani
suatu urusan..
• Halangan (‘Awaridl) Ahliyyah Ulama ushul
menyatakan bahwa kecakapan bertindak hukum
seseorang bisa berubah.
Any Question 
???

Anda mungkin juga menyukai