Anda di halaman 1dari 4

Hukum Islam_Alrifkie_A4/2_41033300211205_

1. Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan
pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf (orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat
bagi semua pemeluknya .

2. Pembagian hukum taklifi dan hukum wad’i Hukum Taklifi, meliputi :


o Al-Ijab, yaitu firman yang menuntut sesuatu perbuatan dengan
tuntutan yang pasti. Dalam hukum Fiqih biasa disebut dengan
istilah Wajib.
o An-Nadab (anjuran/sunnat), yaitu firman yang menuntut
sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti. Dalam
hukum Fiqih biasa disebut dengan istilah Sunnat.
o At-Tahrim (larangan), yaitu firman yang menuntut untuk
meninggalkan suatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti.
Dalam hukum Fiqih biasa disebut dengan istilah Haram
o Al-Karohah, yaitu firman yang menuntut untuk meninggalkan
suatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti. Dalam
hukum Fiqih biasa disebut dengan istilah Makruh
o Al-Ibahah (kebolehan), yaitu firman yang membolehkan
sesuatu untuk diperbuat atau ditinggalkan. Dalam hukum Fiqih
biasa disebut dengan istilah Mubah

Hukum Taklifi di atas dalam istilah Ushul Fiqih biasa disesebut denga
“ALAHKAMUL KHOMSAH” (Hukum yang lima), diantarnya sebagai
berikut:

o WAJIB, ialah perbuatan yang bila dikerjakan memperoleh pahala,


namun bila ditinggalkan mendapat dosa.
o SUNNAT, ialah perbuatan yang bila dikejakan memperoleh pahala,
namun bila ditinggalkan tidak berdosa
o HARAM, ialah perbuatan yang bila dikerjakan mendapat dosa,
namun bila ditinggalkan akan mendapat pahala.
o MAKRUH, ialah perbuatan yang bila dikerjakan tidak berdosa,
namun bila ditinggalkan akan memperoleh pahala.
o MUBAH, ialah perbuatan yang bila dikerjakan atau ditinggalkan
tidak berpahala maupun berdosa (boleh memilih)
• Hukum Wad’I, ialah firman yang menjadikan sesuatu sebagai sebab
adanya yang lain (musabab), atau sebagai syarat yang lain (masyrut),
atau sebagai penghalang (amni’) yang lain. Hukum wadh’i terbagi atas :
o Sebab
o Syarat
o Mani’ (penghalang)

3. Pengertian ijtihad, ittiba dan taqlid


• Ijtihad
Ialah mencurahkan atau menggunakan seluruh kemampuan untuk
mendapatkan suatu hukum syara‟ mengenai suatu masalah dengan jalan
istimbat dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah. setiap orang boleh berijtihad
asalkan memenuhi persyaratan seperti di bawah ini :
o Sudah baligh, beraqal, dan memiliki intellegensia.
o Mengetahui dalil aqal dan kehujahannya. Mengerti dan mangetahui
bahasa arab.
o Mengetahui ayat dan hadits-hadits hukum
o Mengetahui ilmu ushul fiqih
o Mengetahui masalah nasikh – mansukh
o Mengetahui hukum yang telah disepakati secara ijma
o Mengetahui asbabun nuzul suatu ayat dan asbabul wurud suatu
hadits.
o Mengetahui ma‟na dan jenis hadits shohih dan dho‟if
• Ittiba
Ialah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber dan
alasan perkataan tersebut. Ittiba‟ adalah hal yang diharuskan, bahkan
hukumnya wajib bagi setiap muslim-muslimah, terutama ittiba‟ kepada Nabi
SAW. Agar setiap perbuatan / ibadat sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasulnya.
Demikian pula ittiba‟ kepada para ulama sebagai pewaris Nabi SAW.
Dengan cara bertanya sesuatu perbuatan yang belum dipahaminya.

Taqlid
Ialah menerima pendapat atau mengikuti perbuatan orang lain tanpa
mengetahui dasar pegambilannya. Taqlid dihukumkan boleh, bagi orang
awam (orang biasa) yang tidak mengerti cara-cara mencari hukum syari‟at
oleh karenanya untuk sementara waktu boleh sambil ia menuntut ilmu.
Namun bagi orang-orang yang pandai dan sanggup mencari sendiri
hukumhukum syari‟at tidak dibolehkan, dan ia harus berijtihad sendiri.

Taqlid dihukumkan haram, bila orang yang ditaqlidi memperdulikan


ayatayat Qur‟an dan hadits-hadits mutawatir atau ahad. Demikian pula
haram bertaqlid kepada orang yang tidak jelas kemampuannya untuk
berijtihad.

4. kenapa calon sarjana hukum harus mempelajari Hukum Islam


Ada beberapa alasan yang mendasari seorang calon sarjana hukum harus
mempelajari hukum islam, diantaranya sebagai berikut :

• Alasan sejarah, karena Sejak zaman penjajahan Belanda dahulu,mata


kuliah hukum islam sudah diberikan pada mahasiswa hukum di seluruh
perguruan tinggi yang ada pada masa itu.

• Alasan Penduduk, Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk


agama islam.

• Alasan yuridis yang terbagi atas;

o Yuridis normatif :Bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan


manusia (rukun islam).
o Yuridis formal : Bagian hukum islam yang muamalah.pada bagian ini
terdapat beberapa bagian dari hukum islam yang sudah menjadi hukum
positif di Indonesia,misalnya : UU nomor 1 tahun

 1974 (komplikasi hukum islam :hukum


 perkawinan,perceraian,waris dan wakaf),UU nomor 7 tahun 1989
tentang peradilan agama.

• Alasan konstitutif, karena Pasal 29 Undang-undang dasar 1945 yang pada


intinya menyatakan bahwa segala peraturan yang dibuat oleh pemerintah
tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan dari agama-agama
yang diakui di Indonesia.

• Alasan ilmiah, meliputi:

o Untuk dapat menjelaskan dan menerangkan kembali aspekaspek


yang terdapat pada hukum islam itu sendiri.
o Untuk mengetahui hubungan hukum yang terjadi antara hukum
islam dengan hukum-hukum lain yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai