Anda di halaman 1dari 18

HUKUM TAKLIFI

& WADH’I SERTA


PEMBAGIANNYA
Oleh : Nur Dhafarina Zatil Ismah (2096154002)
Agenda Pembahasan

1. Hukum Taklifi dan


Pembagiannya

2. Hukum Wadh’i dan


Pembagiannya
01
Hukum Taklifi dan
Pembagiannya
Pengertian Hukum Taklifi
Hukum taklifi adalah berbentuk tuntutan atau
pilihan. Hukum taklifi juga adalah firman Allah
Swt yang menuntut manusia untuk melakukan
atau meninggalkan sesuatu atau memilih antara
berbuat dan meninggalkan.
Pembagian Hukum Taklifi

01 02

IJAB TAHRIM

03 04 05

NADB KARAHAH IBAHAH


2. TAHRIM
Tuntutan untuk meninggalkan secara pasti, yaitu
dituntut harus meninggalkannya. Tuntutan dalam
bentuk ini disebut tahrim. Pengaruh terhadap
perbuatan disebut hurmah, sedangkan perbuatan
yang dilarang secara pasti disebut muharram atau
haram.
Contohnya makan harta anak yatim.

1. IJAB
Tuntutan untuk memperbuat secara pasti, yaitu
harus diperbuat. Hukum taklifi dalam bentuk
ini disebut ijab, pengaruhnya terhadap
perbuatan disebut wujub, sedangkan perbuatan
yang dituntut disebut wajib.
Contohnya perintah shalat.
4. KARAHAH
Tuntutan untuk meninggalkan atau larangan
secara tidak pasti, yaitu masih mungkin untuk
tidak meninggalkan larangan itu. Larangan dalam
bentuk ini disebut karahah, perbuatan yang
dilarang secara tidak pasti disebut makruh.
Contohnya merokok.

3. NADB
Tuntutan untuk memperbuat secara tidak pasti, yaitu
perbuatan itu dituntut untuk dilaksanakan. Tuntutan
seperti ini disebut nadb, pengaruhnya terhadap
perbuatan disebut nadb pula, sedangkan perbuatan yang
dituntut disebut mandub.
Contohnya memberi sumbangan ke panti asuhan.
5. IBAHAH
Tuntutan untuk memilih antara mengerjakan atau
meninggalkan. Dalam hal ini sebenarnya tidak ada
tuntutan untuk mengerjakan atau meninggalkan.
Hukum dalam bentuk ini disebut ibahah. Perbuatan
yang diberi pilihan untuk berbuat atau tidak disebut
mubah.
Contohnya berburu setelah melakukan tahalul setelah
melakukan ibadah haji.
02
Hukum Wadh’i dan
Pembagiannya
Pengertian Hukum
Wadh’i
Hukum wadh’i adalah firman Allah
SWT. yang menuntut untuk
menjadikan sesuatu sebagai sebab,
syarat atau penghalang dari sesuatu
yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa hukum wadh`i adalah hukum yang


bersandarkan pada ketetapan syari`at melalui khabar (berita) dan
tanda-tanda, bukan berupa perintah atau larangan.
Pembagian HukumWadh’i

01 02

SEBAB SYARAT

03 04 05
AZIMAH, SAH, BATAL,
MANI’
RUKHSHAH FASAD
1.SEBAB
(SABAB)

Ialah sesuatu yang keberadaannya


dijadikan syari’ (pembuat hukum)
sebagai pertanda keberadaan suatu
hukum, dan ketiadaan sebab sebagai
pertanda tidak adanya hukum.
Macam-macam Sebab:

Sabab Syar'iy
Penyebabannya berasal dari 01
syari`at, contohnya lafadz “aku
membebaskanmu”dalam 02 Sabab ‘Adiy
kafarat pembebasan budak. sesuatu yang menjadi sebab
Perkataan ini menjadi sebab adanya sesuatu yang lain Penyebabannya berasal dari
adanya pembebasan budak. kebiasaan, contohnya adanya
api ketika kita membakar suatu
benda. Membakar suatu benda
Sabab 'Aqliy 03 menjadi sebab munculnya api.
Penyebabannya berasal dari akal, misalnya naik ke tempat tinggi sebagai cara untuk
melempar sesuatu ke bawah. Dalam hal ini naik ke tempat yang lebih tinggi adalah
sebab untuk melempar sesuatu ke tempat yang lebih rendah.
2. SYARAT (SYARA’)
Ialah sesuatu yang berada di luar hukum syara’, tetapi keberadaannya hukum syara’
bergantung kepadanya. Apabila syarat tidak ada, hukum pun tidak ada, tetapi,
adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum syara’.
Contoh : Wudlu adalah salah satu syarat sahnya shalat. Sholat tidak dapat dilaksanakan,
tanpa berwudlu terlebih dahulu. Akan tetapi apabila seseorang berwudlu, ia tidak harus
melaksanakan shalat.

Macam-macam Syarat:
1. Syarat ‘aqliy, yaitu sesuatu yang disyaratkan tidak akan ada dan tidak mungkin ada
secara akal / nalar kecuali dengan syarat tersebut.
2.Syarat lughawiy, yaitu kalimat atau perkataan yang disebut dengan konteks “jika” atau
yang semakna dengannya.
3. Syarat syar`i, yaitu sesuatu yang dijadikan syari`at sebagai syarat bagi hukum-hukum
tertentu.
4. Syarat ‘adiy,yaitu sesuatu yang menjadi syarat secara kebiasaan.
3. MANI’
Menurut bahasa berarati “ penghalang “. Sedangkan dari segi istilah
yang dimaksud dengan mani’ adalah sesuatu yang ditetapkan oleh
syar’i keberadaannya menjadi ketiadaan hukum atau ketiadaan
sebab, maksudnya batalnya sebab itu.
Macam-macam Mani’:
1) Mani’ yang menghalangi adanya hukum
Ialah ketetapan asy-syar’i yang menegaskan bahwa sesuatu menjadi penghalang berlakunya hukum
syara’ yang umum. Contoh: hukum syara’ yang umum menyatakan wajib shalat bagi setiap mukallaf,
baik laki-laki maupun wanita. Akan tetapi, syara’ juga menetapkan, haid dan nifas merupakan
penghalang bagi wanita untuk dikenakan kewajiban meng-qadha’ shalat yang tidak dilaksanakan
selama haid atau nifas.

2) Mani’ yang menghalangi hubungan sebab


Yaitu ketetapan asy-syar’i yang menegaskan bahwa sesuatu menjadi penghalang bagi lahirnya
musabbab/ akibat hukum dari suatu sebab syara’ yang berlaku umum. Contoh: jumlah harta yang telah
mencapai kadar nishab dan telah dimiliki selama satu tahun (haul) merupakan sebab bagi kewajiban
mengeluarkan zakat. Akan tetapi, ketetapan syara’ juga menyatakan bahwa keadaan berhutang
merupakan penghalang (mani’) bagi seseorang untuk dikenakan kewajiban zakat.
4. AZIMAH & RUKHSHAH
Azimah adalah ketetapan hukum Rukhshah adalah semua ketetapan
berdasarkan dalil syar’i tanpa ada hukum yang keluar dari kaedah asal
perubahan. Seperti kewajiban shalat karena ada faktor tertentu yang
lima waktu secara sempurna dan ditunjuk oleh syariat.
pada waktu yang telah ditetapkan. Contoh: wajib makan bangkai bagi
Contoh lain adalah kewajiban puasa seseorang yang tidak mendapatkan
bagi orang yang tidak melakukan makanan yang halal, karena khawatir
perjalanan. seandainya tidak menggunakan
ruskhshah akan mencelakakan
dirinya. Sunnah mengerjakan hukum
ruskhshah seperti berbuka puasa
Ramadhan bagi orang yang sakit atau
dalam perjalanan walaupun
seandainya tidak berbuka tidak ada
kekhawatiran yang terlalu.
5. SAH, BATAL & FASAD

SAH
Tercapainya sesuatu yang diharapkan
secara syara’, apabila sebabnya ada,
syarat terpenuhi, halangan tidak ada,
dan berhasil memenuhi kehendak
syara’ pada perbuatan itu. FASAD
Sesuatu perbuatan
tidak memenuhi
BATAL syarat, rukun, dan
Tindakan hukum yang bersifat tidak ada sebabnya,
syar’i terlepas dari sasarannya, atau ada mani’
menurut pandangan syara’. terhadap perbuatan.
Thank You
Do you have any question?

Anda mungkin juga menyukai