Anda di halaman 1dari 13

Hukum Syara’

Dan
Pembagianny
a
Saffanah Diva XII IPA 1
Hukum Syara’
Hukum syara’ merupakan sejumlah aturan Allah Swt yang
mengatur berbagai persoalan manusia yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf (orang yang terbebani hukum), aturan-
aturan hukum syara’ ini bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di
akhirat nanti.

Saffanah Diva XII IPA 1


Unsur-unsur Hukum
Syara’
01 03
Al-hakim Al-hukmu
Unsur-unsur pencipta hukum Hakikat hukum syara’

02 04
Mahkum fih Mahkum ‘alaih
Obyek atau peristiwa hukum Subyek hukum

Saffanah Diva XII IPA 1


Al-hakim
Hukum-hukum ini diberikan Allah secara langsung
berupa nash-nash yang diwahyukan kepada Rasul-
Nya dengan perantara petunjuk yang diberikan
kepada ulama mujtahid untuk mengistimbathkan
hukum terhadap perbuatan mukallaf, dengan
bantuan dalil-dalil dan tanda-tanda yang
disyari’atkan.

Dengan kata lain, pengertian ini mengisyaratkan


bahwa kewenangan penciptaan hukum syara’ itu
adalah Allah Swt. sendiri, karena Allah Swt. disebut
pula dengan istilah syari’ (‫)الشارع‬.

Saffanah Diva XII IPA 1


Sebagaimana firman Allah sebagai berikut

Saffanah Diva XII IPA 1


Al-hukmu
Hukum menurut bahasa adalah menetapkan sesuatu terhadap sesuatu. Definisi
hukum secara istilah menurut Muhammad Abu Zahra adalah Hukum itu tuntutan
syar’i (seruan) Allah Swt. yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf, baik
sifatnya mengandung perintah maupun larangan, adanya pilihan atau adanya
sesuatu yang dikaitkan dengan sebab, atau hal yang menghalangi adanya sesuatu.
Memahami hukum-hukum syara’ adalah kewajiban bagi setiap Muslim, karena
hukum-hukum syara’ memuat aturan-aturan yang berkaitan dengan perbuatan dan
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Saffanah Diva XII IPA 1


Hukum ada dua macam:
Hukum Taklifi Hukum Wadh’i
Hukum yang mengandung tuntutan Hukum yang menyebabkan ada
untuk mengerjakan atau tidak adanya hukum taklif dan
dengan tuntutan pasti, tuntutan untuk menjadikan sesuatu sebagai sebab,
mengerjakan dengan tuntutan tidak syarat, mani’, azimah, rukhsah,
pasti, tuntutan untuk meninggalkan sah dan batal bagi sesuatu.
dengan tuntutan pasti, tuntutan untuk
meninggalkan dengan tuntutan tidak
pasti, tuntutan untuk memilih
mengerjakan atau
meninggalkan.

Saffanah Diva XII IPA 1


Pembagian Hukum
Wadh’i
1. Sebab, ketika seseorang melakukan sebab, maka akibatnya akan timbul, baik berniat
untuk menimbulkan akibat ataupun tidak, karena kaitan antara sebab dan akibat adalah
berkaitan dengan hukum syar’i.

2. Syarat, adalah sesuatu yang harus dipenuhi dulu sebelum suatu perbuatan dilakukan
(wajib dan sah).

3. Mani’ yaitu sesuatu yang mengharuskan tidak adanya hukum atau batalnya sebab.
Mani’ terbagi menjadi dua macam
1) Mani’ terhadap hukum, yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh syari’at yang
menjadi penghalang bagi hukum. Contohnya haid bagi wanita yang
menjadi mani’ (penghalang) untuk melaksanakan shalat.
2) Mani’ terhadap sebab, yaitu suatu penghalang yang ditetapkan oleh
syari’at yang menjadi penghalang berfungsinya sebab. Contohnya
berhutang menjadi mani’ (penghalang) wajibnya zakat pada harta yang dimiliki.
Pembagian Hukum
4. Azimah dan Rukhshah
Wadh’i
Azimah adalah hukum yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf tanpa
adanya uzur. Contohnya kewajiban sholat 5 waktu sejak semula dan berlaku
untuk setiap mukallaf dalam berbagai keadaan.
Rukhshah adalah hukum yang berkaitan dengan suatu perbuatan karena
adanya uzur sebagai pengecualian dari azimah, contoh shalat bagi seorang
musafir, memakan daging binatang buas dalam keadaan terpaksa.

5. Sah dan batal, adalah sesuatu yang dituntut oleh Allah dari para mukallaf berupa
perbuatan dan apa yang ditetapkan-Nya untuk mereka berupa syarat dan sebab, Jika yang
dilakukan itu perbuatan wajib; contohnya sholat, puasa dan haji, Jika yang dilakukan itu
sebab syar’i contohnya perkawinan dan memenuhi syarat dan rukunnya, maka efek yang
diperoleh adalah halal bergaul suami istri

Saffanah Diva XII IPA 1


Mahkum Fih
Seperti yang dijelaskan oleh Abdul Akrim Zaidan adalah
perbuatan orang mukallaf yang berkaitan dengan hukum
syara’.
Dengan kata lain, mahkum fih (perbuatan hukum) itu
akan dapat dilihat realisasinya dalam lima kategori
ketentuan hukum syara’ yaitu wajib, sunah, haram,
makruh dan mubah.

Saffanah Diva XII IPA 1


Mahkum ‘Alaih

Yaitu, orang mukallaf yang dibebani hukum syara’ atau


disebut subyek hukum.

Pembebanan Hukum Syara’:


a. Bahwa orang mukallaf itu harus memiliki kesanggupan untuk memahami
khitab (seruan) Allah Swt. yang dibebankan atas dirinya.
b. Orang mukallaf itu mempunyai kemampuan untuk menerima pembebanan
hukum taklif.

Saffanah Diva XII IPA 1


Mahkum ‘Alaih
Hal-hal yang menghalangi kecakapan bertindak ini disebut
‘awarid ahliyah: Keadaan belum dewasa (anak-anak), Gila, Kurang akal
(bodoh dan idiot), Tertidur, Lupa, Sakit, Haid, Nifas,Wafat.

‘Awarid ahliyah yang bersifat kasabiyah atau halangan kasabiyah adalah


halangan yang pada dasarnya berasal dari perbuatan atau usaha manusia itu
sendiri.
1) Boros;
2) Mabuk karena meminum minuman keras;
3) Bepergian;
4) Lalai;
5) Bergurau;
6) Bodoh (kurang mengetahui);
7) Terpaksa
Saffanah Diva XII IPA 1
‫ُش ْك ًر اَك ِثْيًر ا‬
Saffanah Diva XII IPA 1

Anda mungkin juga menyukai