Anda di halaman 1dari 7

Hukum Syari’at:

Al-Hukmu, Al-Hakiim, Al-Mahkuum fih,


Al-Mahkum ‘alaih

Kelompok 7:
•Nurpadila Jiba (23 0303 0067)
•Suci Ramadhani (23 0303 0071)
Hukum Syariat
Syari’ah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan
Allah Swt. untuk ummat islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah
Rasulullah saw. yang berupa perkataan, perbuatan ataupun takrir
(penetapan atau pengakuan).
Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang
lempang tidak berkelok-kelok, juga berarti jalan raya. Kemudian
penggunaan kata syari’ah ini bermakna peraturan, kebiasaan, undang-
undang dan hukum.
Hukum Syariat
1. Al-Hukmu
Secara bahasa al-hukmu berasal dari bahasa
Arab yakni bentuk masdhar dari kata hakama
‘bainahum’ yahkumu yang berarti keputusan perkara,
baik atau buruk perkara itu bagi objeknya.
Secara istilah al-hukmu adalah , khitab
(titah) Allah yang berhubungan dengan perbuatan
mukallaf yang berbentuk tututan atau kebolehan
memilih (antar mengerjakan atau meninggalkan) atau
berupa ketetapan. Dalam ilmu ushul fikih, hukum
dibagi menjadi dua macam, yaitu taklifi dan wadh’i.
Hukum Syariat

2. Al-Hakiim
Kata hakim secara etimologi berarti orang
yanng memutuskan hukum. Dalam istilah fikih kata hakim
juga dipakai sebagai orang yang memutuskan hukum di
pengadilan yang sama maknanya dengan qadi. Dari ulama
ushul fiqh mendefinisikan hukum sebagai titah Allah SWT
yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf, baik
berupa tuntutan, pemilihan maupun wadhi. Dalam hal ini
tidak ada perbedaan, yang mengatakan bahwa hakim adalah
Allah SWT.
Hukum Syariat

3. Al-Mahkuum Fih
Mahkum fih sering disebut dengan mahkum bih adalah perbuatan mukallaf yang
terkait dengan perintah Syari’ (Allah dan Rasul) yang disifati dengan wajib, haram, makruh,
mandub, atau mubah ketika berupa hukum taklifi.
Adapun apabila berupa hukum wadh’i, maka terkadang berupa perbuatan
mukallaf seperti pada muamalah dan jinayat. Dan terkadang tidak berupa perbuatan
mukallaf seperti menyaksikan bulan Ramadhan yang oleh syari’ dijadikan sebab bagi
wajibnya berpuasa.
Hukum Syariat
4. Al-Mahkuum ‘Alaih
Ulama Ushul Fiqih telah sepakat bahwa maḥkūm ‘alaih adalah seseorang yang
perbuatannya dikenai khitab Allah yang disebut mukallaf. Khitab/tuntutan Allah tersebut dapat
berupa hukum taklifi maupun waḍ‘i. Hukum taklifi meliputi ketentuan wajib, sunat, mubah,
makruh, dan haram. Sedangkan hukum waḍ’i meliputi ketentuan sebab, syarat, dan mani’.

Istilah mukallaf disebut juga maḥkūm ‘alaih (subjek hukum). Mukallaf adalah orang
yang telah dianggap mampu bertindak hukum, baik yang berhubungan dengan perintah Allah
maupun dengan larangan-Nya. Semua tindakan hukum yang dilakukan mukallaf akan diminta
pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai