Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Tujuan Da’wah Dan Hubungan Ilmu Da’wah Dengan Ilmu Lain


Diajukan sebagai tugas semester IV
Mata Kuliah Ilmu Da’wah

Disusun oleh:
Aditya Hasan A
Jundullah

(Komunikasi Penyiaran Islam)

SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH MOHAMMAD NATSIR


JAKARTA
2020
MUQODDIMAH

Segala puji bagi Allah Ta’ala, kepada-Nya kami memohon pertolongan


dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kami serta keburukan amal perbuatan kami. Siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang
disesatkan maka tidak ada yang mampu memberikan petunjuk. Saya
bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah yang tidak
ada sekutu bagi-Nya, dan saya bersaksi bahwa Muhammad Shalallahu
Alaihi wa Sallam adalah hamba dan rasulnya.

Sangatlah banyak nikmat Allah yg Ia berikan kepada siapa yg Ia


kehendaki. selain nikmat islam dan iman, nikmat yg paling besar adalah
nikmat faham terhadap Ilmu agama, terlebih tentang ilmu da’wah.

Kita sebagai Ummat islam secara umum, dan Mahasiswa kaderisasi


Da’i secara khusus, wajib bagi kita untuk memperdalami ilmu-ilmu
tentang da’wah. Sebab dalam ilmu da’wah sebenarnya banyak
mengandung ilmu-ilmu yang memiliki kolerasi dengan ilmu-ilmu lainnya
dalam kehidupan kita.

Selain agar memenuhi kewajiban, juga kita mendapatkan keuntungan


yang sangat banyak dalam mempelajari ilmu da’wah. Maka beruntunglah
bagi da’i yg memperdalami ilmu da’wah.

Dalam pembahasan materi kali ini tentunya kami selaku pemakalah


sangat mengaku bahwa pembahasan yang kami bawakan tidak sempurna
dengan apa yang diinginkan oleh ustadz. Maka kami berharap kritik dan
sarannya kepada setiap pembaca.

Syukron wa jazakumullahu khoiron atas perhatiannya.


PEMBAHASAN

1. Tujuan Da’wah dan Urgensinya

Proses pelaksanaan da’wah dilaksanakan dalam rangka mencapai nilai tertentu. Tujuan da’wah
adalah nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi
da’wah tersebut.

Berikut adalah tujuan da’wah menurut para cendekiawan muslim:

a. Muhammad Natsir memaparkan bahwa tujuan da’wah adalah:

1). Memanggil manusia kepada syari’at untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup
perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan
bernegara.
2). Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka bumi, menjadi
pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat manusia.
3). Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah Swt. sebagai satu-
satunya zat Pencipta.

b. .Dr. Mawardi Bachtiar berpendapat bahwa tujuan da’wah adalah mencapai masyarakat yang
adil dan makmur serta mendapat ridha Allah Swt.

c. . Prof. H.M. Arifin menjelaskan tujuan da’wah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran,
penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang disampaikan oleh pelaksana da’wah atau
penerang agama.

d. . Prof. Toha Yahya Umar, M.A. menjelaskan bahwa tujuan da’wah adalah untuk menobatkan
benih hidayah dalam meluruskan i’tiqad, memperbanyak amal secara terus-menerus,
membersihkan jiwa dan menolak syubhat agama.

e. . M. Syafaat Habib mengemukakan tujuan da’wah adalah berupaya untuk melahirkan dan
membentuk pribadi atau masyarakat yang berakhlak atau bermoral Islam.

f. . Syech Ali Mahfudz berpendapat bahwa tujuan da’wah adalah mendorong manusia untuk
menerapkan perintah agama dan meninggalkan larangan-Nya supaya manusia mampu
mewujudkan kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.

g. . Didin Hafiduddin menegaskan tujuan da’wah adalah untuk mengubah masyarakat sebagai
sasaran da’wah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera lahiriah maupun
bathiniah.

Dalam hal tujuan da’wah Asmuni Syukii membagi tujuan da’wah ke dalam dua bagian yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus;

i. Tujuan umum

Tujuan umum da’wah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun
orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diridhai Allah Swt. agar mau menerima
ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang
bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat
kehidupan di dunia dan di akhirat.

ii. Tujuan khusus


Tujuan khusus da’wah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum
da’wah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas da’wah dapat di ketahui
arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa
berda’wah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara da’i
dengan mad’u (mitra da’wah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang
hendak dicapai. Oleh karena itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi
lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus
tersebut adalah:
 Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka diharapkan agar
senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau
meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam al-Qur’an
surat al- Maidah ayat 2:

َ
‫م‬
َ ‫ح َرا‬ َ ْ ‫ت ال‬ َ ْ ‫ين الْبَي‬ َ ‫م‬ ِّ ‫م وَاَل الْهَدْيَ وَاَل الْقَاَل ئِد َ وَاَل آ‬ َ ْ ‫منُوا اَل تُحِلُّوا شَ عَائ َِر اللَّهِ وَاَل الشَّ هْ َر ال‬
َ ‫ح َرا‬ َ ‫ين آ‬ َ ِ‫يَا أيُّهَا الَّذ‬
ْ ُ َ ُ ‫اَل‬ َ ْ َ ‫اًل‬
ِ ‫جد‬ ِ ‫س‬ْ ‫م‬ َ ‫َن ال‬ ِ ‫مع‬ ْ ‫صدُّوك‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ن قَوْم ٍ أ‬ ُ ‫م شَ نَآ‬ ْ ‫منَّك‬ َ ِ ‫جر‬
ْ َ ‫صطادُوا ۚ وَ ي‬ ْ ‫م فَا‬
ْ ُ ‫حللت‬ َ ‫ضوَانًا ۚ وَإِذ َا‬ ْ ِ‫م وَر‬ ْ ِ‫ن َربِّه‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ض‬ ْ َ‫ن ف‬ َ ‫يَبْتَغُو‬
ََّ ‫ن الل‬ ََّ ‫ان ۚ وَاتَّقُوا الل‬ ْ ‫إْل‬ َ ‫اَل‬ ْ َ َ ‫الْحرام أ‬
ُ ‫ه شَ دِيد‬ َّ ِ ‫ه ۖ إ‬ ِ َ ‫و‬ْ ‫د‬ُ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ْم‬
َ ِ ِ ‫ث‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬َ ‫او‬َ ‫ع‬َ ‫ت‬ ‫و‬ ۖ
َ ٰ َ‫ى‬ ‫ْو‬ ‫ق‬ َّ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ر‬
َ ِّ ِ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫وا‬ُ ‫ن‬َ ‫او‬ َ ‫ع‬َ ‫ت‬َ ‫و‬ ۘ ‫وا‬ ُ ‫د‬َ ‫ت‬ْ ‫ع‬َ ‫ت‬ ‫ن‬
ْ ِ َ َ
‫َاب‬ِ ‫ق‬ ِ ‫ع‬ ْ ‫ال‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
 Membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan tentang
keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. al-
Baqarah ayat 286:

‫سينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ َربَّنَا‬ ْ ِ ‫خذْنَا إ‬


ِ َ‫ن ن‬ ِ ‫ت ۗ َربَّنَا اَل تُؤَا‬ ْ َ ‫سب‬ َ ‫ت وَعَلَيْهَا‬
َ َ ‫ما اكْت‬ َ ‫سعَهَا ۚ لَهَا‬
َ َ ‫ما ك‬
ْ َ ‫سب‬ ْ ُ‫سا إِاَّل و‬ً ْ‫ه نَف‬ ُ َّ ‫ف الل‬ ُ ِّ ‫اَل يُكَل‬
ْ
‫ف عَنَّا وَاغفِ ْر‬ َ
ُ ْ‫ة لنَا بِهِ ۖ وَاع‬ َ َ
َ ‫ما طاق‬ ‫اَل‬ ْ
َ ‫ملنَا‬ ِّ ‫ح‬ ‫اَل‬ َ
َ ُ ‫ن قبْلِنَا ۚ َربَّنَا وَ ت‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ين‬ َّ َ
َ ِ‫ه عَلى الذ‬ ْ
ُ َ ‫ملت‬َ ‫ح‬
َ ‫ما‬ َ
َ ‫ص ًرا ك‬ َ
ْ ِ ‫مل عَليْنَا إ‬ ْ ِ ‫ح‬ ْ َ ‫وَاَل ت‬
َ ْ ْ َ ‫اَل‬ َ َ
‫ين‬
َ ِ‫ص ْرنَا عَلى القَوْم ِ الكافِر‬ ُ ْ ‫موْ نَا فَان‬ َ ‫ت‬َ ْ ‫منَا ۚ أن‬ ْ ‫ح‬
َ ‫ار‬
ْ َ‫لنَا و‬

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia


mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada
kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
 Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini
didasarkan pada al-Qur’an surat ar-Ruum ayat 30:
َ
ُ ِّ ‫ين الْقَي‬
‫م‬ َ ِ ‫ق اللَّهِ ۚ ذَٰل‬
ُ ِّ ‫ك الد‬ ْ
ِ ‫ل لِخَل‬َ ‫س عَلَيْهَا ۚ اَل تَبْدِي‬
َ ‫ت اللَّهِ الَّت ِي فَط َ َر النَّا‬
َ ‫حن ِيفًا ۚ فِط ْ َر‬
َ ‫ين‬ َ َ‫جه‬
ِ ِّ ‫ك ل ِلد‬ ْ ِ‫فَأق‬
ْ َ‫م و‬
َ
‫ن‬
َ ‫مو‬ ُ َ ‫اس اَل يَعْل‬
ِ َّ ‫ن أكْث ََر الن‬ َّ ِ ‫وَلَٰك‬

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dalam mencapai tujuan da’wah sebagaimana tersebut di atas, salah satu faktor penting
untuk mempercepat tercapainya da’wah adalah keteladanan dari pribadi sang da’i itu sendiri.
Hal itu dikuatkan dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
َ‫ن‬ َّ ِ ‫ق فَإ‬ ِ ْ ‫صد‬ِّ ‫م بِال‬ ْ ُ ‫ل اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( عَلَيْك‬ ُ ‫سو‬ ُ ‫ل َر‬ َ ‫ قَا‬:َ‫سعُودٍ رضي الله عنه قَال‬ ْ ‫م‬ َ ‫ن‬ ِ ْ ‫َن ا ِب‬
ِ ‫ع‬
َ ‫ب عِنْد‬ ْ
َ َ ‫حتَّى يُكت‬ َ َ‫صدْق‬ َ
ِّ ‫ح َّرى ال‬
َ َ ‫صدُقُ وَيَت‬ْ َ‫ل ي‬ ُ ‫ج‬ ُ ‫لر‬ َ ُ ‫ما ي َ َزا‬
َّ ‫ل ا‬ َ َ‫جنَّةِ و‬َ ْ ‫ن اَلْب ِ َّر يَهْدِي إِلَى اَل‬َّ ِ ‫صدْقَ يَهْدِي إِلَى اَلْب ِ ِّر وَإ‬ ِّ ‫اَل‬
ُ ‫ج‬
‫ل‬ ُ ‫لر‬ َ
َّ ‫ل ا‬ ُ ‫ما ي َ َزا‬ َ َ
َ َ‫ور يَهْدِي إِلى النَّارِ و‬ َ ‫ج‬ ْ َ
ُ ُ‫ن الف‬ َّ ِ ‫جورِ وَإ‬ ْ َ َ
ُ ُ‫ب يَهْدِي إِلى الف‬ َ ْ
َ ِ‫ن الكذ‬َ َّ ِ ‫ب فَإ‬ َ ْ
َ ِ‫م وَالكذ‬ ُ
ْ ‫صدِّيقًا وَإِيَّاك‬ ِ ِ‫اَلله‬
َّ
ِ‫متَّفَقٌ عَلَيْه‬ ُ ) ‫عنْد َ اَللَّهِ كَذ َّابًا‬
ِ ‫ب‬ َ َ ‫حتَّى يُكْت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫ح َّرى اَلْكَذ‬ َ َ ‫ب وَيَت‬ ُ ِ‫يَكْذ‬

Artinya: Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran karena kebenaran akan
menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu
berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang
yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong karena bohong akan menuntun kepada
kedurhakaan dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan
bersungguh-sungguh dengan kebohongan ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang
sangat pembohong." Muttafaq Alaihi.
Inti dari tujuan yang ingin dicapai dalam proses pelaksanaan da’wah adalah keridhaan
Allah SWT. Di mana obyek da’wah tidak hanya terbatas kepada umat Islam saja, tetapi
semua manusia bahkan untuk semua alam.
Sementara secara umum, da’wah bertujuan untuk memanggil manusia kembali pada
syariat atau hukum-hukum agama, supaya dapat mengatur dirinya sesuai dengan ketentuan
agama. Di sini, agama bukan sekedar satu sistem kepercayaan saja, tetapi didalamnya
terdapat multisistem untuk mengatur kehidupan manusia, baik dalam garis vertikal dengan
Allah SWT, maupun yang berupa garis horizontal dengan manusia dan lingkungannya.
Terhadap tujuan ini, penyampaian da’wah lebih dititikberatkan pada upaya memberikan
gambaran sejelas mungkin tentang bagaimana konsep Islam mengatur kehidupan manusia.
Bahkan dari hal-hal kecil seperti buang hajat, keluar rumah bahkan bercermin sekalipun,
diatur sedemiakian rupa dengan rangkaian doa serta adab-adabnya. Sehingga hal-hal yang
tampak sepele dalam pandangan manusia tersebut, justru akan bernilai ibadah di sisi Allah
SWT.
Meskipun definisi tentang tujuan da’wah bervariasi, namun pada hakekatnya da’wah
Islam merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara
tertentu.
Dengan demikian, dari semua tujuan - tujuan tersebut di atas, merupakan penunjang
daripada tujuan akhir aktifitas da’wah. Tujuan akhir aktifitas da’wah adalah terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan bathin di dunia dan di akhirat nanti.

2. Hubungan Ilmu da’wah dengan Ilmu-Ilmu Lainnya


Ilmu bantu dalam ilmu da’wah adalah ilmu yang dapat diminta bantuan atau dipinjam
teorinya untuk mengembangkan teori-teori da’wah atau memahami hakikat da’wah, termasuk
dalam komponen ini diantaranya adalah ulumul qur’an, ulumul hadist, ushul fiqih, tafsir,
hadist, sejarah peradapan islam, ilmu komunikasi, psikologi, dan filsafat. Ilmu da’wah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya. Bentuk kerjasama atau keterkaitan antara ilmu
da’wah dengan ilmu lainnya antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Hubungan ilmu da’wah dengan ilmu agama islam


Ilmu da’wah sendiri membahas tentang bentuk penyampaian ajaran Islam. Dan inti ajaran
Islam adalah aqidah, syariah dan akhlaq, yang kemudian membentuk sebuah ilmu tersendiri
yaitu ilmu tauhid, Syariah (ilmu fiqh) dan ilmu akhlaq yang disebut dengan ilmu agama
Islam. Dan itu semua merupakan bentuk materi da’wah.
Kemudian materi tersebut digunakan oleh seorang da’i untuk berda’wah. Jadi ilmu agama
membutuhkan bantuan ilmu da’wah untuk disampaikan kepada umat manusia agar dapat
diterima dengan baik dan diamalkan. Kalau ilmu agama tidak disampaikan maka ilmu itu
merupakan suatu ide belaka yang tidak bisa terwujud dalam kenyataan serta tidak diketahui
orang lain.
 Ilmu da’wah dan ilmu tafsir
Tafsir ialah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya, Tafsir pada asalnya ialah
membuka dan melahirkan. Pada istilah ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisah-
kisahnya, dan sebab karenanya diturunkan ayat, dengan lafadh yang menunjuk kepadanya
secara terang.
Hubungan tafsir dengan ilmu da’wah adalah Dengan adanya mempelajari ilmu Tafsir
dapatlah mengetahui isi yang terkandung dalam Al-Qur’an, dan lebih mudah untuk
disampaikan kepada orang-orang. Bagi seorang da’i sangat membutuhkan ilmu tafsir yang
mana pada ilmu tersebut banyak terkandung beberapa percikan ilmu pengetahuan penting
untuk menjadi bahan bicara seorang da’i.
 Ilmu da’wah dan ilmu hadits
Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an dimana dalam hal ini,
kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hubungan hadits
dengan ilmu da’wah adalah didalam kandungan hadits juga banyak mendapat dalil-dalil
tentang materi pembahasan yang disampaikan oleh seorang da’i, karena seorang da’i harus
mampu menguasai beberapa hadits untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penyampainya.
 Ilmu da’wah dan retorika
Retorika adalah suatu tutur yang sesuai dan memberikan informasi rasional kepada pihak
lain, dan ada pengertian lain bahwa retorika adalah seni untuk mengafeksi phak lain dengan
tutur.
Dari pengertian diatas tentu dapat diketahui hubungan anatara ilmu da’wah dengan ilmu
retorika, masyarakat akan sangat mudah menangkap materi da’wah jika disampaikan dengan
tutur kata yang mempunyai arti dan sarat dengan informasi keagamaan, apalagi seorang da’I
menyampiakannya dapat menyentuh hati pendengarnya melalui ilmu retorika. Bertutur yang
baik dalam berda’wah adalah salah satu pesan dalam al quran “nasihat yang baik adalah
bertutur yang baik pula”.
 Hubungan llmu Da’wah dengan Ilmu-ilmu Sosial Politik
Ilmu-ilmu Sosial menerangkan berbagai macam segi kehidupan individu dan sosial secara
detail dan terperinci. Ilmu ini dapat membantu ilmu da’wah dalam memahami masyarakat
tersebut.
Sebab penyampain ajaran Islam yang menjadi sarana ilmu da’wah sangat komplek yang
menyangkut segi struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial, dan perubahan sosial seperti
yang dibahas dalam sosiologi; maupun tingkah laku manusia sebagai pribadi sosial dan
masalah-masalah kejiwaan lainnya seperti yang dikaji dalm ilmu psikologi.
Untuk pelaksanaan da’wah itu sendiri, pengetahuan seorang da’i yang luas tentang segi-
segi kehidupan individu dan sosial tersebut sangat dominan implikasinya dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara da’wah yang tepat. Tanpa pengetahuan yang demikian ini da’wah
tidak akan mengenal bahkan tidak akan memiliki pengaruh keagamaan yang berati bagi
individu dan masyarakat yang menerimanya.
 Ilmu Da’wah dan ilmu Normatif
Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu normatif ialah ilmu-ilmu yang membicarakan
bagaimana seharusnya sesuatu itu, sebagai kebalikan dari ilmu-ilmu positif yang
membicarakan suatu menurut apa adanya. Yang termasuk ilmu-ilmu normatif ialah antara
lain:
- Ilmu da’wah dan ilmu penelitian ( riset)
Ilmu da’wah sangat memerlukan bantuan ilmu penelitian atau metode riset, baik untuk
merumuskan da’wah sebagai ilmu maupun mengembangkannya lebih lanjut.
- Ilmu da’wah dan ilmu logika
Logika adalah ilmu yang mempelajari cara-cara berpikir dengan benar. Ilmu logika ini
dipakai untuk memahami secara benar objek kajian serta untuk menguji kebenaran ilmiahnya.
Sedangkan untuk da’wah atau penyampaian ajaran islam itu sendiri ilmu logika ini sangat
membantu seorang da’i sehingga ia dapat menuturkan da’wahnya secara logis.
- Ilmu Da’wah dan komunikasi
Da’wah adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh Da’i kepada Mad’u, tentu saja
hubungannya sangat erat, namun ilmu da’wah adalah bagian dari sekian banyak bentuk
komunikasi dalam islam.
Ilmu komunikasi tidak banyak memberikan kontribusi kepada ilmu da’wah, sebab ilmu
da’wah sendiri membahas proses komunikasi antara manusia dengan sang pencipta, dan
sesama mahluk lainnya.
- Ilmu da’wah dan ilmu Bimbingan konseling
Kegiatan da’wah adalah kegiatan yang membimbing umat manusia untuk melaksanakan
kebaikan dan menjauhi kemungkaran, tentu ilmu BK mempunyai andil yang besar bagi ilmu
da’wah. Metode metode yang dapat dipakai dalam ilmu da’wah adalah ilmu-ilmu yang
digunakan dalam metode BK.
Ketika masyarakat mengalami goncangan batin maka persoalannya dapat diselesaikan
melalui metode BK dan pendekataan keagamaan salah satu metode ilmu da’wah.
 Sejarah
Berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang shahih yang memperbolehkan manusia
memperkaya pengetahuan supaya waktu sekarang dan akan datang menjadi cerah. Dengan itu
akan timbul sikap waspada dalam arti dalam semua kelompok masyarakat karena nelalui
pembelajaran sejarah, ia dapat membentuk sikap tersebut terhadap permasalahan yang
dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku masa lampau dapat menjadikan pelajaran
yang berguna. Ilmu da’wah juga membutuhkan serta berhubungannya dengan sejarah karena
banyak sekali ilmu dan pengalaman yang kita dapati dari sejarah tersebut.

3. Kesimpulan

Meskipun definisi tentang tujuan da’wah bervariasi, namun pada hakekatnya da’wah
Islam merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan
manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara
tertentu.
Ilmu bantu dalam ilmu da’wah adalah ilmu yang dapat diminta bantuan atau dipinjam
teorinya untuk mengembangkan teori-teori da’wah atau memahami hakikat da’wah, termasuk
dalam komponen ini diantaranya adalah ulumul qur’an, ulumul hadist, ushul fiqih, tafsir,
hadist, sejarah peradapan islam, ilmu komunikasi, psikologi, dan filsafat.

DAFTAR PUSTAKA

Amrulloh Ahmad.2008.Kontruksi Keilmuan Da’wah dan Pengembangan Jurusan-


Kosentrasi Studi,Banjarnegara 5 Oktober 1954,Idola Alam Sejahtera Group.

Machasin.2015.Psikologi Da’wah: Suatu Pengantar Studi,Semarang,CV. Karya Abadi Jaya.

Kustadi Suhandang.2013.ilmu da’wah,Bandung,Remaja Rosdakarya.

Sulthon Muhammad.2003.desain ilmu da’wah.Semarang,Pustaka belajar offset.

http://www.hidayatullah.com/

http://kancahkreatif.blogspot.com/

http://luthfilaziman.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai