Anda di halaman 1dari 6

Pilar-Pilar Masjid

A. Imam Masjid.
Imam adalah bahasa arab yg sudah di Indonesiakan yg berarti pemimpin. Pemimpin berasal
dari kata pimpin yg bermakna menuntun dan atau membimbing.
Pemimpin berarti seorang yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/kelebihan disuatu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan.
Imam dalam konteks pembahasan ini adalah Imam Shalat yaitu orang yang dipercaya karena
kemampuannya secara syar’I untuk memimpin shalat berjema’ah baik shalat fardlu maupun
shalat sunnah.
B. Peranan Masjid dalam persepektif sejarah.
1. Masjid pada masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah, masjid memiliki peran yang sangat strategis, baik sewaktu beliau
berada di Makkah maupun setelah beliau hijrah ke Madinah. Di Makkah, masjid Al-
Haram dijadikan sebagai tempat mensosialisasikan (tabligh) wahyu secara terbuka,
sehingga mengundang reaksi negatif yang sangat keras dari Musyrikin Quraisy.
Demikian pula, sewaktu Nabi singgah di Quba dalam perjalanannya ke Yastrib, selama 4
hari beliau mendirikan masjid, yang kemudian dikenal dengan sebutan masjid Quba
masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah pada tahun ke-13 dari kenabiannya
atau tahun ke-1 Hijriyah (622 M). Masjid Quba inilah merupakan tempat peribadatan
umat Islam pertama yang kemudian menjadi model atau pola dasar bagi umat
Islamdalam membangun masjid-masjid di kemudian hari. Masjid Quba, disamping
sebagai tempat peribadatan yang menjadi fungsi utamanya, juga sebagai tempat
pendidikan dan pengajaran agama Islam. Untuk itu, Rasulullah menempatkan Muadz
ibn Jabal sebagai imam sekaligus guru agama di Masjid Quba ini. Selain itu, Rasulullah
sendiri kerap berkunjung ke mesjid ini, baik dengan mengendarai unta ataupun
berjalan kaki, dan menunaikan shalat 2 rakaat.
Kemudian setibanya di Yastrib, langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW,
adalah membangun masjid yang sangat sederhana, berukuran 35 x 30 m. Dengan
berlantaikan tanah, dinding terbuat dari tanah yang dikeringkan, tiangnya dari batang
pohon kurma dan atapnya dari pelepah dan daunnya. Masjid ini kemudian dikenal
dengan sebutan Masjid Nabawi. Di sebelah timur masjid, dibangun tempat tinggal
Rasulullah yang tentunya lebih sederhana lagi dari masjid, dan di sebelah barat
dibangun sebuah ruangan khusus untuk orang-orang miskin mujahirin, yang kemudian
dikenal dengan julukan al-shuffah.

2. Masjid pada masa Sahabat


Sejarah perkembangan masjid erat kaitannya dengan perluasan wilayah kekuasaan
Islam dan pembangunan kota-kota baru. Sejarah mencatat bahwapada masa permulaan
perkembangan Islam ke berbagai negeri, bila umat Islam menguasai suatu daerah atau
wilayah baru, baik melalui peperangan atau jalan damai, maka salah satu sarana untuk
kepentingan umum yang dibuat pertama kali adalah masjid. Masjid menjadi ciri khas
dari suatu negeri atau kota Islam, disamping merupakan lambang dan cermin kecintaan
umat Islam kepada Tuhannya, juga sekaligus menjadi bukti tingkat perkembangan
kebudayaannya.
Keadaan bangunan masjid, berikut sarana dan perlengkapannya, yang tampak dalam
banyak masjid di berbagai belahan dunia tidak terwujud begitu saja, tetapi berproses
dari bentuk dan kondisi yang sangat sederhana sampai pada bentuk yang dapat
dikatakan sempurna. Karena itu, bentuk, wujud, dan corak bangunan masjiddari masa
ke masa mengalami perubahan; berbeda antara satu masa dengan masa yang lainnya.
Perubahan dan perbedaan itu juga terkait dengan proses waktu persentuhan Islam dan
penganutnya dengan seni dan budayanya yang beragam.
Pada masa shahabat, perubahan dan perkembangan masjid itu, lebih terlihat pada
perubahan dan perkembangan wujud fisiknya saja (bentuk, corak dan jumlahnya) saja.
Perubahan danperkembangan itu terjadi, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan jumlah penganut Islam yang terus membesar dan meluas, melampaui
jazirah Arab. Perubahan dan perkembangan fisik bangunan masjid yang terjadi, pada
masa sahabat antara lain:Pertama, perluasan daerah masjid dan sedikit
penyempurnaan, tuntutan perluasan bangunan masjid sepeninggal Rasulullah, dari
waktu ke waktu senantiasa mengalami perkembangan. Hal ini seperti yang terjadi pada
Masjid al-Haram yang diperluas Umar ibn al-Khathabpada tahun ke-17 H. dengan
sedikit penyempurnaan, yaitu berupa pembuatan benteng atau dinding rendah, tidak
sampai setinggi badan. Hal yang sama dilakukan pula oleh Utsman ibn ’Affan, pada
tahun 26 H18. Demikian pula dengan masjid Nabawi yang diperluas oleh Umar ibn al-
Khathab sekitar 5 meter ke selatan dan ke barat, serta 15 meter ke arah utara, yang
pada tahun 29 H. diperluas dan direnovasi oleh Utsman ibn ’Affan dengan
menggantikan tiang-tiangnya dengan batu dan besi berlapis timah, serta mengganti
atapnya dengan kayu, Utsman ibn ’Affan juga melakukan pemugaran dan perluasan
terhadap masjid Quba.Kedua, pembangunan masjid-masjid baru, di beberapa
daerahatau wilayah yang berhasil dikuasai. Di Bait al-Maqdis, Umar membangun sebuah
masjid yang berbentuk lingkaran (segi delapan) dan dindingnya terbuat dari tanah liat,
tanpa atap, tepatnya di atas bukit Muriah. Kemudian masjid yang dibangunnya ini
dikenal dengan masjid Umar19. Di Kufah, pafa tahun 17 H. Saad ibn Abi Waqas, sebagai
penglima perang membangun sebuah masjid dengan bahan-bahanbangunan Persia
lama dari Hirah dan selesai pada tahun 18 H. Masjid ini sudah memiliki mihrab dan
menara. Di fustat, Mesir, pada tahun 21 H. ’Amr ibn al-Ash, sebagai panglima perang
ketika menaklukan daerah tersebut, mambangun masjid al-Atiq. Secara fisik masjid ini
relatif sudah berkembang maju bila dibandingkan denganmasjid-masjid yang ada. Di
kota Basrah, pada tahun 14 H. oleh ’Utbah ibn Ghazwan. Di Madain, pada tahun 16 H.
Sa’ad ibn Abi Waqas menjadikan sebuah gedung sebagai masjid. Di Damaskus, pada
tahun 14 H. gereja St John dibagi dua, sebagian (timur) menjadi milik muslim, oleh Abu
Ubaidah ibn Jarah.
Kewajiban pengurus (takmir) masjid

Pengurus masjid adalah seorang pengurus tentu semua orang sudah tahu,
namun apakah hanya sebatas megurus saja yang dikerjakan tentu tidak. Contohnya
takmir masjid banyak sekali pekerjaanya ada mengecek jadwal shalat jamaah, siapa
yang menjadi imam pada hari iumat. Atau ketika sahalat jumat maka harus sudah
tertata rapi siapa siap yang akan menjadi imam dan khutbah. Tentu bukan hal yang
mudah. Banyak yang harus diurusi dan tentunya menjadi beban juga untuk takmir
masjid, namun tentunya setiap takmir masjid yang sudah diberi amanah untuk
bertanggung jawab atas urusan masjid terasebut sudah seharus menjalani kewajiban
tugasnya untuk menjaga masjid tersebut tetap aman dan juga nyaman.

Takmir mengawasi kondisi masjid

Kemudian selain itu, takmir masjid juga harus mengawasi dan mengurus kondisi bangunan
masjid. Semisal jika terdapat keruakan pada pilar, tembok atau warna cat tembok bangunan
masjid tersebut akan menjadi hal yang diurus oleh takmir masjid. Sebab kondisi masjid akan
menjadi kepentingan utama. Sebab dengan kenyamanan dan keamanan bangunan masid
akan membuat masyarakat mau untuk berlama-lama di dalam masjid berbicara tentang
keislaman. Kemudian yang anda ketahui bahwa takmir masjid juga ikut merawat masjid
tersebut. Maka dari itu, jika terjadi kerusakan pada bangunan masjid atau kubah masjid
anda bisa segera hubungi renovasi masjid. Seperti halnya kubah, jika kubah sudah terlalu
tua dan anda ingin menggantinya maka anda bisa segera hubungi kami. Kami adalah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa bangun kubah yaitu PT. Anugerah Kubah
Indonesia. PT. Anugerah Kubah Indonesia adalah perusahaan pembangunan kubah masjid
yang sudah sangat berpengalaman dalam membangun sebuah kubah masjid di seluruh
indonesia.

Tugas Dan Kewajiban Jamaah Masjid


Jamaah masjid pada umumnya tidak terdaftar sebagaimana halnya jamaat gereja. Tidak ada
keharusan mendaftar jamaah, karena masjid bersifat terbuka. Siapa saja boleh
melaksanakan ibadah di masjid, asalkan dia muslim. Menjadi jamaah masjid terikat
pada tugas dan kewajiban tertentu. Sebagaimana pengurus masjid, merekapun
mempunyai tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan.
Tugas dan kewajiban itu adalah :
1.      Mengeluarkan infak dan sedekah
Untuk memelihara dan melakukan beraneka kegiatan, masjid memerlukan biaya yang tidak
sedikit. Dalam memikul biaya inilah, jamaah masjid bertugas dan berkewajiban
mengeluarkan infak dan sedekah. Besarnya uang infak dapat ditetapkan sendiri
sesuai kemampuan masing-masing jamaah. Jika seluruh jamaah masjid meunaikan
tugas dan kewajiban ini, maka tidak akan ada masjid yang terlantar, dan masjid akan
terpelihara serta lancar melaksanakan kegiatan rutin.
2.      Turut memelihara masjid
Memelihara masjid bukan hanya tugas pengurus masjid, tetapi juga tugas dan kewajiban
jamaah. Pemeliharaan kebersihan, kerapian, keindahan, keasrian masjid merupakan
tugas pengurus dan juga tugas jamaah.
3.      Aktif mengikuti kegiatan masjid
Tanpa jamaah kegiatan masjid tidak akan berjalan dengan baik dan sukses. Oleh karena itu,
menjadi tugas dan kewajiban jamaah lah untuk aktif dalam setiap kegiatan yang di
adakan pengurus masjid.
4.      Memilih dan meminta pertanggung jawaban pengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh jamaah. Hal ini pada umumnya dilakukan di masjid-masjid yang
dikelola bersama. Bagi masjid yang dikelola bersama , tugas dan kewajiban jamaah
lah memilih pengurus. Di samping itu, pengurus yang telah selesai melaksanakan
tugasnya wajib melaporkan pertanggung jawaban kerjanya kepada jamaah. Ini wajib
di laksanakan jamaah dalam suatu musyawarah masjid, agar tercipta dan terjamin
suasanamasjid yang demokratis
5.      Melindungi masjid dari bahaya
Masjid terkadang mengalami kerusakan dan kehancuran. Misalnya : bahaya dari bencana
alam. Apabila terjadi banjir dan membahayakan masjid, tugas dan kewajiban jamaah
masjid melindungi dan mengamankannya. Jika masjid terkena musibah sampai
mengalami kerusakan dan kehancuran, tugas dan kewajiban jamaah pula
membangun dan memperbaikinya secara bergotong royong.
Masih banyak tugas dan kewajiban jamaah masjid, tapi ituah yang dirasakan sangat penting
untuk diperhatikan. Semoga dengan penjelasan ini para jamaah masjid dapat
mengetahui dan menyadari akan tugas dan kewajibannya terhadap masjid. Pengurus
masjid perlu memberikan penerangan dan penjelasan yang memadai tentang tugas
dan kewajiban jamaah masjid ini, sehingga mereka menunaikannya tanpa merasa
dibebani.
D.    Silaturrahmi Pengurus Dan Jamaah Masjid
Dua unsur yang sangat penting dan menentukkan dalam pelaksanaan kegiatan masjid
ialah pengurus dan jamaah masjid. Pengurus masjid adalah mereka yang
dipercayakan oleh para jamaah untuk mengelola masjid. Sedangkan jamaah masjid
bermula dari orang-orang yang mengikuti sholat berjamaah di masjid, lalu meluas
cakupannya menjadi orang-orang yang mengikuti kegiatan masjid. Di dalam egiatan
masjid tercakup egiatan ibadah dan aktivitas lain yang bermanfaat buat umat atau
masyarakat.
Pengurus dan jamaah masjid tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengurus tidak
akan ada, jika tidak ada jamaah dan jamaah tidak akan terurus jika tidak ada
pengurus. Tanpa pengurus masjid tidak akan ada yang mengurus masjid. Tanpa
jamaah, masjid akan kosong. Disinilah pentingnya hubungan antara pengurus dan
jamaah masjid. Hubungan disini tidak hanya dalam arti ikatan lahiriah semata, tetapi
juga dalam arti ikatan batiniyah. Saling pengertian dan ikatan yang erat antara kedua
belah pihak akan memperlancar dan mensukseskan kegiatan-kegiatan masjid.
Mempererat hubungan pengurus dengan jamaah masjid dapat dilakukan dengan saling
terlibat di dalam berbagai kegiatan masjid. Dalam kesempatan sholat fardhu
misalnya, biasanya hanya beberapa orang atau beberapa shaf yang terisi. Pengurus
dengan persuasif mengajak jamaah berbincang dari hati ke hati.
Selain kegiatan sholat berjamaah tersebut, perlu diciptakan egiatan lain yang
mempererat hubungan antara pengurus dan jamaah masjid. Misalnya : melalui
pengajian rutin mingguan, atau dua minggu sekali, atau sebulan sekali. Juga melalui
pelaksanaan peringatan hari besar umat islam, dan bisa juga melalui kegiatan gotong
royong
Cara lain yang juga bisa dapat ditempuh adalah melalui kegiatan silaturrahmi dari
rumah ke rumah. Pengurus masjid dalam hal ini yang menjadi sponsornya. Untuk itu
diperluan adanya pendataan jamaah masjid, terutama jamaah tetap. Kegiatan
seperti ini jelas memperkokoh tali silaturrahmi. Pengurus dan jamaah saling
berkunjung. Pengurus mengenal jamaahnya secara pribadi, begitu juga sebaliknya.
Jamaah mengenal jamaah lain dengan dekat. Antara sesama pengurus pun tergalang
pemahaman ang intens. Hikmah dibalik kegiatan kunjung mengunjung itu, sikap
tolong-menolong dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari akan tumbuh
secara wajar. Kalo sikap demikian sudah tumbuh dalam jiwa para pengurus dan
jamaah masjid, hubungan yang erat itu merupakan modal yang amat manjur untuk
mewujudkan kemakmran dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai