Anda di halaman 1dari 5

KASUS CORFU CHANNEL CASE

(MUHAMAD ZULFI FAUZAN 02011282025185 A)

A. DUDUK MASALAH
pada tanggal 22 Oktober 1946, dua cruisers Inggris dan dua kapal perusak, datang dari
selatan memasuki Selat Corfu Utara. Selat yang mereka susuri yang berada di perairan Albania
dinyatakan sebagai aman: selatnya pernah disapu pada 1944 dan disapu kembali pada tahun
1945. Salah satu kapal perusaknya, Saumarez membentur ranjau dan rusak parah. Kapal perusak
yang lain, Volage dikirim untuk membantu kapal Saumerez dan ketika sedang mendereknya,
membentur ranjau lain dan rusak lebih parah lagi. Empat puluh lima perwira dan pelaut Inggris
kehilangan hidupnya dan 42 lainnya terluka.

B. PERMASALAHAN
Negara Albania memasang ranjau untuk mengantisipasi adanya pembajakan laut di
wilayah laut mereka. Lalu, sebuah insiden terjadi di perairan Albania, pada bulan Mei 1946:
sebuah battery Albania menembakkan ke arah dua cruisers Inggris. Pemerintah Inggris
memprotes dan menyatakan bahwa innocent passage lewat selat adalah hak yang dikenal dalam
hukum internasional. Pemerintah Albania menyatakan bahwa kapal perang asing dan kapal
dagang di larang masuk laut teritorial Albania tanpa izin sebelumnya, dan pada Agustus ke dua
1946, pemerintah Inggris menyatakan bahwa apabila dimasa depan tembakan di lepaskan kepada
kapal perang Inggris yang melintasi selat maka kapal Inggris akan membalasnya.
Di luar hal tersebut, semua negara terikat untuk mematuhi beberapa pengaturan yang
berhubungan dengan keselamatan pelayaran di laut, dan untuk menjamin, melalui perundang-
undangan atau peraturan hukum, bahwa kapalkapal yang mengibarkan benderanya akan
bertindak sesuai dengan peraturan- peraturan ini. Pada periode sejarah yang ada kaitannya
dengan yang kini dibahas, praktek negara negara untuk melaksanakan yurisdiksi di bidang
perkara-perkara tabrakan di laut bebas hanya dapat dikemukakan sebagai sesuatu yang tidak
tetap.
Setelah ledakan tanggal 22 Oktober Pemerintah Inggris mengirimkan nota ke Albania
perihal niatnya untuk melakukan sweeping di Corfu Chennel. Jawaban Albania adalah bahwa
ijin tidak dapat diberikan kecuali operasi penyapuan ranjau berada di luar laut teritorial Albania
dan bahwa penyapuan ranjau yang dilakukan di perairan-perairan tersebut merupakan
pelanggaran kedaulatan Albania, penyapuan yang dilakukan oleh Angkatan Laut Inggris terjadi
pada tanggal 12-13 November 1946, di laut teritorial Albania dan berada dalam jarak yang
sebelumnya di sapu, 22 ranjau dijinakkan, ranjau-ranjau tersebut adalah tipe GY buatan Jerman.
Inggris menuntut ganti rugi atas kerusakan kapal-kapalnya dan korban-korban yang
meninggal. Albania menolak tuntutan tersebut. Inggris mengajukan kasus ini kepada Mahkamah
Internasional pada tanggal 22 Mei 1947.
Pemerintah Albania mengatakan bahwa ranjau yang ditemukan pada tanggal 13
November, mungkin ditempatkan di situ setelah tanggal 22 Oktober, sehingga kerusakan yang
dialami kepal-kapal perang tersebut tidak mungkin disebabkan oleh apa yang terdapat pada
daerah tersebut. Namun ahli-ahli Malta berpendapat bahwa kerusakan-kerusakan kapal
disebabkan oleh ranjau yang identik dengan ranjau yang ditemukan di ladang ranjau.
Inggris menuntut bahwa ladang ranjau telah diadakan oleh Albania atau dengan
persetujuan dan sepengetahuan Albania atau sebagai alternatif pemerintah Albania telah
mengelabui tentang ladang ranjau yang telah berada di dalam perairan teritorialnya. Hal ini
adalah melanggar Konvensi Den Haag ke delapan tahun 1907 dan telah gagal memperingatkan
negara-negara lain tentang adanya ladang ranjau. Selanjutnya pemerintah Albania telah
mengetahui kedatangan kapal-kapal Angkatan Laut Inggris dan telah gagal memberi peringatan
tentang adanya ranjau dan adanya ladang ranjau tanpa pemberitahuan adalah pelanggaran dari
hak lintas damai oleh kapal-kapal asing melalui perairan internasional seperti Selat Corfu.
Inggris menuntut ganti rugi 825.000 poundsterling untuk perbaikan kerusakan kepada kedua
kapalnya dan 50.000 poundsterling untuk pensiun dan pengeluaran lain-lain bagi awak kapal
yang meninggal dan luka-luka.
C. Argumen Pihak pihak yang terlibat
Pemerintah Albania mengatakan bahwa ranjau yang ditemukan pada tanggal 13
November, mungkin ditempatkan di situ setelah tanggal 22 Oktober, sehingga kerusakan yang
dialami kepal-kapal perang tersebut tidak mungkin disebabkan oleh apa yang terdapat pada
daerah tersebut. Namun ahli-ahli Malta berpendapat bahwa kerusakan-kerusakan kapal
disebabkan oleh ranjau yang identik dengan ranjau yang ditemukan di ladang ranjau.
Albania menyanggah bahwa tidak ada bukti yang diajukan, bahwa ranjau-ranjau yang
menyebabkan kerusakan kapal-kapal Inggris ditanamkan oleh Albania dan tidak ada bukti yang
diajukan bahwa ranjau-ranjau diletakkan oleh pihak ke tiga atas nama Albania dan tidak ada
bukti yang diajukan bahwa ranjau-ranjau ditampatkan dengan bantuan, persetujuan atau
sepengetahuan Albania. Bahwa nagara pantai berhak dalam hal-hal luar biasa, mengatur lalu
lintas kapal-kapal perang asing melalui perairan teritorialnya dan pengaturan ini diterapkan pada
Selat Corfu. Bahwa keadaan luar biasa tersebut terdapat pada waktu kejadian tersebut, sehingga
kapal-kapal perang asing harus terlebih dahulu memperoleh izin untuk melewati perairan
teritorial Albania. Bahwa perlintasan kapal-kapal tanggal 22 Oktober 1946 tanpa izin merupakan
pelanggaran terhadap hukum internasional.
Bahwa perlintasan kapal-kapal tanggal 22 Oktober 1946 tanpa izin merupakan
pelanggaran terhadap hukum internasional bahwa perlintasan kapal-kapal Inggris bukanlah
merupakan lintas damai, bahwa pembersihan ranjau tanggal 12-13 November 1946, belum
memperoleh izin di perairan Albania merupakan pelanggaran hukum internasional. Untuk
alasan-alasan tersebut, Albania berpendirian tidak perlu membayar ganti rugi kepada Inggris,
malahan seharusnya Inggris memberikan ganti rugi kepada pemerintah Albania atas
pelanggaran-pelanggaran dari hukum internasional.
sedangkan pemerintah Inggris menuntut bahwa ladang ranjau telah diadakan oleh
Albania atau dengan persetujuan dan sepengetahuan Albania atau sebagai alternatif pemerintah
Albania telah mengelabui tentang ladang ranjau yang telah berada di dalam perairan
teritorialnya. Hal ini adalah melanggar Konvensi Den Haag ke delapan tahun 1907 dan telah
gagal memperingatkan negara-negara lain tentang adanya ladang ranjau. Selanjutnya pemerintah
Albania telah mengetahui kedatangan kapal-kapal Angkatan Laut Inggris dan telah gagal
memberi peringatan tentang adanya ranjau dan adanya ladang ranjau tanpa pemberitahuan adalah
pelanggaran dari hak lintas damai oleh kapal-kapal asing melalui perairan internasional seperti
Selat Corfu. Inggris menuntut ganti rugi 825.000 poundsterling untuk perbaikan kerusakan
kepada kedua kapalnya dan 50.000 poundsterling untuk pensiun dan pengeluaran lain-lain bagi
awak kapal yang meninggal dan luka-luka
.
D. PUTUSAN PENGADILAN
Kedua pihak kemudian sepakat melalui bagian pertama dari Persetujuan khusus (special
Agreement) mengajukan pertanyaan kepada Mahkamah Internasional :
1. Apakah Albania bertanggungjawab untuk peledakan yang terjadi pada tanggal 22
Oktober 1946 di perairan Albania dan apakah Albania berkewajiban membayar ganti
kerugian kerusakan kapal-kapal Inggris dan korban-korban?
Mahkamah Internasional dalam hal ini menyatakan bahwa ternyata tidak ada upaya
yang diambil oleh pemerintah Albania untuk mencegah malapetaka. Kelalaian yang
menimbulkan musibah ini merupakan tanggungjawab menurut hukum internasional
atas ledakan-ledakan yang terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 di perairan Albania
serta atas kerusakan dan korban-korban dan Albania berkewajiban membayar ganti
rugi kepada Inggris.
2. Apakah Inggris melanggar kedaulatan Albania menurut hukum internasional dengan
perbuatan kapal-kapal Angkatan Lautnya di perairan Albania pada tanggal 22
Oktober serta pada tanggal 12-13 November 1946, dan apakah dalam hal ini ada
kewajiban untuk konpensasi.
Mengenai pertanyaan kedua ini Mahkamah Internasional memutuskan bahwa
kerajaan Inggris tidak melanggar kedaulatan Republik Rakyat Albania dengan alasan
kegiatan-kegiatan dari Angkatan Laut Inggris di perairan Albania tanggal 22 Oktober
1946.

Keputusan
Mahkamah internasional diambil atas pemungutan suara sepuluh lawan enam suara,
sedangkan untuk pertanyaan kedua diatas , keputusan Mahkamah Internasional diambil
berdasarkan empat belas lawan dua suara den dengan suara bulat (unanimous). Mahkamah
Internasional memberikan keputusan bahwa perbuatan Angkatan laut Inggris di perairan Albania
tanggal 12-13 November 1946 adalah melanggar Kedaulatan Republik Rakyat Albania, dan
bahwa pernyataan sedemikian oleh Mahkamah Internasional mengandung arti di dalamnya untuk
suatu konpensasi yang wajar.
Perkara Selat Corfu adalah suatu persengketaan antara Albania dan Inggris yang diadili
oleh Mahkamah Internasional pada tahun 1949. Pada tanggal 15 Mei 1946 kapal-kapal perang
Inggris yang lewat di Selat Corfu di laut wilayah Albania ditembaki meriam-meriam pantai
Albania. Kemudian Pada tanggal 22 Oktober 1946, dua kapal Inggris yang lewat di Selat Corfu
melanggar ranjau laut sehingga timbul kerusakan dan korban diantara awak kapal. Dalam bulan
November, 1946 satuan-satuan Angkatan Laut Kerajaan Inggris melakukan penyapuan ranjau
(operation retail) di bagian selat Corfu yang terletak di perairan Albania tanpa seizin pemerintah
Albania

E. LEGAL OPINION
Berdasarkan kasus di atas, sangat berkaitan dengan salah satu asas Hukum Internasional
yaitu Asas Teritorial. Asas Teritorial merupakan asas yang berdasar pada kekuasaan suatu
Negara atas daerah atau wilayahnya. Suatu Negara bisa melaksanakan hukum bagi setiap orang
ataupun barang yang berada di wilayahnya. Maka dari itu, Negara Albania memasang ranjau
untuk mengantisipasi adanya pembajakan laut di wilayah laut mereka. Tetapi, untuk setiap orang
atau barang yang berada di luar wilayahnya akan diberlakukan hukum asing atau hukum penuh
skala internasional. Artinya hukum dari suatu wilayah maka hanya berlaku dalam wilayah
tersebut, sedangkan jika berada di luar wilayah akan diberlakukan hukum yang berbeda, dalam
hal ini berarti adalah Hukum Internasional.
Putusan Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa Albania bersalah dan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita Inggris serta diwajibkan membayar kompensasi
kepada pihak Inggris. Dalam putusan kasus Corfu Channel di atas, Mahkamah Internasional
menggunakan Teori Kesalahan dalam Tanggung Jawab Negara. Teori Kesalahan ada 2macam
yaitu:
Dalam kasus Corfu Channel, Mahkamah Internasional menggunakan teori Obyektif
Menurut teori Obyektif ini, tanggung jawab Negara adalah selalu mutlak (strict).
Manakala suatu pejabat atau agen Negara telah melakukan tindakan yang merugikan orang
(asing) lain, maka Negara bertanggung jawab menurut hukum internasional tanpa dibuktikan
apakah tindakantersebut terdapat unsur kesalahan atau kelalaian
Artinya dalam memutuskan sengketa tersebut karena tidak adanya upaya dari pejabat
Albania untuk mencegah kecelakaan terhadap 2 kapal Inggris, Saumarez dan Volage.
Seharusnya, Albania memberi peringatan akan adanya ranjau terhadap kapal Inggris yang akan
melintasi wilayahteritorialnya karena Inggris mempunyai hak lintas damai untuk melewati
perairan territorial Albania.Berdasarkan hukum intenasional suatu negara dapat diminta
pertanggung jawaban untuk tindakan-tindakannya yang menyalahgunakan kedaulatannya. Tidak
ada satu negara punyang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak-hak negara
lain.Dalam kasus selat Corfu ini, Albania walaupun memiliki kedulatan atas selat Corfu,
namundalam hal ini tetap bertanggung Jawab untuk memastikan bahwa kapal asing yang
melintasi perairan teritorialnya dengan damai dapat melintasi perairannya dengan aman.
Dalam kasus selat Corfu terdapat kelalaian dari Albania untuk memastikan bahwa
perairannya aman untuk dilewati ataupun kelalaian untuk memberi peringatan kepada Inggris
mengenai kondisi perairannya sehingga hal ini dapat mengakibatkan timbulnya tanggungJawab
dari Albania atas kerusakan dan kerugian yang diderita Inggris atas kapalnya dan atas kematian
para awak kapalnya
Disisi pihak Albania sendiri telah terjadi kelalaian Mahkamah Internasional dalam hal ini

menyatakan bahwa ternyata tidak ada upaya yang diambil oleh pemerintah Albania untuk

mencegah malapetaka. Kelalaian yang menimbulkan musibah ini merupakan tanggungjawab

menurut hukum internasional atas ledakan-ledakan yang terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 di

perairan Albania serta atas kerusakan dan korban-korban dan Albania berkewajiban membayar

ganti rugi kepada Inggris.

Adapun Mahkamah internasional dalam Putusan ketiga, yang diberikan pada tanggal 15
Desember 1949, Pengadilan menilai jumlah ganti rugi yang harus dibayar kepada Inggris dan
memerintahkan Albania untuk membayar £844,000.

Anda mungkin juga menyukai