Kasus .................................................................................................................................. 2
Analisis .............................................................................................................................. 2
Kasus .................................................................................................................................. 4
Analisis .............................................................................................................................. 4
Kasus .................................................................................................................................. 6
Analisis .............................................................................................................................. 7
Kasus .................................................................................................................................. 8
Analisis .............................................................................................................................. 8
Kasus ................................................................................................................................ 10
Analisis ............................................................................................................................ 10
1
I. Trail Smelter Arbitration (1941)
United States v Canada
Kasus
Analisis
Dalam Draft Articles yang diadopsi oleh International Law Commission (ILC)
pada 2001, dinyatakan bahwa dalam menetapkan pertanggungjawaban negara, terdapat
empat kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar, yaitu subjective fault criteria,
objective fault criteria, strict liability criteria, serta absolute liability1. Dalam kasus ini,
kriteria yang digunakan adalah strict liability criteria. Kriteria ini menyebutkan bahwa
negara dibebani pertanggungjawaban terhadap perbuatan atau tidak berbuat yang
terjadi di wilayahnya yang menimbulkan pencemaran dan mengakibatkan kerugian di
1
Sharon A, Williams, Public International Law Governing Trans-boundary Pollution. University of Queensland
Law Journal, vol. 13, 1984.
2
wilayah negara lain, meskipun berbagai persyaratan pencegahan pencemaran telah
diterapkan. Dalam konsep ini terdapat alasan dua alasan pemaaf, yaitu force majeure
dan tindakan dari pihak ketiga.
Apa yang dilakukan COMINCO sangat sesuai dengan apa yang tertulis dalam
teori tersebut. Pencemaran yang dilakukan oleh COMINCO telah menyebabkan
kerugian di negara lain, sehingga COMINCO memiliki kewajiban yang secara ketat
harus dipenuhi, yaitu berupa ganti rugi. Namun bukan hanya ganti rugi; COMINCO
juga harus memperbaiki sistem pembuangan limbah yang dihasilkan pabrik mereka
sehingga di masa yang akan datang, tidak akan terjadi kasus serupa yang menyebabkan
pencemaran lingkungan lagi.
Sumber:
Wirth, John D. (1996). The Trail Smelter Dispute: Canadians and Americans Confront Transboundary
Pollution, 1927-41. Environmental History.
https://www.casebriefs.com/blog/law/international-law/international-law-keyed-to-damrosche/chapter-
18/trail-smelter-arbitration-united-states-v-canada/2/ (Diakses pada 4 Maret 2019)
3
II. The Corfu Channel Case (1949)
The Great Britain & Northern Ireland v Albania
Kasus
Kasus ini muncul karena insiden yang terjadi pada 22 Oktober 1946 di Selat
Corfu. Dua buah kapal destroyer milik United Kingdom sedang melintasi perairan
Albania yang diklaim sudah disapu bersih dana man dari ranjau. Namun, salah satu
kapal destroyer yaitu Saumarez, menabrak ranjau dan menyebabkan kerusakan parah,
hingga korban jiwa. Kapal destroyer lain, Volage, dikirim untuk menarik Saumarez
tetapi malah terkena ranjau juga sampai rusak. Insiden ini mengakibatkan 45 perwira
Inggris meninggal dunia sementara 42 lainnya terluka. Inggris membawa kasus ini ke
Dewan Keamanan PBB yang menyarankan kedua belah pihak untuk membawa kasus
ini ke Mahkamah Internasional.
Analisis
Ini sesuai dengan maxim hukum Romawi “sic uteretuotalienum non laedas”
yang dapat dimaknai bahwa setiap negara mempunyai kewajiban untuk tidak
menggunakan atau mengizinkan digunakannya wilayahnya sedemikian rupa sehingga
menyebabkan timbulnya bahaya atau kerugian terhadap lingkungan orang, harta benda,
dan atau hak-hak negara lain, atau daerah di luar wilayahnya
4
Menurut saya walaupun Albania mengaku tidak meletakkan ranjau di
perairannya dan bahwa Albania mengklaim semua ranjau di perairannya telah disapu
bersih pada tanggal 13 November, jika terdapat ranjau di perairan Albania, terlepas dari
kepemilikan ranjau tersebut yang belum jelas, Albania pasti mengetahuinya. Sebab
tentu Albania memiliki kapal-kapal yang berlayar di dalam perairannya sendiri, kiranya
sangat mustahil bila kapal-kapal itu dibiarkan tidak mengetahui bahwa ada ranjau di
perairan tersebut.
Sumber:
https://www.iilj.org/wp-content/uploads/2016/08/Summary-of-and-extract-from-Corfu-Channel-Case-
United-Kingdom-v.-Albania.pdf: SUMMARY OF RELEVANT ASPECTS OF CORFU CHANNEL
CASE (MERITS) Judgment of 9 April 1949. (Diakses pada 4 Maret 2018)
5
III. The Lake Lanoux Arbitration (1957)
France v Spain
Kasus
Kasus ini terjadi terkait penggunaan air Danau Lanoux oleh Prancis. Pemerintah
Prancis mengusulkan sebuah proyek yang berkaitan dengan pemanfaatan air danau dan
membuat pemerintah Spanyol lantas keberatan, karena merasa bahwa proyek tersebut
bisa mempengaruhi hak dan kepentingan Spanyol seperti yang tertuang dalam Traktat
Bayonne antara Spanyol dan prancis pada 26 Mei 1866 beserta Pasal Tambahan. Dalam
traktat tersebut dikatakan bahwa proyek sejenis itu tidak dapat dilakukan tanpa
persetujuan dari kedua belah pihak.
6
Pengadilan menyimpulkan bahwa Prancis telah memenuhi kewajibannya yaitu
mempertimbangkan kepentingan pihak terkait, melakukan negosiasi, menyajikan
jumlah total kepentingan, dan lain-lain, sehingga dalam kasus ini Prancis telah
mematuhi Pasal 11 Pasal Tambahan. Pengadilan lalu memutuskan bahwa Prancis tidak
melakukan pelanggaran terhadap Traktat Bayonne maupun Pasal Tambahannya.
Analisis
Seperti yang telah dikatakan Pengadilan bahwa “according to the rule of good
faith, the state is under the obligation to take into consideration the various interest
involved. To seek to give them every satisfaction compatible with the pursuit of its own
interest..” yang maksudnya negara hulu mempunyai kewajiban untuk
mempertimbangkan seluruh kepentingan yang terkait dengan setiap kegiatan yang ia
lakukan di dalam wilayahnya. Intinya dalam perspektif good faith, setiap negara
seharusnya melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi negaranya serta negara lain.
Saya merasa bahwa walaupun tidak ada indikasi bahwa Prancis telah melanggar
Traktat Bayonne beserta Pasal Tambahannya, Prancis telah lalai dalam menerapkan
prinsip good faith tersebut karena jika Spanyol tidak melaporkan kegiatan Prancis ke
Pengadilan Arbitrase, Prancis tentu akan melanjutkan kegiatannya yang mungkin akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan. Walaupun kedua belah pihak memiliki
kepentingan, saya merasa bahwa kepentingan yang harus diutamakan adalah
kepentingan pihak yang lebih ramah lingkungan karena sekali saja lingkungan sudah
tercemar, akan sulit sekali mengembalikannya seperti keadaan semula. Pun jika Prancis
ingin melanjutkan kegiatannya, sebaiknya Prancis memastikan dengan benar bahwa
limbah yang dihasilkan tidak akan membawa pencemaran baik bagi negaranya maupun
Spanyol.
Sumber:
LAKE LANOUX ARBITRATION (FRANCE v. SPAIN) (1957) 12 R.I.A.A. 281; 24 I.L.R. 101 Arbitral
Tribunal.1 November 16, 1957. (Petrén, President; Bolla, De Luna, Reuter, De Visscher).
7
IV. The Nuclear Test Case (1973)
New Zealand v France
Kasus
Kasus ini terjadi karena Prancis melakukan serangkaian uji coba nuklir di
wilayah Pasifik Selatan. Selandia Baru meminta Pengadilan untuk menyatakan bahwa
uji coba nuklir bawah tanah Prancis di wilayah Polinesia Prancis merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak Selandia Baru berdasarkan hukum internasional dan,
lebih jauh atau alternatifnya, bahwa pengujian semacam itu tidak sah sampai Prancis
melakukan apa yang disebut dampak lingkungan penilaian sesuai standar internasional
yang berlaku. Pengadilan kemudian menolak tindakan Selandia Baru, dengan
menyatakan bahwa hal itu tidak diizinkan oleh Pengadilan 1974 karena keputusan
tersebut hanya ditangani dengan pengujian di atmosfer. Selandia Baru mengajukan
klaimnya atas permintaan permohonan untuk Pemeriksaan Situasi berdasarkan paragraf
63 Pengadilan Tinggi tahun 1974. Ayat 63 menyebutkan: “Once the Court has found
that a State has entered into a commitment concerning its future conduct it is not the
Court's function to contemplate that it will not comply with it.”
Analisis
Menurut saya, jika telah terdapat indikasi bahwa uji coba nuklir yang dilakukan
oleh Prancis membawa kerugian kepada pihak Australia dan New Zealand, sudah
sepatutnya Prancis mengganti kerugian. Namun dalam kasus tersebut tidak disebutkan
8
adanya kerugian materiil jadi saya merasa bahwa Prancis tidak masuk dalam kriteria
keempat yang menjadi dasar pertanggungjawaban negara, yaitu absolute liability.
Dalam kriteria tersebut disebutkan bahwa kegiatan yang menggunakan nuklir jika
membawa dampak yang merugikan harus dan wajib dipertanggungjawabkan. Sehingga
jika Prancis belum membawa dampak apa-apa terhadap siapa-siapa, saya kira langkah
Prancis untuk melakukan penghentian uji coba nuklir adalah hal yang benar. Dengan
begitu Prancis bisa mencegah terjadinya kerugian bagi negara lain dan bagi lingkungan.
Sumber:
Request for an Examination of the Situation in Accordance with Paragraph 63 of the Courts Judgment
of 20 December 1974 in the Nuclear Tests (New Zealand v. France)
Case Author(s): Judith Hippler Bello and Peter H. F. Bekker
Source: The American Journal of International Law, Vol. 90, No. 2 (Apr., 1996), pp. 280-286
Published by: Cambridge University Press Stable
URL: http://www.jstor.org/stable/2203690
Accessed: 04-03-2018 05:45 UTC
9
V. The Cosmos (1979)
Uni Soviet v Canada
Kasus
Pada 24 Januari 1978, satelit milik Uni Soviet yang bernama Cosmos 954 jatuh
dari luar angkasa dan masuk ke dalam teritori Kanada. Komponn-komponen dari satelit
bertenaga nuklir ini terpisah-pisah dan meninggalkan puing-puing yang bersifat
radioaktif di bagian barat laut Kanada. Kejadian tersebut telah menyebabkan banyak
kerugian baik secara materiil maupun korban jiwa. Kanada kemudian meminta ganti
rugi kepada Uni Soviet sebanyak 6.041.174,70 dolar Kanada atas kerusakan yang
terjadi. Permintaan ganti rugi ini sesuai dengan Convention on International Liability
for Damage caused by Space Objects tahun 1972.
Analisis
Menurut saya, sudah jelas bahwa Uni Soviet harus membayar kerugian. Sesuatu
benda atau warga dari sebuah negara yang membawa kerugian bagi negara lain harus
diminta pertanggungjawabannya. Apalagi dalam hal ini melibatkan nuklir, yang
dampaknya jelas-jelas sangat merugikan dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, Uni
Soviet berkewajiban penuh untuk membayar kompensasi kepada Kanada. Namun
bukan hanya itu, Uni Soviet pun perlu memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi, agar
tidak ada kerugian-kerugian seperti ini di kemudian hari.
10
Sumber:
CANADA: CLAIM AGAINST THE UNION OF SOVIET SOCIALIST REPUBLICS FOR DAMAGE
CAUSED BY SOVIET COSMOS 954
Source: International Legal Materials, Vol. 18, No. 4 (JULY 1979), pp. 899-930
Published by: Cambridge University Press Stable
URL: http://www.jstor.org/stable/20692062
Accessed: 04-03-2018 05:44 UTC
Eilene Galloway, Nuclear Powered Sattelites: The U.S.S.R Cosmos 954 and the Canadian Claim. Akron
Law Review.
11