Kesimpulan
Bahwa negara Albania telah bertindak tidak bertanggung jawab atas apa yang telah
dilakukan yaitu dengan menaruh ranjau di dalam perairan selat corfu dan juga tidak
memberitahukan atau tidak membuat pemberitahuan terhadap awak-awak kapal yang
melintasi selat itu bahwa di dalam laut tersebut sudah ada ranjau, sehingga peristiwa kapal
yang terkena ranjau tidak akan terjadi dan juga tidak akan ada kerusakan kapal serta menelan
korban jiwa. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak lintas damai oleh kapal-kapal
asing melalui perairan internasional seperti selat Corfu. Inggris menuntut bahwa ladang
ranjau telah diadakan oleh Albania atau dengan persetujuan dan sepengetahuan Albania atau
sebagai alternatif pemerintah Albania telah mengelabui tentang ladang ranjau yang telah
berada di dalam perairan teritorialnya. Hal ini adalah melanggar Konvensi Den Haag ke
delapan tahun 1907 dan telah gagal memperingatkan negara-negara lain tentang adanya
ladang ranjau.
penyelesaian kasus Selat Corfu antara Inggris dengan Albania menggunakan asas
resiprositas, asas courtesy, dan asas keterbukaan. Dalam kasus tersebut, terdapat pernyataan
Inggris yang akan membalaskan hal yang setimpal terhadap kejadian penembakan ke arah
cruisers Inggris jika terjadi hal yang sama. Hal ini menggunakan asas resiprositas yang
dimana asas tersebut artinya mengenai pembalasan setimpal terhadap perbuatan suatu negara
kepada negara lain. Jika Inggris dan Albania membuat perjanjian internasional dengan
maksud tersebut maka tidak dibenarkan. Selanjutnya adalah asas courtesy mengenai
keharusan negara untuk menghormati dan menjaga kehormatan negara lain. Dalam kasus ini
seharusnya Inggris meminta izin terlebih dahulu kepada Negara Albania untuk memasuki
wilayah perairan dan kedaulatan Albania tetapi faktanya Inggris tidak meminta izin terlebih
dahulu kepada Albania untuk memasuki perairannya. Yang terakhir asas keterbukaan
mengenai kesediaan masing-masing negara untuk memberikan informasi secara jujur dan
dilandasi rasa keadilan. Dalam hal ini berkaitan dengan perilaku pemerintah Albania sebelum
dan sesudah bencana. Peletakan ranjau terjadi dalam periode dimana terdapat niatan untuk
mengawasi laut teritorialnya. Lebih lagi ketika pemerintah Albania telah secara sepenuhnya
sadar perihal keberadaan ladang ranjau, ia memprotes secara tegas aktivitas armada Inggris
tetapi tidak memprotes peletakan ranjaunya. Tindakan ini apabila dilakukan tanpa
persetujuan Albania akan menjadi persoalan serius atas kedaulatan Albania.
2. Rekomendasi