INTERNASIONAL 2
Disusun oleh :
NIM : 19/438897/HK/21889
2) Apabila pabrik Trail terbukti telah menimbulkan kerugian tersebut, apakah dimasa
mendatang pabrik ini akan dilarang untuk melakukan hal tersebut lagi ?
3) Apakah pabrik Trail harus beroperasi dibawah syarat – syarat tertentu ?
4) Apakah harus dibayarkan suatu bentuk kompensasi sehubungan dengan pertanyaan nomor
2 dan 3 ?
Kemudian, kedua belah pihak mengajukan bukti – bukti dihadapan Tribunal pada
bulan Januari 1938 yang dimana Tribunal memberitahu kedua belah pihak bahwa pihak
Tribunal telah dapat menjawab pertanyaan pertama, namun masih memerlukan waktu untuk
menjawab pertanyaan yang lainnya. Tribunal juga menghimbau kepada pabrik Trail untuk
membatasi peleburan agar dapat mempelajari akibat yang timbul dari gas sulfur yang
dikeluarkan.
Untuk keputusan Tribunal pada pertanyaan yang pertama adalah bahwa pemerintah
Kanada harus membayar ganti rugi atas kerusakan yang terjadi di negara bagian Washington
sejak 1932 hingga 1 Oktober 1937 yang ditimbulkan oleh pabrik Trail dengan jumlah US$
78,000. Biaya ini dipakai untuk mengganti rugi atas kerusakan tanah yang ditimbulkan oleh
asap sulfur dioksida di sepanjang Columbia River Valley. Kemudian, pada tanggal 11 Maret
1941 Tribunal memberikan jawabannya terhadap tiga pertanyaan lainnya. Tribunal
memberikan keputusan kepada pabrik Trail untuk tidak lagi menimbulkan kerusakan dengan
asap sulfur dioksida yang dibuangnya.
Untuk memastikan keputusan yang telah dikeluarkan Tribunal kepada pabrik
Trail.Maka dari itu, Tribunal mengeluarkan mandat bahwa pabrik Trail harus memakai
peralatan untuk mengukur arah dan kecepatan angin, turbulansi, tekanan atmosfer, tekanan
barometer, dan konsentran sulfur dioksida di pabrik. Hasil ukur dari alat – alat ini akan
digunakan oleh pabrik untuk menjaga agar asap sulfur dioksida yang dikeluarkannya sesuai
atau dibawah jumlah yang akan ditentukan oleh Tribunal. Setelah itu salinan hasil ukur
tersebut diberikan kepada kedua belah pihak pemerintahan pada setiap bulannya untuk
memeriksa apakah pabrik Trail sudah bekerja dengan sesuai yang ditentukan atau tidak.
Apabila terbukti pabrik Trail tidak dapat menjaga pembuangan sulfur dioksidanya sesuai
dengan jumlah yang telah ditentukan, maka pemerintah Amerika Serikat akan mendapatkan
kompensasi sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh Tribunal dan pemerintah Kanada.
Tribunal sebelum memberi putusan dalam perkara ini berpegang pada pendapat Profesor
Eagleton, yaitu “A state owes at all time of duty to protect other state agaism’t injurious acts
by individuals from within its jurisdiction”.
Analisis putusan :
Setelah mempertimbangkan keadaan yang berhubungan dengan kasus ini, badan
arbitrase memutuskan bahwa negara kanada bertanggungjawab menurut hukum internasional
terhadap tindakannya di pabrik pelabuhan Trail. Putusan pengadilan arbitrase ini sebenarnya
menguatkan prinsip tanggungjawab negara untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan kerugian atau kerusakan lingkungan di wilayah negara lain atau di luar
yurisdiksi wilayahnya. Tanggung jawab ini lahir karena adanya kewajiban negara-negara
untuk menghormati hak-hak negara lain baik dalam keadaan damai maupun perang.
Formulasi keputusan pengadilan arbitrasi terhadap kasus Trail Smelter ini oleh banyak ahli
hukum telah diakui sebagai hukum kebiasaan internasional. Kasus ini berkontribusi dalam
prinsip “Polluter Pays Principle” dan menjadi yurisprudensi bagi para hakim untuk memutus
sengketa pencemaran udara.
Sehingga Jawaban atas pertanyaan apakah Negara bertanggung jawab atas Negara
lain secara individual di dalam yurisdiksi Negara lain adalah ya, karena Negara harus
melindungi Negara lain dari bahaya dalam yurisdikdinya. Tidak ada satupun Negara yang
berhak menggunakan wilayah yurisdiksinya untuk membuat seseorang dalam keadaaan
bahaya dalam yurisdiksinya asalkan sesuai dengan prinsip dan asas hukum
internasional. Kasus ini diselesaiakan dengan arbitrasi antara pihak Amerika serikat sebagai
penggugat dan Kanada sebagai tergugat. Dalam arbitrasi diputus bahwa perusahaan Trail
Smelter dari Kanada terbukti menyebabkan kerusakan lingkungan di Washington akibat asap
polusi pabriknya. kewajiban Pemerintah Kanada untuk mengawasi agar tingkah laku tersebut
sejalan dengan kewajiban-kewajiban Kanada berdasarkan hukum internasional. Hal ini
menegaskan bahwa secara eksplisit pencemaran mengakibatkan kerugian lingkungan atau
setidaknya merugikan atas kepemilikan yang terdapat di wilayah teritorial negara korban
(injured state) itu sendiri.
Pendapat saya :
https://media.neliti.com/media/publications/15005-ID-pengaturan-hukum-internasional-
tentang-tanggungjawab-negara-dalam-pencemaran-uda.pdf
http://aswansidraplawyer.blogspot.com/2018/05/analisis-kasus-trail-smelter.html
Ringkasan Kasus :
“Kasus ini merupakan sengketa antara Albania dan Inggris yang cara pengajuannya melalui
pengadilan yaitu ke Mahkamah Internasional pada tahun 1949. Peristiwanya terjadi pada
tanggal 15 Mei 1946 pada saat kapal-kapal Inggris berlayar memasuki selat Chorfu wilayah
Albania. Ketika memasuki laut teritorial Albania kapal-kapal tersebut ditembaki dengan
meriam-meriam yang ada di pantai Albania. Albania ketika itu sedang dalam keadaan perang
dengan Yunani. Tanggal 22 Oktober 1949 sebuah kapal Inggris telah menabrak ranjau yang
berada di selat tersebut yang kemudian menimbulkan korban jiwa. Atas kejadian tersebut
Inggris kemudain melakukan pembersihan terhadap ranjau-ranjau yang ada di selat tersebut
tanpa adanya izin dari pemerintah Albania. Kemudian sengketa timbul dan diajukan ke
Mahkamah Internasional. Keputusan mahkamah Internasional menyatakan bahwa Albania
bertenggungjawab atas kerusakan kapal Inggris dan Inggris telah melanggar kedaulatan
Albania karena tindakannya menyapu ranjau. Persoalan ini sebenarnya tidak berkaitan
dengan masalah lingkungan hidup secara langsung. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
internasiona antara Inggris dan Albania didasarkan pada Prinsip 26 Deklarasi Rio 1992.
Prosedur dan mekanisme mengenai penyelesaian sengketa secara umum diatur oleh Pasal 33
Piagam PBB. Pasal ini mengidentifikasi beberapa metode atau cara diantaranya negosiasi,
penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian pengadilan, upaya badan atau aturan
regional, atau pilihan para pihak.”
Fakta Hukum
– Insiden pertama yaitu pada 15 mei 1946, 2 kapal Inggris, HMS Orion dan HMSSuperb
menyeberangi selat Corfu.
– Ketika sedang menyeberangi selat, keluar api dari daerah pertahanan yang terletak di pantai
Albania.
– Meskipun tidak menderita kerugian, Pihak Inggris meminta Albania untuk menyatakan
permintaan maaf, namun Albania mengklaim bahwa Pihak Inggrismemasuki wilayah
territorial Albania tanpa ijin.
– Kemudian, pada 22 Oktober 1946, kapal Inggris, Saumarez dan Volage kembalimelintas di
Selat Corfu dan menabrak ranjau-ranjau laut yang tersebar di sepanjangSelat Corfu.
– Hal ini menyebabkan kapal Inggris tersebut rusak, 44 orang tewas, 42 orang luka-luka.
Antara 42 atau 43 yang tewas adalah awak kapal Saumarez.
Permasalahan Hukum
1. Apakah Albania bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita pihak Inggris?
Putusan
1. Ya, Albania bertanggung jawab terhadap Kerugian yang diderita pihak Inggris.
2. Ya, Albania wajib mengganti kerugian yang diderita pihak Inggris. Dan
pengadilanmemutuskan Albania wajib membayar ganti rugi atas rusaknya saumarez dan
rusaknyakapal Volage, serta atas kematian awak kapal Inggris, dengan total kompensasi
sebesar 843,947 .
3. Untuk tindakan pada bulan Oktober, Inggris tidak melanggar kedaulatan dari
Albania,tetapi untuk tindakan pada Inggris pada bulan November dinyatakan bahwa Inggris
bersalah telah melanggar kedaulatan Albania.
Pertimbangan Putusan
Analisis
Putusan Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa Albania bersalah dan bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita Inggris serta diwajibkan membayar kompensasi kepada
pihak Inggris. Dalam putusan kasus Corfu Channel di atas, Mahkamah Internasional
menggunakan Teori Kesalahan dalam Tanggung Jawab Negara. Teori Kesalahan ada
2macam yaitu :
1. Teori Subyektif.
Menurut teori ini, tanggung jawab Negara ditentukan oleh adanya unsure keinginan
ataumaksud untuk melakukan suatu perbuatan (kesengajaan atau dolus) atau kelalaian (culpa)
pada pejabat atau agen Negara yang bersangkutan.
2. Teori Obyektif
Menurut teori ini, tanggung jawab Negara adalah selalu mutlak (strict). Manakala suatu
pejabat atau agen Negara telah melakukan tindakan yang merugikan orang (asing) lain, maka
Negara bertanggung jawab menurut hukum internasional tanpa dibuktikan apakah
tindakantersebut terdapat unsur kesalahan atau kelalaian.
± Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negaratertentu;
± Adanya suatu perbuatan melanggar hukum atau kelalaian yang melanggar kewajiban
tersebut dan melahirkan tanggung jawab negara;
± Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat tindakan melanggar hukum ataukelalaian
Dalam kasus selat Corfu terdapat kelalaian dari Albania untuk memastikan bahwa
perairannya aman untuk dilewati ataupun kelalaian untuk memberi peringatan kepada
Inggrismengenai kondisi perairannya sehingga hal ini dapat mengakibatkan timbulnya
tanggungJawab dari Albania atas kerusakan dan kerugian yang diderita Inggris atas kapalnya
dan ataskematian para awak kapalnya.
PENDAPAT SAYA :
Kasus ini merupakan sengketa antara Albania dan Inggris yang cara pengajuannya melalui
pengadilan yaitu ke Mahkamah Internasional pada tahun 1949. Peristiwanya terjadi pada
tanggal 15 Mei 1946 pada saat kapal-kapal Inggris berlayar memasuki selat Chorfu wilayah
Albania. Ketika memasuki laut teritorial Albania kapal-kapal tersebut ditembaki dengan
meriam-meriam yang ada di pantai Albania. Albania ketika itu sedang dalam keadaan perang
dengan Yunani.
Tanggal 22 Oktober 1949 sebuah kapal Inggris telah menabrak ranjau yang berada di selat
tersebut yang kemudian menimbulkan korban jiwa. Atas kejadian tersebut Inggris kemudian
melakukan pembersihan terhadap ranjau-ranjau yang ada di selat tersebut tanpa adanya izin
dari pemerintah Albania. Kemudian sengketa timbul dan diajukan ke Mahkamah
Internasional. Keputusan mahkamah Internasional menyatakan bahwa Albania
bertenggungjawab atas kerusakan kapal Inggris dan Inggris telah melanggar kedaulatan
Albania karena tindakannya menyapu ranjau. Persoalan ini sebenarnya tidak berkaitan
dengan masalah lingkungan hidup secara langsung. Namun dalam kasus ini telah diterapkan
suatu prinsip yang mirip dengan Prinsip 21 Deklarasi Stockhlom 1972 yaitu dalam salah satu
keputusannya menyatakan bahwa setiap negara tidak diperbolehkan melakukan tindakan-
tindakan yang mengganggu atau merugikan negara lainnya.
Kasus selat Corfu timbul dari insiden yang terjadi pada tanggal 22 Oktober 1946 di selat
Corfu,
dimana dua Kapal perusak Inggris membentur ranjau di perairan Albania dan menderita
kerusakan,
termasuk adanya korban jiwa. Inggris mengacu kepada Resolusi 9 April 1947 dari Dewan
Keamanan
keberatan ini ditolak lewat keputusan 25 Maret 1948, Mahkamah menyatakan bahwa dirinya
memiliki
Yurisdiksi.
B. Fakta:
1. Pada 22 Oktober 1946, dua kapal penjelajah (cruiser) Mauritius dan Leander serta dua
kapal
perusak (destroyer) Saumarez dan Volage Inggris memasuki selat Corfu dari arah selatan.
2. Pada tahun 1944 dan 1945 pernah dilakukan penyapuan ranjau di sekitar wilayah Selat
Corfu,
hingga tahun 1946 ketika insiden ini terjadi Selat Corfu dinyatakan “aman”.
3. Salah satu kapal perusak Inggris (Saumarez) menabrak ranjau hingga mengalami
kerusakan
yang parah. Kapal perusak lain (Volage) dikirim untuk memberikan bantuan,
ketika
menderek Saumarez, Volage juga membentur ranjau dan mengalami kerusakan yang lebih
parah. Empat puluh lima perwira dan pelaut Inggris gugur dan empat puluh dua lainnya
terluka.
4. Sebuah insiden pernah terjadi di perairan ini, pada bulan Mei tahun 1946, pos jaga Albania
menembak 2 kapal penjelajah Inggris (Orion dan Superb). Pemerintah Inggris memprotes,
menyatakan bahwa hak lintas damai (innocent passage) melalui selat adalah hak yang dikenal
dalam hukum Internasional. Pemerintah Albania menyatakan bahwa kapal perang asing dan
kapal dagang dilarang masuk laut teritorial Albania tanpa izin sebelumnya; dan pada Agustus
1946, pemerintah Inggris telah menyatakan bahwa, apabila di masa mendatang tembakan
dilepaskan kepada Kapal Perang Inggris yang melintasi selat, maka Kapal Inggris akan
membalasnya.
6. Albania tidak memberikan izin kecuali operasi penyapuan ranjaunya berada di luar laut
teritorial Albania dan menegaskan bahwa penyapuan yang dilakukan di perairan Albania
7. Penyapuan ranjau dilakukan oleh angkatan laut Inggris pada tanggal 12 dan 13 November
1946, di laut teritorial Albania dan berada di wilayah selat yang sebelumnya disapu. Hasilnya
8. Ketika insiden ini terjadi, Albania dan Yunani sedang menghadapi sengketa perbatasan.
C. Permasalahan Hukum:
Analisa singkat:
1. Pertanggungjawaban negara berhubungan erat dengan suatu keadaan bahwa terhadap
prinsip
fundamental dari hukum internasional, negara atau suatu pihak yang dirugikan menjadi
berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dideritanya. Karena itu,
pertanggungjawaban negara akan berkenaan dengan ketentuan tentang atas dasar apa dan
situasi bagaimana negara dapat dianggap telah melakukan tindakan yang salah secara
internasional;
2. Apabila suatu negara melanggar kewajiban yang telah ditetapkan dalam hukum
internasional,
terhadapnya dikenakan tanggung jawab untuk mengganti kerugian;
3. Mahkamah Internasional dalam kasus Corfu Channel 1949 ini menyatakan bahwa
kewajiban
negara pantai untuk menjaga jalur pelayaran di wilayahnya, apabila tidak dilaksanakan dapat
dinyatakan telah melakukan pelanggaran internasional dan pada akhirnya mengakibatkan
tanggung jawab. Dalam kasus ini Albania dinyatakan bersalah dan harus membayar ganti
rugi
terhadap Inggris
SUMBER :
https://ardanurdihansyah.wordpress.com/2011/05/19/corfu-channel-case/
https://ekaayutrisnaputri.wordpress.com/2012/02/16/corfu-channel-case/
A. Kasus Posisi
terhadap rencana itu, karena khawatir sungai-sungai Spanyol yang besumber pada
danau itu mengalami pencemaran akibat limbah kimia dan perubahan suhu yang
negara bersangkutan.
Arbitrase yang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa itu menggunakan asas good
antara lain : according to the rule of good faith, the state is under the obligation to
take into consideration the various interest involved, to seek to give them every
tujuan-tujuan kegiatan tersebut secara baik. Dalam perspektif prinsip good faith,
juga baik bagi dirinya. Apa yang bermanfaat dan baik bagi dirinya, hendaknya juga
dirasakan sama oleh negara lain, dan apa yang dirasakan merugikan oleh negara lain
hendaknya juga dirasakan merugikan oleh negara pelaku kegiatan. Dengan demikian
dirinya dan merugikan negara lain, atau setiap negara hendaknya mengerjakan
Prinsip diatas mengandung 2 (dua) makna, yang pertama, negara hulu wajib
Arbitrase ini menyangkut penggunaan perairan Danau Lanoux, di Pyrenees. Pemerintah Perancis
mengusulkan untuk melakukan pekerjaan tertentu untuk pemanfaatan perairan danau dan
Pemerintah Spanyol khawatir bahwa pekerjaan ini akan berdampak buruk pada hak dan kepentingan
Spanyol, bertentangan dengan Perjanjian Bayonne tanggal 26 Mei 1866, antara Prancis dan Spanyol.
dan Undang-Undang Tambahan pada tanggal yang sama. Dalam hal apa pun, diklaim bahwa, di
bawah Perjanjian, pekerjaan seperti itu tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan kedua belah pihak
sebelumnya. Danau Lanoux terletak di lereng selatan Pyrenees, di wilayah Prancis. Itu diberi makan
oleh sungai yang memiliki sumber mereka di wilayah Perancis dan yang sepenuhnya berjalan melalui
wilayah Perancis saja. Perairannya hanya muncul oleh aliran Font-Vive, yang membentuk salah satu
hulu Sungai Carol. Sungai itu, setelah mengalir sekitar 25 kilometer dari Danau Lanoux melalui
wilayah Prancis, melintasi perbatasan Spanyol di Puigcerda dan terus mengalir melalui Spanyol
sekitar 6 kilometer sebelum bergabung dengan sungai Segre, yang akhirnya mengalir ke Ebro.
Sebelum memasuki wilayah Spanyol, perairan Carol memberi makan Kanal Puigcerda yang
merupakan milik pribadi kota itu. Pada 21 September 1950, Electricité de France melamar ke
Kementerian Industri Perancis untuk konsesi, berdasarkan skema yang melibatkan pengalihan
perairan Danau Lanoux ke arah Sungai Ariège. Air yang begitu dialihkan harus sepenuhnya
dikembalikan ke Sungai Carol melalui terowongan yang mengarah dari hulu Ariège di titik di atas
Carol di atas saluran keluar ke Kanal Puigcerda. Namun, Pemerintah Perancis, ketika menerima
prinsip bahwa air yang diambil harus dikembalikan, menganggap dirinya terikat hanya untuk
mengembalikan sejumlah air yang sesuai dengan kebutuhan aktual pengguna Spanyol. Akibatnya,
Prancis akan melanjutkan untuk mengembangkan Danau Lanoux dengan mengalihkan airnya ke arah
Ariege, tetapi aliran air tertentu yang sesuai dengan kebutuhan aktual dari para pelopor Spanyol
akan terjamin pada tingkat outlet ke Kanal Puigcerda. Spanyol menentang pengalihan air Danau
Lanoux. Pengadilan memeriksa Perjanjian Bayonne tanggal 26 Mei 1866 dan Undang-Undang
Tambahan, serta argumen yang diajukan oleh kedua Pemerintah. Mengenai pertanyaan apakah
Perancis telah mempertimbangkan kepentingan Spanyol, Tribunal menekankan bahwa dalam
menentukan cara di mana skema mempertimbangkan kepentingan yang terlibat, cara di mana
negosiasi telah berkembang, jumlah total kepentingan yang telah disajikan, harga yang telah dibayar
oleh masing-masing Pihak untuk melindungi kepentingan-kepentingan itu, merupakan faktor-faktor
penting dalam penetapan, sehubungan dengan kewajiban-kewajiban yang diatur dalam Pasal 11
Undang-Undang Tambahan, manfaat dari skema itu. Sebagai kesimpulan, Pengadilan berpendapat
bahwa skema Perancis mematuhi kewajiban Pasal 11 dari UU Tambahan. Tribunal memutuskan
bahwa dalam melaksanakan, tanpa persetujuan sebelumnya antara kedua Pemerintah, bekerja
untuk pemanfaatan perairan Danau Lanoux dalam kondisi yang disebutkan dalam Skema
Pemanfaatan Perairan Danau Lanoux, Pemerintah Prancis tidak melakukan pelanggaran ketentuan
Perjanjian Bayonne tanggal 26 Mei 1866, dan Undang-Undang Tambahan pada tanggal yang sama.
https://dokumen.tips/documents/kasus-lake-lanoux-tahun-1957-antara-perancis-vs-
spanyol.html https://ciils.wordpress.com/2008/04/06/lake-lanoux-case/
The Nuclear Test Case, 1957
http://echtheid-irsan.blogspot.com/2012/03/nuclear-tests-case-kasus-percobaan.html
https://media.neliti.com/media/publications/19198-ID-tanggung-jawab-dewan-keamanan-
pbb-dalam-menyikapi-kasus-senjata-nuklir-korea-uta.pdf
The Cosmos, 1979
http://minartyplace.blogspot.com/2010/12/cosmos-954-case-1978-1981.html