Anda di halaman 1dari 3

Aset dan Hutang (Assets and Debts)

Pengaturan yang relevan mengenai pengalihan aset dan hutang pada saat terjadi suksesi
negara adalah didasarkan pada hukum kebiasaan.1 Meskipun pada dasarnya pengaturan ini
terdapat di dalam Konvensi Wina 1983 tentang Suksesi Kekayaan Negara, Arsip dan Hutang,
tetapi sejatinya norma yang termaktub didalamnya tidak bersifat mengikat secara langsung,
walaupun sebagian besar ketentuan didalamnya telah mencerminkan adat.
Pada hakikatnya aturan yang harus diutamakan dalam hal alokasi aset dan hutang pada
saat suksesi ini adalah didasarkan pada perjanjian antar para pihak. Terhadap norma hukum
yang ada termasuk Konvensi Wina 1983 ini akan dapat dipergunakan apabila tidak terdapat
kehadiran perjanjian antar para pihak. Perihal ini juga disetujui oleh Komisi Arbitrase di dalam
Opini Nomor 9 yang menegaskan bahwa segala aspek yang berkenaan dengan pengalihan
aset dan hutang, prinsip pertama yang harus berlaku adalah perjanjian antar pihak.2
Hutang negara terbagi atas dua jenis yakni hutang pemerintah daerah dan pusat. Apabila
tidak terdapat perjanjian khsusus mengenai pengalihan hutang maka predecessor state akan
tetap bertanggung jawab. Sedangkan terkhusus dalam hutang pemerintah daerah, jika
daerah tersebut menyelenggarakan suksesi maka hutang tersebut menjadi tanggung jawab
sepenuhnya bagi daerah itu.3
Selain itu, prinsip pengalihan hutang ini juga dilakukan oleh Indonesia pada kasus Timor
Leste terkait perjanjian hutang antara Indonesia dengan Amerika Serikat yang dibuat untuk
kepentingan Timor Leste yang masih terintegrasi dalam wilayah Indonesia pada saat itu yakni
dalam program Timor Malaria Project. Dalam menyelenggarakan proyek tersebut Indonesia
membuat perjanjian dengan Amerika Serikat dan mendapat pinjaman sebesar 3.600.000 USD
yang harus dilunasi dalam jangja waktu 40 tahun. Setelah Timor Leste melakukan suksesi,
dimana pada saat hutang tersebut belum lunas. Pada akhirnya Indonesia dan Timor Leste
telah bersepakat untuk menyelesaikan masalah peralihan hutang ini dengan sistem bagi dua.4
Seperti yang sudah dipaparkan diatas, apabila tidak ada perjanjian khusus atau
kesepakatan antar pihak yang mengatur mengenai pengalihan aset dan hutang ini, maka
aturan yang berlaku adalah hukum kebiasaan. Salah satu hukum yang dapat digunakan adalah

1
Malcolm N. Shaw, International Law 6th Edition, Cambridge University Press, New York, 2008, p. 986.
2
Ibid.
3
Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, Raja Grafindo Perdada, Yogyakarta, 2009, hlm. 301.
4
Dewi Pursita Audriana, “Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Perjanjian Internasional (Studi Kasus Suksesi
Negara di Timor Leste)”, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, 2017, hlm. 69.
Konvensi Wina 1983. Konvensi Wina 1983 menerangkan pengertian dari hutang negara dalam
lingkup suksesi negara yaitu kewajiban keuangan dari negara lama terhadap negara lain atau
subjek hukum internasional lainnya. 5 Berkenaan dengan proses pengalihannya lebih jelas
diatur di dalam pasal 40 yang berbunyi:6
“When part or parts of the territory of a State separate from that State as and form a
State, unless the predecessor State and the successor State as otherwise agree, the State
debt of the predecessor State shall pass to as the successor State in an equitable
proportion, taking into account, in particular, the property, rights and interests which
pass to the successor State in relation to the State debt.”
Maknanya ketika terjadi suksesi negara, hutang dari negara lama akan beralih kepada negara
baru sesuai dengan porsi masing-masing yang didasarkan kepada kebijakan yang dapat
dirundingkan antar pihak, baik predecessor state maupun sucessor state. Penulis berpendapat
di dalam Konvensi Wina 1983 ini tidak dijelaskan secara konkret bentuk dari hasil perundingan
tersebut, tetapi jika kita merujuk padal pasal 8 dan pasal 9 Konvensi Wina perjanjian tersebut
dapat berbentuk deklarasi unilateral maupun perjanjian devolusi.

5
Pasal 33 Konvensi Wina 1983.
6
Pasal 40 Konvensi Wina 1983.
Daftar Pustaka
Buku
Malcolm N. Shaw, International Law 6th Edition, Cambridge University Press, New York, 2008.
Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, Raja Grafindo Perdada, Yogyakarta, 2009.

Dokumen Hukum
Konvensi
Konvensi Wina 1983.

Dokumen Lainnya
Skripsi
Dewi Pursita Audriana, “Akibat Hukum Suksesi Negara Terhadap Perjanjian Internasional
(Studi Kasus Suksesi Negara di Timor Leste)”, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, 2017.
Jurnal
Cornelis Yerikho L., “Penyelesaian Aset Milik Publik dan Perorangan Eks Timor Menurut
Hukum Internasional”, Lex Et Societatis, Vol. VII, No. 3, 2019.
Website
Mugiyati, “Hukum Internasional: Bagaimana Pengaruh Suksesi Negara Terhadap Hutang
Negara?”, <https://lsc.bphn.go.id/konsultasiView?id=1768>, diakses pada Senin, 7 Desember
2020, pada pukul 21.09.

Anda mungkin juga menyukai