Kepada Yth,
Di
Melalui
Di
Jl. Kemakmuran No. 19, Lalabata Rilau, Watansoppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan
(90812
1
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1 (tamat)
MUHAMMAD ALIAS MADIYAH BIN TAHIR, selaku Terdakwa. Selanjutnya disebut sebagai
Pemohon Peninjauan Kembali.
Bahwa Pemohon Banding mengajukan Permohonan Banding terhadap Putusan Pengadilan Negeri
Watansoppeng dengan Nomor Perkara : 95/Pid.sus/2019/PN Wns dibacakan pada tanggal hari
Rabu, tanggal 13 November 2019 yang amarnya sebagai berikut :
MENGADILI
2
• 1 (satu) l lembar bajukemeja berwarna coklat pramuka;
Dikembalikan kepada Anak Korban Rani Maharani alias Rani Binti Salama;
Dikembalikan kepada Anak Korban Airin Afriany alias Airin binti Aliyas;
Dikembalikan kepada Anak Korban Mutmainnah alias Nanna binti Abu Nawar;
6. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp. 3.000,- (tiga
ribu rupiah).
MENGADILI
1. Menerima permintaan Banding dari Penasihat Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut
Umum tersebut;
3
2. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Watansoppeng Nomor 95/Pid.Sus/2019/PN Wns,
tanggal 13 November 2019 yang dimintakan banding;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangi selruhnya dari
pidana penjara yang dijatuhkan;
4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat
pengadilan, yang untuk ditingkat banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).
A.
LEGAL STANDING PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI
1. Bahwa Pasal 263 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana, menyatakan sebagai berikut : “Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, Terpidana
atau Ahli Warisnya dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah
Agung”
2. Bahwa berdasarkan kepada ketentuan Pasal 263 ayat (1) Kitab UndangUndang Hukum Acara
Pidana tersebut Permintaan Peninjauan Kembali hanya dapat dimohonkan kepada Mahkamah
Agung Republik Indonesia terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
4
3. Peninjauan Kembali adalah salah satu tugas Mahkamah Agung yang terdapat dalam Pasal 28
ayat (1) huruf C Undang-undang No. 14 Tahu 1985 sebagaimana telah diubah dalam Undang-
undang No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung yang berbunyi :
“Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus permohonan
peninjauan Kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Menurut Pasal 67 huruf b Undang-undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dalam
Undang-undang No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung berbunyi :
“apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan”.
4. Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1), yang
berbunyi :
“Terhadap Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung,
apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam udang-udang”;
Mengenai Permintaan Peninjauan Kembali, menurut M. Yahya Harahap, S.H. (Pembahasan
Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penerbit Pustaka Kartini, Jakarta, Edisi Kedua,
1998, halaman III), menyatakan sebagai berikut : “Terhadap putusan Pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap (kracht van gewjisde) Peninjauan Kembali dapat dimintakan
kepada Mahkamah Agung. Selama putusan belum mempunyai kekuatan hukum tetap,
upaya Peninjauan Kembali tidak dapat dipergunakan. Terhadap putusan yang demikian
hanya dapat ditempuh upaya hukum biasa berupa banding dan kasasi. Upaya hukum
Peninjauan Kembali baru terbuka setelah upaya hukum biasa (berupa banding dan kasasi)
telah tertutu”;
5. Dengan demikian, secara prosedur Permintaan Peninjauan Kembali atas Putusan Mahkamah
Agung a quo oleh Pemohon Peninjauan Kembali dapat dibenarkan dan tidak bertentangan
dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Selanjutnya, atas dasar tersebut, kiranya MAJELIS HAKIM AGUNG YANG MULIA akan
membaca dan memeriksa keseluruhan Memori Peninjauan Kembali atas Putusan Mahkamah
Agung a quo dengan penuh seksama, guna menentukan pertimbanganpertimbangan yang
bijaksana dan putusan yang seadil-adilnya;
5
B.
ALASAN PENINJAUAN KEMBALI PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI
Mengacu kepada alasan-alasan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
yang telah Pemohon Peninjauan Kembali kemukakan di atas, alasan-alasan dalam mengajukan
permintaan Peninjauan Kembali dibatasi pada :
Selebihnya apabila alasan Peninjauan Kembali tidak mengenai hal-hal yang disebutkan di atas,
maka Permintaan Peninjauan Kembali tersebut haruslah ditolak oleh Mahkamah Agung
sebagai Pengadilan Negara Tertinggi dari badan peradilan yang berada di dalam keempat
lingkungan peradilan ; MAJELIS HAKIM AGUNG YANG MULIA, sebelum Pemohon
Peninjauan Kembali kemukakan pembahasan lebih dalam mengenai alasan-alasan Pemohon
6
Peninjauan Kembali mengajukan Permintaan Peninjauan Kembali, perlu disampaikan terlebih
dahulu bahwa alasan Permintaan Peninjauan Kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali
dilakukan dengan dasar sebagaimana yang diatur dalam Pasal 263 ayat (2) huruf a Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana, yang pada pokoknya menyatakan :
“Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu
sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas
atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan”;
7. Bahwa keadaan baru yng bersifat menentukan dan menimbulkan dugaan kuat yang terpenuhi
seperti yang disebutkan di atas adalah :
Surat Perjanjian Perdamaian tangga l 07 April 2019, yang menerangkan pada pokoknya bahwa
:
Saudara MUHAMMADIYAH alias MADIYAH bin TAHIR (Pemohon Peninjauan
Kembali) dengan ASRIANI – AMELIA, ITANG – NANA, MURNI P – ANDIRI R, MURNI
– MAHARANI, KASMAWATI – JUMRIANI, JUMRIANI – NUR FADILAH RAMADANI,
PT. SARNAWIA – RIRIN, ROSNAINI – MUTMAINNA, adalah keluarga dan Para Korban
teah sepakat berdamai (Bukti P – 1);
8. Berdasarkan pada Bukti P – 1 secara jelas dinyatakan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali
(MUHAMMADIYAH alias MADIYAH bin TAHIR) dengan Para Korban telah sepakat
untuk melakukan perdamaian atas peristiwa yang telah terjadi diantara mereka, dimana
Pemohon telah menyatakan permohonan maafnya kepada Para Korban dan untuk itupun Para
Anak Korban serta keluarganya telah memaafkan Pemohon.
9. Untuk itu, kedua belah pihak telah sepakat juga untuk tidak melakukan tuntutan lagi
dikemudian hari sebagaimana diuraikan pada Bukti P-1 yang dibuat di Desa Timusu, 07 April
2019;
10. Bahwa oleh karena itu, kiranya dalam putusan atas Permohonan Peninjauan Kembali ini
dapatlah dinyatakan bahwa telah terbukti dan terlaksana adanya itikad baik diantara kedua
belah pihak, yaitu Pemohon (MUHAMMADIYAH alias MADIYAH bin TAHIR) dengan
Para Anak Korban untuk menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan sebagai jalan
penyelesaian yang terbaik, tuntas dan menyeluruh diantara keduanya;
7
11. Sejalan dengan Putusan 03/Pid.sus.anak/2016/PN.Jap, yang meringankan perkara tersebut,
pada pertimbangannya menyatakan :
“bahwa Anak Terdakwa sudah meminta maaf kepada Anak Korban dan Orang tuanya
dipersidangan, dan keluarga Anak Korban sudah memaafkan”;
Selain itu, sehubungan dengan pertimbangan tersebut, sesuai Yurisprudensi Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 143/Pid/1993, tanggal 27 April 1994 jo
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 572/K/Pid/2003, tanggal 12
Februari 2004) yakni : tujuan pemidanaan bukan sebagai balas dendam, namun
pemidanaan tersebut benar-benar PROPORSIONAL dengan prinsip EDUKATIF,
KOREKTIF, PREVENTIF dan REPRESIF;
12. Bahwa upaya Pemohon yang berusaha meminta maaf dan menyelesaikan kesalahan yang telah
dilakukan oleh Para Anak Korban dengan meminta maaf telah sejalan dengan (vide Putusan
03/Pid.sus.anak/2016/PN.Jap), demikian pula dengan Yurisprudensi (vide Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 143/Pid/1993, tanggal 27 April 1994 jo
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No : 572/K/Pid/2003, tanggal 12
Februari 2004) telah memberikan efek jerah terhadap Pemohon Peninjauan Kembali, untuk
itu sudah seharusnya Pemohon Peninjauan Kembali mendapatkan hukuman yang seringan-
ringannya;
C.
PERMOHONAN
Berdasarkan uraian tesebut di atas, Pemohon Peninjauan Kembali mohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili Perkara aquo, menyatakan :
MENGADILI SENDIRI
8
3. Menyatakan Terdakwa Muhammadiyah alias Madiyah bin Tahir tersebut di atas,
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, membujuk Anak untuk melakukan perbuatan cabul yang
dilakukan oleh pendidik dan menimbulkan lebih dari 1 (satu) orang”;
4. Menyatakan memberikan keringanan hukuman Muhammadiyah alias Madiyah bin
Tahir dari putusan sebelumnya;
5. Membebankan biaya perkara berdasaran undang-udang yang berlaku;
Dan atau :
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Hormat Kami,