Anda di halaman 1dari 17

1

A.B.S.LAW OFFICE
&
P A R T N E R

Medan, 10 November 2021

PENGADILAN NEGERI MEDAN


Reg. No. 547/Pdt.G/2021/PN.Mdn

ANTARA

PT. SINAR MONTILI SEJAHTERA, sebagai----------------------------------------------------------PENGGUGAT;

LAWAN

PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA C.q. PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA CABANG MEDAN,
sebagai------------------------------------------------------------------------------------------------------- TERGUGAT I;

JACKSON, sebagai----------------------------------------------------------------------------------------TERGUGAT II;

FIRMAN SIDIEK, sebagai-------------------------------------------------------------------------------TERGUGAT III;

BELAHIM, SH, M.Kn, sebagai-----------------------------------------------------------------TURUT TERGUGAT I;

KEPALA KANTOR PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN DELI SERDANG,


sebagai-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----TURUT TERGUGAT II;

Dengan hormat,

Penggugat, melalui Kuasanya dengan ini mengajukan Repliek/Bantahan terhadap Eksepsi,


jawaban dalam pokok perkara yang di ajukan Tergugat I, dan Turut Tergugat II dalam perkara ini
sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

I. Tentang Legal Standing Tergugat II dan Tergugat III

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
2

1. Bahwa Penggugat tetap berpegang teguh pada dalil-dalil Gugatan Penggugat dan menolak
semua yang didalilkan Tergugat I dan Turut Tergugat II dalam Eksepsinya tertanggal 27
Oktober 2021, kecuali yang secara tegas dan jelas diakui kebenarannya oleh Penggugat;

2. Bahwa maksud dan tujuan Penggugat menarik JAKCSON (i.c Tergugat II) dan FIRMAN
SIDIEK (i.c Tergugat III) dalam gugatan a quo adalah sebagai representasi dari Tergugat I,
representasi mana berdasarkan jabatan, tugas dan wewenang dan/atau perbuatan-
perbuatan Tergugat II dan atau Tergugat III bertindak untuk dan atas nama Tergugat I;

3. Bahwa secara de facto antara Tergugat I dengan Tergugat II dan Tergugat III memiliki
hubungan hukum yaitu Hubungan antara Majikan dan Pekerja yang didasarkan oleh suatu
hubungan kerja. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1367 KUHPerdata, maka demi hukum
harus dinyatakan bahwa antara Tergugat I dengan Tergugat II dan Tergugat III adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, serta Tergugat I bertanggung jawab atas
kerugian yang diterbitkan oleh perbuatan Tergugat II dan Tergugat III;

4. Bahwa benar pernyataan Tergugat I pada dalil eksepsi butir 1.7. dan butir 1.8 di halaman 2
dan 3 yang menegaskan bahwa “karena dalam hukum, untuk mempertanggung
jawabkan suatu perbuatan dari Badan Hukum i.c PERSEROAN TERBATAS, haruslah
diwakili oleh direksi perseroan tersebut”. Bahwa pengakuan Tergugat I itu bersesuaian
dengan amanat Pasal 1 angka 5 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40
TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS, yang berbunyi: “Direksi adalah Organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar”. Dengan demikian, terlihat secara jelas akan adanya kesadaran yang
diwujudkan dalam bentuk pengakuan Tergugat I sebagai Badan Hukum yang berbentuk
Perseroan Terbatas bahwa:
a. Direksi PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA (i.c Tergugat I) bertanggung jawab penuh
terhadap perbuatan Badan Hukum (i.c Tergugat I);
b. apabila secara nyata perbuatan Badan Hukum dan/atau perbuatan orang yang bekerja
pada Badan Hukum (i.c Tergugat I) adalah perbuatan melanggar hukum dalam arti
melanggar hukum pidana, maka Direksi PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA (i.c Tergugat I)
turut bertanggung jawab pula atas perbuatan pidana itu;
c. oleh karena itu sudah jelas dan terang segala perbuatan Tergugat II dan Tergugat III
adalah perbuatan (mewakili) Badan Hukum (i.c Tergugat I), perbuatan mana wajib
dipertanggung jawabkan oleh Direksi PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA (i.c Tergugat I)
termasuk bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh Penggugat dalam perkara
a quo.
5. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, PT.
Bank Sahabat Sampoerna adalah sebagai Badan Hukum i.c Perseroan Terbatas yang
bertanggung jawab terhadap karyawannya (i.c Tergugat II dan Tergugat III). Karena
Karyawan Bank bekerja melakukan pekerjaan atas delegasi dari pejabat bank (termasuk
dan atau tidak terbatas hingga direksi) berdasarkan anggaran dasar PT (bersifat hukum
privat). Dan PT. Bank Sahabat Sampoerna sebagai Badan Hukum i.c Perseroan Terbatas
secara Undang-Undang Perseroan dengan Nasabah dan Debitur (i.c. Penggugat) bersifat
hukum publik;

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
3

6. Bahwa dalil eksepsi Tergugat I pada butir 1.1. sampai dengan butir 1.4. dan butir 1.9. di
halaman 1, 2 dan 3 adalah dalil yang keliru, dimana Tergugat I berupaya membangun opini
yang bertujuan “mengaburkan” kedudukan hukum Tergugat II dan Tergugat III sehingga
“terpisah” dengan Tergugat I dalam perkara a quo. Bahwa kebenarannya adalah Penggugat
dalam Surat Gugatannya dengan sangat “jelas” dan “terang”:
a. menulis identitas JACKSON Selaku Branch Manager PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA
CABANG MEDAN (i.c Tergugat I). Tertulis dengan jelas kata “Selaku” yang berarti bahwa
JACKSON (i.c Tergugat II) bertindak untuk dan atas nama Tergugat I dalam
Kapasitasnya/Jabatannya sebagai Branch Manager PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA
CABANG MEDAN;
b. menulis identitas FIRMAN SIDIEK Selaku West Collection Dept. Head PT. BANK SAHABAT
SAMPOERNA (i.c Tergugat I). Tertulis dengan jelas kata “Selaku” yang berarti bahwa
FIRMAN SIDIEK (i.c Tergugat III) bertindak untuk dan atas nama Tergugat I dalam
Kapasitasnya/Jabatannya West Collection Dept. Head PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA;

7. Bahwa tidak benar dalil eksepsi Tergugat pada butir 1.6. di halaman 2, karena Penggugat
dalam Surat Gugatan a quo tidak pernah menyatakan/mengakui (baik secara tersurat
maupun secara tersirat) Perbuatan Tergugat II dan Tergugat III sebagai perbuatan masing-
masing individu yang berdiri sendiri atau bukan sebagai perbuatan badan hukum tempat
Tergugat II dan Tergugat III bekerja (i.c Tergugat I);

8. Bahwa tidak ada alasan hukum bagi Penggugat untuk memisahkan perbuatan antara
Tergugat II dan Tergugat III dengan Tergugat I dalam perkara a quo. Karena faktanya
sejak awal Penggugat menjalin hubungan keperdataan dengan Tergugat I dan/atau selama
Penggugat menjadi debitur dari Tergugat I hingga saat ini, kapasitas dan kedudukan hukum
Tergugat II dan Tergugat III adalah selaku karyawan dan wakil badan hukum tempat
Tergugat II dan Tergugat III bekerja (i.c Tergugat I). Oleh karena itu, dalil eksepsi yang
disampaikan oleh Tergugat I dalam butir 1.7. dan butir 1.8. pada halaman 1 dan 2 adalah
dalil yang keliru serta bertolak belakang dengan maksud dan tujuan gugatan Penggugat;

9. Bahwa berdasarkan penjelasan di atas (vide butir 6), terlihat jelas akan adanya kedangkalan
pemahaman Tergugat I terhadap maksud dan tujuan gugatan Penggugat serta “bahasa
hukum” dan “argumentasi hukum” dalam gugatan Penggugat. Selain itu, dari keseluruhan
dalil eksepsi Tergugat I “Tentang Legal Standing Tergugat II dan Tergugat III” tersebut
terlihat dengan jelas Tergugat I terkesan memiliki “niat terselubung” yaitu ingin
melepaskan diri untuk tidak bertanggung jawab terhadap Perbuatan Tergugat II dan
Tergugat III dalam perkara a quo, karena pada faktanya perbuatan Tergugat II dan
Tergugat III dilakukan saat masih berstatus Karyawan dari PT. Bank Sahabar Sampoerna
(i.c Tergugat I);

10. Bahwa pada faktanya juga Penggugat mendapat pemberitahuan resmi dari salah satu
karyawan Tergugat I bernama Andre yang menyatakan Tergugat III telah resign pada
tanggal 29 September 2020, dan pada pada hari yang sama Penggugat langsung
mengunjungi kantor Tergugat I untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut, untuk
memastikan bahwa tidak ada terjadi kecurangan yang akan di lakukan oleh Tergugat I
kepada Penggugat

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
4

11. Dengan demikian, eksepsi Tergugat I “Tentang Legal Standing Tergugat II dan Tergugat III”
adalah eksepsi yang sesat dan keliru. Sehingga oleh karenanya sangat beralasan hukum
bagi Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo untuk Menolak Eksepsi dari
Tergugat I tersebut.

II. Penggugat Keliru Mengkwalifikasikan Perbuatan Para Tergugat Dalam Dalil Gugatan

1. Bahwa benar Perihal Gugatan Penggugat adalah Gugatan Perbuatan Melawan Hukum;

2. Bahwa eksepsi Tergugat I tentang “Penggugat Keliru Mengkwalifikasikan Perbuatan Para


Tergugat Dalam Dalil Gugatan” tersebut terkesan disusun dengan membenturkan satu
sama lain “kutipan” dalil posita gugatan Penggugat seperti terlihat pada butir 2.9. di
halaman 4. Padahal, dalil-dalil posita gugatan Penggugat tersusun sistematis “secara
deduktif” sesuai dengan fakta awal mula kronologis perkara a quo hingga Tergugat I,
Tergugat II dan Tergugat III melakukan Perbuatan melawan Hukum terhadap Penggugat.
Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila Tergugat I dalam menyusun rangkaian tangkisan dan
keberatannya dengan cara membenturkan satu sama lain dalil posita gugatan Penggugat,
apalagi hanya mengutip kata demi kata saja seperti mengutip kata “kesepakatan”
sebagaimana tertulis dalam dalil eksepsi Tergugat I pada butir 2.8. di halaman 4;

3. Bahwa yang menjadi pokok eksepsi Tergugat I tentang “Penggugat Keliru


Mengkwalifikasikan Perbuatan Para Tergugat Dalam Dalil Gugatan” terdapat pada butir
2.10. di halaman 4 dan 5. Dimana Tergugat I menyatakan: “maka selayaknya Penggugat
mengajukan gugatan a quo sebagai gugatan wanprestasi bukan gugatan perbuatan
melawan hukum”. Terlihat dengan jelas bahwa Tergugat I melakukan tangkisan berbentuk
eksepsi terhadap pokok permasalahan gugatan Penggugat atau pokok perkara a quo,
dengan mengarahkan substansi gugatan Penggugat ke permasalahan wanprestasi;

4. Bahwa Eksepsi Tergugat I tersebut adalah eksepsi yang keliru atau bukan tangkisan dalam
arti eksepsi, karena tangkisan/keberatan terhadap Perihal Gugatan a quo merupakan
persoalan yang telah memasuki pokok perkara. Bahwa adapun dasar hukum Penggugat
menyatakan hal demikian adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Doktrin M. Yahya Harahap yang menyatakan bahwa “Eksepsi secara umum
berarti pengecualian, akan tetapi dalam konteks Hukum Acara, bermakna tangkisan
atau bantahan yang ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut syarat-syarat atau
formalitas gugatan yang mengakibatkan gugatan tidak dapat diterima”;
b. Kemudian, Doktrin Prof. Dr. R. Soepomo dalam bukunya berjudul “Hukum Acara Perdata
Pengadilan Negeri” berpendapat bahwa “Eksepsi adalah bantahan yang menangkis
tuntutan penggugat sedangkan pokok perkara tidak langsung disinggung. Dalam
Hukum Acara, secara umum eksepsi dapat diartikan sebagai suatu sanggahan atau
bantahan dari pihak tergugat terhadap gugatan penggugat yang tidak langsung
mengenai pokok perkara yang berisi tuntutan batalnya gugatan”;
c. Bahwa selanjutnya, berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
Reg. No.: 361 K/Sip/1973 tahun 1975, yang pada pokoknya menyatakan bahwa “Karena
Tangkisan Tergugat-Terbanding bukan merupakan tangkisan dalam artian eksepsi,
tetapi Jawaban (verweer) sedang menurut Pasal 162 Rbg yang diputus bersama-sama

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
5

pokok perkara adalah tangkisan dalam arti eksepsi, putusan Hakim pertama terhadap
tangkisan Tergugat-Terbanding tersebut adalah keliru maka harus dibatalkan”;
Oleh karena itu, Eksepsi Tergugat I tentang “Penggugat Keliru Mengkwalifikasikan
Perbuatan Para Tergugat Dalam Dalil Gugatan” adalah eksepsi yang keliru dan bukan
tangkisan dalam arti eksepsi. Maka, mohon kepada Yang Terhormat Majelis Hakim
pemeriksa perkara a quo untuk Menolak Eksepsi Tergugat I tersebut.

5. Bahwa kendatipun demikian, disini dapat Penggugat sampaikan tanggapan terhadap dalil
eksepsi Tergugat I tersebut khususnya pada butir 2.5., butir 2.9. dan butir 2.10. halaman 10
sebagai berikut:
a. Bahwa berdasarkan Doktrin J. Satrio dalam bukunya yang berjudul “Wanprestasi
Menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi“ menyatakan bahwa “Sepintas
perbuatan wanprestasi hampir sama dengan Perbuatan Melawan Hukum jika tidak
dipahami dengan teliti, namun pada prinsipnya perbuatan wanprestasi dengan
Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige Daad) tentulah berbeda. Untuk
mendapatkan titik terangnya perlulah diketahui apa yang menjadi syarat Perbuatan
Melawan Hukum, yaitu:
- Melanggar hak subjektif orang lain.
- Melanggar kewajiban hukum sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang.
- Melanggar etika pergaulan hidup (goede zeden).
- Melanggar kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam pergaulan hidup”;
b. Bahwa secara Adagium Hukum Perdata tujuan dibentuknya lembaga hukum Perbuatan
Melawan Hukum adalah untuk dapat mencapai seperti apa yang dikatakan dalam
peribahasa Bahasa Latin, yaitu: “Juris praecepta sunt luxec, honestevivere, alterum non
laedere, suum cuique tribuere (Semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak
merugikan orang lain, dan memberikan orang lain haknya)”;
c. Bahwa berdasarkan penjelasan di atas (vide huruf a dan b) dapat ditarik kesimpulan
bahwa kwalifikasi perbuatan melawan hukum adalah adanya syarat : melanggar hak
orang lain; melanggar kewajiban hukum sebagaimana dirumuskan Undang-Undang;
tidak memberikan (menahan) hak orang lain; dan menimbulkan kerugian kepada
orang lain.

6. Bahwa penjelasan pada angka 4 huruf c di atas sangat bersesuaian dengan apa yang
ditegaskan oleh Penggugat pada angka 10 halaman 4 Surat Gugatan a quo, sebagaimana
juga dalil eksepsi Tergugat I pada butir 2.2. halaman 3. Dimana sangat jelas dalil Penggugat
menegaskan bahwa “Dengan Demikian, perbuatan Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat
III yang tidak memberikan hak atau telah melanggar hak Penggugat tersebut, secara
hukum perdata dapat dikualifikasikan sebagai PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(Onrechtmatige Daad)”;

7. Dengan demikian, tidaklah berdasar hukum dan keliru dalil eksepsi Tergugat I tentang
“Penggugat Keliru Mengkwalifikasikan Perbuatan Para Tergugat Dalam Dalil Gugatan”
tersebut, sehingga oleh karenanya demi hukum haruslah ditolak.

III. Penggugat Sama Sekali Tidak Mendalilkan Perbuatan Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
6

1. Bahwa Tergugat I seolah-olah tidak memahami tentang kedudukan Para Pihak dalam suatu
gugatan, yang terlihat jelas dalam eksepsi Tergugat I tentang “Penggugat Sama Sekali Tidak
Mendalilkan Perbuatan Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II” di halaman 5. Dimana
eksepsi Tergugat I tersebut adalah eksepsi yang mengada-ngada dan terkesan berlebihan
(mencampuri urusan hukum dan/atau kedudukan/kapasitas Pihak lain) yang ditarik oleh
Penggugat ke dalam perkara a quo.

2. Bahwa Penggugat menarik Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II dalam gugatan Penggugat
memang tidak ada korelasinya dengan Perbuatan Melawan Hukum Tergugat I, Tergugat II
dan Tergugat III dalam perkara a quo;

3. Bahwa Penggugat menarik Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II ke dalam gugatan
Penggugat hanyalah sebagai pihak terkait yang tidak melakukan suatu perbuatan. Bahwa
Pihak Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II tersebut oleh Penggugat turut digugat untuk
tunduk dan taat terhadap Putusan Hakim atas perkara a quo;

4. Bahwa oleh karena dalil-dalil eksepsi Tergugat I tentang “Penggugat Sama Sekali Tidak
Mendalilkan Perbuatan Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II” tersebut adalah eksepsi
yang mengada-ngada dan terkesan berlebihan, maka demi hukum haruslah ditolak.

IV. Tidak Ada Hubungan Hukum Antara Penggugat dengan Tergugat I

1. Bahwa semakin terlihat pemahaman yang dangkal dari Tergugat I dalam menyusun
eksepsinya, dimana Tergugat I mempersoalkan permasalahan “Hubungan Hukum Antara
Penggugat dengan Tergugat I” sebagaimana dalam dalil eksepsi Tergugat I pada butir 4.3
halaman 6 yang membahas tentang pokok perkara (proses AYDA). Bahwa Eksepsi
Tergugat I yang demikian adalah eksepsi yang keliru atau bukan tangkisan dalam arti
eksepsi, karena tangkisan/keberatan terhadap Hubungan Hukum merupakan persoalan
yang telah memasuki pokok perkara;

2. Bahwa meskipun demikian, sebagai bahan pertimbangan bagi Yang Mulia Majelis Hakim
pemeriksa perkara a quo, perkenankanlah Penggugat menyampaikan tanggapan terhadap
dalil-dalil eksepsi Tergugat I tersebut berikut memberikan penjelasan terkait Hubungan
Hukum antara Penggugat dengan Tergugat I sebagai berikut:
a. Bahwa berdasarkan Doktrin R. Soeroso bahwa Hubungan hukum (rechtbetrekkingen)
adalah hubungan antara dua subyek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di
satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.
b. Bahwa pernyataan Tergugat I dalam eksepsinya butir 4.1. halaman 5 tentang proses
AYDA tidak dapat dimaknai bahwa tidak ada lagi hubungan hukum antara Penggugat
dengan Tergugat. Tetapi proses AYDA yang disampaikan oleh Tergugat I tersebut adalah
suatu peristiwa hukum yang timbul berkaitan dengan pemenuhan kewajiban Penggugat
terhadap Tergugat I;
c. Bahwa selanjutnya telah timbul peristiwa hukum baru di antara Penggugat dengan
Tergugat I melalui Tergugat II dan Tergugat III (Hubungan Hukum) sebagaimana telah
Penggugat sampaikan pada angka 5 posita gugatan Penggugat;
d. Bahwa pernyataan Tergugat I dalam dalil eksepsinya pada butir 4.3. yang pada pokoknya
menyatakan bahwa “transaksi antara Penggugat dengan Tergugat III dan/atau

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
7

Tergugat II, tidak ada hubungannya dengan Tergugat I dan tanpa sepengetahuan
Tergugat II” adalah pernyataan yang tidak beralasan secara hukum. Karena pada
prinsipnya bahwa perbuatan Tergugat II dan Tergugat III terhadap penggugat adalah
representasi dari Tergugat I, representasi mana bahwa Perbuatan Tergugat II dan
Tergugat III kepada Penggugat sebagai perbuatan badan hukum tempat Tergugat II dan
Tergugat III bekerja (i.c Tergugat I);
e. Bahwa ternyata hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat I di atas (vide
butir 2 huruf c dan d) dinodai oleh perbuatan Tergugat I yang melanggar hak
Penggugat dengan tidak memberikan (menahan) SHM No. 394 milik Penggugat
padahal telah dibayar lunas oleh Penggugat sebagaimana bukti Surat Tanda Terima
tertanggal 09 September 2020.

3. Dengan demikian, terungkap suatu fakta hukum bahwa benar masih terdapat hubungan
hukum antara Penggugat dengan Tergugat I dan hubungan hukum itu belum berakhir.
Oleh karena itu, sangat berasalan hukum bagi Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa
perkara a quo untuk Menolak Eksepsi Tergugat I tersebut.

V. Gugatan Tidak Jelas, Kabur atau Obscur Libel, Karena Terdapat Pertentangan Dalil Posita
Gugatan Satu Sama Lain

1. Bahwa sesat dalil eksepsi Tergugat I pada butir 5.4. halaman 6 yang membandingkan dalil
posita gugatan penggugat pada angka 2 dengan angka 5 huruf a jo angka 6. Dimana
Tergugat I tidak merperhatikan lintasan waktu dan peristiwa hukum apa yang terjadi
sebagaimana dalam dalil posita gugatan penggugat pada angka 2 dengan angka 5 huruf a jo
angka 6 tersebut;

2. Bahwa dalil-dalil posita gugatan Penggugat tentulah Penggugat susun sistematis


berdasarkan kebenaran lintas waktu kejadian (kronologis perkara a quo) dengan
berdasarkan pula pada peristiwa-peristawa hukum yang terjadi. Sehingga, tidaklah
beralasan hukum dan mengada-ngada dalil Tergugat I tentang “Gugatan Tidak Jelas, Kabur
atau Obscur Libel, Karena Terdapat Pertentangan Dalil Posita Gugatan Satu Sama Lain”
tersebut;

3. Bahwa kemudian, Tergugat I seolah-olah tersesat dalam alam pikiran dan pemahamannya
sendiri dalam menyusun eksepsinya yang terlihat jelas dalam butir 5.6. dan butir 5.9.
halaman 7, dimana Tergugat I menambahkan sendiri dalil tentang proses AYDA (peristiwa
hukum dalam perkara a quo). Atau dengan kata lain, Tergugat I seolah-olah menambahkan
sendiri dalil gugatan Penggugat dan kemudian dengan sesat menyimpulkan sendiri jika
“Gugatan Tidak Jelas, Kabur atau Obscur Libel, Karena Terdapat Pertentangan Dalil Posita
Gugatan Satu Sama Lain”;

4. Bahwa selanjutnya, Tergugat I dalam eksepsinya pada butir butir 5.9. halaman 7
menyatakan bahwa “bagaimana mungkin Penggugat masih melakukan
penyicilan/pelunasan terhadap SHM No. 1094 dan SHM 394 pada bulan Juli 2020,
sedangkan terhadap SHM No. 1094 dan SHM No. 394, bukan merupakan agunan lagi
karena sudah dianggap lunas karena agunan telah diserahkan kepada Tergugat I secara
AYDA, karena itu patut dan berdasar untuk menyatakan gugatan Penggugat obscur

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
8

libel”. Terhadap pertanyaan atau keraguan Tergugat I tersebut dapat Penggugat jawab
bahwa Penggugat masih melakukan penyicilan/pelunasan terhadap SHM No. 1094 dan
SHM 394 pada bulan Juli 2020 meskipun sebelumnya dianggap lunas secara AYDA,
dikarenakan adanya tawaran dan persetujuan dari Tergugat II dan Tergugat III sebagai
wakil Tergugat I kepada Penggugat untuk mencari pembeli dalam jangka waktu 30 hari;

5. Bahwa peristiwa tawar menawar (negosiasi) dan persetujuan dari Tergugat II dan Tergugat
III sebagai wakil Tergugat I kepada Penggugat tersebut terjadi berdasarkan kebebasan
kehendak (wilsleer), dengan mengungkapkan/menyatakan apa yang diinginkan (verklaring)
oleh Tergugat I melalui Tergugat II dan Tergugat III kepada Penggugat, serta atas dasar
kepercayaan (vertrouwens) Penggugat terhadap PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA (i.c
Tergugat I) sehingga telah terjadi penawaran (offer) dan penerimaan/persetujuan
(acceptance);

6. Bahwa mengenai peristiwa tawar menawar dan persetujuan dari Tergugat II dan Tergugat
III kepada Penggugat tersebut tidak diketahui oleh Tergugat I, hal itu tidak seharusnya
dipertanyakan kepada Penggugat. Lagipula, Penggugat sebagai debitur merupakan
korban dari Perbuatan Melawan Hukum dari Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III
dalam perkara a quo yang harus dilindungi menurut hukum;

7. Dengan demikian, dalil eksepsi Tergugat I tentang “Gugatan Tidak Jelas, Kabur atau
Obscur Libel, Karena Terdapat Pertentangan Dalil Posita Gugatan Satu Sama Lain”
tersebut adalah dalil yang sengaja “mengaburkan” dan/atau sengaja
“mempertentangkan” dalil posita gugatan Penggugat satu sama lain. Oleh karenanya,
eksepsi Tergugat I tersebut demi hukum haruslah ditolak.

DALAM POKOK PERKARA :

1. Bahwa semua yang Penggugat sampaikan pada bagian Replik terhadap Eksepsi mohon
dianggap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Replik terhadap Jawaban Dalam
Pokok Perkara ini;

2. Bahwa Penggugat tetap berpegang teguh pada dalil-dalil gugatan Penggugat dan menolak
semua yang didalilkan Tergugat dalam Jawabannya tertanggal 27 Oktober 2021, kecuali yang
secara tegas dan jelas diakui kebenarannya oleh Penggugat;

3. Bahwa benar awalnya hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat I tercipta
berdasarkan Perjanjian Kredit yang telah terjalin sejak tahun 2017, dimana Penggugat sebagai
Debitur telah menerima Fasilitas Kredit (Pinjaman) dari Tergugat I sebagai Kreditur. Hal ini
sebagaimana juga telah diakui oleh Tergugat I dalam Jawabannya pada butir 3 di halaman 8;

4. Bahwa Tergugat I dalam Jawaban butir 7 di halaman 9 mengakui bahwa “Tergugat I


menyetejui permohonan penyelesaian kredit Penggugat tersebut, dengan skenario
Kredit...dst”. Bahwa Penyelesaian Kredit Penggugat dan skenario kredit yang telah diakui dan
disetujui oleh Tergugat I tersebut merupakan serangkaian proses negosiasi atau penawaran
(offer) dan penerimaan/persetujuan (acceptance) antara Penggugat dengan Tergugat II dan
Tergugat III sebagai wakil dari Tergugat I, sebagaimana peristiwa hukumnya telah diuraikan

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
9

dalam butir 4 dan butir 5 dalil posita gugatan Penggugat pada di halaman 3. Atau dengan kata
lain bahwa Negosiasi yang terjadi di antara Penggugat dengan Tergugat II dan Tergugat III
sepenuhnya diakui, diketahui, dan disetujui oleh Tergugat I;

5. Bahwa kemudian, dengan sendirinya Tergugat I juga telah mengakui atau tidak membantah
butir 5 huruf b dalil posita gugatan Penggugat, dimana Tahap Kedua Penggugat wajib
melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No. 394 dan SHM No. 1094 dengan prosedur
AYDA (Aset Yang Diambil Alih), dengan prosedur Penggugat dapat menebus kembali dan/atau
mencari Pihak Lain untuk menebus kembali Jaminan SHM No. 394 dan SHM No. 1094 tersebut
dengan ketentuan:
- Pelunasan Jaminan SHM No. 394 sebesar Rp. 1.100.000.000.- (satu milyar seratus juta
rupiah);
- Pelunasan Jaminan SHM No. 1094 sebesar Rp. 450.000.000,- (empat ratus lima puluh juta
rupiah);

6. Bahwa berdasarkan penjelasan di atas (vide butir 4 dan butir 5), terlihat secara jelas akan
adanya kesadaran yang diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan persetujuan Tergugat I atas
apa yang ditawarkan dan disetujui oleh Tergugat II dan Tergugat III sebagai wakil Tergugat I
kepada Penggugat. Sehingga, terlihat dengan jelas bahwa Tergugat I memiliki “Niat Buruk”
dan “Perilaku Tamak” terhadap Asset milik Penggugat. Dimana Tergugat I tidak memenuhi
hak Penggugat dengan tidak menyerahkan atau tidak mengembalikan dan/atau menahan
SHM No. 949 kepada Penggugat padahal secara sah Penggugat telah melakukan Pelunasan
harga, pelunasan mana telah diakui, disetujui dan diketahui oleh Tergugat I. Oleh karena
itu, secara hukum patut dinyatakan bahwa Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III tidak
memiliki itikad baik dan bahkan telah melanggar hak-hak keperdataan Penggugat. Maka, telah
terbukti berikut tidak terbantahkan bahwa Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah
melakukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Onrechtmatige Daad);

7. Bahwa tidak benar dan mengada-ngada dalil Jawaban Tergugat I pada butir 8 di halaman 9,
dimana fakta yang sebenarnya adalah sebagaimana fakta yang Penggugat jelaskan pada butir
5 di atas;

8. Bahwa benar dan fakta hukum dalil Jawaban Tergugat I pada angka 9 di halaman 9 sepanjang
berkaitan dengan Kesepakatan Tahap Pertama dan Tahap Kedua tersebut, Tahap Kedua mana
yang telah disepakati adalah Prosedur AYDA sebagaimana fakta yang telah Penggugat jelaskan
pada butir 5 di atas, yaitu: Penggugat wajib melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No.
394 dan SHM No. 1094 dengan prosedur AYDA (Aset Yang Diambil Alih), dengan prosedur
Penggugat dapat menebus kembali dan/atau mencari Pihak Lain untuk menebus kembali
Jaminan SHM No. 394 dan SHM No. 1094 tersebut dengan ketentuan:
- Pelunasan Jaminan SHM No. 394 sebesar Rp. 1.100.000.000.- (satu milyar seratus juta
rupiah);
- Pelunasan Jaminan SHM No. 1094 sebesar Rp. 450.000.000,- (empat ratus lima puluh juta
rupiah);

9. Bahwa dalil Jawaban Tergugat pada butir 10 halaman 10 disebutkan bahwa “maka sisa
kewajiban Penggugat adalah Rp. 3.525.154.077,74”, tetapi berdasarkan Surat Nomor:

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
10

Mdn/118/FSD/0521, Perihal Tanggapan Atas Permohonan Pengeluaran Asli SHM No. 394 dan
SHM No. 1094, tertanggal 08 Mei 2021, dengan Kepala Surat tertulis KANTOR
ADVOKAT/PENASIHAT HUKUM FAJAR SYAHNAN DAMANIK (FSD) & REKAN, disebutkan bahwa
“debitur a/n PT. SINAR MONTILI memiliki sisa hutang (kewajiban) sebesar +/- Rp. 2,2 Milyar
ke Bank Sahabat Sampoerna...dst”. Bahwa terlihat perbedaan (selisih nilai yang cukup besar)
sisa hutang (kewajiban) Penggugat ke Tergugat I, dimana terlihat Pencatatan Keuangan yang
buruk dari Tergugat I selaku Lembaga Pembiayaan Sektor Keuangan Perbankan yang tidak
memenuhi prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usahanya;

10. Bahwa berdasarkan perbuatan Tergugat I di atas (vide butir 9), secara hukum telah patut
dinyatakan bahwa Tergugat I telah melanggar Pasal 29 ayat (2) UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN, terkait “Bank wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”;

11. Bahwa dapat Penggugat jelaskan disini bahwa berdasarkan negosiasi atau penawaran (offer)
dan penerimaan/persetujuan (acceptance) antara Penggugat dengan Tergugat I melalui
Tergugat II dan/atau Tergugat III, Tergugat III menyampaikan bahwa Tergugat I telah
menyetujui permohonan Restrukturisasi Kredit Penggugat. Sehingga terjadi kesepakatan
Restrukturisasi Kredit antara Penggugat dengan Tergugat I yang dilakukan dengan cara
bertahap dengan ketentuan:
a. Tahap pertama Penggugat wajib melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No. 949,
dengan jumlah pembayaran sebesar Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah) kepada
Tergugat I;
b. Tahap kedua Penggugat wajib melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No. 394 dan
SHM No. 1094 dengan prosedur AYDA (Aset Yang Diambil Alih), dengan prosedur
Penggugat dapat menebus kembali dan/atau mencari Pihak Lain untuk menebus kembali
Jaminan SHM No. 394 dan SHM No. 1094 tersebut dengan ketentuan:
- Pelunasan Jaminan SHM No. 394 sebesar Rp. 1.100.000.000.- (satu milyar seratus juta
rupiah);
- Pelunasan Jaminan SHM No. 1094 sebesar Rp. 450.000.000,- (empat ratus limapuluh
juta rupiah);
Dengan demikian, perhitungan (rincian) hutang Penggugat adalah Rp. 700.000.000,- + Rp.
1.100.000.000.- + Rp. 450.000.000,- = Rp. 2.250.000.000,- (dua milyar dua ratus lima puluh
juta rupiah);

12. Bahwa adapun realisasi dan/atau peristiwa hukum yang telah terjadi atas Restrukturisasi
Kredit Penggugat di atas (vide butir 10), sesuai dengan fakta dapat Penggugat uraikan sebagai
berikut:
a. Bahwa Penggugat telah melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No. 949, dengan
jumlah pembayaran sebesar Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah) melalui Tergugat
III, sebagaimana dalam bukti Surat Tanda Terima tertanggal 11 Maret 2020. Dimana
Penggugat telah menerima pengembalian asli SHM No. 949 berserta Surat Roya HT nya

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
11

dari Tergugat I melalui Tergugat II. Bahwa prosedur pembayaran yang terjadi adalah
Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III menjemput uang tunai dari Penggugat;
b. Bahwa pada faktanya Penggugat telah melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM
No. 394 dengan pembayaran secara bertahap sejak bulan Juli 2020 sampai dengan
Penggugat telah melakukan pelunasan secara penuh sebesar Rp. 1.100.000.000.- (satu
milyar seratus juta rupiah) pada bulan September 2020 sesuai dengan bukti Surat Tanda
Terima tertanggal 09 September 2020. Dimana dalam Surat Tanda Terima tertanggal 09
September 2020 tersebut Tergugat I menyatakan akan mengembalikan asli SHM No. 394
beserta Surat Roya HT kepada Penggugat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah
pelunasan. Namun, sampai dengan sekarang ini ternyata Tergugat I tidak memenuhi
kewajibannya untuk menyerahkan atau mengembalikan SHM No. 394 kepada
Penggugat, dengan tidak memenuhi kewajibannya dimana Tergugat I, Tergugat II, dan
Tergugat III telah melanggar (menahan) hak Penggugat atas SHM No. 394 tersebut.
Bahwa prosedur pembayaran yang terjadi adalah Tergugat I melalui Tergugat II
dan/atau Tergugat III menjemput uang tunai dari Penggugat;
c. Bahwa Penggugat telah membayar Uang Muka atau Down Payment sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) atas Jaminan SHM No. 1094 kepada Tergugat I
melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III, sesuai dengan bukti Surat Tanda Terima
tertanggal 13 Juli 2020. Sehingga sisa pelunasan (hutang) Penggugat sebesar Rp.
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) terhadap Jaminan SHM No. 1094. Bahwa prosedur
pembayaran yang terjadi adalah Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III
menjemput uang tunai dari Penggugat;
Dengan demikian, demi hukum dari total hutang Penggugat sebesar Rp. 2.250.000.000,- (dua
milyar dua ratus lima puluh juta rupiah) tersebut (vide butir 10), sisa kewajiban (hutang)
Penggugat terhadap Tergugat I adalah sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)
terhadap Jaminan SHM No. 1094;

13. Bahwa berdasarkan peristiwa hukum di atas (vide butir 12), terungkap suatu fakta hukum
bahwa Tergugat I telah mengembalikan kepada Penggugat asli SHM No. 949 berserta Surat
Roya HT nya dari Tergugat I melalui Tergugat II, tetapi asli SHM No. 394 belum dan atau tidak
dikembalikan oleh Tergugat I kepada Penggugat sampai dengan saat ini. Padahal faktanya
prosedur pembayaran terhadap Jaminan SHM No. 949 dan Jaminan SHM No. 394 yang
terjadi adalah sama yaitu menjemput uang tunai dari Penggugat, dan juga nyatanya
dilakukan oleh orang yang sama (Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III), dan
bentuk Surat Tanda Terima Uang yang sama, serta diketahui dan disetujui pula oleh
Tergugat I;

14. Bahwa selanjutnya, Penggugat heran terhadap Surat Nomor: Mdn/118/FSD/0521, Perihal
Tanggapan Atas Permohonan Pengeluaran Asli SHM No. 394 dan SHM No. 1094, tertanggal 08
Mei 2021, dengan menggunakan Kepala Surat KANTOR ADVOKAT/PENASIHAT HUKUM FAJAR
SYAHNAN DAMANIK (FSD) & REKAN tersebut. Dimana dalam surat tersebut tertulis “sisa
hutang (kewajiban) sebesar +/- Rp. 2,2 Milyar” ke Bank Sahabat Sampoerna (i.c Tergugat I),
tanpa disertai adanya Data Resmi dan Valid dari Tergugat I, bahkan surat tanggapan yang
resmi tersebut pula sangat disayangkan tidak dikeluarkan langsung oleh Tergugat I (i.c
_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
12

Direksi PT. Bank Sahabat Sampoerna), tetapi malah menggunakan Kepala Surat salah satu
Kantor Advokat. Bahwa, disini Penggugat ragu terhadap apa yang telah ditegaskan oleh
Tergugat I dalam eksepsinya bahwa: “karena dalam hukum, untuk mempertanggung
jawabkan suatu perbuatan dari Badan Hukum i.c PERSEROAN TERBATAS, haruslah diwakili
oleh direksi perseroan tersebut”, tanggung jawab Direksi mana ternyata tidak dirasakan
oleh Penggugat bahkan membingungkan Penggugat selaku Nasabah dan Debitur dari PT.
Bank Sahabat Sampoerna (i.c Tergugat I). Sejatinya, Lembaga Perbankan haruslah mampu
menyajikan catatan yang resmi, lengkap dan valid kepada Nasabah dan debiturnya sebagai
wujud Perlindungan Konsumen di Indonesia;

15. Bahwa mengenai Penyerahan uang langsung dari Penggugat sebagaimana disampaikan
Tergugat I dalam dalil Jawabannya butir 20 dan butir 21 di halaman 21, dimana Tergugat I
menyatakan “bahwa pengakuan/tindakan Penggugat yang menyerahkan uang langsung
kepada Tergugat III tanpa sepengetahuan Tergugat I adalah Illegal dan tidak ada hubungan
hukumnya dengan Tergugat I...dst”. Bahwa terhadap jawaban tersebut Penggugat
menegaskan bahwa Penggugat menyerahkan uang langsung kepada Tergugat III dan/atau
kepada Tergugat II adalah bukan suatu tindakan yang “melawan hukum” atau “Illegal” seperti
yang disampaikan oleh Tergugat I. Karena Penggugat menyerahkan uang kepada orang (i.c
Tergugat II dan Tergugat III) yang mewakili Tergugat I, serta setiap kali Penggugat
menyerahkan uang kepada Tergugat III dan/atau kepada Tergugat II, Penggugat menerima
Surat Tanda Terima Uang yang resmi dari Tergugat I;

16. Bahwa apa yang disampaikan oleh Tergugat I dalam dalil Jawabannya pada butir 24 di
halaman 14 yang menyatakan “Bahwa sepertinya Penggugat dengan terburu-buru dan tidak
hati-hati menyerahkan uang menurut Penggugat sebesar Rp. 1.100.000.000,- untuk
melakukan pelunasan terhadap jaminan SHM No.394...dst”. Bahwa terhadap apa yang
Tergugat I sampaikan tersebut, Penggugat menegaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa asli SHM No. 394 belum dikembalikan oleh Tergugat I sampai dengan saat ini,
kepada Penggugat, padahal faktanya terhadap Jaminan SHM No. 949 dan Jaminan SHM No.
394 prosedur pembayaran yang terjadi adalah sama (menjemput uang tunai dari
Penggugat), dilakukan oleh orang yang sama (Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau
Tergugat III), bentuk Surat Tanda Terima Uang yang sama, serta diketahui dan disetujui
oleh Tergugat I;
b. Bahwa Penggugat adalah Nasabah dan Debitur yang selalu melaksanakan prinsip hati-hati
dan tidak mungkin terburu-buru (karena hal itu berkaitan dengan harta
kekayaan/nominal uang) dalam melakukan segala transaksi keuangan kepada Tergugat I,
dimana Penggugat menyerahkan uang tersebut kepada pekerja yang nota bene berstatus
sebagai Pejabat di Bank Sahabat Sampoerna (i.c Tergugat I), dan kemudian setelahnya
Penggugat mendapatkan Surat Tanda Terima uang;
c. Bahwa menyerahkan uang langsung kepada Bank pada saat dijemput oleh karyawan Bank
adalah dikenal dan resmi menurut Hukum Perbankan Indonesia, dimana adanya
pengaturan hukum atas pelayanan Pick Up Service Perbankan didasarkan pada ketentuan
Bank Indonesia (BI) pada Surat Edaran BI Nomor: 13/29DNP Tahun 2013 yang mengatur
mengenai Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang melakukan Layanan
Nasabah Prima;
d. Bahwa berdasarkan Job Description atau Deskripsi Jabatan Tergugat III sebagai West
Collection Dept. Head PT. BANK SAHABAT SAMPOERNA (i.c Tergugat I), jelas di nyatakan di

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
13

situ adanya wewenang Tergugat III, adalah termasuk menerima pelunasan secara Cash
dari Debitur;

17. Bahwa dalam perkara a quo yang tidak hati-hati adalah Tergugat I, dimana Tergugat I yang
telah melanggar Pasal 29 ayat (2) Juncto Pasal 49 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN
1992 TENTANG PERBANKAN, terkait “Bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian”. Selanjutnya, Tergugat I juga secara nyata telah melanggar UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN karena Bank Sahabat Sampoerna telah merugikan Nasabah dan Debiturnya (i.c
Penggugat);

18. Bahwa mengenai Proses AYDA dan Surat Kuasa berikut Pengikatan Diri Untuk Melakukan
Jual Beli sebagaimana dalil Jawaban Tergugat I dalam butir 13, 14, dan butir 15 di halaman 11
dan 12, secara hukum dianggap tidak berlaku lagi karena adanya peristiwa hukum negosiasi
atau penawaran (offer) dan penerimaan/persetujuan (acceptance) antara Penggugat dengan
Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III, Tergugat III menyampaikan bahwa
Tergugat I telah menyetujui permohonan Restrukturisasi Kredit Penggugat, sebagaimana yang
telah Penggugat jelaskan pada butir 5, butir 8, butir 11, dan butir 12 di atas. Dimana hal
tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 1413 KUHPerdata, yang sejalan juga dengan
Doktrin Prof. Kusmadi, S.H yang berpendapat bahwa “Pembaharuan hutang (novasi) adalah
perjanjian yang menyebabkan hapusnya perikatan lama dan pada saat itu juga lahir
perikatan baru”;

19. Bahwa di dalam Proses AYDA, oleh Tergugat I memberikan waktu kepada Penggugat selama
30 (tiga puluh) hari untuk melakukan pengosongan, tetapi faktanya dalam jangka waktu
tersebut Tergugat I tidak ada menyampaikan peringatan resmi dan/atau tidak ada melakukan
pengosongan dimaksud. Dengan demikian, terlihat secara jelas akan adanya kesadaran yang
diwujudkan dalam bentuk pengakuan Tergugat I, bahwa Tergugat I sepenuhnya mengetahui
dan menyetujui adanya peristiwa hukum negosiasi atau penawaran (offer) dan
penerimaan/persetujuan (acceptance) antara Penggugat dengan Tergugat I melalui Tergugat II
dan/atau Tergugat III tersebut, karena faktanya Tergugat I tidak melaksanakan pengosongan
terhadap asset milik Penggugat;

20. Bahwa akan tetapi, pada tanggal 05 Februari 2021 (setelah Penggugat melayangkan Surat
Somasi Pertama kepada Tergugat I), Tergugat I ada memasang Plang “Menjual” asset milik
Penggugat yang terletak di terletak di Jl. Cipto No. 61 Lubuk Pakam Pekan, Kabupaten Deli
Serdang (SHM Nomor: 394., seluas 188 M2). Bahwa dari peristiwa pemasangan Plang
“Menjual” tersebut terlihat secara nyata sifat ketidakhati-hatian Tergugat I dalam
menjalankan usahanya;

21. Bahwa sangat tidak benar dan terkesan memutarbalikkan fakta dalil Jawaban Tergugat I pada
butir 11 huruf b yang menyatakan: “dan yang benar adalah pembayaran pelunasan
sebahagian pinjaman pokok dilakukan melalui transfer pada tanggal 17 Maret 2020...dst”.
Bahwa fakta yang sebenarnya berdasarkan apa yang Penggugat lakukan sendiri (mengalami
sendiri) adalah Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III menjemput uang tunai dari
Penggugat sebesar Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah);

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
14

22. Bahwa terhadap dalil Jawaban Tergugat I pada butir 11 huruf b, butir 19, butir 21, 22, 23
sampai dengan butir 30, fakta yang sebenarnya terjadi adalah:
a. Penggugat tidak pernah disarankan dan/atau diwajibkan oleh Tergugat I, Tergugat II,
maupun Tergugat III untuk secara formal harus membuat Surat Permohonan Tertulis
Kepada Tergugat I dengan mencantumkan nilai penebusan yang dikehendaki Penggugat;
b. Penggugat tidak pernah disarankan dan/atau diwajibkan oleh Tergugat I, Tergugat II,
maupun Tergugat III untuk melakukan pembayaran dengan cara transfer ke rekening
Bank atau wajib diserahkan di kasir;
c. Bahwa semua prosedur Pembayaran yang terjadi sesuai dengan arahan Tergugat II dan
Tergugat III mewakili badan hukum tempat Tergugat II dan Tergugat III bekerja (i.c Tergugat
I), prosedur pembayaran mana Tergugat I melalui Tergugat II dan/atau Tergugat III
menjemput uang tunai dari Penggugat;
d. Bahwa karena Tergugat II dan Tergugat III mewakili badan hukum tempat Tergugat II
dan Tergugat III bekerja (i.c Tergugat I), maka Penggugat percaya terhadap segala
perbuatan-perbuatan, arahan-arahan, penawaran-penawaran, dan persetujuan-
persetujuan dari Tergugat II dan dari Tergugat III.

23. Bahwa tidak benar atau tidak sesuai fakta berikut tidak beralasan hukum dalil Tergugat I
dalam Jawabannya yang kerap kali menegaskan bahwa “maka sisa hutang Debitur atau
Penggugat menjadi Rp. 0 alias NIHIL atau LUNAS”. Karena fakta yang sebenarnya adalah
sebagaimana yang telah Penggugat sampaikan pada butir 5, butir 8, butir 11, dan butir 12
Juncto butir 16 di atas yang ditandai dengan adanya perikatan baru;

24. Bahwa dalil Jawaban Tergugat I dari butir 3 sampai dengan butir 31 yang dipertegas pada butir
26 dan butir 31 di halaman 8-16, menyebutkan bahwa “berdasarkan alasan-alasan di atas,
terlihat jelas tidak ada alasan hukum untuk menyatakan Tergugat I telah melakukan
perbuatan melawan hukum terkait SHM No. 394... SHM No. 1094...dst”. Bahwa Penggugat
membantah dengan tegas dalil Tergugat I tersebut, karena faktanya adalah Penggugat telah
melakukan pelunasan terhadap Jaminan SHM No. 394 secara penuh sebesar Rp.
1.100.000.000.- (satu milyar seratus juta rupiah) pada bulan September 2020 sesuai dengan
Bukti Surat Tanda Terima tertanggal 09 September 2020. Namun, sampai dengan perkara a
quo diajukan ternyata Tergugat I tidak memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan atau
mengembalikan SHM NO. 394 kepada Penggugat, sehingga Tergugat I, Tergugat II, dan
Tergugat III TELAH MELANGGAR (MENAHAN) HAK PENGGUGAT ATAS SHM NO. 394 tersebut
yang MENIMBULKAN KERUGIAN BESAR BAGI TERGUGAT. Dengan demikian, telah terbukti
dan tidak terbantahkan bahwa Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatig daad).

25. Bahwa dalil Jawaban Tergugat I pada butir 32 sampai dengan butir 51 di halaman 16-20,
Tergugat I menarik Permasalahan Perkara Pidana Tergugat II dan Perkara Pidana Tergugat
III ke dalam Permasalahan Perkara Perdata dalam perkara a quo. Bahwa terhadap dalil
Tergugat I tersebut, Penggugat hendak menyampaikan bahwa dalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia Reg. No.: 60 K/Sip/1960 tertanggal 2 Maret 1960
menyatakan bahwa “Membuktikan Sesuatu dalam perkara Perdata tidak perlu secara
mutlak adanya putusan Hakim Pidana”. Dengan demikian, terhadap dalil Tergugat I tersebut

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
15

mohon pertimbangan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) dari Yang Mulia Majelis Hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo;

26. Bahwa Tergugat I dalam dalil Jawabannya pada butir 51 di halaman 20 secara nyata dan tegas
telah mengakui bahwa “terbukti yang dihukum karena melakukan perbuatan melanggar
hukum adalah Tergugat II Jackson dan Tergugat III Firman Sidiek”. Bahwa atas dasar
pengakuan Tergugat I tersebut, dan oleh karena Tergugat II dan Tergugat III telah melakukan
Tindak Pidana Penggelapan Dalam Jabatan, maka dengan berdasarkan Pasal 1367
KUHPerdata Jo. Pasal Pasal 1365 KUHPerdata maka Tergugat I dengan sendirinya juga telah
melakukan Perbuatan Melawan Hukum dan oleh karenanya Tergugat I haruslah mengganti
segala kerugian yang diderita oleh Penggugat dalam perkara a quo;

27. Bahwa tidak beralasan hukum dan menyesatkan dalil Tergugat I pada butir 53 halaman 21,
dimana mengenai Kode Etik Advokat tidak sepantasnya hal tersebut dikaitkan dengan posisi
Penggugat yang saat ini menjadi korban perbuatan melawan hukum dari Tergugat I, Tergugat
II dan Tergugat III dalam perkara a quo. Lagipula, hendaknya Tergugat I lebih teliti dalam
melihat lintasan waktu kejadian (tanggal) Somasi antara dari Kantor Hukum ARFAN, S &
Partners dan juga waktu kejadian (tanggal) somasi dari Kantor Hukum A.B.S. Law Office &
Partner tersebut dengan waktu kejadian (tanggal) Berkekuatan Hukum Tetap Putusan Pidana
Tergugat II dan Tergugat III, sehingga layak dijadikan dalil dalam perkara a quo. Bahkan dari
dalil tersebut terlihat bahwa Tergugat I kurang memahami makna dan perbedaan waktu
Somasi dalam sistem (tahapan) Hukum Acara Perdata di Indonesia, dimana pada saat itu
Penggugat menggunakan Jasa Hukum Kantor Hukum ARFAN, S & Partners dalam tahap proses
(Non-Litigasi), dengan harapan adanya perdamaian secara kekeluargaan dengan Tergugat I,
namun Tergugat I bersikeras dan terkesan membiarkan Penggugat selaku Nasabah dan
Debiturnya terus menerus menderita kerugian. Dan pada pada faktanya saat itu belum ada
Putusan Pengadilan yang menyatakan secara sah dan meyakinkan Tergugat II dan Tergugat
III terbukti bersalah sebagai “PELAKU” Tindak Pidana Penggelapan Dalam Jabatan, serta
belum ada Putusan Pengadilan yang menyatakan bahwa Penggugat sebagai “KORBAN”
atas Tindak Pidana Penggelapan Dalam Jabatan yang dilakukan oleh Tergugat II dan
Tergugat III tersebut;

28. Bahwa mengenai dalil Tergugat I pada butir 54 sampai dengan butir 58 di halaman 21-22,
Penggugat dengan jelas telah menguraikan alasan-alasan dan dasar hukumnya dalam dalil
posita gugatan Penggugat. Oleh karena itu, Penggugat mohon kepada Yang Mulia Majelis
Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk menolak seluruh dalil-dalil Jawaban Tergugat I
Dalam Pokok Pekara tersebut;

29. Bahwa mengenai dalil Tergugat I pada butir 57, Tergugat I sepertinya tidak memahami dan
mengerti akan dasar hukum dalam mengajukan dalil eksepsinya, terbukti Tergugat I
mendalilkan terhadap uang paksa (dwangsom) dan putusan serta merta (uit voerbaar bij
voorraad) tidak dapat di satukan berdasarkan jurisprudensi pasal 68 Rv, di karenakan Rv
hanya berlaku untuk Jawa Madura dan bukan berlaku untuk Luar Jawa dan Madura

30. Bahwa berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, telah terungkap suatu fakta hukum bahwa
Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III tidak memiliki itikad baik dan bahkan telah melanggar
hak-hak keperdataan Penggugat yang menimbulkan kerugian yang sangat besar pada

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
16

Penggugat. Dengan demikian, sangat beralasan hukum bagi Yang Mulia Majelis Hakim
pemeriksa perkara a quo untuk Menyatakan Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III telah
melakukan PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Onrechtmatige Daad);

31. Bahwa oleh karena Penggugat sangat meragukan Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III akan
mematuhi (lalai) dalam pelaksanaan isi Putusan ini apabila Gugatan dalam perkara a quo
dikabulkan nantinya, maka sangat berdasar menurut hukum Tergugat dihukum untuk
membayar uang paksa (dwangsoom) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kepada
Penggugat setiap harinya terhitung sejak putusan dalam perkara a quo mempunyai
kekuatan hukum tetap (InKracht Van Gewijsde), hingga putusan dalam perkara a quo dapat
dijalankan dengan sempurna;

32. Bahwa oleh karena Gugatan yang diajukan oleh Penggugat dalam perkara a quo didasarkan
atas bukti-bukti yang otentik dan akurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 191 ayat (1) RBg,
maka sangat berdasar menurut hukum apabila terhadap putusan dalam perkara a quo dapat
dijalankan terlebih dahulu dengan serta merta (uit voerbar bij voorraad), meskipun ada upaya
hukum perlawanan, banding, kasasi maupun upaya hukum lainnya dari Penggugat ataupun
pihak lainnya;

33. Bahwa Penggugat mengajukan gugugatan a quo didasarkan atas bukti yang otentik berikut
seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat dapat Penggugat buktikan, maka sangat beralasan
secara hukum bagi Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili serta memutus perkara a
quo, mengabulkan gugatan yang diajukan Penggugat untuk seluruhnya;

34. Bahwa oleh karena Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah Melakukan Perbuatan Hukum,
maka Penggugat memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo
untuk menolak Jawaban Dalam Pokok Perkara dari Tergugat I untuk seluruhya.

Berdasarkan dalil-dalil di atas, mohon kiranya kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa
Perkara ini untuk memberikan Putusan dengan Amar Putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI:
1. Menolak Eksepsi dari Tergugat I untuk seluruhnya;

DALAM PROVISI:
“Menyatakan Sah Putusan Provisionil Yang Telah Diucapkan”

DALAM POKOK PERKARA:


1. Menolak Jawaban dari Tergugat I untuk seluruhnya;
2. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
3. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini;

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat,
Kantor Hukum A.B. S. Law Office & Partners

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488
17

Abdul Syukur Siregar, S.H. Darmansyah Chaniago, S.H., M.H.

Andreas Marojahan Sinaga, S.H.

_____________________________________________________________________
Office : Jl. Luku I No. 299 Medan - Sumut
Phone : +6285373742488

Anda mungkin juga menyukai