Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RINO SUJIYATMOKO

NIM : 042439091
MAKUL : Hukum Acara Pidana
TUGAS : 1 ( Satu )

Soal:

1. Apakah ada syarat mutlak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
sesuainya penerapan pasal antara tuntutan dan surat dakwaan dalam suatu persidangan?
Bagaimana dampak hukumnya apabila ada ketidaksesuaian penggunaan pasal antara
tuntutan dan dakwaan? Jelaskan secara lengkap dan jelas menggunakan dasar hukum.
2. Surat dakwaan juga dapat batal demi hukum Kemudian apabila batal, bisakah diajukan
kembali oleh jaksa?Jelaskan dengan jelas dan lengkap menggunakan dasar hukum.

Jawaban :

1. Surat tuntutan harus sesuai dengan surat dakwaan karena surat tuntutan adalah sikap
dari Penuntut Umum terhadap bukti-bukti yang terungkap di persidangan dan telah sesuai
dengan surat dakwaan, sebagaimana dalam Undang Undang dijelaskan perihal syarat
surat dakwaan yaitu syarat formil Pasal 143 ayat (2) huruf a KUHAP dan syarat materiil
Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP :
Pasal 143 Ayat 2 KUHAP :
Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi :
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Jika Penuntut Umum sudah yakin bahwa semua bukti yang diajukan sudah terpenuhi,
Penuntut Umum akan membuat surat tuntutan yang berisi kesalahan Terdakwa disertai
pidana yang akan dikenakan kepada Terdakwa.
Dengan demikian, surat tuntutan harus sesuai dengan surat dakwaan karena surat
tuntutan adalah sikap dari Penuntut Umum terhadap bukti-bukti yang terungkap di
persidangan dan telah sesuai dengan surat dakwaan.
Dan sebaliknya, jika dalil Penuntut Umum yang diuraikan dalam surat dakwaan tidak
sesuai dengan alat-alat bukti yang terungkap pada persidangan, Penuntut Umum bisa
menuntut agar Terdakwa dibebaskan. Namun dalam praktek hal ini jarang terjadi

2. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan syarat materiil adalah batal demi hukum,
hal ini ditentukan dalam pasal 143 ayat (3) KUHAP. Namun Jaksa Penuntut Umum dapat
mengubah dakwaannya paling selambat-lambatnya 7 hari sebelum sidang dimulai
sebagaimana dalam pasal 144 KUHAP ;
1. Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari
sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan
penuntutannya;
2. Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat –
lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai;
3. Dalam hal penuntut umum mengubah dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada
tersangka atau penasehat hukum dan penyidik.
2

Menganggapi pertanyaan yang bapak sampaiakan yaitu :

1. Dampak apabila tdk sesuai dakwaan dengan penuntutan?apakah gugur atau perlu
diperbaiki atau batal demi hukum atau lepas dari segala tuntutan atau bagaimana?
2. Apabila sdh diputus Pengadilan apakah Jaksa dapat melakukan Upaya Hukum?
Banding atau Kasasi atau bagaimana?

Jawaban Tanggapan saya:

1. Pasal 143 KUHAP mengatur mengenai surat dakwaan yang berbunyi:


1. Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar
segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan;
2. Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi:
3. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
4. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
5. Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) huruf b batal demi hukum;
6. Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada
tersangka atau kuasanya atau penasihat hukumnya dan penyidik, pada saat yang
bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan
negeri.

Jadi menjawab pertanyaan Anda, surat dakwaan juga bisa batal demi hukum jika tidak
memenuhi syarat materiil suatu surat dakwaan yaitu apabila tidak memuat uraian secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Penyidikan dan Penuntutan (hal. 449) menjelaskan bahwa Pasal 143 ayat (3) KUHAP
mengancam dengan tegas surat dakwaan yang tidak lengkap memuat syarat materiil
dakwaan, mengakibatkan surat dakwaan “batal demi hukum”.
Jadi surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat materiil adalah merupakan surat
dakwaan yang null and avoid atau van rechtswege nietig. Namun demikian, sifat batal
demi hukum yang ditentukan Pasal 143 ayat (3) KUHAP adalah tidak murni secara mutlak.
Masih diperlukan adanya pernyataan  batal dari hakim yang memeriksa perkara, sehingga
sifat surat dakwaan yang batal demi hukum, pada hakikatnya dalam praktik adalah
dinyatakan batal atau vernietig baar atau annulment.
Agar keadaan yang batal demi hukum tersebut efektif dan formal benar-benar batal,
diperlukan putusan pengadilan. Selama belum ada putusan pengadilan yang menyatakan
surat dakwaan batal, surat dakwaan yang batal demi hukum tersebut secara formal masih
tetap sah dijadikan landasan memeriksa dan mengadili terdakwa.
Apakah dengan adanya putusan yang menyatakan surat dakwaan batal demi hukum
dapat berakibat hilangnya hak dan kewenangan penuntut umum untuk mengajukan
perkara itu sekali lagi ke depan sidang pengadilan? Apakah di dalam putusan penetapan
yang berisi pernyataan surat dakwaan batal demi hukum telah melekat unsur nebis in
idem sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 76  KUHP
3
Yahya berpendapat bahwa dalam putusan yang menyatakan surat dakwaan batal demi
hukum, sama sekali belum melekat unsur nebis in idem. Unsur nebis in idem baru dapat
dianggap melekat pada suatu perkara, mesti terpenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam Pasal 76 KUHP
1. Perkaranya telah diputus dan diadili dengan putusan “positif”.
Tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa telah diperiksa materi perkaranya di
sidang pengadilan. Kemudian dari hasil pemeriksaan, hakim atau pengadilan telah
menjatuhkan putusan.
2. Putusan yang dijatuhkan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Dengan demikian, putusan yang dijatuhkan pengadilan atas alasan pertimbangan surat
dakwaan batal demi hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 143 ayat (3) KUHAP,
adalah putusan yang berada di luar jangkauan Pasal 76 KUHP. Ke dalam isi putusan yang
menyatakan surat dakwaan batal demi hukum tidak akan pernah melekat unsur nebis in
idem, karena putusan itu sendiri sama sekali bukan menyangkut peristiwa pidana yang
dilakukan terdakwa. Peristiwa pidana yang dilakukan terdakwa belum disentuh dalam
putusan. Yang dipetimbangkan baru mengenai hal kelengkapan dan kesempurnaan surat
dakwaan.
Terhadap surat dakwaan yang batal demi hukum dapat disimpukan bahwa:[9]
1. Pada putusan pembatalan surat dakwaan  tidak melekawat unsur nebis in idem;
2. Oleh karena itu jaksa berwenang untuk mengajukannya sekali lagi ke pemeriksaan
sidang pengadilan dengan jalan:
a. Mengganti surat dakwaan yang lama, dan
b. Mengajukan surat dakwaan baru yang telah diperbaiki dan disempurnakan
sedemikian rupa sehingga benar-benar memenuhi syarat surat dakwaan yang
ditentukan Pasal 143 ayat (2) KUHAP.
3. Atas surat dakwaan baru yang disempurnakan tadi, pengadilan memeriksa dan
memutus peristiwa pidana yang dilakukan dan didakwakan kepada diri terdakwa.
Jadi putusan pengadilan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum, secara yuridis
tidak menghilangkan kewenangan jaksa untuk mengajukan terdakwa kembali ke
pemeriksaan sidang pengadilan.
2. putusan pengadilan yang menyatakan dakwaan batal demi hukum, secara yuridis tidak
menghilangkan kewenangan jaksa untuk mengajukan terdakwa kembali ke pemeriksaan
sidang pengadilan

Anda mungkin juga menyukai