Anda di halaman 1dari 3

NOTA KEBERATAN

ATAS NAMA TERDAKWA ZAENAL ARIFIN


DALAM PERKARA PIDANA
NOMOR REGISTER PERKARA : PDM-47/SRG/06/2020

Didakwa

I. Dakwaan kesatu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tentang Penggelapan.

Majelis Hakim yang Terhormat, Penuntun


Umum yang Kami hormati,
Sidang Pengadilan yang kami muliakan

Kami selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa ZAENAL ARIFIN mengucapkan terima kasih
kepada Majelis Hakim yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk mengajukan
Nota Keberatan terhadap Surat Dakwaan Penuntut Umum.

“Dalam hal TERDAKWA atau Penasehat Hukum mengajukan keberatan dakwaan tidak
dapat diterima atau Surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberikan
kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut selanjutnya mengambil keputusan”.

Bahwa Surat Dakwaan dalam perkara pidana merupakan pedoman dasar dari
keseluruhan proses pidana, yakni keseluruhan isi Surat Dakwaan merupakan dasar dari
pemeriksaan dasar dari pemeriksaan dan dasar bagi keputusan hakim.

Setelah kami tim Penasehat Hukum mempelajari Surat Dakwaan Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Serang dengan Nomor Register Perkara : PDM-47/SRG/06/2020
tanggal 16 Juni 2020 yang dibacakan pada Senin, 13 Juli 2020, maka pada sidang
hari ini perkenankanlah kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa ZAENAL ARIFIN untuk
mengajukan dan membacakan Nota Keberatan yang selengkapnya sebagai berikut :

1. Keberatan Mengenai Surat Dakwaan Salah Menerapkan Pasal


 Bahwa dalam dakwaan Penuntut Umum telah menjerat TERDAKWA
ZAENAL ARIFIN dengan pasal 372 KUHP yaitu; “barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum memiliki barang atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah”. Bahwa hal tersebut tidak sesuai karena dalam Surat
dakwaan yang digelapkan TERDAKWA adalah uang bukan suatu barang
atau sebagian.
Maka dengan demikian berarti Jaksa Penuntut umum telah salah dalam
menerapkan pasal didalam pasal yang didakwakan kepada terdakwa, sehingga
mengakibatkan dakwaan Penuntun Umum tersebut menjadi kabur dan tidak
sesuai dengan pasal yang didakwakan. Hal ini sungguh akan membuat hakim
menjadi bingung dalam mengambil keputusan karena pasal yang didakwakan
saja tidak sesuai dengan Tindak Pidana yang dilakukan.
2. Keberatan Tehadap Isi Dari Surat Dakwaan Yang Tidak Menjelaskan Rinci
Bagaimana Kronologi Kejadian Berlangsung
Bahwa dalam surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum adalah tidak
cermat, kurang jelas dan tidak menjelaskan secara rinci kronologis kejadian
tersebut. Hal ini dikarenakan :
 Bahwa dalam dakwaan Penuntut Umum menguraikan tempus delicti
dengan menggunakan kalimat “01 Mei 2020 sekira jam 14.00 WIB, atau
setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Mei 2020” .
 Bahwa berdasarkan Pasal 143 ayat (2) KUHAP menentukan bahwa
dakwaan itu harus berisi :
1. Suatu Uraian cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana
yang di dakwakan terhadap Terdakwa.
2. Suatu penyebutan yang tepat mengenai waktu dilakukan tindak
pidana yang didakwakan Terdakwa.
3. Suatu penyebutan yang tepat mengenai tempat dilakukannya
tindak pidana yang didakwakan terhadap Terdakwa.
 Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap tidak saja
menyebut seluruh unsur beserta dasar hukum (Pasal) dari peraturan
perundangan pidana yang didakwakan, melainkan juga menyebut secara
cermat, jelas, dan lengkap tentang unsurunsur tindak pidana pasal yang
didakwakan yang harus jelas pula cara tindak pidana dilakukan oleh
TERDAKWA dan kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau
kejadian nyata yang didakwakan.
 Bahwa Menurut Yahya Harahap, S.H., Surat Dakwaan yang berisi
perumusan yang bertentangan isinya dan menimbulkan keraguan
terutama bagi kepentingan TERDAKWA, Surat Dakwaan yang demikian
harus dinyatakan batal demi hukum. Surat Dakwaan tidak boleh kabur
atau obscuurlibel. Surat Dakwaan harus jelas memuat semua unsur
tindak pidana yang didakwakan.
Menurut M. Yahya Harahap dalam bukunya”Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP” edisi ke-2. Di samping itu, Surat Dakwaan harus
merinci secara jelas:
a. Bagaimana cara tindak pidana dilakukan TERDAKWA.
Tidak hanya menguraikan secara umum, tetapi dirinci
dengan jelasbagaimana TERDAKWA melakukan tindak
pidana.
b. Juga menyebut dengan terang saat waktu dan tempat
tindak pidana dilakukan(tempusdelicti dan locus delicti).
 Bahwa Penuntut Umum pada Dakwaan sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam Pasal 372 KHUP, dalam dakwaan tersebut Penuntut Umum
tidak mampu menguraikan secara cermat dan jelas dakwaan yang
diajukan kepada TERDAKWA terkait kronologis fakta kejadian yang
dialami dan dilakukan oleh TERDAKWA termasuk di dalamnya tempus
dan locus delicti, serta akibat yang ditimbulkan dari tindakan TERDAKWA
mengingat dasar hukum yang didakwakan hanya menyebut akibat dari
suatu perbuatan, tidak menguraikan jenis tidnakan yang dimaksud.
 Bahwa dengan di pergunakannya frase “setidak-tidaknya” dalam
menentukan tempus delicti, hal ini menunjukan bahwa Penuntut Umum
ragu-ragu dalam menetapkan tempus delicti dalm uraian Surat Dakwaan.
Padahal locus dan tempus delicti adalah syarat materiil dakwaan yang
apabila tidak disusun dengan cermat, jelas dan lengkap akan berakibat
surat dakwaan batal demi hukum. Surat dakwaan juga tidak menguraikan
secara menyeluruh tentang konstruksi kejadian/peristiwa tindak pidana
yang dilakukan olehTERDAKWA dan tidak menguraikan secara jelas
bagaimana perbuatan tersebut dilakukan secara berlanjut dalam satu
rangkaian perbuatan yang sama atau tidak?Apakah perbuatan
TERDAKWA tersebut timbul dari satu kehendak, satu niat, atau satu
keputusan serta berapa selang waktu perbuatan tersebut dilakukan?
Sehingga demikian perbuatanTERDAKWA merupakan syarat dipenuhinya
suatu perbuatan yang dapat dikatakan sebagai perbuatan berlanjut dan
berturut-turut.Hal demikian menjadikan surat dakwaan menjadi tidak
jelas (obscuur libel).

Anda mungkin juga menyukai