Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ADAT BALI

PERTEMUAN KE- 1
JUMAT, 10 SEPTEMBER 2021

*TIDAK ADA PERKULIAHAN*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 2
JUMAT, 17 SEPTEMBER 2021

TUGAS: spasi1,5, TNR 12


Resume apa korelasi antara hukum adat bali, agama hindu, dan sistem kasta dalam masyarakat
adat bali.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 3
JUMAT, 24 SEPTEMBER 2021

*TIDAK ADA PERKULIAHAN*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 4
JUMAT, 1 NOVEMBER 2021

A. Relasi Agama Hindu, Hukum Adat Bali, dan Sistem Kasta


Realsi agama hindu dengan hukum adat bali, itu dapat dipelajari dari teori reception
in complexu. Kemudian relasi antara hukum adat bali dan kasta. Menurut jawaban astra,
sistem kasta baru diterapkan pada saat kolonial belanda melalui konvensi di singaraja.
Intinya relasi agama hindu dengan sistem kasta itu ada. Ajaran agama hindu
membentuk hukum adat bali itu sendiri.
Teori receptio in complexu dikaitkan dengan hukum adat sangat berkaitan.

Kemudian hukum adat dengan sistem kasta itu berkaitan dengan kebudayaan. Kasta
ada produk kebudayaan.

B. Hukum Perorangan dalam Hukum Adat Bali


Subjek hukum adalah pemangku hak dan kewajiban. Barang siapa yang kemudian
melekat hak dan kewajiban kepadanya, ialah subjek hukum. Subjek tersebut kemudian
terpecah menjadi orang dan badan (hukum).
Dalam konteks hukum adat bali, subjek hukum adalah setiap orang yang merupakan
bagian dari kesatuan masyarakat hukum adat bali. Ia memiliki Swadikara (hak), dan
swadharma (kewajiban). Dalam hal ini yang dianggap sebagai subjek hukum adalah orang
saja. Namun, dalam hukum adat bali tidak semua orang dapat dikatakan sebagai subjek
hukum.
Selain orang, juga ada subjek hukum lainnya yang berupa badan. Contohnya yaitu
Desa Adat, Subak, Dadia. Dadia termasuk “badan hukum” yang memiliki sifat social
rejuce. Disebut badan hukum karena memiliki organ pengurusnya sendiri yang disebut
prajuru. Selain itu mereka memiliki aturannya tersendiri (awig-awig).

TUGAS: Dasar hukum menyatakan desa adat, dan pura dadia sebagai subjek
hukum itu apa???. Ada desa adat yang berkerjasama dengan investor. Cari contoh
sebanyak2nya mengenai contohnya.

Sebagai contoh, objek wisata tanah lot dilelola oleh 3 pihak yaitu desa adat,
pemerintah dan investor. Inilah bukti desa adat juga digolongkan sebagai subjek hukum.
Diluar daripada itu dikenal juga dengan istilah sekaa. Tapi sekaa ini bkan merupakan
badan hukum karena umumnya ia bersifat insidentil.

Ketika seseorang mati maka akan dilepaskan statusnya menjadi subjek hukum.
Karena yang bersangkutan tidak bisa dikenakan hak dan kewajiban.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 5
JUMAT, 8 OKTOBER 2021

*TIDAK ADA PERKULIAHAN*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 6
JUMAT, 15 OKTOBER 2021

*TIDAK ADA PERKULIAHAN*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 7
JUMAT, 22 OKTOBER 2021

*UJIAN TENGAH SEMESTER*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 8
JUMAT, 29 OKTOBER 2021

PERKAWINAN DALAM HUKUM ADAT BALI

A. Istilah Perkawinan
Ada berbagai istilah yaitu kawin dan nikah. Ada saat untuk menggunakan masing-
masing kata ini. Kawin digunakan diluar konteks hukum islam. Dalam hukum adat bali
digunakan istilah pawiwahan.

B. Pengertian Perkawinan
Menurut adat bali: Petemoning purusuha kelawan pradanan, melarapan antuk
penunggalan kayun suka cita, kadulurin upasaksi sekala-niskala. Artinya pertemuan antara
laki-laki perempuan dalam keadaan suka cita yang harus didahului oleh upacara sekala
niskala.
Menurut UU Perkawinan: ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahasia dan
kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Kekal disini artinya diharapkan terjadi 1 kali
seumur hidup.

Bahagia dalam konteks hukum adat bali ada kaitannya dengan keturunan.

C. Tujuan Perkawinan
Umum: memenuhi kebutuhan biologis, melahirkan keturunan, melanggengkan
hubungan, memenuhi tujuan agama.
Tujuan menurut UU: membentuk keluarga yang Bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang maha esa
Tujuan agma: membebaskan dosa orang tua dan leluhur.

D. Syarat, Larangan, dan Sahnya Perkawinan


Syarat termuat pada pasal 6 (persrtujuan ortu) dan pasal 7 (batas minimum umur
boleh kawin) UU perkawinan. Batas minimum nya sama sekarang yakni 19 tahun. Syarat
ini penting jika ingin kawin sambil lari marathon.
Larangan termuat pada Pasal 8 UU perkawinan: hub darah terlalu dekat dan beda
agama. Pertimbangannya tidak boleh sedarah dari segi hukum yaitu agar silsilah rapi.
Perihal sahnya termuat pada pasal 2 ayat (1). DIlaksanakan menurut agama dan
kepercaannya. Menurut hk adat bali, perkawinan dianggap sah bila sudah upacara
mabyakala (diatur dalam yurisprudensi).
E. Bentuk Perkawinan
Sebenarnya ada banyak, tapi yang masih relevan ada 2 (biasa dan nyentana). Ada
pula bentuk perkawinan pada gelahang.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 9
JUMAT, 5 NOVEMBER 2021

F. Cara Melangsungkan Perkawinan


- Mepadik
Ini artinya meminang dalam bahasa nasional. Mempelai laki2 meminang
perempuan untuk diajak ke rumahnya.
- Ngerorod
Ini artinya kawin lari. Ini identic apabila ada problem yang berkaitan dengan
restu keluarga. Keluarga disini bukan orang tua saja, akan tetapi keluarga besar.
Hati2 dengan ngerorod ini, jangan lupakan faktor umur!!! Pastikan pasangan
sudah memenuhi batas usia kawin 19 tahun.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 10
JUMAT, 12 NOVEMBER 2021

ISU PERCERAIAN DALAM KONTEKS HUKUM ADAT BALI

A. Pendahuluan
Perkawinan itu tujuannya kekal, 1 kali seumur hidup (idealnya). Namun ada pula
penyebab berakhirnya perkawinan karena meninggal (cerai mati). Ada pula cerai hidup.
Dalam konteks hukum adat bali ada mekanisme yang harus dilakui apabila ingin cerai.
Disini penting peran dari prajuru adat untuk mencegah agar pasangan tersebut tidak
bercerai. Ada kewajiban ketua adat untuk mendamaikan. Apabila gagal baru dissana ada
ruang bagi hukum nasional untuk masuk di dalamnya.
Jika sudah ada putusan pengadilan, maka disana kepada adat akan mengumumkan
bahwa antara si a dan si b sudah tidak memiliki hubungan suami isteri lagi. Ini bertujuan
untuk mempertegas posisi dari para pihak.

Setelah perceraian ada pula perubahan status hukum (mantan suami mantan isteri).
Ada konsekuensi yang cukup krusial yakni harta perkawinan.

B. Harta Perkawinan
Isu dalam perceraian yaitu adanya isu harta gono-gini. Idealnya harta gono gini
dibagi rata. Kemudian ada isu anak. Hak asuh anak dalam hukum adat bali itu ada
mekanismenya. Hakim sekarang sudah berfikiran progresif yang tidak hanya
mementingkan status purusa saja, tapi mempertimbagnkan faktor kedekatan psikologis dan
ekonomi. Balita dan batita pada umumnya jatuh ke tangan ibu karena alasan bawah umur
(perlu asi). Alasan kapurusa dapat dikesampingkan demi kepentingan anak itu sendiri.
yatim/ya·tim/ tidak beribu atau tidak berayah lagi (karena ditinggal mati); --
piatu sudah tidak berayah dan beribu lagi.

C. Jenis-Jenis Anak
Salah satu indikator kebahagiaan yaitu ada keturunan. Ada suami istri yang cerai
karena tidak punya keturunan. Anak dan keturunan tidak serta merta dapat dipersamakan.
Tapi ada kalanya dipersamakan. Jika ada anak yang lahir maka itu disebut keturunan
generasi pertama (anak).
Keturunan punya keterkaitan darah, anak bisa saja tidak punya pertalian darah (anak
adopsi).
Ada dua jenis anak
- Anak sah= anak yang lahir dari perkawinan sah, anak yang diadopsi oleh pasutri
secara hukum (anak angkat). Anak angkat dan anak kandung memiliki status
hukum yang sama. Dia memiliki status hukum tertinggi terhadap orang tuanya.
- Anak tidak sah= anak yang lahir diluar perkawinan sah. Status di bali, anak
tidak sah digolongkan menjadi dua yakni bebinjat dan anak astra. Anak bebinjat
itu tidak diketahui siapa ayahnya. Upaya yang dapat dilakukan status hukumnya
yaitu harus di pras cucu oleh kakek dan nenek dari ibunya.
Anak astra adalah jika perwakinan beda kasta terjadi dengan kondisi perempuan
kasta lebih rendah telah hamil duluan.
Status hukum kedua jenis anak ini yaitu ia merupakan anak dari seorang ibu
(dijamin oleh akta). Akan tetapi status sosialnya yang berpotensi bermasalah.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 11
JUMAT, 19 NOVEMBER 2021

*TIDAK ADA PERKULIAHAN*


HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 12
JUMAT, 26 NOVEMBER 2021

PERWALIAN DAN SENTANA

A. Perwalian
Perwalian menurut hukum adat tidak ada aturan yang jelas. Di awig-awig hanya ada
ttg pengangkatan anak. Dalam hukum nasional perwalian harus ketika anak dalam posisi
piatu. Perwalian lebih mengarah pada menjaga hak-hak anak.
Perwalian menurut hukum adat disesuaikan dengan sistem kekerabatan yang dianut.
Misalkan di bali ada anat piatu, maka yang bertanggungjawab adalah anak purusa (ini
karena bentuk perkawinan patrilineal atau purusa).
Ada pula juga kasus unik di bali, yakni bila anak yang piatu adalah perempuan,
keluarga purusa menolak mengurus anaknya. Ini terjadi karena salah menganggap bahwa
anak tersebut merupakan perempuan yang bukan purusa.
Wali menguasai harta sementara dari anak, maka dari itu harus benar-benar
diperhatikan.

Perwalian berpengaruh pada hubungan anak dengan orang tua dan kekerabatan orang
tuanya. Ada cerita bahwa A dan B pasutri dan cerai, hak asuh anak ada ditangan B, dan B
kawin lagi dengan C lagi. B dan C mati. Maka status dari anaknya yakni akan kembali
diasuh oleh ayahnya yakni si A.

B. Sentana
Salah satu tujuan perkawinan yang dikehendaki UU perkawinan yakni bahagia.
Bahagia ini luas sekali.
Jiika tidak punya anak, adat bali menyediakan solusi yakni mengangkat sentana.
Sentana rajeg (perempuan dikukuhkan statusnya menjadi purusa), sentana paperasan
(mengangkat sentana/keturunan purusa).

Permensos 110 mengatur ttg pengangkatan anak dan UU perlindungan anak. Kenapa
permensos, karena mensos yang memiliki kewenangan. Jika pengangkatan anak terjadi
Antara wni dengan wni menjadi kewenangan dinas sosial provinsi. Jika antara wna dan
wni sebenarnya diatur agar jangan sampai terjadi karena negara dianggap gagal dalam
memberikan perlindungan terhadap anak (ini kewenangan kemensos).
Syaratnya adalah sebagai berikut
- Merupakan pasangan suami istri (hukum negara juga memberi ruang untuk orang
tua tunggal). Aturan hukum adat lebih kompleks karena harus persetujuan
keluarga purusa terlebih dahulu.
- Keabsahan perbuatan hukum mengangkat anak. Perkawinan dianggap sah ketika
sudah mabyakaon/mabyakala (ini ada 2 jenis sebenarnya). Pengangkatan anak
sah menurut hukum adat bali apabila ada upacara mapras. Setelah itu ada berita
acara pras yang menunjukkan secara deskriptif siapa pemuka agama yang
memimpin prosesi, siapa calon orangtua angkat, siapa saksi, siapa prajuru adat,
siapa kepala dusun. Intinya ada bukti berita acara mapras. Menurut hukum
nasional, pengangkatan anak akan sah apabila sudah mendapatkan penetapan dari
pengadilan. Untuk mendapatkan penetapan itu maka perlu menyertakan berita
acara mapras, dan bukti dokumen dari dinas sosial berkaitan dengan seleksi dan
penilaian orang tua. Kedua bukti tersebut pun harus disertai dengan saksi-saksi.
- Latar belakang anak yang diangkat harus berasal dari purusa dulu. Dari sodara
kandung, misan, mindon. Setelah tidak ketemu baru lari ke keluarga pradana
yang diawali dari sodara kandung dulu. Ketika semua itu sudah dilalui dan tidak
ketemu juga, baru bisa lari ke anak lantar.
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 13
JUMAT, 3 DESEMBER 2021

A. -
-
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 14
JUAMT, 10 DESEMBER 2021
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 15
JUMAT, 17 DESEMBER 2021
HUKUM ADAT BALI
PERTEMUAN KE- 16
JUMAT, 24 DESEMBER 2021

*UJIAN AKHIR SEMESTER*

Anda mungkin juga menyukai