b. Penahanan
1
Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm 77.
2
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer Pasal 75-77
cara yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 1 angka 21 KUHAP). Adapun tujuan
dilakukannya penahanan diatur dalam Pasal 20 KUHAP, yaitu:3
1) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah
penyidik berwenang melakukan penahanan. Mengenai ukuran kepentingan
penyidikan pada dasarnya ditentukan oleh kenyataan keperluan pemeriksaan
penyidikan itu sendiri secara objektif. Tergantung kepada kebutuhan tingkat
upaya penyidik untuk menyelesaikan penyidikan sampai tuntas dan sempurna.
Ketika penyidikan selesai maka penahanan tidak lagi diperlukan
2) Penahanan yang dilakukan oleh penuntut umum, bertujuan untuk kepentingan
penuntutan
3) Penahanan yang dilakukan oleh peradilan, dimaksud untuk kepentingan
pemeriksaan di tingkat pengadilan. Hakim berwenang melakukan penahanan
dengan penetapan yang didasarkan kepada perlu tidaknya penahanan
dilakukan sesuai dengan kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan.
Dalam hal penahanan, penyidik berwenang melakukan panahanan, berikut adalah tata
prosedur penahanan yang dilakukan penyidik
Ankum berwenang menahan tersangka paling lama 20 hari dengan surat
keputusan.
Apabila dperlukan untuk kepentingan penyidikan papera berwenang
memperpanjang penahanan untuk setiap kali paling lama 30 hari dengan surat
keputusan dan paling lama 180 hari.
Tidak menutup kemungkinan melepas tersangka sebelum masa penahanan
tersebut a) dan b) diatas habis, namun setelah 200 hari tersangka harus
dibebaskan demi hukum.
Syarat penahanan
a. Terdapat bukti yang cukup dan dikhawatirkan tersangka akan melarikan
diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau mengulangi
melakukan tindak pidana atau membuat keonaran.
b. Tersangka disangka melakukan tndak pidana dan / atau percobaan
bantuan yang diancam pidana penjara 3 bulan atau lebih.
c. Penahanan atau perpanjangannya dilaksanakan oleh penyidik dengan
surat perintah berdasarkan surat perintah berdasarkan surat keputusan,
yang mencantumkan identitas tersangka, alasan, uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan, dan tempat ia ditahan, yang
tembusannya disamapaikan kepada keluarganya.
d. Tempat penahanan di rumah tahanan militer atau tempat lain yang
ditunjuk panglima tni.
e. Penahanan dapat ditangguhkan oleh ankum atau papera atas permintaan
tersangka dengan disertai saran dari pom atau oditur dengan syarat yang
ditentukan.
3
Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, USU press, Medan, hlm 21.
c. Penggeledahan
Penyitaan adalah tindakan menyita barang sesuatu dari pemiliknya dalam rangka
pembuktian tindak pidana yang diduga dilakukan oleh prajurit atau militer. Yang dapat disita
adalah :
i. Barang-barang milik tersangka atau tagihan tersangka yang diduga dipergunakan atau
diperoleh dari tindak pidana.
ii. Barang yang diduga dipergunakan untuk melakukan tindak pidana. Misalnya senjata
tajam.
iii. Barang yang diduga diperoleh dari tindak pidana. Misalnya surat palsu atau uang
palsu.
iv. Barang lain yang digunakan untuk menghalang-halangi dalam penyidikan yaitu
barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana.
v. Barang-barang dari sitaan tersebut harus disimpan di rumah sitaan barang.
vi. Barang sitaan tidak boleh dipinjamkan atau dipakai.
vii. Dalam rangka penyitaan harus dibuat berita acara penyitaan yang ditandatangani oleh
penyidik, saksi-saksi, Lurah/ Kepala Desa / Kepala Lingkungan, dan tersangka. Berita
acara tersebut harus diberikan kepada komandan yang memerintahkan, tersangka, dan
saksi.
e. Pemanggilan
Yang dipanggil adalah orang, dalam rangka sebagai tersangka atau saksi. Pemanggilan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i. Apabila tersangka atau saksi adalah militer maka pemanggilan ditujukan kepada
komandan satuan. Komandan satuan wajib memerintahkan tersangka atau saksi untuk
menghadirkannya kepada penyidik.
ii. Apabila yang dipanggil berstatus sipil maka pemanggilan ditujukan kepada instansi
atau dialamatkan ke rumahnya.
iii. Apabila yang dipanggil sedang ditahan maka pemanggilan ditujukan atau dialamatkan
ke tempat penahanan melalui Kepala Rumah Tahanan/RTM.
Catatan :
1) Kewajiban Komandan Satuan menghadirkan prajurit/militer bawahannya merupakan
suatu bukti bahwa Ankum tidak boleh melakukan penyidikan sendiri terhadap
prajurit/militer bawahannya. Ankum hanya boleh melakukan penyelidikan saja
terhadap kemungkinan adanya tindak pidana yang dilakukan oleh prajurit/militer
bawahannya.
2) Dalam melakukan pemanggilan untuk penyidikan, penyidik harus memperhatikan
tenggang waktu yang wajar, sesuai dengan jauh dekatnya tempat tinggal saksi
maupun tersangka.
3) Pemeriksaan harus dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai yang tercantum dalam
surat panggilan.
Contoh : Apabila dalam surat panggilan tercantum waktu pemeriksaan pukul 09.00 WIB,
maka penyidik hendaknya melaksanakan pemeriksaan tepat pukul 09.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, Nicolas, 2009, Acara Pidana Indonesia Dalam Sirkus Hukum, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan
Militer. Lembaran Negara RI Tahun 1997. Sekretariat Negara