Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN

HUKUM ACARA PIDANA

Penyusun:
Daya Perwira Dalimi

Kelas Karyawan
Fakultas Hukum
Universitas Pancasila
TAHAPAN I: LIDIK, SIDIK, TUNTUT, PRAPERADILAN, PRAPENUNTUTAN
1. Dugaan terjadinya Tindak Pidana:
 LAPORAN (DELIK LAPORAN) – Pasal 1(24) KUHAP
Pemberitahuan oleh seseorang karena Hak dan Kewajiban berdasarkan UU kepada pejabat berwenang
mengenai sesuatu yang telah, sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana
 PENGADUAN (DELIK ADUAN) – Pasal 1(25) KUHAP
Pemberitahuan kepada Pejabat berwenang yang disertai permintaan untuk menindak seseorang menurut
hukum yang telah melakukan tindak pidana yang merugikannya (Ps.1(25) KUHAP )
 TERTANGKAP TANGAN– Pasal 1(19) KUHAP
Ketika mendapati seseorang atau menemui peristiwa:
a) sedang melakukan tindak pidana;
b) segera sesudah beberapa saat tindak pidana dilakukan;
c) Diserukan oleh khlayak ramai; dan
d) sesaat kemudian ditemukan benda yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana
2. Tindakan PENYELIDIKAN
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan PENYELIDIK untuk MENCARI dan MENEMUKAN
PERISTIWA yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan atau
diteruskan ke dalam proses penyidikan (Ps.1(5) KUHAP )
3. Wewenang PENYELIDIK (Ps.5(1).b KUHAP):
a. Menerima laporan dan aduan;
b. Mencari keterangan dan bukti ;
c. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan memeriksa identitas dan
d. Tindakan lain yang bertanggung jawab, tapi dapat juga melakukan Penangkapan, Penggeledahan,
Penyitaan dan lain2 jika mendapat perintah dari Penyidik

4. PENANGKAPAN: Ps. 16 – 19 KUHAP


a. Dilakukan oleh pihak yang berwenang: PENYELIDIK atas perintah penyidik, penyidik & penyidik
pembantu
b. Jangka waktu penangkapan HANYA 1x24 Jam (Ps.19 KUHAP)
c. Alasan penangkapan: karena seseorang diduga keras telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
permulaan yang cukup (Ps.17 KUHAP)
d. Prosedurnya: dilakukan oleh Polisi dengan menggunakan surat perintah yang mencantumkan nama dan
alasan penangkapan serta uraian singkat kejahatannya, dan surat penangkapan tersebut harus diberikan
juga kepada keluarganya segera setelah ditangkap.
5. Serangkaian tindakan PENYIDIKAN
Penyidikan: serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dapat membuat
terang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya
Penyidikan DIMULAI ketika sudah dilakukan pemberitahuan kepada Penuntut Umum (Ps.109 KUHAP) dan
keluarnya SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan)
Penyidikan dianggap selesai ketika dalam waktu 14 hari, PU tidak mengembalikan berkas perkara atau PU
sudah memberitahukan kepada Penyidik bahwa berkas sudah lengkap (Ps. 110(4) KUHAP)

6. Wewenang Penyidik:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang tindak pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada TKP
c. Menyuruh berhenti tersangka dan memeriksa identitas tersangka
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Menghentikan penyidikan (SP3)
i. Mendatangkan ahli dalam hubungannya dengan perkara
j. Mengadakan tindakan lain yang bertanggung jawab

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
1
UPAYA HUKUM LANJUTAN

7. PENAHANAN: Ps. 20-31 KUHAP


A. PIHAK BERWENANG YANG MELAKUKAN PENAHANAN
Dilakukan oleh pihak yang berwenang (Ps.20 KUHAP),yaitu:
- PENYIDIK atau penyidik pembantu untuk kepentingan penyidikan;
- JPU untuk kepentingan penuntutan; dan
- Hakim untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan (Ps.20)

B. DASAR Penahanan: Tingkatan Delik (unsur perumusan delik)


1) Unsur Objektif / Yuridis
a. Tindak pidana yang disangkakan diancam dengan penjara 5 tahun atau lebih
b. Tindak pidana tertentu yang tercantum pada KUHP
2) Unsur Subjektif
Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran Tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak
atau menghilangkan barang bukti atau dikhawatirkan akan mengulangi Tindak Pidana (Ps.21(1))

C. PROSEDUR Penahanan (Ps.21(2) KUHAP)


1. Dengan surat perintah penahanan dari penyidik atau Penuntut Umum atau Surat Penetapan
Hakim, yang berisi Identitas, Alasan, uraian singkat dan menyebut dg jelas tempat dimana
Tersangka ditahan
2. Menyerahkan tembusan surat perintah penahanan kepada keluarga Tersangka/terdakwa

D. JENIS Penahanan (Ps. 22(1) KUHAP)


1) Penahanan RUTAN
a. Dilaksanakan di Rutan
b. Dikurangkan seluruhnya dari masa tahanan yang sudah dijalankan
2) Penahanan RUMAH
a. Dilaksanakan di rumah tempat kediamana tersangka/terdakwa dengan pengawasan
b. Dikurangkan sepertiga dari jumlah lamanya waktu penahanan yang telah dijalankan
3) Penahanan KOTA
a. Dilaksanakan di Kota tempat tinggal tersangka/terdakwa dengan kewajiban melapor pada waktu
yang ditentukan
b. Dikurangkan seperlima dari jumlah lamanya waktu penahanan yang telah dijalankan

E. BATAS WAKTU PENAHANAN


PENAHANAN NORMAL PENAHANAN TAMBAHAN
Penyidik 20 hari Ps.24(1) Penyidikan 30 hari Ps.29(2)
Diperpanjang PU 40 hari Ps.24(2) Diperpanjang KPN 30 hari Ayat 3a
PU 20 hari Ps.25(1) Penuntutan 30 hari Ps.29(2)
Diperpanjang KPN 30 hari Ps.25(2) Diperpanjang KPN 30 hari Ayat 3a
Hakim 30 hari Ps.26(1) Pengadilan Negeri 30 hari Ps.29(2)
Diperpanjang KPN 60 hari Ps.26(2) Diperpanjang KPT 30 hari Ayat 3b
Hakim PT 30 hari Ps.27(1) Proses Banding 30 hari Ps.29(2)
Ketua PT 60 hari Ps.27(2) MA 30 hari Ayat 3c
Hakim MA 50 hari Ps.28(1) Proses Kasasi 30 hari Ps.29(2)
Ketua MA 60 hari Ps.28(2) Ketua MA 30 hari Ayat 3d
Syarat:
b. adanya gangguan fisik, mental berat yang dibuktikan
dengan surat dokter; atau
c. diancam dengan pidana penjara 9 tahun atau lebih

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
2
8. PENGGELEDAHAN (Ps. 32-37 KUHAP)
1) Pejabat Berwenang : Penyidik Polri dan Penyidik PNS
2) Dalam keadaan Biasa
a. Harus ada Surat Ijin KPN setempat
b. Didampingi oleh 2 orang saksi dari warga setempat
c. Buat Berita Acara Penggeledahan, paling lambat 2 hari setelah penggeledahan
d. Dilarang dilakukan pada malam hari
3) Dalam Keadaan Mendesak
a. Dapat dilakukan tanpa Surat Ijin KPN:
- pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada diatasnya
- setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal
- tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya
- tempat penginapan atau tempat umum lainnya
b. Dapat dilakukan malam hari
4) Dilarang, kecuali tertangkap tangan
a. Tempat sedang berlangsung sidang DPR, MPR atau DPRD
b. Tempat sedang berlangsung ibadahDidampingi oleh 2 orang saksi dari warga setempat
c. Tempat sedang berlangsung sidang pengadilan

9. PENYITAAN (Ps. 38-46 KUHAP)


1) Pejabat Berwenang : Penyidik Polri dan Penyidik PNS
2) Dalam keadaan Biasa: dilakukan terhadap benda tidak bergerak dan harus mendapat ijin dari KPN
setempat (Ps.38)
3) Dalam Keadaan Mendesak
a. Dapat menyita benda bergerak dan wajib melaporkan kepada KPN untuk mendapatkan
persetujuannya
b. Benda yang dikenakan penyitaan: (Ps.39)
- Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang diduga diperoleh dari tindak pidana
- Benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindakan pidana
- Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan tindak pidana
- Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana
- Benda lain yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana
c. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata/pailit juga dapat disita untuk kepentingan
penyidikan

10. PEMERIKSAAN SURAT (Ps.47-49)


1) Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat jika dicurigai mempunyai hubungan dengan
perkara pidana
2) Prosedur
- Ijin dari KPN
- Jika setelah diperiksa ada hubungan dengan perkara, maka surat tersebut dilampirkan dalam BP
- Jika tidak ada hubungan dengan perkara, maka surat tersebut ditutup kembali dengan tertulis “telah
dibuka oleh penyidik”

11. Proses penyerahan Berkas Perkara (BP) dari Penyidik ke JPU


a. BP adalah kumpulan berita acara yang terdiri dari Pemeriksaan tersangka, saksi, penangkapan dan
upaya paksa lainnya, pemeriksaan di tempat kejadian, dll
b. Setelah BP sudah siap, BP diserahkan oleh Penyidik ke JPU, dan harus dipelajari, JPU wajib dalam 7 hari
memberitahukan kepada penyidik sudah lengkap atau belum
c. Jika JPU merasa penyidikan dalam BP belum lengkap (P-18), JPU mengembalikan BP ke Penyidik
sambil memberikan petunjuk yang harus dilengkapi (P-19) dan ini disebut Pra-Penuntutan (Ps.110(2&3))
d. Ketika BP dikembalikan lagi oleh Penyidik ke JPU, dan JPU merasa sudah cukup (P-21), maka JPU bisa
melanjutkan dengan proses pembuatan SURAT DAKWAAN

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
3
12. PRA PENUNTUTAN
Pra-Penuntutan adalah Proses pengembalian berkas perkara dari seorang JPU kepada Penyidik, karena
dinilai oleh JPU bahwa Berkas Perkaranya masih Kurang sempurna atau Kurang Lengkap dan memberikan
petunjuk kepada Penyidik hal-hal apa saja yang harus disempurnakan/dilengkapi.
Keputusan JPU yang MENYATAKAN bahwa Berkas Perkara tidak lengkap ini disebut dengan
KODE P-18.
Tindakan JPU pada saat mengembalikan Berkas Perkara kepada Penyidik dikenal dengan KODE P-19
Tindakan Penyidik yang akhirnya memberikan kembali Berkas Perkara yang sudah disempurnakan kepada
JPU dikenal dengan KODE P-20
Tindakan JPU yang akhirnya menilai bahwa Berkas Perkaranya telah lengkap dan sempurna, dikenal dengan
KODE P-21
Perlu dicatat, bahwa Proses Pra-Penuntutan ini adalah bukan HAL YANG MUTLAK HARUS
DILAKSANAKAN dalam setiap perkara Pidana, karena sangat dimungkinkan bagi seorang Penyidik ketika
menyerahkan Berkas Perkara kepada JPU, sudah langsung dinilai SEMPURNA oleh JPU, sehingga JPU
langsung menyatakan Berkas Perkara sudah SEMPURNA (KODE P-21) dan tidak perlu dikembalikan ke
Penyidik

13. JPU mempunyai 2 azas yaitu:


a. Azas Legalitas (Ps.137 KUHAP): JPU WAJIB MENUNTUT tiap orang (SIAPAPUN) yang melakukan
tindak pidana, TANPA KECUALI
b. Azas Oportunitas (Ps.14(h) KUHAP): JPU berwenang MENUTUP PERKARA demi kepentingan
UMUM, bukan HUKUM:
Dengan demikian, JPU tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan tindak pidana JIKA menurut
pertimbangan akan merugikan KEPENTINGAN UMUM (Deponering/Peti es) – ini harus sesuai
persetujuan Jaksa Agung, Pemerintah dan DPR

14. Wewenang JPU (Ps.14 KUHAP)


a. Menerima dan memeriksa berkas perkara dari Penyidik
b. Mengadakan Pra-Penuntutan
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau
mengubah status tahana setelah perkaranya dilimpahkan oleh Penyidik
d. Membuat surat dakwaan
e. Melimpahkan perkara ke Pengadilan
f. Menyampaikan pemberitahuan dengan disertai surat panggilan kepada tersangka dan saksi tentang
ketentuan hari dan waktu sidang
g. Melakukan penuntutan
h. Menutup perkara demi kepentingan umum (Deponeriing)
i. Tindakan lain
j. Melaksanakan penetapan atau putusan hakim

15. Fungsi Surat Dakwaan


a. Bagi HAKIM: merupakan dasar dan membatasi ruang lingkup pemeriksaan dan putusan di pengadilan
b. Bagi JPU: merupakan Dasar pembuktian atau analisa Yuridis yang digunakan
c. Bagi TERDAKWA: merupakan dasar untuk mempersiapkan Pembelaan

16. Syarat Surat Dakwaan


1) Syarat Formal (Ps.143(2.a)) – TIDAK MENYEBABKAN Surat Dakwaan Batal
a. Memuat tanggal, dan ditandatangani oleh PU
b. Memuat identitas tersangka, i.e. Nama lengkap, TTL, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama, pekerjaan
2) Syarat Materi (Ps.143 (2.b)) – menyebabkan Surat Dakwaan batal demi hukum
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
b. Menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti)

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
4
17. Muatan Surat Dakwaan – JST WBA MK
1) Jenis tindak pidana yang dilakukan
2) Siapa yang melakukan
3) Tempat tindak pidana dilakukan
4) Waktu atau kapan dilakukan
5) Bagaimana tindak pidana dilakukan
6) Akibat yang ditimbulkan
7) Motivasi tindak pidana dilakukan
8) Ketentuan pidana yang diterapkan
18. BENTUK Surat Dakwaan
a. Surat Dakwaan Tunggal: hanya berisi satu dakwaan saja. Ini digunakan jika Jaksa SUDAH SANGAT
YAKIN atas perbuatan Pidana yang dilakukan oleh Terdakwa
b. Surat Dakwaan BERTINGKAT (Primer Subsidair): terdiri dari dua atau lebih yang disusun secara
berurutan, mulai dari dakwaan yang terberat sampai kepada dakwaan yang teringan
Ini diberikan untuk suatu Perbuatan yang sejenis, hanya saja mempunyai bobot hukuman yang berbeda,
yang mana bertujuan untuk menghukum Terdakwa dengan hukuman yang seberat-beratnya. Dan Dakwaan
Subsider bisa terdiri lebih dari 1 dakwaan.
Contoh: JPU ingin mendakwa seseorang yang telah melakukan suatu Pembunuhan. Dakwaannya Primernya
adalah menggunakan Pasal Pembunuhan Berencana (Ps.340 KUHP) yang mana mempunyai hukuman yang
paling berat, karena JPU menduga sudah ada perencanaan. Kemudian, untuk Dakwaan Subsider nya, JPU
menggunakan Pasal Pembuhan biasa (Ps.338 KUHP)
c. Surat Dakwaan ALTERNATIF: memberikan alternatif kepada Hakim untuk menentukan dakwaan mana
yang terbukti, isi antara keduanya saling mengecualikan.
Ciri-cirinya dalam Dakwaannya menggunakan kata “ATAU” dan JPU hanya wajib membuktikan SALAH
SATU dari Dakwaannya saja (Jika sudah terbukti satu dakwaan, maka tidak perlu membuktikan dakwaan
yang lainnya).
Idealnya, Dakwaan Alternatif ini adalah untuk Perbuatan yang berbeda, tetapi tidak terlalu jauh
perbedaannya (Tipis sekali perbedaannya), dimana Perbuatan Pidana tersebut dapat memenuhi unsur-unsur
dari beberapa Pasal Pidana.
Contoh: JPU mendakwa Terdakwa dengan Pasal Penipuan atau Penggelapan, karena JPU menilai
Perbuatan Dakwaan dapat dikenai Pasal Penipuan atau Penggelapan
d. Surat Dakwaan KOMULATIF: dakwaan yang disusun berupa rangkaian dari beberapa dakwaan atas
kejahatan atau pelanggaran sekaligus.
Ciri-ciri dalam dakwaannya adalah menggunakan kata “DAN”, dan JPU wajib membuktikan SELURUH
dari Dakwaannya.
Contoh: JPU mendakwa Terdakwa dengan menggunakan Pasal Pembunuhan (Ps.338 KUHP) dan
Pencurian (Ps.362 KUHP), karena Terdakwa diduga telah melakukan Pembunuhan dan Pencurian
e. Surat Dakwaan GABUNGAN/KOMBINASI: Dakwaan yang digabungkan antara Dakwaan Komulatif
dengan Dakwaan Alternatif atau Bertingkat

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
5
19. PRA-PERADILAN – Pasal 77 KUHAP
1) Definisi & ALASAN
Pra-Peradilan adalah WEWENANG Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan mengenai dari alasan-alasan sebagai berikut:
a. Sah atau tidaknya penangkapan
b. Sah atau tidaknya penahanan
c. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan
d. Sah atau tidaknya penghentian penuntutan
e. Ganti rugi dan rehabilitasi
2) PIHAK yang mengajukan (Ps.79&80 KUHAP)
a. Tersangka, keluarga dan Penasihat Hukum
b. JPU dan pihak ketiga
c. Penyidik dan pihak ketiga
3) CARA mengajukan
a. Membuat permohonan
b. Ditujukan kepada KPN
c. Memuat alasan
d. Apa yang diminta dalam permohonan

20. Penyidik dan JPU dapat MENGHENTIKAN suatu Penyidikan (Ps. 109 (2)KUHAP) atau Penuntutan
(Ps. 140 (2).a KUHAP) dengan salah dari beberapa alasan, yaitu:
a. Kurang cukup bukti
b. Peristiwa tersebut bukan peristiwa pidana
c. Dihentikan demi hukum:
- Ne Bis in Idem
- Tersangka meninggal dunia
- Kadaluwarsa

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
6
TAHAPAN II: PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
21. Pemeriksaan Persidangan
1) Acara Pemeriksaan Biasa (Ps.152-202 KUHAP)
- sistem pembuktian rumit
- ancaman hukuman lebih dari 1 tahun
2) Acara Pemeriksaan Singkat (203-204 KUHAP)
Apabila dalam waktu 14 hari tidak selesai, maka beralih menjadi acara pemeriksaan biasa
3) Acara Pemeriksaan Cepat
a. acara pemeriksaan tindak pidana ringan (Ps.205-210 KUHAP)
b. acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas (Ps. 211 – 216 KUHAP)

22. Asas pemeriksaan Persidangan: (tidak dipenuhi di PN, maka putusan hakim batal)
1) Pemeriksaan dilakukan secara lisan
2) Pemeriksaan dilakukan dengan bahasa indonesia
3) Pemeriksaan dilakukan secara langsung/tidak boleh diwakili
4) Pemeriksaan dilakukan secara terbuka untuk umum

23. ACARA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN PIDANA:


1) Hakim membuka sidang, dengan sidang dinyatakan dibuka untuk umum
2) Hakim menanyakan identitas terdakwa, dan mengingatkan terdakwa untuk memperhatikan sidang
3) Hakim meminta JPU untuk membacakan DAKWAAN (*Substansial Pertama)
4) Hakim menanyakan terdakwa apakah sudah mengerti mengenai dakwaannya, jika belum hakim meminta
JPU untuk membacakan dakwaan kembali, khususnya bagian yang tidak dimengerti oleh terdakwa
5) Terdakwa/penasehat umum mengajukan KEBERATAN/EKSEPSI (*Substansial Kedua) mengenai:
- Kompetensi Pengadilan (Pengadilan tidak berwenang mengadili). Terhadap Eksepsi ini, Hakim akan
mengeluarkan Putusan Sela terlebih dahulu, sebelum masuk ke Pokok Perkara
- Dakwaan tidak dapat diterima : diputus bersamaan dengan putusan akhir
- Surat dakwaan harus dibatalkan : diputus bersamaan dengan putusan akhir
6) Acara PEMBUKTIAN (*Substansial Ketiga)
7) Acara pemeriksaan selesei, dilanjutkan dengan pengajuan TUNTUTAN (*Substansial Keempat) dari JPU
8) Terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan PLEDOI/PEMBELAAN (*Substansial Kelima)
9) PUTUSAN Hakim (*Substansial Keenam)
- Putusan BEBAS / Vrijspraak
- Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum
- putusan pemidanaan
10) Setelah pembacaan putusan, hakim wajib memberitahukan hak2 terdakwa
- hak untuk menerima
- hak menolak putusan
- hak untuk pikir2 (dalam waktu 7 hari)

 Diajukan oleh terdakwa/Kuasanya, karena


24. Substansial Kedua: Upaya Hukum KEBERATAN/EKSEPSI (Ps.156 KUHAP)

- pengadilan yang tidak berwenang menangani perkaranya, atau


- dakwaan tidak dapat diterima : diputus bersamaan dengan putusan akhir; atau
- surat dakwaan harus dibatalkan : diputus bersamaan dengan putusan akhir
 Jika hakim menerima keberatan khususnya karena pengadilan tidak berwenang, maka hakim akan
mengeluarkan putusan sela dan perkara dihentikan pada saat itu juga
 Jika Hakim menolak keberatan tersebut, terdakwa/kuasanya dalam melakukan perlawanan ke PT

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
7
25. Substansial Ketiga: PEMBUKTIAN
A. Menggunakan sistem pembuktian negatif, yaitu Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana pada seseorang,
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah yang memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar2 terjadi yang dilakukan oleh Terdakwa

B. Macam2 Alat Bukti (Ps. 184 KUHAP)


1) Keterangan Saksi
- apa2 yang dilihatnya sendiri
- apa2 yang didengarnya sendiri
- apa2 yang dialaminya sendiri
- menjelaskan dengan terang sumber dan alasan pengetahuannya, sehubungan dengan peristiwa dan
keadaa pengetahuannya, sehubungan dengan perisitiwa dan keadaan yang dilihatnya, didengarnya dan
dialaminya
2) Keterangan Ahli: apa yang seorang ahli nyatakan di Pengadilan
- Saksi ahli mengandung 2 alat bukti, jika Saksi ahli datang ke Pengadilan
- Keterangan ahli dapat berupa Bukti Surat, jika Ahli tersebut tidak datang ke Pengadilan
3) Surat
4) Petunjuk: perbuatan kejadian atau keadaan baik antara yang sau dengan yang lai menandakan bahwa
telah terjadi suatu Tindak pidana dan siapa pelakunya
5) Keterangan terdakwa
- yang terdakwa nyatakan di persidangan tentang perbuatan yang dia lakukan, diketahui atau yang
dialaminya sendiri
- keterangan yang diberikan diluar persidangan, dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti
pada persidangan
- keterangan terdakwa hanya digunakan untuk dirinya sendiri
- keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa ia bersalah, namun harus disertai alat bukti
yang lain

26. Substansial Keempat: TUNTUTAN


Diajukan oleh JPU, yang memuat:
1) Hal-hal yang terbukti dan tidak terbukti dalam persidangan
2) Hal-hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa
3) Pasal dakwaan yang dianggap terbukti
4) Hukuman yang dituntut kepada terdakwa

27. Substansial Kelima: PEMBELAAN


Diajukan oleh Terdakwa atau Penasihat Hukum, yang berisi:
1) Pendahuluan, berisi ucapan terima kasih karena telah menerapkan prinsip praduga tidak bersalah
2) Ringkasan Surat Dakwaan dan tuntutan beserta tanggapannya
3) Fakta-fakta dipersidangan
4) Analisis fakta dan analisis yuridis (kecocokan perbuatan yang didakwakan dengan pasal yang dituduhkan)
5) Kesimpulan, berisi permohonan agar terdakwa dibebaskan atau dihukum seringan-ringannya
6) Penutup

28. Substansial Ke enam: PUTUSAN


Macam2 Putusan PN
1) Putusan Pemidanaan: terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan atas perbuatan yang didakwaakannya
2) Putusan Bebas (Vrijspraak): Pengadilan berpendapat bahwa terdakwa tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan atas perbuatan yang didakwakannya
3) Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan: Jika terdakwa terbukti atas perbuatan yang didakwakannya, tetapi
perbuatan tersebut tidak merupakan suatu tindak pidana

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
8
TAHAPAN III:UPAYA HUKUM (BIASA&LUAR BIASA); EKSEKUSI
29. Upaya Hukum adalah suatu upaya yang dilakukan oleh para Pihak (Terdakwa atau JPU) yang tidak puas
terhadap putusan dari Pengadilan Negeri (“PN”).
Upaya Hukum ini terbagi menjadi 2, yaitu
a. Upaya Hukum Biasa
- BANDING: dilakukan oleh Pengadilan Tinggi (“PT”)
- KASASI: dilakukan oleh Mahkamah Agung (“MA”)
b. Upaya Hukum Luar Biasa
- PENINJAUAN KEMBALI (“PK”): dilakukan oleh MA
- KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

30. Upaya Hukum Biasa BANDING (Ps. 233 – 243 KUHAP)


A. JENIS PUTUSAN YANG DIBOLEHKAN UNTUK BANDING
Para pihak hanya dapat melakukan Upaya Banding terhadap Putusan PN yang mengenai Putusan
Pemidanaan.
Putusan BEBAS dan Lepas Dari Segala Tuntutan HANYA BISA dilakukan melalui Upaya KASASI
(Ps. 67 KUHAP)
B. PEMERIKSAAN
- Upaya banding ini akan diperiksa dan diputuskan oleh PT
- Yang diperiksa pada Pengadilan Tinggi adalah sama dengan pemeriksaan di PN, yaitu POKOK
PERKARANYA, sehingga hakimnya disebut JUDEX FACTI
- PT memeriksa perkara, HANYA berdasarkan Dokumen (Berkas Perkara) yang diperoleh dari
Pengadilan Negeri saja, PT tidak melakukan pemeriksaan lainnya, seperti Pemanggilan Terdakwa dll
C. PIHAK YANG BERHAK
Yang berhak melakukan banding adalah Terdakwa/kuasanya atau JPU.
D. BATAS WAKTU
Batas waktu untuk menyatakan banding adalah 7 hari setelah putusan dibacakan atau 7 hari setelah
pemberitahuan putusan diterima oleh terdakwa yang tidak hadir pada persidangan. (7 hari kerja)
E. MEMORI BANDING
- Bagi para pihak yang memohon Upaya Banding (Pemohon Banding) dapat mengajukan MEMORI
BANDING yang berisi mengenai alasan-alasan keberatan terdapat Putusan PN.
- Memori Banding sifatnya adalah TIDAK WAJIB untuk DIAJUKAN, artinya Pemohon Banding tidak
wajib untuk mengajukan Memori Banding, meskipun telah mengajukan Permohonan Banding. Karena
dengan tanpa adanya Memori Banding, PT tetap dapat memeriksa perkaranya, dimana PT akan
memeriksa dari awal perkara yang sudah diputuskan oleh PN, terlepas dengan ada atau tidak adanya
Memori Banding.

 JPU biasanya mempunyai STANDART atau DASAR untuk melakukan Banding yaitu jika putusan
F. TEKNIS PELAKSANAAN

hakim ternyata dibawah 2/3 dari tuntutannya.


Contoh: JPU menuntut Terdakwa selama 9 tahun Penjara, maka JPU mempunyai patokan untuk tidak
melakukan banding (Puas terhadap Putusan), jika Hakim memberikan Putusannya minimal 6 tahun
Penjara (memenuhi 2/3 dari Tuntutan JPU). Tapi jika ternyata Hakim memutuskan kurang dari 6 tahun,
seperti 3 tahun misalnya, maka JPU akan melakukan Banding
 Upaya Banding ini dilakukan melalui perantara PN, yang nantinya akan dikirim ke PT. Artinya, para
Pihak harus mengajukan Banding dan menyerahkan memori banding kepada PN, dan nantinya PN yang
akan mengirimkan segala Berkas Perkara dan Memori Banding (jika ada) kepada PT.
 Setelah perkaranya diputuskan oleh PT, selanjutnya putusan PT tersebut akan dikirimkan kembali ke PN,
dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan Putusan PT kepada Para Pihak (Terdakwa&JPU).
 Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PN ke PT, sejak kasus tersebut dinyatakan banding
 Putusan PT berisi Menguatkan Putusan PN, Membatalkan Putusan PN dengan mengadili sendiri

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
9
31. Upaya Hukum Biasa KASASI (Ps.244 – 258 KUHAP)
A. BATAS WAKTU
- Untuk Upaya Kasasi ini mempunyai batas waktu yang sangat ketat dalam hal Pengajuan Permohonan
Kasasi dan Pengajuan Memori/Kontra Memori Kasasi
- Batas waktu untuk menyatakan kasasi di PN adalah 14 hari setelah Para pihak (Terdakwa/JPU)
menerima Surat Pemberitahuan Putusan PT (RELAAS) dari PN.
- Setelah Para Pihak Menyatakan Ingin Kasasi, dimana pihak tersebut akan disebut sebagai PEMOHON
KASASI, hanya mempunyai waktu 14 hari untuk mengajukan MEMORI KASASInya
- Setelah Termohon Kasasi menerima Pemberitahuan Memori Kasasi (Relaas) dan Copy Memori Kasasi
yang disampaikan oleh PN, Termohon Kasasi hanya memiliki waktu 14 hari untuk mengajukan
Kontra Memori Kasasi
- Jika para Pihak (Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi) LALAI dalam mengajukan Memori Kasasi
atau Kontra Memori Kasasi (tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 14 hari), maka Para Pihak
tersebut akan kehilangan Haknya dalam mengajukan Memori dan Kontra Memori Kasasi.
- Jika Pemohon Kasasi LALAI dalam Mengajukan Memori Kasasinya (Terlambat mengajukan, lebih
dari 14 hari), maka Upaya Kasasi akan dibatalkan (GUGUR) dengan sendirinya.
- Jika Termohon Kasasi yang LALAI dalam mengajukan Kontra Memori Kasasinya, maka Upaya
Kasasi akan tetap berjalan, hanya hak Termohon Kasasi saja yang hilang dalam megajukan Kontra
Memori Kasasi tersebutt

B. ALASAN KASASI
Pada Pemeriksaan dalam Tingkat Kasasi, Hakim MA tidak memeriksa Pokok Perkaranya, tetapi memeriksa
dari alasan-alasan sebagai berikut:
- apakah benar peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya
- apakah benar cara mengadili dilaksanakan tidak sesuai dengan UU
- apakah benar Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya

 Pada pemeriksaan Kasasi di MA, Hakim MA tidak mengadili Pokok Perkara, sehingga Hakim MA
C. PEMERIKSAAN KASASI

disebut sebagai JUDEX JURIS


 Upaya Kasasi diajukan kepada Mahkamah Agung, yang mana Permohonan Kasasinya akan diajukan
melalui PN yang mana nantinya akan disampaikan kepada MA.
 Setelah perkaranya diputuskan oleh MA, selanjutnya putusan MA tersebut akan dikirimkan kembali ke
PN, dan PN lah yang nantinya akan menyampaikan Putusan MA kepada Para Pihak.
 Hakim MA wajib untuk memutuskan tetap atau tidaknya dilakukan penahanan bagi terdakwa,
setelah 3 hari menerima berkas perkara, baik karena wewenang jabatan maupun atas permintaan
terdakwa. Dalam hal terdakwa tetap ditahan, maka dalam waktu 14 hari setelah penetapan penahanan
MA, Hakim MA wajib untuk memulai pemeriksaan.
 Wewenang untuk penahanan akan beralih dari PT ke MA, sejak kasus tersebut dinyatakan kasasi

 Putusan MA berisi Menguatkan Putusan PT, Membatalkan Putusan PT dengan mengadili sendiri
D. PUTUSAN KASASI

 Putusan (255 KUHAP):


- dalam hal putusan dibatalkan karena peraturan tidak diterapkan, atau diterapkan tidak
sebagaimana mestinya, maka Hakim MA akan memutuskan untuk mengadili sendiri
- dalam hal Putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak sesuai dengan UU, maka Hakim MA
akan menetapkan/menunjuk Pengadilan asal untuk memeriksa lagi bagian yang dibatalkan atau
berdasarkan alasan tertentu menunjuk Pengadilan lainnya yang setingkat
- dalam hal putusan dibatalkan karena Pengadilan/Hakim tidak berwenang mengadili perkara
tersebut, maka Hakim MA akan menetapkan pengadilan atau hakim lain yang berwenang
mengadili perkara tersebut

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
10
32. Upaya Hukum Luar Biasa PENINJAUAN KEMBALI (PK) (Pasal 263 – 269 KUHAP)

 Ketua PN harus memeriksa terlebih dahulu (disidangkan) apakah suatu perkara dapat untuk diajukan
A. KETENTUAN KHUSUS

PK atau tidak, dengan menghadirkan para Pihak (Terdakwa & Jaksa)


 Upaya PK ini tidak dapat menunda pelaksanaan/eksekusi putusan Kasasi, karena Putusan Kasasi
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht)
 Putusan yang dapat diajukan upaya PK adalah hanya Putusan Pemidanaan

B. ALASAN PK (Ps. 263 (2) KUHAP):


PK ini hanya dapat diajukan oleh salah satu dari Para Pihak (Terdakwa atau JPU), jika memenuhi salah satu
atau beberapa alasan sebagai berikut:
- Adanya BUKTI BARU/keadaan baru (Novum)
- DASAR dan ALASAN dari suatu pernyataan yang terbukti dalam Putusan ternyata saling bertentangan
- Putusan itu dengan jelas memperlihatkan KEKHILAFAN HAKIM atau suatu KEKELIRUAN YANG
NYATA

C. BATAS WAKTU
Dalam hal pengajuan Permohonan PK, tidak ada batas waktu bagi para Pihak untuk mengajukan PK. Yang
artinya selama perkara belum Kadaluarsa, para pihak dapat untuk mengajukan PK ke MA

 Putusan PK:
D. PUTUSAN PK

- Putusan bebas
- Putusan lepas dari segala tuntutan JPU
- Putusan tidak dapat menerima tuntutan JPU
- Putusan dengan menerapkan ketetapan pidana yang lebih ringan
 Pidana yang dijatuhkan dalam Putusan PK, TIDAK BOLEH melebihi hukuman pidana yang telah
dijatuhkan dalam putusan semula (Putusan Kasasi)

33. Upaya Hukum Luar Biasa KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM (Ps.259 – 262 KUHAP)
 Untuk putusan yang sudah Inkracht (berkekuatan hukum tetap) ternyata MASIH DAPAT untuk diajukan
upaya Kasasi, jika Putusan Kasasi tersebut ternyata akan berakibat yang tidak baik terhadap kepentingan
hukum.
 Maksud dari Kepentingan Hukum adalah jika Hakim MA mengeluarkan Putusan Kasasi yang tidak tepat,
misalnya seperti memutuskan bebas bagi terdakwa yang sebenarnya terbukti Membunuh, dan untuk
menghindari terjadinya Yurisprudensi yang tidak tepat, yaitu “membebaskan seorang yang terbukti
Pembunuh”, maka demi Kepentingan Hukum tersebut, Putusan Kasasi yang salah tersebut, dapat diajukan
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
 Hasil dari Putusan Kasasi Demi Kepentingan Hukum tersebut tidak boleh MERUGIKAN pihak yang
berkepentingan, artinya Terdakwa yang tadinya telah dibebaskan dari dakwaan pembunuh berdasarkan
Putusan Kasasi yang salah tersebut, harus tetap dibebaskan, yang berubah hanya Putusannya saja
 Kasasi Demi Kepentingan Hukum HANYA DAPAT DIAJUKAN oleh JAKSA AGUNG

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
11
LAIN LAIN

 Tersangka dapat mengajukan gugatan ganti kerugian melaui Pra-Peradilan


34. Gugatan Ganti Rugi

 Seorang Terdakwa dapat menuntut ganti rugi akibat penahanannya dengan digabungkan dengan pemeriksaan

 Jika seorang Terpidana akhirnya mendapat putusan Bebas atau lepas dari segala tuntutan dari PT atau MA,
pidananya jika masih diperiksa di Pengadilan Negeri

 Putusannya berupa PENETAPAN


maka bisa mengajukan gugatan ganti rugi melalui gugatan perdata

 Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan dalam pemeriksaan perkara pidana, menimbulkan
35. Penggabungan Perkara Pidana dengan Ganti Rugi

kerugian bagi orang lain, maka orang lain itu atau ahli warisnya dapat mengajukan gugatan ganti rugi
yang digabungkan kepada perkara pidana tersebut.
 Sebelum digabungkan, gugatan ganti rugi tersebut akan diperiksa oleh Hakim, mengenai dasar gugatan,
biaya, dll, sampai akhirnya menetapkan adanya penggabungan perkara pidana dengan gugatan ganti rugi
 Diajukan paling lambat sebelum JPU mengajukan tuntutan pidana atau sebelum Hakim menjatuhkan
putusan
 Gugatan Ganti Rugi mengikuti/tergantung kepada Perkara Pidananya. Jika pada perkara pidananya tidak
diajukan banding, maka putusan ganti ruginya pun tidak akan bisa mengajukan banding

36. Pengertian KONEKSITAS: suatu perkara/tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang
termasuk dalam lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Militer (Pasal 89(1))
Pemeriksaan Perkara Koneksitas
a. Majelis Hakim PN : Ketua dari PN, anggota dari PN dan Militer
b. Majelis Hakim PM: Ketua dari PM, anggota dari PN dan Militer

Rangkuman Materi Hukum Acara Pidana you’re never too old to set another goal or to dream a new dream
Daya Perwira Dalimi – 3010 215 021 (Kelas Karyawan)
12

Anda mungkin juga menyukai