Anda di halaman 1dari 63

APAKAH UPAYA PAKSA ITU ?

 Upaya paksa (dwang middelen) adalah salah satu


kewenangan atau sekumpulan tindakan yang
diberikan Undang-undang kepada aparat penegak
hukum (Polisi-Penyidik, Jaksa, Hakim) untuk
melakukan perampasan kebebasan, yaitu berupa
penangkapan; penahanan; penggeledahan;
penyitaan; dan pemeriksaan surat.
MACAM-MACAM UPAYA PAKSA
 Penangkapan
 Penahanan
 Penggeledahan
 Penyitaan
 Pemeriksaan Surat
PENANGKAPAN
 Adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan kebebasan sementara
waktu tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta
menurut yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 butir 20 KUHAP)
 Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. (SOP
No. Pol : SOP/ /XI/2009 Tentang Upaya Paksa, tertanggal Desember 2009)
 Berdasarkan Pasal 1 Nomor 21 Peraturan Kepala Polri Nomor 14 Tahun
2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana yang dimaksud dengan
bukti permulaan adalah alat bukti berupa Laporan Polisi dan 1 (satu) alat
bukti yang sah (Pasal 184 Ayat (1) KUHAP yaitu keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan Terdakwa), yang digunakan
untuk menduga bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana sebagai
dasar untuk dapat dilakukan penangkapan.
Yang perlu diperhatikan saat penangkapan
 Pasal 7 ayat 1 huruf (d) KUHAP Dilakukan oleh PENYIDIK
POLRI/Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).

Pasal 18 ayat 1 KUHAP


 Memperlihatkan surat tugas

 Surat perintah penangkapan yang mencantumkan:

a. Identitas seorang yang hendak ditangkap.

b. Menyebutkan alasan penangkapan.

c. Uraian singkat perkara

d. Tempat ia diperiksa
Semua syarat sebelumnya bisa dikecualikan jika dalam hal tertangkap tangan.
Dalam tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta
barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat;
(Pasal 18 ayat 2 KUHAP)

TERTANGKAP TANGAN adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang


melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan
atau membantu melakukan tindak pidana itu; (Pasal 1 ayat 20 KUHAP)
LAMA PENANGKAPAN
Berapa lama dilakukan penangkapan ?
 1 hari (Pasal 19 ayat 1 KUHAP)

 Khusus untuk kasus Narkotika lama penangkapan 3 hari dan dapat diperpanjang 3

hari (Pasal 76 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009


tentangNarkotika)
 Pasal 28 ayat (1) Undang-undang no 5 tahun 2018 tetang perubahan uu

pemberantasan terorisme menjelaskan bahwa penyidik dapat melakukan


penangkapan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana
terorisme berdasarkan bukti permulaan yang cukup untuk jangka waktu paling
lama 14 hari. Ayat (2) pasal yang sama kemudian menerangkan bahwa apabila
jangka waktu tersebut tidak cukup, maka penyidik dapat mengajukan
permohonan perpanjangan penangkapan untuk jangka waktu paling lama 7 hari
kepada ketua Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat
kedudukan penyidik.
PENAHANAN
 Penahanan Adalah penempatan tersangka atau
terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau
penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini; (Pasal 1 ayat 21
KUHAP)
SYARAT-SYARAT PENAHANAN
Syarat subjektif Pasal 21 ayat 1 KUHAP
 Menghilangkan barang bukti.

 Melarikan diri.

 Mengulangi tindak pidana.

Syarat objektif Pasal 21 ayat 4 KUHAP


 Diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

 tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3) (kesusilaan), Pasal 296

(perbuatan cabul), Pasal 335 ayat (1) (perbuatan tidak menyenangkan), Pasal 351 ayat (1)
(penganiayaan), Pasal 353 ayat (1) (penganiayaan berencana), Pasal 372 (penggelapan), Pasal
378 (penipuan), Pasal 379 a (penipuan ringan), Pasal 453 , Pasal 454 ,Pasal 455 (ABK) Pasal
459 (penyerangan Nahkoda) Pasal 480 (penaadahan) dan Pasal 506 (mucikari) Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap
Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal
1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt.
Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42,
Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang- undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).
LAMA PENAHANAN
Tahap Penahanan Perpanjangan Total
Penyidikan Kepolisian 20 hari JPU 40 hari 60 hari
Penuntutan JPU 20 hari Kepala PN 30 hari 50 hari
PN Pemeriksaan oleh hakim Kepala PN 60 hari 90 hari
PN 30 hari
PT Pemeriksaan oleh hakim Kepala PT 60 hari 90 hari
PT 30 hari
MA Pemeriksaan oleh hakim Ketua MA 60 hari 110 hari
MA 50 hari

Apabila jangka waktu penahanan lewat waktu maka


tersangka/terdakwa harus dikeluarkan demi hukum.

Pasal 24 hingga pasal 27 KUHAP


PENGGELEDAHAN BADAN DAN RUMAH
 Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan
pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda
yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta, untuk
disita.
 polisi hanya berwenang untuk melakukan pemeriksaan badan,
penggeledahan terhadap pakaian, dan pemeriksaan terhadap rongga
badan. (untuk penggeledahan terhadap perempuan maka polisi yang
menggeledah juga harus perempuan)
 Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat tertutup Iainnya untuk melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang
 Dalam pelaksanaan kegiatan penggeledahan akan melibatkan
penyidik/penyidik pembantu dan petugas Kepolisian lainnya maupun
pihak diluar institusi Kepolisian antara lain saksi, Kepala Desa / Kepal
Lingkungan, penghuni rumah dan Pengadilan Negeri.
SYARAT PENGGELEDAHAN
 Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat. (Pasal 33 ayat 1
KUHAP)
 Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam
hal tersangka atau penghuni menyetujuinya. (Pasal 33 ayat 3 KUHAP)
 Jika tidak menyetujui atau penghuni tidak hadir, maka penggeledahan
disaksikan oleh Kepala Desa/Ketua Lingkungan dan dua orang saksi.
(Pasal 33 ayat 4 KUHAP)
 Dalam keadaan luar biasa dan mendesak, penyidik dapat melakukan
penggeledahan tanpa lebih dulu mendapat surat izin dari Ketua
Pengadilan Negeri, namun segera sesudah penggeledahan, penyidik
wajib meminta persetujuan Ketua Pengdilan Negeri yang bersangkutan;
(Pasal 34 ayat 1 KUHAP) :
1. pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dari
yang ada di atasnya;
2. pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;
3. di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya; di tempat
JIKA ANDA DIGELEDAH ?

1. Tetap tenang dan jangan panik.


2. Tanyakan dengan baik kepada petugas yang menggeledah tentang surat
tugas penggeledahan dari kepolisian atau pejabat lain yang berwenang
3. Jangan lupa tanyakan Surat Ijin Penggeledahan dari Ketua Pengadilan
Negeri setempat
4. Penggeledahan atas tempat kediaman anda harus dilakukan pada siang
hari
5. Jika anda setuju tempat kediaman anda digeledah, maka
penggeledahan harus disertai dengan dua orang saksi (warga
lingkungan sekitar)
6. Jika syarat 2 – 4 tidak ada, anda berhak menolak dan melarang
penggeledahan atas tempat kediaman anda dengan alasan
penggeledahan dilakukan secara tidak sah dan melawan hukum
7. Jika anda tidak setuju tempat kediaman anda digeledah, maka
penggeledahan harus disertai dengan tiga orang saksi (kepala desa/ketua rw/
ketua rt) dan dua orang saksi dari warga lingkungan sekitar
8. Jangan lupa untuk membuat catatan sendiri tentang barang-barang yang
digeledah
9. dalam waktu dua hari setelah penggeledahan, maka anda akan dibuatkan
BAP penggeledahan
10. Jika anda setuju dengan isi BAP maka anda harus menandatanganinya, jika
tidak setuju anda tidak menandatanganinya dan nyatakan keberatan anda
beserta alasan penolakan untuk dicatat dalam BAP
11. Mintalah turunan BAP penggeledahan
12. Segera hubungi kantor hukum atau organisasi bantuan hukum untuk
mendapatkan pelayanan/bantuan hukum
PENYITAAN
 Penyitaan merupakan tindakan pengambilan atau perampasan terhadap benda
milik seseorang yang diduga merupakan hasil kejahatan atau benda- benda
lainnya yang terkait dengan tindakan kejahatan tersebut yang diperbolehkan oleh
hukum dengan ijin Ketua Pengadilan setempat (pasal 38; KUHAP), bertujuan
untuk keperluan pembuktian didalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
persidangan di pengadilan. Dilakukan oleh Penyidik dengan surat ijin Ketua
Pengadilan Negeri setempat.
 Pasal 39 ayat 1 KUHAP mengatur bahwa yang dapat dikenakan penyitaan

adalah :
a) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana;
b) benda yang telah dipergunakan secara Iangsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya;
c) benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;

d) benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;

e) benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
BARANG SITAAN HARUS DIKEMBALIKAN
 Sebelum putusan (Pasal 46 ayat 1 KUHAP)
a) kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi;

b) perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata
tidak merupakan tindak pidana;
c) perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara
tersebut ditutup demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu
tindak pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan suatu tindak pidana.

 Setelah putusan (Pasal 46 ayat 2 KUHAP)


Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan
dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan
tersebut kecuali jika menurut putusan hakim benda itu dirampas untuk negara,
untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi
atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara
lain.
PEMERIKSAAN SURAT
 Pengaturan pemeriksaan surat dalam KUHAP diatur dalam Pasal 47 dan
Pasal 48 KUHAP.
 Kewenangan nya ada pada penyidik atas izin dari Ketua Pengadilan
Negeri.
 Pemeriksaan surat terkait dengan tindak pidana.
 Dan apabila surat tersebut tidak ada kaitannya dengan tindak pidana
maka surat tersebut dibubuhi cap yang berbunyi "telah dibuka oleh
penyidik”. dengan dibubuhi tanggal, tanda tangan beserta identitas
penyidik.
 penyidik membuat berita acara atas tindakan tersebut dan turunan berita
acaranya nya disampaikan kepada kepala kantor pos dan
telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan komunikasi atau
pengangkutan yang bersangkutan.
PENUNTUTAN
penuntutan itu sendiri adalah kegiatan melimpahkan
perkara pidana kepengadilan. didalam melimpahkan
perkara itu tidak sekedar membawa perkara kepengadilan
tapi ada beberapa hal yang dilakukan sebelum perkara itu
disampaikan kepengadilan.

Wewenang penuntut umum memeriksa dan meneliti berkas


perkara yang diterima dari penyidik, dan dalam hal berkas
perkara belum lengkap, mengem-balikan berkas perkara itu
kepada penyidik diseltai petunjuk untuk dilengkapi
menurut Martiman Prodjohamidjoyo, sebelum jaksa melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan dan kemudian melakukan penuntutan, ia
wajib mengambil langkah-langkah seperti:
 menerima dan memeriksa berkas perkara;

 mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan

segera mengembalikan berkas kepada penyidik dengan memberikan


petunjuk untuk penyempurnanya; ( waktunya 7 hari untuk wajib
memberi tahukan kekurangannya)
 memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau

penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah


perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
 membuat surat dakwaan
 melimpahkan perkara kepegadilan;
 menyampaikan pemberitahuan kepada tersangka
tentang ketentuan persidangan dengan disertai
panggilan, kepada tedakwa maupun saksi-saksi;
 melakukan penuntutan;
 menutup perkara demi kepentingan hukum;
 melakukan tindakan lain dalam ruang lingkup dan
tanggungjawab sebagi penuntut umum;
melaksanakan putusan hakim.
PRA PENUNTUTAN

istilah Pra penuntutan ada dalam pasal 14 KUHAP


“ mengadakan prapenuntutan apabila ada
kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan (4)
dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaanya penyidikan dari penyidik. waktu
yang diberikan kepada penuntut umum untuk
“meneliti dan mempelajari” adalah 7 hari.
 Penuntut Umum sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh undang – undang
berhak untuk melakukan tuntutan hukum terhadap siapa saja yang melakukan
tindak pidana Sebelum melakukan penuntutan, Penuntut Umum sesuai dengan
kewenangannya mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan dengan
penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal ll0 KUHAP. Dengan
memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.

 Pertanyaannya adalah apakah yang dimaksud dengan pra penuntutan. KUHAP


sendiri tidak memberi penjelasan, namun jika dilihat bahwa hal ini erat
kaitannya dengan adanaya pelimpahan perkara dari penyidik ke Penuntut Umum
dan oleh penuntut umum dikembelikan lagi ke penyidik jika ada kekurangan
disertai dengan petunjuk untuk dilengkapi. Pra Penuntutan seperti ditentukan
Pasal 30 UU No 16/ 2004 Tentang Kejaksaan RI menentukan Jaksa dapat
melakukan pra penuntutan.
 Lebih jauh penjelasan Pra Penuntutan adalah tindakan Jaksa
untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima
pemberi tahuan dimulainya penyidikan dari penyidik ,
mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil
penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan
petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat
menentukan , apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan
atau ke tahap penuntutan. ( Marwan Effendi, 2005, Kejaksaan
RI, Posisi dan Fungsinya Dari Persepektif Hukum. Hal. 220 ).
Dalam buku pedoman pelaksana KUHAP. bahwa pasal l4 tersebut dikaitkan
dengan pasal 138 menyebutnya dengan istilah PRA PENUNTUTAN:

Pasal 110 menyebutkan :


1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, dia wajib
menyerahkan berkas perkaranya kepada penuntut umum
2. Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa penyidikan masih kurang
lengkap, penuntut umum segera mengembalikan berkas perkara kepada
penyidik disertai dengan petunjuk untuk dilengkapi
3. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan, penyidik wajib
segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut
umum
4. Penyidikan dianggap selesai jika dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak
mengembalikan berkas perkara atau sebelumnya ada pemberitahuan dari
penuntut umum kepada penyidik
 Pasal 138 KUHAP menyebutkan: penuntut umum setelah
menerima hasil penyidikan, segera mempelajari dan meneliti
dan dalam waktu 7 hari wajib memberitahu kepada penyidik
apakah hasil penyidikan sudah lengkap atau belum.

 Dalam hal hasil penyidikan belum lengkap, penuntut umum


disertai petunjuk tentang hal yang harus dilengkapi dan
dalam waktu 14 hari sejak penerimaan berkas, penyidik
sudah harus mengembalkan berkas itu kepada penuntut
umum.
Dengan menyimak ketentuan diatas, terdapat hal yang kurang jelas, tentang batas
waktu selama 14 hari penyidik sudah harus melengkapi berkas perkara tersebut dan
mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penyidik, hal ini menimbulkan
masalah :

1. Dengan tidak ditentukan berapa kali penyerahan/penyampaian kembali berkas


perkara acara timbal balik dari penyidik ke Penuntut Umum atau sebaliknya,
kemungkinan selalu bisa terjadi, atas dsar pendapat Penuntut Umum bahwa hasil
penyidikan belum lengksp, akhirnya perkara bisa berlarut – larut.

2. Bagaimana jika dalam jangka waktu 14 hari penyidik tidak bisa melengkapi berkas
perkara yang dikembalikan ke Penyidik, Apakah penyidik akan mengembalikan
lagi berkas perkara yang belum lengkap tersebut ke Penuntut Umum?
Dengan melihat ketentuan pasal 14, dihubungkan dengan pasal 110
dan 138 KUHAP. diatas, rupanya pembuat undang – undang
mengatakan bahwa pra penuntutan tersebut adalah tindakan Penuntut
Umum memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan
oleh penyidik, hal ini yang dimaksud dengan Penyidikan Lanjutan,
hal ini dimaksudkan menghindari kesan agar jaksa tidak lagi
melakukan tugas penyidikan, karena KUHAP sendiri telah
menggariskan, bahwa tugas penyidikan mutak dilakukan oleh Polisi
dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, kecuali Undang – undang
menentukan lain (Tindak Pidana Khusus, seperti misalnya : Tindak
Pidana Ekonomi, Korupsi, Pencemaran Lingkungan, Money
Loundring dll).
Prapenuntutan merupakan wewenang penuntut umum disamping
juga merupakan wewenang penyidik termasuk tindakan lainnya
yang bertanggung jawab.

Pertanggung jawaban penuntutan ada pada penuntut umum, oleh


sebab itu kalau menurut penuntut umum berkas perkara belum
lengkap untuk dilakukan penuntutan, ia harus mengembalikan
kepada penyidik yang berwenang menyidik untuk disempurnakan.

Jadi prapenuntutan bukan hubungan atau perintah atasan kepada


bawahan, akan tetapi merupakan hubungan hukum secara
horizontal dalam rangka system peradilan pidana terpadu.
TATA CARA PRAPENUNTUTAN
1. merupakan kewajiban penyidik untuk segera menyerahkan berkas perkara
kepada penuntut umum begitu penyidikan selesai;
2. penuntut umum segera meneliti berkas perkara, dan dalam waktu 7 (tujuh)
hari setelah berkas perkara diterima, penuntut umum wajib memberitahukan
kepada penyidik apakah hasil penyidikan sudah lengkap atau belum;
3. apabila ternyata hasil penyidikan belum lengkap, maka penuntut umum
wajib mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk
untuk dilengkapi;
4. penyidikan dianggap telah selesai, artinya berkas perkara dianggap telah
lengkap apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari penuntut umum tidak
mengembalikan berkas perkara hasil penyidikan kepada penyidik;
5. dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah penyidik menerima berkas
perkaradari penuntut umum, penyidik harus sudah menyampaikan kembali
berkas perkara itu kepada penuntut umum setelah dilengkapi sesuai petunjuk
penuntut umum
Dengan Catatan :

 Jangka Waktu pra penuntutan paling lama 14 (empat belas)


hari + 14 (empat belas) hari = 28 (dua puluh delapan) hari

 Dalam hal penuntut umum tidak mengembalikan berkas


perkara dalam waktu 14 (empat belas) hari maka penyidik
tidak kena sanksi apapun. Artinya
kalau penuntut umum lalai kena sanksi hukum tapi kalau
penyelidik yang lalai tidak ada sanksi apapun kecuali
sanksi moral
PENUNTUTAN

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk


melimpahkan perkar pidna kepengadilan negeri
yang berwenang dalam hal dan menurt cara yang
diatur oleh undang-undang dengan permintaan
supaya diperiksa dan diputus oleh hakim disidang
pengadilan.
Pasal 1 butir 7 KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntut umum
untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.

Difinisi diatas mirip dengan difinisi dari Wirjono Prodjdikoro, hanya saja
menrut beliau menyatakan dengan tegas “terdakwa” . Menuntut seorang
terdakwa dimuka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang
terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim , dengan permohonan
supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu
terhadap terdakwa ( Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di
Indonesia, h. 34 ).
Dari pengertian penuntutan ini dapat diperoleh garis hukum antara lain :

 Wewenang penuntutan hanya ada pada penuntut umum (dominus litis);


 Kewajiban melimpahkan perkara pidana ke pengdilan negeri (pengeltian
sempit);
 Supaya hakim memeriksa dan memutus perkara pidana tersebut;
 Putusan pengadilan harus dilakukan di sidang pengadilan (terbuka untuk umum
dengan hadirnya terdakwa).

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Jaksa adalah pejabat
yang diberi Wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut
umum Serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan
perkara kepengadilan yang berwenang mengadili ( pasal 137 KUHAP ). Sehubungan
dengan ketentuan tersebut, ada beberapa tindakan yang dapat dikerjakan dengan
wewenang yang ada ditangan Penuntut Umum antara lain :

a. Sebelum perkara dilimpahkan di pengadilan:


 Mengadakan pra penuntutan
 Menerima atau menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik
 Penuntut umum dapat menutup perkara demi kepentingan hukum (pasal 76, 77,78 KUHP)
 Penuntut umum dapat menghentikan penuntutan dengan surat penetapan (alasan tidak cukup
bukti atau bukan peristiwa pidana)
 Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang, menyiapkan surat
dakwaan
b. Melaksanakan penuntutan di sidang pengadilan
c. Melaksanakan penetapan hakim
d. Melaksanakan upaya hukum
e. Membuat surat dakwaan
f. Menutup perkara demi kepentingan hukum
g. Mengadakan tindakan laindalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai
penuntut umum menurut undang – undang.
Yang dimaksud dengan tugas lain menurut UU adalan ditentukan dalam pasal Pasal 30 UU No 16/
2004 tentang Kejaksaan RI menentukan dalam bidang pidana : Ayat 1 d. Melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU. ( berkaitan Pasal 284 KUHAP ). Jika dicermati,
bahwa kewenangan dalan ketentuan ini adalah wewenang sebagaimana diatur dalam UU No. 26/ 2000
tentang Pengadilan HAM. Dan UU No 31 / 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsiyo
UU No. 20/ 2001 yo UU N0. 30/ 2002 tentang Komosi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Ayat 2 di bidang perdata dan tata usaha Negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
didalam maupun diluar pegadilan untuk dan atas nama negara atau pemerinta; Ayat 3 Dalam bidang
Ketertiban dan ketentraman Umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan :

 Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat


 Mengamankan kebijakan penegak hukum
 Pengamanan barang cetakan
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyaraka dan Negara
 Pencegahan penyalah gunaan dan/ atau peodaan agama
 Meneliti dan mengembangkan hukum serta statisti criminal.
 Kejaksaan dapat juga menenpatkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa
atau tempat lain yang layak karena yang bersangkuta tidak mampu berdii sendiri atau disebabkan
oleh hal yang membahayakan orang lain, lingkugan atau dirinya sendiri dengan mohon kepada
hakim
PERBEDAAN JAKSA DAN PENUNTUT UMUM ADALAH :

 Penuntut umum pasti jaksa, akan tetapi tidak semua jaksa adalah
penuntut umum
 Penuntut umum melaksanakan penetapan hakim, sementara jaksa
melaksanakan putusan hakim.
 Daerah hukum penuntut umum sebatas daerah hukum kejaksaan
negeri dimana ia di tugaskan yang sebanding dengan wilayah
kabupaten atau kotamadya.
 Sedangkan daerah hukum jaksa tidak dibatasi mengingat jaksa itu
satu dan tak terpisah-pisahkan
yang dimaksud dengan “daerah hukum” daerah
dimana menjadi kewenangannya dalam melakukan
penuntutan. daerah hukum atau wilayah hukum
kejaksaan negeri adalah sama dengan daerah
hukum atau wilayah hukum pengadilan negeri.
wilayah suatu pengadila negeri adalah
Kabupaten/kota.
pasal 141 menentukan bahwa penuntut umum dapat
menggabungkan perkara dan membuatnya satu surat dakwaan,
apabila pada waktu dan saat yang sama atu hampir bersamaan ia
menerima beberapa berkas. syarat yang ditentukan oleh undang-
undang. yaitu:
 beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama
dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan
terhadap penggabungannya;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain itu ada hubungannya, yang dlam hal ini penggabungan
tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
bahwa yang dimasud dengan bersangkut paut satu dengan yang lain itu
apabila tindak pidana tersebut dilakukan:

 oleh lebih dari seorang yang bekerjasama dan dilakukan pada saat
yang bersamaan;
 oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda tetapi
merupakan pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuat mereka
sebelumnya;

Namun dalam pasal 142 Memungkinkan melakukan pemisahan


perkara, dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang
memuat beberapa perkara. seperti kasus terorieme dan korupsi yang
melibatkan banyak pejabat misalnya
WEWENANG JPU
 Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik
pembantu
 Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan penyidikan dengan memberi
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik
 Memberikan perpanjangan penahanan atas permintaan penyidik, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan dan mengubah status tahanan
 Membuat Surat dakwaan (akan dibicarakan tersendiri)
 Melimpahkan perkara ke pengadilang
 Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa, hari dan Waktu perkara
disidangkan disertai
surat panggilan baik kepada terdakwa maupun saksi-saksi, ahli untuk datang pada
sidang yang
telah ditentukan
 Melakukan penuntutan (mengajukan tuntutan pidana setelah sidang
dinyatakanselesai);
 Menutup perkara demi kepentingan hukum (menghentikan penuntutan)
 Melaksankan penetapan hakim
 Melakukan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai
penuntut umum
menurut ketentuan undang-undang, antara lain :

a. Meneliti barang bukti dan identitas tersangka pada penyerahan perkara


tahapkedua
b. Melengkapi berkas perkara dengan melakukan pemeriksaan tambahan
c. Mengajukan praperadilan terhadap penghentian penyidikan yang dilakukan
penyidik
d. Membuka dan melanjutkan penuntutan terhadap perkara yang telah
dihentikan penuntutannya
e. Mengadakan penggabungan perkara dan menuntut dalam satu surat dakwaan
f. Menentukan apakah perkara diajukan untuk diperiksa dengan acara
pemeriksaan biasa atau
acara pemeriksaan singkat.
Dan banyak lagi wewenang penuntut umum yang termasuk tindakan
yang bertanggung jawab menurut undang-undang wewenang
penuntut umum yang akan dibahas secara khusus dalam bagian ini
terbatas pada :

1. Melakukan penuntutan
2. Menghentikan penuntutan
3. Membuat Surat dakwaan

Sedangkan senghentikan penuntutan berarti telah terjadi penuntutan


namun karena terdapat beberapa hal seperti terdapat dalam pasal 140
ayat (2), karena tidak cukup bukti, ternyata bukan merupakan tindak
pidana, dan perkara ditutup demi hukum.
HAL - HAL DALAM PENUNTUTAN
Dalam hukum acara pidana , ada beberapa hal yang prinsip yang perlu diketahui
dan dipahami seperti :
a. Perkara dihentikan penuntutannya demi kepentingan hukum artinya perkara
dihentikan penuntutannya karena tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak pidana, apabila kemudian ternyata ada alasan baru
tidak menuntut kemungkinan bagi penuntut umum untuk melaksanakan
penuntutan pada tersangka (pasal 140 ayat 2), alasan baru diperoleh penuntut
umum dari penyidik berasal dari keterangan tersangka, saksi, barang
bukti,petunjuk yang baru kemudian didapat
b. Perkara ditutup demi hukum artinya apabila terjadi dimana tersangka
meninggal dunia, atau perkara tergolong “ne bis in idem”, kedaluarsa. Hal ini
juga dapat kita kaitkan dengan ketentuan pasal 76, 77, 78 KUHP.
c. Penyimpangan perkara untuk kepentingan umum merupakan wewenang jaksa
agung, maksudnya penghentian penuntutan tidak termasuk penyimpaangan
perkara untuk kepentingan hukum yang menjadi wewenang jaksa agung. Hal
ini merupakan hak dari jaksa agung yag disebut azas opportunitas
SURAT DAKWAAN
Apabila penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan
penuntutan, maka dalam Waktu secepatnya membuat Surat dakwaan, karena surat
dakwaan merupakan dasar pemeriksaan di pengadilan.

a. PENGERTIAN SURAT DAKWAAN

Menurut Inlandsch Reglement/Reglemen Indonesia (IR-1848), Surat dakwaan


merupakan tuduhan tertulis dengan menyatakan didalamnya Semua keadaan yang
mendahului, menyertai dan mengikuti perbuatan tersebut, yang dapat
meringankan atau memberatkan kesalahan terdakwa, dan Sesudah pemeriksaan di
pengadilan Selesai, maka musyawarah tentang kesalahan terdakwa didasarkan atas
Surat tuduhan tersebut. Dengan lain perkataan, Surat dakwaan adalah Suatu Surat
atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa,
yang disimpulkan atau ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan
dasar Serta landasan bagi hasil dalam pemeriksaan di muka Sidang pengadilan.
Dari definisi Surat dakwaaan di atas dapat ditarik beberapa garis hukum yaitu : 

1. Yang membuat Surat dakwaan adalah penuntut umum, Sebagai Satu-Satunya


pemegang otoritas;
2. Surat dakwaan harus tertulis yang dibacakan di Sidang pengadilan pada awal
pemeriksaan;
3. Isi Surat dakwaan memuat Secara lengkap, jelas dan cermat mengenai tindak pidana
yang didakwakan.
4. Rumusan tindak pidana yang didakwakan harus bersurnber dan hasil pemeriksaan
penyidikan yang ada dalam berkas perkara;42 Hukum Acara Pidana
5. Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan di pengadilan, artinya pemeriksaan di
pengadilan tidak boleh keluar atau menyimpang dari apa yang dirumuskan dalam
surat dakwaan.
6. Surat dakwaan merupakan dasar bagi hakim mengambil keputusan tentang bersalah
tidaknya terdakwa.
b. Arti dan tujuan surat dakwaan

Surat tuduhan adalah suatu surat atau akte yang memuat suatu perumusan dari
tindak pidana yang dituduhkan, yang sementara dapat diambil dari surat-surat
pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan, yang bila ternyata cukup terbukti terdakwa dapat dijatuhkan
hukuman (A. Karim Nasution, masalah surat tuduhan dalam proses pidana).

Jadi yang dimaksud dengan surat dakwaan adalah : Suatu surat atau akta yang
memuat rumusan dari tindak pidana yang didakwakan, yang sementara dapat
disimpulkan dari penyidik yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan disidang pengadilan.
Tujuan surat dakwaan dapat dilihat dari beberapa sisi :
1. Dari sisi penuntutan, tujuan surat dakwaan adalah untuk/ sebagai dasar bagi penuntut
umum untuk melakukan tuntutan hukum; karena Jaksa mempunyai kekuasaan yang
mutlak melakukan tuntutan hukum bagi setiap warga Negara yang melakukan
pelanggaran hukum.
2. Dari sisi terdakwa sendiri. Tujuan utama dari surat tuduhan adalah bahwa undang-
undang ingin melihat ditetapkannya alasan-alasan yang menjadi 56 dasar penuntutan
suatu peristiwa pidana, untuk itu sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah
dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebai-baiknya. Terdakwa mengetahui hal
sekecil – kecilnya tentang perbuatan yang dilakukan.
3. Dari sisi Pengadilan, bahwa tujuan surat dakwaan adalah sebagai dasar bagi hakim
untuk memeriksa perkara dalam persidangan. Lembaga Pengadilan adalah satu –
satunya lembaga yeng berwenang menyatakan bersalah tidaknya seseorang yang
telah didakwa melakukan tindak pidana,.

Dari segi terdakwa bahwa kepentingan surat tuduhan adalah agar ia mengatahui setepat-
tepatnya dan setelitinya apa yang dituduhkan kepadanya sehingga ia sampai pada hal
yang sekecil-kecilnya, dapat mempersiapkan pembelaan terhadap tuduhan tersebut.
c. Teknik Membuat Surat Dakwaan

1. Dengan Cara Penggabungan


Cara membuat surat dakwaan dapat dilihat dalam pasal 141, 142 KUHAP.

Penuntut Umum dapat melakukan penggabungan perkara dalam membuatnya


dalam satu surat dakwaan , apabila dalam waktu yang sama atau hamper
bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal :
 
 Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang sama dan
kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap
penggabungannya.
 Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut dengan yang lainnya. 

 Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang
lainnya tapi satu dengan yang lainnya ada hubungan, dalam hal ini
penggabungan perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
2. Cara Terpisah

Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang memuat
beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang
tidak termasuk dalam ketentuan pasal 141 KUHAP, penuntut umum dapat
melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah
(pasal 142 KUHAP). Haya satu kali selambat-lambatnya 7 hari sebelum
sidang dimulai (pasal 144 ayat 2 KUHAP). Dan dalam hal penuntutan
umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan 57 turunannya kepada
tersangka atau penasehat hukum dan penyidik (pasal 144 ayat 3 KUHAP).
d. Syarat Surat Dakwaan

Pasal 143 ayat 2 menyebutkan penuntut umum membuat surat dakwaan yang
diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi:

 Syarat formal: Nama lengkap, TTL, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka yang disebut dengan identitas;

 Syarat Materiil: uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindakan
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu tempat tindak pidana itu
dilakukan.

Dan apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 143 ayat 2b, maka surat dakwaan tersebut batal demi hukum (pasal
143 ayat 3).
Pembatalan formal ini pada intinya adalah pembatalan yang disebabkan karena yang
disebabkan karena tidak memenuhi syarat – syarat mutlak yang ditentukan sendiri oleh
undang – undang , dan pembatalan yang hakiki adalah pembatalan yang menurut penilaian
hakim sendiri. Yang disebabkan karena tidak dipenuhi suatu syarat yang dianggap esensial.
Surat dakwaan yang dibuat tidak jelas, tidak nampak dengan jelas perbuatan apakah yang
sebenarnya dilakukan terdakwa ( obscuur libel / surat gugatan penggugat tidak terang atau
isinya gelap (onduidelijk). Disebut juga, formulasi gugatan yang tidak jelas) 

Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan uraian yang cermat jelas dan lengkap dalam
KUHAP tidak dijelaskan, namun kiranya dalam hal ini dapat dihubungkan dengan pendapat
Jenkers yang menyebutkan bahwa yang harus dimuat ialah selain dari perbuatan yang
sungguh-sungguh dilakukan yang bertentangan dengan hukum pidana, juga harus memuat
unsure-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan (A. Hamzah, Pengantar hukum acara
pidana)
 
e. Perubahan Surat Dakwaan 

Setelah Penuntut Umum/ Jaksa melimpahkan berkas perkara bersana – sama dengan
surat dakwan ke Pengadilan, kemudian dia eras terdapat kesalahan/kekeliruan, baik
berkaitan syarat formil maupun syarat materiil, hal ini dapat dilihat dalam ketentuan
pasal 144 KUHAP :

1. Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan


hari sidang baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak
melanjutkan penuntutan (pasal 144 ayat KUHAP)
2. Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat?
lambatnya 7 hari sebelum sidang dimulai (pasal 144 ayat 2 KUHAP),
3. Dalam hal penuntut umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya
kepada tersangka atau penasehat hukum dan penyidik (pasal 144 ayat 3 KUHAP).
4. Dengan demikian perubahan surat daeaan hanya dapat dilakukan sebeum sidag
dimulai, yakni sebelun Pengadilan Negeri menetapkan hari siding., dengan tujuan
untukmenyempurnakan dakwaan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutan.
f.Bentuk/macam Dakwaan
Dakwaan dapat disusun secara tunggal, komulatif, alternative dan ataupun subsidaier.

1. Dakwaan Tunggal Dalam hal sseorang atau lebih telah melakukan tindak pidana lebih dari
1 macam perbuatan saja, maka dakwaan disusun secara tunggalseperti misalnya tindak
pidana perkosaan ( pasal 285 KUHP ), melarikan anak gadis dibawah umur ( pasal 332
KUHP ). Akibat yang bisa saja terjadi jika dakwaan tersebut tunggal adalah jika dakwaan
jaksa tidak terbukti, maka terdakwa jelas akan dibebaskan.

2. Dakwaan komulatif Dalam hal terdakwa/ beberapa orang didakwa telah melakukan tindak
pidana lebih dari satu macam. Dalam pembuatan dakwaannya harus diuraikan satu persatu
perbuatan yang dilakukan dan kemuadian dalam pembuktiannya juga setiap tindak pidana
yang telah dilakukan harus dibuktikan. Dan istilah yang dipergunakan ialah dakwaan
kesatu, kedua, ketiga, dst. Ciri utama dakwaan ini adalah mempergunakan dakwaan kesatu,
kedua dst., dengan member pilihan pasal – pasal seperti dakwaan subsideritas / berlapis,
misal dakwaan primer, subsider, lebih subsider , terdakwa melakukan tindak pidana lebih
dari satu, dan perbuatan terdakwa berdiri sendiri. Hal ini bertujuan agar supaya terdakwa
tidak bisa lepas dari dakwaan. Dalam hal ini jaksa harus membuktikan masing – masing
dakwaannya, dan hakim akan menjatuhkan hukuman yang ancaman pidananya paling
berat.
3. Dakwaan Alternatif Terhadap terdakwa didakwa telah melakukan beberapa tindak
pidana, akan tetapi perbuatannya hanyalah satu. Misalnya terdakwa didakwa
melakukan pencurian atau penadahan sedang perbuatan terdakwa sendiri sebenarnya
adalah salah satu dari kedua dakwaan tersebut. Ciri utama dakwaan ini adalah adanya
kata hubung “ “atau “ antara dakwaan satu dengan yang lainnya, sehingga dakwaan
ini sipatnya adalah pilihan atau alternative accusation atau alternative tenlertelegging.
Kenapa jaksa membuat dakwaan semacam ini yang oleh Van Bemmelen dikatakan :

Penuntut umum tidak mengetahui secara pasti perbuatan mana dari ketentuan hukum
pidana sesuai dakwaan nantinya akan terbukti dipersidangan;

Penuntut Umum ragu terhadap peraturan hukum pidana mana yang akan diterapkan
hakim atas perbuatan yang menurut pertimbangan telah terbukti (Lilik Mulyadi, hukum
acara pidana ).
4. Dakwaan Sudsidair Berlapis Dalam pembuatan dakwaan subsidar, terhadap terdakwa
didakwa telah melakukan suatu kejahatan, dan terhadap kejahatan yang dilakukan
tersebut yang ancaman hukuman terberat disebutkan paling atas kemudian berturut-turut
kebawah yang lebih ringan. Sehingga istilah yang dipergunakan ialah dakwaan primair
atas dakwaan yang terberat dan subsidair, lebih subsidair, dst. Catatan: bahwa dalam hal
pembuatan surat dakwaan perlu juga diperhatikan ketentuan pasal 141 dan 142 KUHAP.

Ciri utama dakwaan ini adalah disusun secara berlapis yaitu dimulaidari dakwaan terberat
sampai pada yang ringan. Pada prinspnya antara dakwaan ini hamper sama dengan dakwaan
alternative. Perbedaannya dalam dakwaan alternative hakim dapat langsung memilih
dakwaan yang sekiranya cocok dengan pembuktian dipersidangan, sedangkan pada dakwaan
subsideritas ini hakim terlebihdahulumempertimbangkan dakwaan terberat, jika
dakwaanprimer ini tidak terbukti, baru dibuktikan dakwaan yang subside dst. Apabila
dakwaan primer sudah terbukti, maka dakwaan selanjutnya tidaa perlu dibuktikan.

5. Dakwaan Campuran. Bentuk dakwaan ini sebetulnya merupakan bentuk gabungan antara
dakwaan komulatif dan dakwaan alternative ataupun subsidair. Jadi terdakwa disamping
didakwakan dengan komulatif, masih didakwa secara alternative mapun subsidair
f. Cara Merumuskan Dakwaan

Dalam menbuat surat dakwaan harus memenuhi 2 syarat :


1. Harus mengandung lukisan dari apa yang senyatanya terjadi;

2. Harus menyatakan unsur yuridis dari tindak pidana yang didakwakan.

Jadi dengan demikian tindak pidana yang didakwakan harus digambarkan sejelas mungkin, dengan
menyebutkan nama tempat, waktu dan cara terjadinya tindak pidana tersebut. Contoh , terdakwa
didakwa melanggar ketentuan pasal 362 KUHP. Dalam menyusun surat dakwaan harus menyebutkan
unsur – unsur yang esensial didalam dakwaan tersebut seperti :
3. Mengambil sebagai perbuatan delik yang sebenarnya;

4. Pengambilan harus mengenai suatu barang;

5. Barang tersebut harus seluruhnya atau sebagian merupakan milik orang lain;

6. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki dengan melawan hukum.

Juga dalam merumuskan perbuatan yang didakwakan harus dinyatakan pula :


7. Perbuatan yang telah dilakukan;

8. Cara melakukan perbuatan;

9. Upaya apa yang telah dipergunakan dalam pelaksanaannya;

10. Terhadap siapa tindak pidana itu ditujukan secara langsung;

11. Bagaimana sifat keadaan korban

12. Bagaimana sifat dari pelaku;

13. Apakah objek dari delik bersangkutan.


f. Pelimpahan Perkara oleh Penuntut Umum

Penuntut umum dalam melakukan tugas penuntutan dimana setelah dibuat surat dakwaan, maka
akan melimpahkan perkara kepada pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan agar
segera mengadili perkara tersebut (pasal 143 ayat 1 yo, pasal 140 KUHAP).
Pelimpahan perkara dengan surat pelimpahan perkara kepada pengadilan negeri yang berwenang,
dan turunannya disampaikan kepada tersangka atau keluarganya atau penasehat hukumnya dan
penyidik (pasal 143 ayat 4). Dan menurut penjelasan pasal 143 ayat 4 KUHAP bahwa yang
dimaksud dengan “surat pelimpahan perkara” adalah termasuk surat pelimpahan perkara itu
sendiri lengkap beserta surat dakwaan dan berkas perkaranya.

Pengadilan yang berwenang mengadili diatur dalam pasal 84 KUHAP yang menyebutkan:
 Pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan
dalam daerah hukumnya.
  Pengadilan negeri yang didaerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam, di tempat ia

diketemukan atau ditahan hanya berwenang mengadili perkara tersebut apabila tempat
kediamannya sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu
dari pada tempat kedudukan pengadilan negeri yang didalam daerahnya tindak pidan itu
dilakukan.
  Terhadap beberapa terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum berbagai

pengadilan negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan negeri dengan ketentuan dibuka
kemungkinan penggabungan perkara tersebut.
PRA-PERADILAN
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk
memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini, tentang:
a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas
permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas
kuasa tersangka;
b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan
keadilan;
c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya
tidak diajukan ke pengadilan.
PENGERTIAN PRAPERADILAN
Secara harfiah pengertian praperadilan dalam KUHAP memiliki arti
yang berbeda, Pra memilik arti “mendahului” dan “praperadilan” sama
dengan pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. Istilah
praperadilan juga diambil dari kata “pre trial”, walaupun fungsi dan
tujuan pretrial adalah meneliti apakah ada dasar hukum yang cukup untuk
mengajukan penuntutan mengenai suatu perkara tuduhan pidana di
hadapan pengadilan yang berbeda dengan maksud praperadilan yang
bertujuan untuk melindungi hak asasi tersangka terhadap pelanggaran
syarat formil maupun materiil yang dilakukan dalam tingkat penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalam pasal-pasal mengenai
penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat,
hak-hak tersangka/terdakwa dan mengenai bantuan hukum.
Menurut pasal 1 butir 10 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri
untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
tentang :

a) Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan atas permintaan


tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
b) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan tersangka/ penyidik/ penuntut umum demi tegaknya hukumdan
keadilan;
c) Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya, yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

Praperadilan berdasarkan penjelasan di atas, hanyalah untuk menguji dan menilai


tentang kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan
penuntut umum dalam hal menyangkut ketepatan penangkapan, penahanan,
penghentian penyidikan dan penuntutan serta ganti kerugian dan
rehabilitasi.Praperadilan
 Praperadilan merupakan tiruan dari Rechter Commisaris di Negeri Belanda.
Lembaga Rechter Commisaris (hakim yang memimpin pemeriksaan
pendahuluan), muncul sebagai wujud dari peran serta keaktifan Hakim, yang
di Eropa Tengah memberikan peranan ”Rechter Commisaris” suatu posisi
yang mempunyai kewenangan untuk menangani upaya paksa (dwang
middelen), penahanan, penyitaan, penggeledahan badan, rumah, pemeriksaan
surat-surat.

 Dasar terwujudnya praperadilan menurut Pedoman Pelaksanaan Kitab undang-


undang Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut: “Mengingat bahwa demi
kepentingan pemeriksaan perkara diperlukan adanya pengurangan-
pengurangan dari hak-hak asasi tersangka, namun bagaimanapun hendaknya
selalu berdasar ketentuan yang diatur dalam undang-undang, maka untuk
kepentingan pengawasan terhadap perlindungan hak-hak asasi tersangka atau
terdakwa diadakan suatu lembaga yang dinamakan praperadilan.
 Praperadilan merupakan bagian dari pengadilan negeri yang melakukan fungsi
pengawasan terutama dalam hal dilakukan upaya paksa terhadap tersangka oleh penyidik
atau penuntut umum.Pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan bagaimana seorang
aparat penegak hukum melaksanakan wewenang yang ada padanya sesui dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada, sehingga aparat penegak hukum
tidak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Sementara itu, bagi tersangka
atau keluarganya sebagai akibat dari tindakan meyimpang yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya dan berhak mendapat ganti kerugian dan
rehabilitasi.

 Menurut Yahya Harahap mengenai pengertian praperadilan yakni sebagai tugas tambahan
yang diberikan kepada Pengadilan Negeri selain tugas pokoknya mengadili dan memutus
perkara pidana dan perdata untuk menilai sah tidaknya penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan, penahanan dan penyitaan yang
dilakukan oleh penyidik. Tujuan utama pelembagaan praperadilan dalam KUHAP
yaituuntuk melakukan pengawasan horizontal atas tindakan upaya paksa yang dikenakan
terhadap tersangka selama ia berada dalam pemeriksaan penyidikan atau penuntutan agar
benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang
PERMOHONAN DAN ALASAN PERMOHONAN
PRAPERADILAN
Menurut Pasal 79 KUHAP, yang berhak memohonkan permintaan praperadilan
tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan/penahanan kepada Pengadilan Negeri
adalah :
1. Tersangka
2. Keluarga dari tersangka
3. Kuasanya
Yang dimaksud dengan kuasanya adalah orang yang mendapat kuasa dari
tersangka atau keluarganya untuk mengajukan permintaan praperadilan
itu.Permohonan Praperadilan disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri
dengan menyebutkan alasannya.
Sedangkan yang berhak mengajukan permintaan praperadilan tentang sah atau
tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, menurut
Pasal 80 KUHAP adalah :
4. Penyidik
5. Penuntut Umum
6. Pihak ketiga yang berkepentingan
Praperadilan merupakan salah satu kewenangan pengadilan dan juga penerapan
upaya paksa oleh polisi dan jaksa meliputi :

a. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau


penghentian penuntutan dapat diajukan oleh penuntut umum atau pihak ketiga
yang berkepentingan (Pasal 80 KUHAP).
b. Ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya
dihentikan ditingkat penyidikan atau penuntutan (Pasal 77 KUHAP).
c. Sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian (Pasal 82 ayat (1) b
dan ayat (3) KUHAP).
d. Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau
penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang
atau karena kekeliruan mengenai orang atau badan hukum yang diterapkan pada
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri (Pasal 95 ayat (2) KUHAP).
e. Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai orang atau
badan hukum yang diterapkan pada perkaranya tidak diajukan ke pengadilan
negeri (Pasal 97 ayat (3) KUHAP).

Anda mungkin juga menyukai