d. Tempat ia diperiksa
Semua syarat sebelumnya bisa dikecualikan jika dalam hal tertangkap tangan.
Dalam tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta
barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat;
(Pasal 18 ayat 2 KUHAP)
Khusus untuk kasus Narkotika lama penangkapan 3 hari dan dapat diperpanjang 3
Melarikan diri.
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3) (kesusilaan), Pasal 296
(perbuatan cabul), Pasal 335 ayat (1) (perbuatan tidak menyenangkan), Pasal 351 ayat (1)
(penganiayaan), Pasal 353 ayat (1) (penganiayaan berencana), Pasal 372 (penggelapan), Pasal
378 (penipuan), Pasal 379 a (penipuan ringan), Pasal 453 , Pasal 454 ,Pasal 455 (ABK) Pasal
459 (penyerangan Nahkoda) Pasal 480 (penaadahan) dan Pasal 506 (mucikari) Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26 Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap
Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal
1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt.
Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42,
Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang- undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).
LAMA PENAHANAN
Tahap Penahanan Perpanjangan Total
Penyidikan Kepolisian 20 hari JPU 40 hari 60 hari
Penuntutan JPU 20 hari Kepala PN 30 hari 50 hari
PN Pemeriksaan oleh hakim Kepala PN 60 hari 90 hari
PN 30 hari
PT Pemeriksaan oleh hakim Kepala PT 60 hari 90 hari
PT 30 hari
MA Pemeriksaan oleh hakim Ketua MA 60 hari 110 hari
MA 50 hari
adalah :
a) benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dan tindak pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana;
b) benda yang telah dipergunakan secara Iangsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya;
c) benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
e) benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
BARANG SITAAN HARUS DIKEMBALIKAN
Sebelum putusan (Pasal 46 ayat 1 KUHAP)
a) kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi;
b) perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata
tidak merupakan tindak pidana;
c) perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara
tersebut ditutup demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu
tindak pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan suatu tindak pidana.
2. Bagaimana jika dalam jangka waktu 14 hari penyidik tidak bisa melengkapi berkas
perkara yang dikembalikan ke Penyidik, Apakah penyidik akan mengembalikan
lagi berkas perkara yang belum lengkap tersebut ke Penuntut Umum?
Dengan melihat ketentuan pasal 14, dihubungkan dengan pasal 110
dan 138 KUHAP. diatas, rupanya pembuat undang – undang
mengatakan bahwa pra penuntutan tersebut adalah tindakan Penuntut
Umum memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan
oleh penyidik, hal ini yang dimaksud dengan Penyidikan Lanjutan,
hal ini dimaksudkan menghindari kesan agar jaksa tidak lagi
melakukan tugas penyidikan, karena KUHAP sendiri telah
menggariskan, bahwa tugas penyidikan mutak dilakukan oleh Polisi
dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, kecuali Undang – undang
menentukan lain (Tindak Pidana Khusus, seperti misalnya : Tindak
Pidana Ekonomi, Korupsi, Pencemaran Lingkungan, Money
Loundring dll).
Prapenuntutan merupakan wewenang penuntut umum disamping
juga merupakan wewenang penyidik termasuk tindakan lainnya
yang bertanggung jawab.
Difinisi diatas mirip dengan difinisi dari Wirjono Prodjdikoro, hanya saja
menrut beliau menyatakan dengan tegas “terdakwa” . Menuntut seorang
terdakwa dimuka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang
terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim , dengan permohonan
supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu
terhadap terdakwa ( Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di
Indonesia, h. 34 ).
Dari pengertian penuntutan ini dapat diperoleh garis hukum antara lain :
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Jaksa adalah pejabat
yang diberi Wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut
umum Serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Penuntut Umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan
perkara kepengadilan yang berwenang mengadili ( pasal 137 KUHAP ). Sehubungan
dengan ketentuan tersebut, ada beberapa tindakan yang dapat dikerjakan dengan
wewenang yang ada ditangan Penuntut Umum antara lain :
Ayat 2 di bidang perdata dan tata usaha Negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak
didalam maupun diluar pegadilan untuk dan atas nama negara atau pemerinta; Ayat 3 Dalam bidang
Ketertiban dan ketentraman Umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan :
Penuntut umum pasti jaksa, akan tetapi tidak semua jaksa adalah
penuntut umum
Penuntut umum melaksanakan penetapan hakim, sementara jaksa
melaksanakan putusan hakim.
Daerah hukum penuntut umum sebatas daerah hukum kejaksaan
negeri dimana ia di tugaskan yang sebanding dengan wilayah
kabupaten atau kotamadya.
Sedangkan daerah hukum jaksa tidak dibatasi mengingat jaksa itu
satu dan tak terpisah-pisahkan
yang dimaksud dengan “daerah hukum” daerah
dimana menjadi kewenangannya dalam melakukan
penuntutan. daerah hukum atau wilayah hukum
kejaksaan negeri adalah sama dengan daerah
hukum atau wilayah hukum pengadilan negeri.
wilayah suatu pengadila negeri adalah
Kabupaten/kota.
pasal 141 menentukan bahwa penuntut umum dapat
menggabungkan perkara dan membuatnya satu surat dakwaan,
apabila pada waktu dan saat yang sama atu hampir bersamaan ia
menerima beberapa berkas. syarat yang ditentukan oleh undang-
undang. yaitu:
beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama
dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan
terhadap penggabungannya;
beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain;
beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang
lain itu ada hubungannya, yang dlam hal ini penggabungan
tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
bahwa yang dimasud dengan bersangkut paut satu dengan yang lain itu
apabila tindak pidana tersebut dilakukan:
oleh lebih dari seorang yang bekerjasama dan dilakukan pada saat
yang bersamaan;
oleh lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda tetapi
merupakan pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuat mereka
sebelumnya;
1. Melakukan penuntutan
2. Menghentikan penuntutan
3. Membuat Surat dakwaan
Surat tuduhan adalah suatu surat atau akte yang memuat suatu perumusan dari
tindak pidana yang dituduhkan, yang sementara dapat diambil dari surat-surat
pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan, yang bila ternyata cukup terbukti terdakwa dapat dijatuhkan
hukuman (A. Karim Nasution, masalah surat tuduhan dalam proses pidana).
Jadi yang dimaksud dengan surat dakwaan adalah : Suatu surat atau akta yang
memuat rumusan dari tindak pidana yang didakwakan, yang sementara dapat
disimpulkan dari penyidik yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan
pemeriksaan disidang pengadilan.
Tujuan surat dakwaan dapat dilihat dari beberapa sisi :
1. Dari sisi penuntutan, tujuan surat dakwaan adalah untuk/ sebagai dasar bagi penuntut
umum untuk melakukan tuntutan hukum; karena Jaksa mempunyai kekuasaan yang
mutlak melakukan tuntutan hukum bagi setiap warga Negara yang melakukan
pelanggaran hukum.
2. Dari sisi terdakwa sendiri. Tujuan utama dari surat tuduhan adalah bahwa undang-
undang ingin melihat ditetapkannya alasan-alasan yang menjadi 56 dasar penuntutan
suatu peristiwa pidana, untuk itu sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah
dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebai-baiknya. Terdakwa mengetahui hal
sekecil – kecilnya tentang perbuatan yang dilakukan.
3. Dari sisi Pengadilan, bahwa tujuan surat dakwaan adalah sebagai dasar bagi hakim
untuk memeriksa perkara dalam persidangan. Lembaga Pengadilan adalah satu –
satunya lembaga yeng berwenang menyatakan bersalah tidaknya seseorang yang
telah didakwa melakukan tindak pidana,.
Dari segi terdakwa bahwa kepentingan surat tuduhan adalah agar ia mengatahui setepat-
tepatnya dan setelitinya apa yang dituduhkan kepadanya sehingga ia sampai pada hal
yang sekecil-kecilnya, dapat mempersiapkan pembelaan terhadap tuduhan tersebut.
c. Teknik Membuat Surat Dakwaan
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang
lainnya tapi satu dengan yang lainnya ada hubungan, dalam hal ini
penggabungan perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
2. Cara Terpisah
Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang memuat
beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka yang
tidak termasuk dalam ketentuan pasal 141 KUHAP, penuntut umum dapat
melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa secara terpisah
(pasal 142 KUHAP). Haya satu kali selambat-lambatnya 7 hari sebelum
sidang dimulai (pasal 144 ayat 2 KUHAP). Dan dalam hal penuntutan
umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan 57 turunannya kepada
tersangka atau penasehat hukum dan penyidik (pasal 144 ayat 3 KUHAP).
d. Syarat Surat Dakwaan
Pasal 143 ayat 2 menyebutkan penuntut umum membuat surat dakwaan yang
diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi:
Syarat formal: Nama lengkap, TTL, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka yang disebut dengan identitas;
Syarat Materiil: uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindakan
yang didakwakan dengan menyebutkan waktu tempat tindak pidana itu
dilakukan.
Selanjutnya apakah yang dimaksud dengan uraian yang cermat jelas dan lengkap dalam
KUHAP tidak dijelaskan, namun kiranya dalam hal ini dapat dihubungkan dengan pendapat
Jenkers yang menyebutkan bahwa yang harus dimuat ialah selain dari perbuatan yang
sungguh-sungguh dilakukan yang bertentangan dengan hukum pidana, juga harus memuat
unsure-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan (A. Hamzah, Pengantar hukum acara
pidana)
e. Perubahan Surat Dakwaan
Setelah Penuntut Umum/ Jaksa melimpahkan berkas perkara bersana – sama dengan
surat dakwan ke Pengadilan, kemudian dia eras terdapat kesalahan/kekeliruan, baik
berkaitan syarat formil maupun syarat materiil, hal ini dapat dilihat dalam ketentuan
pasal 144 KUHAP :
1. Dakwaan Tunggal Dalam hal sseorang atau lebih telah melakukan tindak pidana lebih dari
1 macam perbuatan saja, maka dakwaan disusun secara tunggalseperti misalnya tindak
pidana perkosaan ( pasal 285 KUHP ), melarikan anak gadis dibawah umur ( pasal 332
KUHP ). Akibat yang bisa saja terjadi jika dakwaan tersebut tunggal adalah jika dakwaan
jaksa tidak terbukti, maka terdakwa jelas akan dibebaskan.
2. Dakwaan komulatif Dalam hal terdakwa/ beberapa orang didakwa telah melakukan tindak
pidana lebih dari satu macam. Dalam pembuatan dakwaannya harus diuraikan satu persatu
perbuatan yang dilakukan dan kemuadian dalam pembuktiannya juga setiap tindak pidana
yang telah dilakukan harus dibuktikan. Dan istilah yang dipergunakan ialah dakwaan
kesatu, kedua, ketiga, dst. Ciri utama dakwaan ini adalah mempergunakan dakwaan kesatu,
kedua dst., dengan member pilihan pasal – pasal seperti dakwaan subsideritas / berlapis,
misal dakwaan primer, subsider, lebih subsider , terdakwa melakukan tindak pidana lebih
dari satu, dan perbuatan terdakwa berdiri sendiri. Hal ini bertujuan agar supaya terdakwa
tidak bisa lepas dari dakwaan. Dalam hal ini jaksa harus membuktikan masing – masing
dakwaannya, dan hakim akan menjatuhkan hukuman yang ancaman pidananya paling
berat.
3. Dakwaan Alternatif Terhadap terdakwa didakwa telah melakukan beberapa tindak
pidana, akan tetapi perbuatannya hanyalah satu. Misalnya terdakwa didakwa
melakukan pencurian atau penadahan sedang perbuatan terdakwa sendiri sebenarnya
adalah salah satu dari kedua dakwaan tersebut. Ciri utama dakwaan ini adalah adanya
kata hubung “ “atau “ antara dakwaan satu dengan yang lainnya, sehingga dakwaan
ini sipatnya adalah pilihan atau alternative accusation atau alternative tenlertelegging.
Kenapa jaksa membuat dakwaan semacam ini yang oleh Van Bemmelen dikatakan :
Penuntut umum tidak mengetahui secara pasti perbuatan mana dari ketentuan hukum
pidana sesuai dakwaan nantinya akan terbukti dipersidangan;
Penuntut Umum ragu terhadap peraturan hukum pidana mana yang akan diterapkan
hakim atas perbuatan yang menurut pertimbangan telah terbukti (Lilik Mulyadi, hukum
acara pidana ).
4. Dakwaan Sudsidair Berlapis Dalam pembuatan dakwaan subsidar, terhadap terdakwa
didakwa telah melakukan suatu kejahatan, dan terhadap kejahatan yang dilakukan
tersebut yang ancaman hukuman terberat disebutkan paling atas kemudian berturut-turut
kebawah yang lebih ringan. Sehingga istilah yang dipergunakan ialah dakwaan primair
atas dakwaan yang terberat dan subsidair, lebih subsidair, dst. Catatan: bahwa dalam hal
pembuatan surat dakwaan perlu juga diperhatikan ketentuan pasal 141 dan 142 KUHAP.
Ciri utama dakwaan ini adalah disusun secara berlapis yaitu dimulaidari dakwaan terberat
sampai pada yang ringan. Pada prinspnya antara dakwaan ini hamper sama dengan dakwaan
alternative. Perbedaannya dalam dakwaan alternative hakim dapat langsung memilih
dakwaan yang sekiranya cocok dengan pembuktian dipersidangan, sedangkan pada dakwaan
subsideritas ini hakim terlebihdahulumempertimbangkan dakwaan terberat, jika
dakwaanprimer ini tidak terbukti, baru dibuktikan dakwaan yang subside dst. Apabila
dakwaan primer sudah terbukti, maka dakwaan selanjutnya tidaa perlu dibuktikan.
5. Dakwaan Campuran. Bentuk dakwaan ini sebetulnya merupakan bentuk gabungan antara
dakwaan komulatif dan dakwaan alternative ataupun subsidair. Jadi terdakwa disamping
didakwakan dengan komulatif, masih didakwa secara alternative mapun subsidair
f. Cara Merumuskan Dakwaan
Jadi dengan demikian tindak pidana yang didakwakan harus digambarkan sejelas mungkin, dengan
menyebutkan nama tempat, waktu dan cara terjadinya tindak pidana tersebut. Contoh , terdakwa
didakwa melanggar ketentuan pasal 362 KUHP. Dalam menyusun surat dakwaan harus menyebutkan
unsur – unsur yang esensial didalam dakwaan tersebut seperti :
3. Mengambil sebagai perbuatan delik yang sebenarnya;
5. Barang tersebut harus seluruhnya atau sebagian merupakan milik orang lain;
6. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki dengan melawan hukum.
Penuntut umum dalam melakukan tugas penuntutan dimana setelah dibuat surat dakwaan, maka
akan melimpahkan perkara kepada pengadilan negeri yang berwenang dengan permintaan agar
segera mengadili perkara tersebut (pasal 143 ayat 1 yo, pasal 140 KUHAP).
Pelimpahan perkara dengan surat pelimpahan perkara kepada pengadilan negeri yang berwenang,
dan turunannya disampaikan kepada tersangka atau keluarganya atau penasehat hukumnya dan
penyidik (pasal 143 ayat 4). Dan menurut penjelasan pasal 143 ayat 4 KUHAP bahwa yang
dimaksud dengan “surat pelimpahan perkara” adalah termasuk surat pelimpahan perkara itu
sendiri lengkap beserta surat dakwaan dan berkas perkaranya.
Pengadilan yang berwenang mengadili diatur dalam pasal 84 KUHAP yang menyebutkan:
Pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan
dalam daerah hukumnya.
Pengadilan negeri yang didaerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal, berdiam, di tempat ia
diketemukan atau ditahan hanya berwenang mengadili perkara tersebut apabila tempat
kediamannya sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu
dari pada tempat kedudukan pengadilan negeri yang didalam daerahnya tindak pidan itu
dilakukan.
Terhadap beberapa terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah hukum berbagai
pengadilan negeri, diadili oleh masing-masing pengadilan negeri dengan ketentuan dibuka
kemungkinan penggabungan perkara tersebut.
PRA-PERADILAN
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk
memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini, tentang:
a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas
permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas
kuasa tersangka;
b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan
keadilan;
c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya
tidak diajukan ke pengadilan.
PENGERTIAN PRAPERADILAN
Secara harfiah pengertian praperadilan dalam KUHAP memiliki arti
yang berbeda, Pra memilik arti “mendahului” dan “praperadilan” sama
dengan pendahuluan sebelum pemeriksaan sidang di pengadilan. Istilah
praperadilan juga diambil dari kata “pre trial”, walaupun fungsi dan
tujuan pretrial adalah meneliti apakah ada dasar hukum yang cukup untuk
mengajukan penuntutan mengenai suatu perkara tuduhan pidana di
hadapan pengadilan yang berbeda dengan maksud praperadilan yang
bertujuan untuk melindungi hak asasi tersangka terhadap pelanggaran
syarat formil maupun materiil yang dilakukan dalam tingkat penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan yang diatur dalam pasal-pasal mengenai
penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat,
hak-hak tersangka/terdakwa dan mengenai bantuan hukum.
Menurut pasal 1 butir 10 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri
untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
tentang :
Menurut Yahya Harahap mengenai pengertian praperadilan yakni sebagai tugas tambahan
yang diberikan kepada Pengadilan Negeri selain tugas pokoknya mengadili dan memutus
perkara pidana dan perdata untuk menilai sah tidaknya penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan dan penghentian penuntutan, penahanan dan penyitaan yang
dilakukan oleh penyidik. Tujuan utama pelembagaan praperadilan dalam KUHAP
yaituuntuk melakukan pengawasan horizontal atas tindakan upaya paksa yang dikenakan
terhadap tersangka selama ia berada dalam pemeriksaan penyidikan atau penuntutan agar
benar-benar tindakan itu tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang
PERMOHONAN DAN ALASAN PERMOHONAN
PRAPERADILAN
Menurut Pasal 79 KUHAP, yang berhak memohonkan permintaan praperadilan
tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan/penahanan kepada Pengadilan Negeri
adalah :
1. Tersangka
2. Keluarga dari tersangka
3. Kuasanya
Yang dimaksud dengan kuasanya adalah orang yang mendapat kuasa dari
tersangka atau keluarganya untuk mengajukan permintaan praperadilan
itu.Permohonan Praperadilan disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri
dengan menyebutkan alasannya.
Sedangkan yang berhak mengajukan permintaan praperadilan tentang sah atau
tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan, menurut
Pasal 80 KUHAP adalah :
4. Penyidik
5. Penuntut Umum
6. Pihak ketiga yang berkepentingan
Praperadilan merupakan salah satu kewenangan pengadilan dan juga penerapan
upaya paksa oleh polisi dan jaksa meliputi :