Anda di halaman 1dari 5

A.

PENANGKAPAN

1. PENDAHULUAN

Wewenang yang telah diberikan kepada penyidik oleh undang-un- dang untuk
mengurangi/membatasi kebebasan dan hak asasi seseorang, yaitu berhak untuk menangkap dan
menahan seseorang. Wewenang pengurangan kebebasan dan hak asasi seseorang itu harus tetap
berpijak pada landasan-landasan prinsip hukum yang menjamin terpeliharanya harkat dan martabat
kemanusiaan seseorang serta tetap berpedoman pada landasan orientasi keseimbangan antara
perlindungan kepenting- an tersangka pada satu pihak, dan kepentingan masyarakat serta pene-
gakan ketertiban hukum pada pihak lain.

Jadi tindakan penyelidik/penyidik yang bertujuan untuk mengura- ngi kebebasan dan pembatasan
hak asasi seseorang adalah tindak yang benar-benar diletakkan pada proporsi "demi untuk
kepentingan pemer- iksaan" dan "sangat diperlukan sekali."

Penangkapan merupakan sebagian dari bentuk upaya paksa yang diatur dalam KUHAP yang
pelaksanaannya diberikan batasan yang bersifat mencegah agar penggunaannya tidak
mengesampingkan HAM, na- mun tetap dalam kurun keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat, antara kepentingan tersangka dan kepenting- an pemeriksaan. Dalam
hukum acara kita terdapat dan diatur tentang dasar hukum untuk suatu penangkapan yaitu harus
adanya dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup bahwa seseorang melakukan perbuatan pidana
yang diancam dengan pidana lima tahun ke atas, kecuali per- buatan pidana tertentu yang ditentukan
lain oleh undang-undang. Di samping itu, harus pula ada dasar lain yaitu dasar yang dilandasi atas
keperluan (urgensi).

Masalah penangkapan diatur diatur dalam KUHAP, yaitu Bab V, Bagian Kesatu, mulai Pasal 16 sampai
dengan Pasal 19 yang telah menetapkan tentang ketentuan tata cara tindakan penangkapan.

2. PENGERTIAN

Menurut Pasal 1 angka 20 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penangkapan adalah suatu
tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

3. TUJUAN PENANGKAPAN

Tujuan penangkapan agak berbeda dengan tujuan penggeledahan, yaitu penggeledahan


dimaksudkan untuk kepentingan penyelidikan atau penyidikan, sedangkan tujuan penyitaan adalah
untuk kepenting- an "pembuktian terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka per-

sidangan, sebab tanpa adanya barang bukti tersebut, maka perkaranya

tidak dapat diajukan ke pengadilan, sehingga tujuan penangkapan ada-

lah untuk mengamankan tersangka sebagai tindakan permulaan proses

penyelidikan untuk memperoleh bukti awal untuk proses selanjutnya

penyidikan dan penahanan.

126
PANDUAN PRAKTIS BILA ANDA MENGHADAPI PERKARA PIDANA

12. Asas Oportunitas

Penuntutan umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan terhadap orang atau korporasi
yang diduga melakukan tindak pidana, dengan pertimbangan demi kepentingan umum.

Pihak-pihak dalam Perkara Pidana

Penyelidik, penyidik, penuntut umum, hakim, tersangka, dan penasihat hukum.

A. PENYELIDIK

1. Pengertian

Menurut Pasal 1 angka 4 KUHAP Penyelidik adalah pejabat Kepoli-- sian Negara Republik Indonesia
yang diberi wewenang oleh undang-un- dang ini untuk melakukan penyelidikan.

2. Wewenang

Wewenang Penyelidik tercantum dalam Pasal 5 KUHAP sebagai berikut:

1. Menerima laporan/pengaduan dari seseorang tentang adanya tin- dak pidana;

2. Mencari keterangan dan barang bukti;

3. Memeriksa seseorang yang dicurigai;

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Atas perintah penyidik:

1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, dan penyitaan;

2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;

3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

4. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.

42

A. Jenis Penggeledahan

Pasal 32 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau biasa disebut
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyatakan, "Untuk kepentingan
penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau
penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini." Dari ketentuan
pasal ini, penggeledahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu penggeledahan rumah dan penggeledahan
pakaian atau badan.
a. Penggeledahan Rumah

Pasal 1 angka 17 KUHAP menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan rumah adalah
tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan/ atau penyitaan dan/atau penangkapan, menurut cara yang
diatur dalam undang-undang. Dari pasal ini juga diketahui bahwa tujuan penggeledahan rumah
adalah untuk melakukan tindakan pemeriksaan, melakukan tindakan penyitaan, dan melakukan
tindakan penangkapan.

b. Penggeledahan Badan atau Pakaian

Pasal 1 angka 18 KUHAP menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan badan adalah
tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan/atau pakaian tersangka untuk mencari
benda yang di duga keras ada pada badannya atau dibawanya, untuk disita. Pemeriksaan badan atau
pakaian ini hanya bertujuan mencari benda-benda

PENYELIDIKAN

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan
menurut cara yang diatur dalam KUHAP Penyelidk adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia
yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugaspenyidikan yang diatur dalam KUHAP

PENYELIDIK

ATAS PERINTAH PENYIDIK

LAPORAN ATAU PENGADUAN TENTANG TINDAK PIDANA

MEMERIKSA ORANG YANG DICURIGAI MELAKUKAN TINDAK PIDANA

MELAKUKAN TINDAKAN LAIN MENURUT HUKUM YANG TERKAIT

PENANGKAPAN, LARANGAN MENINGGALKAN TEMPAT, PENGGELEDAHAN, DAN PENYITAAN

PEMERIKSAAN DAN PENYITAAN SURAT

MEMBAWA DAN MENGHADAPKAN SESEORANG KEPADA PENYIDIK

PENCARIAN KETERANGAN ATAU BUKTI

MENGAMBIL SIDIK JARI

PENAHANAN

Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan hakim, perintah penahanan atau
penahanan lanjutan dapat dilakukan terhadap seseorang yang diduga kuat melakukan tindak pidana
dan/atau percobaan maupun pemberian bantuan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, jika
menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa melarikan diri. merusak atau menghilangkan
barang bukti, atau mengulangi tindak pidana.

PENYIDIK/PENUNTUT UMUM/HAKIM

SURAT PERINTAH PENAHANAN ATAU PENETAPAN HAKIM YANG TEMBUSANNYA HARUS DIBERIKAN
KEPADA KELUARGA PIHAK YANG DITAHAN

PENAHANAN Jenis penahanan:

a) Penahanan rumah tahanan negara

b) Penahanan rumah

c) Penahanan kota

PENANGKAPAN

PEMANGGILAN SECARA SAH TERHADAP PELAKU PELANGGARAN OLEH PENYIDIK

PELAKU PELANGGARAN TIDAK MEMENUHI PEMANGGILAN SECARA SAH OLEH PENYIDIK SEBANYAK 2
KALI BERTURUT-TURUT

SURAT PERINTAH PENANGKAPAN Memuat:

a) Identitas lengkap tersangka

b) Pelanggaran pasal atau peraturan yang disangkakan

c) Uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan

PENANGKAPAN TERSANGKA OLEH PETUGAS KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana,
atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan. atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian
padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu
yang menunjukkan bahwa dia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan
tindak pidana itu

PEJABAT POLISI REPUBLIK INDONESIA MENANGKAP TANPA SURAT PERINTAH

PELAKU

PELANGGARAN TERTANGKAP TANGAN

PENANGKAP HARUS SEGERA

MENYERAHKAN:

1) TERSANGKA

2) BARANG BUKTI KEPADA PENYIDIK TERDEKAT

TEMBUSAN SURAT PENANGKAPAN HARUS DIBERIKAN KEPADA KELUARGANYA SEGERA SETELAH


PENANGKAPAN DILAKUKAN
7

Anda mungkin juga menyukai