Anda di halaman 1dari 5

No Pengaturan Pedoman E-Court (Perma No.

1 Tahun 2019) HIR


.
1. Pengajuan Perkara Pasal 14 ayat 3: Dalam hal pendaftaran upaya Pasal 118 Ayat (1) HIR: Gugatan Perdata
hukum dilakukan secara elektronik, keseluruhan Harus Dimasukkan Kepada Pengadilan
proses pemberkasan perkara tersebut juga dilakukan Berdasarkan Kompetensi Relatif:
secara elektronik melalui Sistem Informasi - Dalam Bentuk Surat Gugatan (In
Pengadilan. Writing),
- Ditandatangani Oleh Penggugat Atau
Kuasanya, Dan
- Dialamatkan Kepada Ketua Pengadilan.
Analisis Pengajuan perkara yang diajukan oleh pemohon pada e-court dilakukan dengan pemberkasan
perkara secara elektronik. Apabila dalam HIR diatur mengenai tanda tangan yang ada dalam surat
permohonan tersebut. Apabila tanda tangan secara elektronik, belum tentu tanda tangan tersebut
terjamin keaslian nya dan rawan dipalsukan.
2. Domisili Pasal 6: Domisili elektronik merupakan domisili Pasal 118 HIR ayat 3 dan 4: pembagian
yang dipilih Pengguna Terdaftar dan Pengguna Lain kekuasaan mengadili antar badan peradilan
dalam menggunakan layanan administrasi perkara yang sama, tergantung pada domisili atau
dan persidangan secara elektronik. tempat tinggal para pihak (distributie van
rechtsmacht), terutama tergugat.
Analisis Dalam hal pada aturan pedoman e-court, pemohon dibolehkan memilih domisili yang dipilih. Hal
ini akan mengubah peraturan di HIR yakni domisili tergantung terutama pada domisili tergugat.
3. Tata cara Pemanggilan Pasal 15: Panggilan/pemberitahuan secara  Pasal 390 ayat 1 : mengatur mengenai
Para Pihak elektronik disampaikan kepada: tata cara penyampaian panggilan sidang
a. Penggugat yang melakukan pendaftaran dan kepada siapa panggilan tersebut
secara elektronik; dan harus disampaikan.
b. Tergugat atau pihak lain yang telah  Tiap-tiap surat juru sita, kecuali yang
menyatakan persetujuannya untuk dipanggil disebut di bawah ini, harus disampaikan
secara elektronik. kepada orang yang bersangkutan sendiri
Pasal 16: Berdasarkan perintah hakim, di tempat diam atau tempat tinggalnya,
jurusita/jurusita pengganti mengirimkan surat dan jika tidak bertemu dengan orang itu
panggilan persidangan ke Domisili Elektronik para di situ, kepada kepala desanya atau
pihak melalui Sistem Informasi Pengadilan. beknya, yang wajib dengan segera
memberitahukan surat juru sita itu
kepada orang itu sendiri, tetapi hal itu
tak perlu dinyatakan dalam hukum.
Analisis
4. Penyerahan Alat Bukti  Pasal 9 Angka 2: adanya kewajiban bagi Pasal 178 HIR: Setelah proses jawab-
Penggugat mengajukan bukti (bukti awal) pada menjawab (gugatan, jawaban, replik, duplik)
saat pendaftaran gugatan; sidang perkara perdata dilanjutkan dengan
 Pasal 22 Angka 2: persidangan secara elektronik pembuktian (apabila dianggap perlu dapat
dengan acara penyampaian gugatan, jawaban, pula dilakukan pemeriksaan setempat serta
replik, duplik dan kesimpulan, dilakukan pemeriksaan ahli). Setelah tahap
dengan prosedur: pembuktian, majelis hakim kemudian
a. para pihak wajib menyampaikan bermusyawarat untuk merumuskan putusan.
dokumen elektronik paling lambat pada Hakim tidak diizinkan menjatuhkan putusan
hari dan jam sidang sesuai dengan atas perkara yang tidak digugat, atau
jadwal yang ditetapkan. memberikan lebih dari pada yang digugat
 Tergugat wajib menyerahkan bukti (bukti awal)
pada saat penyerahan Jawaban
Analisis  Persidangan memasuki acara pembuktian jika setelah sebelumnya para pihak menempuh acara
penyerahan duplik. Jika memang tidak ada acara penyampaian bukti setelah duplik, maka
Perma No.1/2019 telah membuat norma hukum baru yaitu memajukan penyerahan bukti di
muka.
 Dalam persidangan konvensional, Majelis Hakim memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada para pihak untuk mengajukan bukti selama sesuai koridor acara persidangan saat itu.
Tentunya hal ini juga perlu diantisipasi agar dalam persidangan elektronik hak para pihak
untuk mengajukan bukti tambahan tetap bisa diakomodir oleh sistem.
5. Persidangan Pasal 24: Dalam hal disepakati oleh para pihak, Pasal 163 HIR dinyatakan : Barangsiapa
Pembuktian persidangan pembuktian dengan acara pemeriksaan yang mengaku mempunyai hak atau yang
keterangan saksi dan/atau ahli dapat dilaksanakan mendasarkan pada suatu peristiwa untuk
secara jarak jauh melalui media komunikasi audio menguatkan haknya itu atau untuk
visual yang memungkinkan semua pihak dapat menyangkal hak orang lain, harus
berpartisipasi dalam persidangan. membuktikan adanya hak atau peristiwa
itu”. Atau dengan kata lain “ Siapa yang
mendalilkan suatu hak maka dia harus
membuktikan haknya itu”.
Analisis Frasa “sepanjang disepakati” dalam Pasal 24 ayat 1 Perma No.1/2019, memunculkan kemungkinan
para pihak tidak setuju menggunakan pemeriksaan saksi dengan mekanisme penggunaan media
audio visual. Tentunya hal ini perlu dipertegas lebih lanjut apakah ada alternatif lain ataukah
kembali kepada cara persidangan konvensional.
6. Bentuk Alat Bukti Pasal 9: Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 164 HIR: direct evidence/bukti
harus disertai dengan bukti-bukti berupa surat langsung diajukan secara fisik oleh pihak
dalam bentuk dokumen elektronik. yang berkepentingan di depan persidangan.
Alat buktinya diajukan dan ditampilkan
dalam proses pemeriksaan secara fisik
Analisis Alat bukti surat yang digunakan dalam e-court dalam bentuk elektronik mengubah ketentuan HIR
yang mengatur alat bukti dalam bentuk fisik. Alat bukti dalam e-court ini harus dijamin
keasliannya dikarenakan pada era modern ini pemalsuan surat dengan bantuan teknologi mudah
dilakukan. Meskipun dokumen bukti yang telah di-upload oleh Penggugat dan Tergugat secara
elektronik dalam sistem peradilan elektronik dapat diklasifikasikan sebagai alat bukti hukum yang
sah. Namun tetap berdasarkan hukum acara yang berlaku dokumen elektronik tersebut tetap harus
dicocokan dengan dokumen aslinya. Akan tetapi, belum ada penjelasan lebih lanjut dalam Perma
No. 1 Tahun 2019 ini tentang bagaimana dan kapan proses verifikasi/pencocokan bukti ini
dilaksanakan.
7. Pengucapan  Pasal 26 ayat 1: Putusan/penetapan diucapkan Pasal 179: putusan hakim dibacakan di
Putusan/penetapan oleh hakim/hakim ketua secara elektronik. dalam sidang yang terbuka untuk umum,
 Pasal 26 ayat 4: Putusan/penetapan dituangkan sehingga apabila ketentuan ini dilanggar
dalam bentuk salinan putusan/penetapan yang mengakibatkan putusan tidak sah dan tidak
dibubuhi tanda tangan elektronik dan mempunyai kekuatan hukum.
dipublikasikan pada SIP.
Analisis Dengan adanya pengaturan pedoman e-court bahwa putusan secara elektronik akan mengubah
peraturan HIR dimana putusan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Pihak Yang Pasal 4 (1) & (2) : Layanan administrasi perkara
mengajukan Perkara secara elektronik dapat digunakan oleh advokat
maupun perorangan yang terdaftar.
Analisis

Anda mungkin juga menyukai