Anda di halaman 1dari 12

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN


1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN
(TANAH KERING) DI DESA BRINGIN, KECAMATAN BAYAN,
KABUPATEN PURWOREJO

Ria Ayu Novita*, Agung Basuki Prasetyo, Suparno


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : ayunovitaria@yahoo.co.id

Abstrak

Perjanjian bagi hasil tanah pertanian meski telah diatur dalam undang-undang, masih
banyak perjanjian yang dilakukan tidak berdasarkan dengan undang-undang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian dan faktor-faktor apakah yang menjadi
penyebab masih digunakannya hukum adat dalam pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah
pertanian di Desa Bringin, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan bahwa seluruh pelaksanaan perjanjian bagi hasil di Desa Bringin, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo dilakukan secara lisan. Mengenai hasil pembagian sebagian menggunakan
sistem “maro” atau 1 : 1. Sedangkan untuk tanaman buah jeruk hasil pembagiannya adalah
“mertelu” atau 1 : 3. Masyarakat tidak mengetahui adanya undang-undang perjanjian bagi hasil.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian masih sulit
untuk diterapkan di Desa Bringin, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Terdapat beberapa
faktor penyebab masih digunakannya hukum adat sebagai dasar pelaksanaan perjanjian bagi hasil
yaitu faktor masyarakat, faktor kebudayaan, faktor pendidikan, faktor rasa saling percaya antar
masyarakat yang masih tinggi, faktor fasilitas dan sarana, serta faktor kesadaran hukum yang
masih rendah.

Kata kunci : Efektivitas, Perjanjian Bagi Hasil

Abstract

This research is intended to figure out about how is the effectivity of the implementation
of The Act Number 2 year 1960 about The Sharing Agreement of Agricultural Land and what
factors which caused customary laws is still being used in executing the sharing agreement of
agricultural land at Bringin Village, Subdistrict Bayan, Regency of Purworejo. Based on the result
of the research, all of the implementation of the sharing agreement of agricultural land at Bringin
Village, Subdistrict Bayan, Regency of Purworejo are found verbally. About the shares some of it
uses “maro” system or 1 : 1. Whislt for the citrus plants the shares uses “mertelu” or 1 : 3. The
community do not know about The Act Number 2 year 1960 about The Sharing Agreement of
Agricultural Land is still very difficult to be implemented at Bringin Village, Subdistrict Bayan,
Regency of Purworejo. There are a few factors which caused the customary laws is still being used
as a based on the implementation of the sharing agreement which are, the community factor,
cultural factor, educational factor, the trust factor among the people of the community is still high,
the facilities and tools factor, and also the low on legal awareness factor.

Keywords : Effectivity, Sharing Agreement

I. PENDAHULUAN bidang tanah pertanian dan orang


Perjanjian bagi hasil adalah lain yang disebut penggarap,
suatu bentuk perjanjian antara berdasarkan perjanjian mana
seorang yang berhak atas suatu penggarap diperkenankan

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mengusahakan tanah yang bagi hasil tanah pertanian (tanah


bersangkutan dengan pembagian kering) di Desa Bringin,
hasilnya antara penggarap dan yang Kecamatan Bayan, Kabupaten
berhak atas tanah tersebut menurut Purworejo?
imbangan yang telah disetujui
bersama.1 Di Desa Bringin, II. METODE
Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo, perjanjian bagi hasil A. Metode Pendekatan
tanah pertanian (tanah kering) Metode pendekatan yang
dilaksanakan sesuai dengan hukum digunakan dalam penelitian ini
adat atau kebiasaan dari masyarakat adalah yuridis empiris. Penelitian
setempat secara turun-temurun, yuridis empiris merupakan salah satu
secara lisan dan atas dasar saling jenis penelitian hukum yang
percaya. Hasil dari pengusahaan menganalisis dan mengkaji
tanah tersebut nantinya akan dibagi bekerjanya hukum di dalam
sesuai kesepakatan yang telah masyarakat.
disepakati bersama. Batas waktu
perjanjian bagi hasil yang berlaku B. Spesifikasi Penelitian
selama ini juga tidak ada patokan Spesifikasi penelitian yang
yang jelas dan tegas semua digunakan adalah deskriptif analitis,
didasarkan kesepakatan bersama yaitu menggambarkan semua kondisi
pemilik tanah dan penggarap, karena dan fakta serta menganalisa
sifat perjanjian bagi hasil di Desa pelaksanaan yang ada sekarang,
Bringin ini tidak tertulis atau lisan berkaitan dengan perjanjian bagi
saja meskipun telah diatur dalam hasil tanah pertanian (tanah kering)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun di Desa Bringin, Kecamatan Bayan,
1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Kabupaten Purworejo.
Tanah Pertanian.
Berdasarkan uraian tersebut di C. Metode Penentuan Sampel
atas maka dapat dirumuskan Penentuan sampel yang
permasalahan sebagai berikut: digunakan ialah purposive sample,
1. Bagaimana Efektivitas yaitu dalam pengambilan besarnya
Pelaksanaan Undang-Undang subjek sampel diambil anggota
Nomor 2 Tahun 1960 tentang sampel sedemikian rupa sehingga
Perjanjian Bagi Hasil Tanah sampel tersebut benar-benar
Pertanian (Tanah Kering) di Desa mencerminkan ciri-ciri dari populasi
Bringin, Kecamatan Bayan, yang sudah dikenal sebelumnya.2
Kabupaten Purworejo?
2. Apakah faktor-faktor penyebab D. Metode Analisis Data
masih digunakannya hukum adat Metode analisis yang digunakan
dalam pelaksanaan perjanjian dalam penelitian ini adalah metode

1
Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional : 2
W Lawrence Neuman, Social Research
Sejarah Pembentukan Undang-undang Methods: Qualitative and Quantitative
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Approaches, diterjemahkan oleh Edina T.
(Jakarta : Djambatan, 2008), halaman 23. Sofia, (Jakarta : PT Indeks, 2015),
halaman 299.

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kualitatif, yaitu data yang telah untuk sekali panen saja untuk
diperoleh dianalisis melalui tanaman padi dan kacang, untuk
penalaran berdasarkan logika untuk diteruskan tidaknya tergantung
dapat menarik kesimpulan yang kesepakatan para pihak, namun
logis, sebelum disusun dalam bentuk biasanya perjanjian tetap diteruskan
sebuah laporan penelitian. untuk masa panen selanjutnya
sampai pemilik tanah bisa mengolah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN tanahnya sendiri atau dengan alasan
A. Efektivitas Pelaksanaan tertentu. Jangka waktu untuk
Undang-Undang Nomor 2 tanaman rambutan, jagung, jeruk
Tahun 1960 tentang Perjanjian adalah sampai masa habis tanaman
Bagi Hasil Tanah Pertanian dapat dipanen, untuk memperpanjang
(Tanah Kering) di Desa atau tidak tergantung kesepakatan
Bringin, Kecamatan Bayan, para pihak.3
Kabupaten Purworejo Sistem perjanjian bagi hasil di
Desa Bringin biasanya pemilik tanah
1. Perjanjian Bagi Hasil Tanah hanya menyediakan bidang tanah
Pertanian di Desa Bringin, dengan membayar segala pajak yang
Kecamatan Bayan, Kabupaten timbul karenanya, sedangkan petani
Purworejo penggarap yang mengurus sisanya,
seperti : menyediakan bibit tanaman,
Perjanjian bagi hasil di Desa menanam, menyediakan pupuk,
Bringin, Kecamatan Bayan, merawat tanaman sampai dengan
Kabupaten Purworejo masih banyak memanennya. Kemudian hasil dibagi
terjadi dikarenakan sebagian besar sesuai dengan kesepakatan awalnya.4
mata pencaharian penduduknya Berdasarkan hasil wawancara
adalah petani dan buruh tani. peneliti dengan perangkat desa di
Perjanjian bagi hasil di desa ini Desa Bringin, perjanjian bagi hasil
masih berdasarkan pada kebiasaan sampai saat wawancara dilakukan,
dari masyarakat saja, yaitu secara belum ada yang dilakukan dihadapan
lisan dengan atas dasar saling Kepala Desa dan apalagi disahkan
percaya. Di Desa Bringin perjanjian oleh Camat / Kepala Kecamatan.5
bagi hasil lebih dikenal sebagai Hal ini juga dikuatkan dengan
“perjanjian buruh tandur” dengan wawancara peneliti dengan Kepala
pembagian hasil berdasarkan Desa. Perjanjian bagi hasil di Desa
kesepakatan antara pemilik tanah dan Bringin dapat dikatakan semuanya
petani penggarap. Biasanya untuk dilakukan secara lisan, tidak tertulis.
tanah basah atau sawah bagi hasilnya
adalah maro, yaitu, pemilik tanah
dapat setengah dan petani penggarap
juga dapat setengah, sedangkan
untuk tanah kering, bagi hasilnya 3
Sukarman, Wawancara, Pemilik Tanah,
bermacam-macam tergantung jenis (Purworejo: 10 Desember 2016).
tanaman yang ditanam. 4
Sukarman, Wawancara, Pemilik Tanah,
Jangka waktu perjanjian bagi (Purworejo: 10 Desember 2016).
5
hasil di Desa Bringin hanya sebatas Murwanto, Wawancara, Sekretaris Desa,
(Purworejo: 9 Desember 2016).

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2. Efektivitas Pelaksanaan e. Faktor kebudayaan, yakni


Undang-Undang Nomor 2 sebagai hasil karya, cipta dan
Tahun 1960 tentang Perjanjian rasa yang didasarkan pada karsa
Bagi Hasil Tanah Pertanian Kelima faktor tersebut saling
(Tanah Kering) di Desa berkaitan satu sama lainnya, oleh
Bringin, Kecamatan Bayan, karena merupakan esensi penegakan
Kabupaten Purworejo hukum, serta juga merupakan tolok
ukur daripada efektivitas penegakan
Efektivitas hukum adalah suatu hukum.8 Berdasarkan hal tersebut
kemampuan hukum untuk apabila dikaitkan dengan produk
menciptakan atau melahirkan hukum dalam hal ini Undang-
keadaan atau situasi yang Undang Nomor 2 Tahun 1960
dikehendaki oleh hukum atau tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah
diharapkan oleh hukum.6 Suatu Pertanian, dalam rangka
produk hukum dikatakan efektif mewujudkan tujuannya, maka
apabila produk hukum tersebut telah ketidakefektifan pelaksanaan Undang
dilakukan atau dilaksanakan dalam Nomor 2 Tahun 1960 tentang
praktiknya. Seperti Undang-Undang Perjanjian Bagi Hasil Tanah
Nomor 2 Tahun 1960 tentang Pertanian disebabkan oleh faktor-
Perjanjian Bagi Hasil Tanah faktor sebagai berikut:
Pertanian yang juga sebagai salah a. Faktor Hukum
satu produk hukum akan dapat Berdasarkan teori-teori ilmu
dikatakan efektif apabila telah hukum, dapat dibedakan tiga macam
dilaksanakan dalam praktiknya. hal mengenai berlakunya hukum
Teori efektivitas hukum menurut sebagai kaidah. Hal itu diungkapkan
Soerjono Soekanto adalah bahwa sebagai berikut:
efektif atau tidaknya suatu hukum 1. kaidah hukum berlaku secara
ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yuridis, apabila penentuannya
yaitu:7 didasarkan pada kaidah yang
a. Faktor hukumnya sendiri lebih tinggi tingkatannya atau
(undang-undang), terbentuk atas dasar yang telah
b. Faktor penegak hukum, yakni ditetapkan.
pihak-pihak yang membentuk 2. Kaidah hukum berlaku secara
maupun menerapkan hukum, sosiologis, apabila kaidah
c. Faktor sarana atau fasilitas yang tersebut efektif. Artinya, kaedah
mendukung penegakan hukum, dimaksud dapat dipaksakan
d. Faktor masyarakat, yakni berlakunya oleh penguasa
lingkungan dimana hukum walaupun tidak diterima oleh
tersebut berlaku atau diterapkan, warga masyarakat atau kaidah itu
6
W. Yudho dan H. Tjandrasari, Efektivitas
Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta :
8
Majalah Hukum dan pembangunan, UI Aan Andrianih, Efektivitas Undang-
Press, 1987), halaman 59. Undang No 1 Tahun 1965 tentang
7
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Mempengaruhi Penegakan Penodaan Agama terhadap Kerukunan
Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Beragama, (Jakarta: Tesis FH UI, 2012),
Persada, 2008), halaman 8. halaman 99.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

berlaku karena adanya tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah


pengakuan dari masyarakat. Pertanian maupun ikut serta
3. Kaidah hukum berlaku secara mewujudkan tujuan dari Undang-
filosofis, yaitu sesuai dengan cita Undang Nomor 2 Tahun 1960
hukum sebagai nilai positif yang tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah
tertinggi. Pertanian.
Kaidah hukum jika dikaji secara
mendalam, agar hukum itu berfungsi c. Faktor Sarana atau Fasilitas
maka setiap kaidah hukum harus Pendukung
memenuhi unsur-unsur yuridis, Faktor sarana atau fasilitas
sosiologis, dan filosofis, sebab bila pendukung mencakup perangkat
kaidah hukum hanya berlaku secara lunak dan perangkat keras, salah satu
yuridis, ada kemungkinan kaidah itu contoh perangkat lunak adalah
merupakan kaidah mati, kalau hanya pendidikan. Masalah perangkat
berlaku secara sosiologis dalam arti keras dalam hal ini adalah sarana
teori kekuasaan, maka kaidah itu fisik yang berfungsi sebagai faktor
menjadi aturan pemaksa, apabila pendukung. Apabila hal-hal itu tidak
hanya berlaku secara filosofis terpenuhi, maka mustahil penegakan
kemungkinannya kaidah itu hanya hukum akan tercapai penegakannya.
merupakan hukum yang dicita- Terkait dengan faktor sarana
citakan.9 Kaidah hukum dalam dan fasilitas, saat ini di Indonesia, di
Undang-Undang Nomor 2 Tahun berbagai daerah dalam lingkup desa
1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil sekalipun telah banyak adanya
Tanah Pertanian, sebagaimana organisasi-organisasi atau lembaga-
penjelasan di atas maka juga harus lembaga kecil tentang pertanian
memenuhi unsur-unsur yuridis, seperti kelompok tani yang mampu
sosiologis, dan filosofis agar dapat meciptakan hubungan yang kondusif
dikatakan berfungsi. antar masyarakat tani dengan segala
macam keperluan yang timbul di
b. Faktor Penegak Hukum dalamnya termasuk salah satunya
Di dalam berfungsinya hukum, mengenai perjanjian bagi hasil.
mentalitas atau kepribadian petugas Pada penelitian yang telah
penegak hukum memainkan peranan dilakukan oleh peneliti di Desa
penting, kalau peraturan sudah baik, Bringin, Kecamatan Bayan,
tetapi kualitas petugas kurang baik, Kabupaten Purworejo, tidak
ada masalah. Oleh karena itu, salah ditemukan adanya fasilitas organisasi
satu kunci keberhasilan dalam kelompok tani yang aktif. Kegiatan
penegakan hukum adalah mentalitas pertanian di Desa Bringin,
atau kepribadian penegak hukum. Kecamatan Bayan, Kabupaten
Fungsi penegak hukum disini adalah Purworejo benar-benar dilakukan
fungsi dalam rangka secara kebiasaan yang dari dulu telah
mensosialisasikan adanya Undang- ada. Termasuk dalam melakukan
Undang Nomor 2 Tahun 1960 perjanjian bagi hasil tanah pertanian
dilakukan tanpa berpedoman dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
9
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2006), halaman 62-63.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil mengetahui adanya Undang-Undang


Tanah Pertanian. Nomor 2 Tahun 1960 tentang
Perjanjian Bagi Hasil Tanah
d. Faktor Masyarakat Pertanian. Dari data primer di atas,
Salah satu faktor yang dapat disimpulkan bahwa
mengefektifkan suatu peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor
adalah warga masyarakat. Yang 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian
dimaksud di sini adalah Bagi Hasil Tanah Pertanian di Desa
kesadarannya untuk mematuhi suatu Bringin, Kecamatan Bayan,
peraturan perundang-undangan, yang Kabupaten Purworejo tidak efektif
kerap disebut derajat kepatuhan. karena tidak dapat diukur sebab
Derajat kepatuhan baru dapat diukur pengetahuan tentang keberadaan
jika telah ada pengetahuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
masyarakat terhadap hukum. Bila 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil
suatu peraturan perundang-undangan Tanah Pertanian dari masyarakatnya
telah diundangkan dan diterbitkan tidak ada.
menurut prosedur yang sah dan
resmi, maka secara yuridis peraturan e. Faktor Kebudayaan
perundang-undangan itu berlaku. Kebudayaan menurut Soerjono
Kemudian timbul asumsi bahwa Soekanto, mempunyai fungsi yang
setiap warga masyarakat dianggap sangat besar bagi manusia dan
mengetahui adanya undang-undang masyarakat, yaitu mengatur agar
tersebut, namun, asumsi tersebut manusia dapat mengerti bagaimana
tidaklah seperti demikian adanya.10 seharusnya bertindak, berbuat, dan
Pengetahuan masyarakat menentukan sikapnya kalau mereka
terhadap Undang-Undang Nomor 2 berhubungan dengan orang lain.
Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Dengan demikian, kebudayaan
Hasil Tanah Pertanian, jika telah adalah suatu garis pokok tentang
diketahui adanya, maka dapat dibuat perikelakuan yang menetapkan
ukuran kepatuhan masyarakat peraturan mengenai apa yang harus
sebagai salah satu faktor penyebab dilakukan, dan apa yang dilarang.
efektif tidaknya Undang-Undang Kebudayaan Indonesia didasari
tersebut. hukum adat. Hukum adat tersebut
Pada penelitian yang telah merupakan hukum kebiasaan yang
dilakukan oleh peneliti, dari 20 berlaku di kalangan rakyat
responden semuanya tidak terbanyak. Di samping itu, berlaku
mengetahui akan keberadaan pula hukum tertulis (perundang-
Undang-Undang Nomor 2 Tahun undangan) yang timbul dari golongan
1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil tertentu dalam masyarakat yang
Tanah Pertanian.11 Diperkuat dengan mempunyai kekuasaan dan
wawancara peneliti dengan salah satu wewenang yang resmi. Hukum
perangkat desa yang juga tidak perundang-undangan tersebut harus
mencerminkan nilai-nilai yang
10
Ibid., halaman 64-67. menjadi dasar dari hukum adat
11
Pemilik Tanah dan Petani Penggarap, supaya hukum perundang-undangan
Wawancara, (Purworejo: 10 Desember tersebut dapat berlaku secara
2016).

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

efektif.12 Salah satu faktor penentu dalam masyarakat yang


efektifitas Undang-Undang Nomor 2 bersangkutan.13
Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Tingkat efektivitas dari
Hasil Tanah Pertanian adalah bahwa pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Undang-Undang tersebut harus 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian
mencerminkan nilai-nilai yang Bagi Hasil Tanah Pertanian yang
menjadi dasar dari hukum adat. ditinjau dengan kelima indikator atau
Nilai-nilai tersebut yaitu dalam faktor dari Soerjono Soekanto,
hal ini nilai keadilan dan nilai bahwa tidak semua indikator atau
ketertiban. Nilai keadilan berfungsi faktor dapat terpenuhi seperti yang
melindungi hak-hak pihak yang sudah dijelaskan di atas. Kurangnya
lemah, yaitu petani pen ggarap. peranan dari penegak hukum,
Diharapkan dengan Undang-Undang kurangnya sarana atau fasilitas
Nomor 2 Tahun 1960 tentang pendukung, serta kurangnya
Perjanjian Bagi Hasil Tanah pengetahuan masyarakat akan
Pertanian dapat memberikan jaminan adanya Undang-Undang Nomor 2
kepastian hukum pada perjanjian Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi
bagi hasil yang dilakukan, sedangkan Hasil Tanah Pertanian yang menjadi
nilai ketertiban adalah bagaimana penyebab belum efektifnya
Undang-Undang Nomor 2 Tahun pelaksanaan dari Undang-Undang
1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Nomor 2 Tahun 1960 tentang
Tanah Pertanian mampu Perjanjian Bagi Hasil Tanah
menciptakan ketertiban hukum Pertanian.
dalam masyarakat sehingga harus
dipatuhi dan dijalankan sesuai B. Faktor-Faktor Penyebab Masih
dengan apa yang diinginkan oleh Digunakan Hukum Adat dalam
pembuat undang-undang. Pelaksanaan Perjanjian Bagi
Setiap masyarakat memiliki Hasil Tanah Pertanian (Tanah
struktur dan substansi hukum sendiri, Kering) Di Desa Bringin,
yang menentukan apakah substansi Kecamatan Bayan, Kabupaten
dan struktur hukum tersebut ditaati Purworejo
atau sebaliknya juga dilanggar adalah
sikap dan perilaku sosial Hasil penelitian yang sudah
masyarakatnya, dan karena itu untuk peneliti lakukan, faktor-faktor yang
memahami apakah hukum itu menjadi penyebab tetap
menjadi efektif atau tidak sangat digunakannya hukum adat dalam
tergantung pada kebiasaan-kebiasaan perjanjian bagi hasil tanah pertanian
(customs), kultur (culture), tradisi- di Desa Bringin, Kecamatan Bayan,
tradisi (traditions), dan norma-norma
informal (informal norms) yang
diciptakan dan dioperasionalkan

13
Diakses dari:
http://www.boyyendratamin.com/2011/12/
eksistensi-hukum-adat-dimasa-depan.
12
Soerjono Soekanto, Op.Cit., halaman 64- html, pada 16 Januari 2017, pukul 21.29
65. WIB.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kabupaten Purworejo adalah sebagai Maka pada taraf ini, suatu pola
berikut :14 perikelakuan mulai dikenal dan
a. Faktor Masyarakat diakui, sebab suatu penyimpangan
Pelaksanaan perjanjian bagi hasil terhadapnya akan mengakibatkan
tanah pertanian di Desa Bringin, celaan.15
Kecamatan Bayan, Kabupaten b. Faktor Kebudayaan
Purworejo, masyarakat petani masih Kebudayaan menurut Soerjono
berpedoman pada kebiasaan- Soekanto, mempunyai fungsi yang
kebiasaan yang berlaku sejak lama. sangat besar bagi manusia dan
Masyarakat masih menggunakan masyarakat, yaitu mengatur agar
hukum adat sebagai acuan untuk manusia dapat mengerti bagaimana
melaksanakan perjanjian bagi hasil seharusnya bertindak, berbuat, dan
tanah pertanian. Hal tersebut sesuai menentukan sikapnya kalau mereka
dengan apa yang disampaikan oleh berhubungan dengan orang lain.
salah satu aparat desa, bahwa Dengan demikian, kebudayaan
masyarakat menganggap bahwa adat adalah suatu garis pokok tentang
istiadat dan budaya sebagai bagian perikelakuan yang menetapkan
dari kehidupan. Melihat kenyataan peraturan mengenai apa yang harus
ini, jelas tidak mengherankan apabila dilakukan, dan apa yang dilarang.
masyarakat belum pernah mendengar Kebudayaan Indonesia didasari
atau mengetahui mengenai hukum adat. Hukum adat tersebut
keberadaan Undang-Undang Nomor merupakan hukum kebiasaan yang
2 Tahun 1960 tentang Perjanjian berlaku di kalangan rakyat
Bagi Hasil Tanah Pertanian. Data terbanyak. Di samping itu, berlaku
penelitian menunjukkan, dari 20 pula hukum tertulis (perundang-
responden, semuanya tidak undangan) yang timbul dari golongan
mengetahui keberadaan Undang- tertentu dalam masyarakat yang
Undang Nomor 2 Tahun 1960 mempunyai kekuasaan dan
tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah wewenang yang resmi. Hukum
Pertanian. perundang-undangan tersebut harus
Tingkat homogenitas masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang
menjadi salah satu penyebab masih menjadi dasar dari hukum adat
digunakannya kebiasaan-kebiasaan supaya hukum perundang-undangan
yang diwariskan oleh leluhur tersebut dapat berlaku secara
mereka. Hal ini sejalan dengan efektif.16 Namun, sulit rasanya untuk
penjelasan apabila perbuatan menjadikan peraturan perundang-
dirasakan sebagai sesuatu yang baik, undangan sebagai pedoman apabila
maka perbuatan tersebut mungkin hukum adat atau kebiasaan yang
menjadi kebiasaan atau perbuatan dijadikan pedoman masih dapat
yang diulang-ulang dalam bentuk menciptakan suatu kerukunan,
yang sama. Berulang-ulangnya suatu
perbuatan merupakan suatu pertanda, 15
bahwa perbuatan tersebut disukai. Soekanto, dan Soerjono Soekanto, Pokok-
Pokok Hukum Adat, (Bandung: Alumni,
14
1978), halaman 14.
Pemilik Tanah dan Petani Penggarap,
16
Wawancara, (Purworejo: 10 Desember Soerjono Soekanto, Op.Cit., halaman 64-
2016). 65.

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketentraman, serta ketertiban dalam diatas putih. Tingkat rasa saling


masyarakat. percaya antar masyarakat masih
sangat tinggi, hal ini dirasa karena
c. Tingkat Pendidikan masyarakat sama-sama tahu akan
Tingkat pendidikan sangat ketergantungan satu sama lain.
mempengaruhi keterbukaan Individu tidak bisa hidup sendiri,
masyarakat akan adanya suatu individu membutuhkan individu lain
perubahan. Perubahan kearah untuk saling membantu. Oleh karena
modernitas juga diperlukan guna itu, keberadaan suatu peraturan
menciptakan suatu ketertiban perundangan tidak akan banyak
sehingga tidak terjadi masalah mempengaruhi aktivitas masyarakat.
dikemudian harinya. Rata-rata
pendidikan dari responden yang telah e. Faktor Fasilitas atau Sarana
diwawancarai adalah tingkat SD dan Faktor sarana dan fasilitas yang
SMP, namun ada juga beberapa dari dimaksud adalah wadah dari
tingkat SMA dan Sarjana. aktivitas-aktivitas pertanian termasuk
Berdasarkan wawancara dengan di dalamnya perjanjian bagi hasil
responden, peneliti dapat tanah pertanian. Saat ini di
menyimpulkan tingkat pendidikan Indonesia, di berbagai daerah dalam
menjadi salah satu faktor penyebab lingkup desa sekalipun telah banyak
masih digunakannya hukum adat adanya organisasi-organisasi atau
dalam perjanjian bagi hasil tanah lembaga-lembaga kecil tentang
pertanian di Desa Bringin, pertanian seperti kelompok tani yang
Kecamatan Bayan, Kabupaten mampu meciptakan hubungan yang
Purworejo. Hal ini dikarenakan tidak kondusif antar masyarakat tani
adanya responden yang mengetahui dengan segala macam keperluan
keberadaan dari Undang-Undang yang timbul di dalamnya termasuk
Nomor 2 Tahun 1960 tentang salah satunya mengenai perjanjian
Perjanjian Bagi Hasil Tanah bagi hasil.
Pertanian. Mereka juga lebih Pada penelitian yang telah
memilih tetap menggunakan dilakukan oleh peneliti di Desa
kebiasaan yang telah dilakukan Bringin, Kecamatan Bayan,
daripada harus berdasarkan dengan Kabupaten Purworejo, tidak
Undang-Undang Nomor 2 Tahun ditemukan adanya fasilitas organisasi
1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil kelompok tani yang aktif. Kegiatan
Tanah Pertanian karena dirasa sulit pertanian di Desa Bringin,
untuk dipahami dan berbelit-belit Kecamatan Bayan, Kabupaten
dalam pelaksanaannya. Purworejo benar-benar dilakukan
secara kebiasaan yang dari dulu telah
d. Tingkat Rasa Kepercayaan antar ada. Termasuk dalam melakukan
Masyarakat perjanjian bagi hasil tanah pertanian
Menurut hasil penelitian yang dilakukan tanpa berpedoman dengan
dilakukan peneliti, dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
wawancara kepada Kepala Desa, 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil
adalah rasa saling percaya tidak akan Tanah Pertanian. Hal ini yang
menimbulkan atau melahirkan hitam menjadi salah satu penyebab

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kurangnya pengetahuan masyarakat hukum, penaatan hukum, serta


akan adanya Undang-Undang Nomor pengharapan terhadap hukum.17
2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Demikian dapat dikaitkan
Bagi Hasil Tanah Pertanian. dengan faktor-faktor penyebab masih
Tidak adanya wadah yang digunakan hukum adat dalam
menaungi mengakibatkan segala pelaksanaan perjanjian bagi hasil
sesuatu pertanian masih dilakukan tanah pertanian (tanah kering) di
secara adat atau kebiasaan tanpa Desa Bringin, Kecamatan Bayan,
adanya campur tangan dari produk Kabupaten Purworejo, tingkat
hukum nasional. Tidak ada kesadaran hukum sangat berkaitan
sosialisasi-sosialisasi atau pelatihan- dengan pengetahuan hukum,
pelatihan seperti yang diadakan oleh berdasarkan penelitian yang telah
kelompok-kelompok tani pada dilakukan, pengetahuan hukum
umumnya. tentang Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi
f. Faktor Kesadaran Hukum yang Hasil Tanah Pertanian tidak ada. Hal
Rendah inilah yang menunjukkan bahwa
Pada umumnya orang tingkat kesadaran hukum masyarakat
berpendapat bahwa kesadaran warga masih rendah.
masyarakat terhadap hukum yang
tinggi mengakibatkan warga IV. KESIMPULAN
masyarakat mematuhi ketentuan A. Kesimpulan
peraturan perundang-undangan yang Berdasarkan uraian tersebut di
berlaku. Sebaliknya, apabila muka, penulis mengemukakan
kesadaran warga masyarakat kesimpulan sebagai berikut:
terhadap hukum rendah, derajat 1. Perjanjian bagi hasil di Desa
kepatuhannya juga rendah. Bringin, Kecamatan Bayan,
Pernyataan yang demikian berkaitan Kabupaten Purworejo masih
dengan fungsi hukum dalam berdasarkan pada kebiasaan dari
masyarakat atau efektivitas dari masyarakat, yaitu secara lisan
pelaksanaan ketentuan-ketentuan dengan atas dasar saling
hukum dalam masyarakat. percaya. Pelaksanaan Undang-
Masalah kesadaran hukum Undang Nomor 2 Tahun 1960
warga masyarakat sebenarnya tentang Perjanjian Bagi Hasil
menyangkut faktor-faktor apakah Tanah Pertanian di Desa
suatu ketentuan hukum tertentu Bringin, Kecamatan Bayan,
diketahui, dipahami, ditaati, dan Kabupaten Purworejo belum
dihargai. Bila warga masyarakat bisa dikatakan efektif.
hanya mengetahui adanya suatu Kurangnya peranan dari
ketentuan hukum, maka taraf penegak hukum, kurangnya
kesadaran hukumnya lebih rendah sarana atau fasilitas pendukung,
dari mereka yang memahaminya, dan serta kurangnya pengetahuan
seterusnya. Tingkat kesadaran masyarakat akan adanya
hukum sangat berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 2
pengetahuan hukum, pemahaman
17
Zainuddin Ali, Op.Cit., halaman 66.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Tahun 1960 tentang Perjanjian masyarakat dapat mengetahui


Bagi Hasil Tanah Pertanian setiap peraturan yang ada. Tidak
yang menjadi penyebab belum hanya berpedoman pada asas
efektifnya pelaksanaan dari fiksi hukum belaka, tetapi juga
Undang-Undang Nomor 2 diikuti dengan aksi nyatanya.
Tahun 1960 tentang Perjanjian Dengan diadakan penyuluhan
Bagi Hasil Tanah Pertanian di tersebut, diharapkan masyarakat
Desa Bringin, Kecamatan dapat mengetahui dan
Bayan, Kabupaten Purworejo. menerapkan undang-undang bagi
hasil dalam setiap pelaksanaan
2. Faktor-faktor penyebab masih perjanjian bagi hasil tanah
digunakannya hukum adat pertanian.
dalam pelaksanaan perjanjian
bagi hasil tanah pertanian di V. DAFTAR PUSTAKA
Desa Bringin, Kecamatan Buku Literatur
Bayan, Kabupaten Purworejo Ali, Zainuddin, Sosiologi Hukum,
adalah faktor masyarakat, faktor (Jakarta : Sinar Grafika, 2006).
kebudayaan, faktor pendidikan,
faktor rasa saling percaya antar Harsono, Boedi, Hukum Agraria
masyarakat yang tinggi, faktor Nasional : Sejarah
fasilitas dan sarana, Yang Pembentukan Undang-undang
terakhir adalah faktor kesadaran Pokok Agraria, Isi dan
hukum yang rendah. Pelaksanaanya, (Jakarta :
B. Saran Djambatan, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian dan Neuman, W. Lawrence, Social
pembahasan, dapat disampaikan Research Methods: Qualitative
saran sebagai berikut: and Quantitative Approaches,
1. Aparat Pemerintah Desa Bringin, diterjemahkan oleh Edina T.
Kecamatan Bayan, Kabupaten Sofia, (Jakarta : PT Indeks,
Purworejo, diharapkan dapat 2015).
mengaktifkan kembali fasilitas Soekanto, dan Soerjono Soekanto,
kelembagaan dalam bidang Pokok-Pokok Hukum Adat,
pertanian seperti kelompok tani (Bandung: Alumni, 1978).
agar dapat meningkatkan Soekanto, Soerjono, Faktor-Faktor
pengetahuan petani tentang ilmu yang Mempengaruhi Penegakan
pertanian sekaligus produk Hukum (Jakarta: PT. Raja
hukum dalam bidang pertanian. Grafindo Persada, 2008).

2. Pemerintah diharapkan mampu Yudho, W., dan H. Tjandrasari,


meningkatkan kualitas penegak Efektivitas Hukum dalam
hukum. Aparat pemerintah harus Masyarakat, (Jakarta : Majalah
aktif mengadakan penyuluhan Hukum dan pembangunan, UI
hukum tentang peraturan yang Press, 1987).
berkaitan dengan perjanjian bagi
hasil tanah pertanian dan juga
peraturan lainnya, sehingga

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Peraturan Perundangan
11Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1960 Tentang Perjanjian Bagi
Hasil Tanah Pertanian
Wawancara
Murwanto, Wawancara, Sekretaris
Desa, (Purworejo: 9 Desember
2016).
Sukarman, Wawancara, Pemilik
Tanah, (Purworejo: 10
Desember 2016).
Karya Ilmiah
Andrianih, Aan, Efektivitas Undang-
Undang No 1 Tahun 1965
tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama terhadap
Kerukunan Beragama, (Jakarta:
Tesis FH UI, 2012).

Website
http://www.boyyendratamin.com/201
1/12/eksistensi-hukum-adat-dimasa-
depan. html

12

Anda mungkin juga menyukai