Anda di halaman 1dari 28

Hukum Perdata dan Hukum Acara

Secara Umum
Kelompok 2
Ahmad Alfin Syifaul Qulub 200201110068
Salwa Mufida 200201110090
Farida Dwi Rahmawati 200201110092
Arief Rahman Dwihadi 200201110097
Achmad Habib Al-Kautsar 200201110098
01
HUKUM
PERDATA
HUKUM PERDATA
Hukum perdata ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan
membatasai tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingan atau
kebutuhannya.
Hukum perdata(private recht) yaitu ketentuan-ketentuan hukum
material yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Hukum perdata material ini sering juga disebut “hukum sipil”, karena
kata “sipil” lazim digunakan sebagai lawan dari kata “militer”. Tetapi,
sebiknya kita tetap menggunakan istilah hukum perdata saja.
HUKUM PERDATA
Hukum Perdata di Indonesia terdiri dari:
● Hukum perdata adat
● Hukum perdata eropa
● Bagian hukum perdata yang bersifat nasional

Hukum perdata material yang ketentuan-ketentuannya mengatur tentang


kepentingan perseorangan terdiri dari:
● Hukum pribadi (personenrecht)
● Hukum keluarga (Familierecht)
● Hukum kekayaan (Vermogensrecht)
● Hukum waris (erfecht)
HUKUM PERDATA
Hukum perdata material yang diatur dalam hukum Eropa dengan bentuk tertulis dan
dikodifikasikan, ketentuan-ketentuannya terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van
Koophandel)
Sistematika KUHP terdiri dari empat buku, yaitu:
● Buku I mengatur “Perihal Orang” (Van Personen)
● Buku II mengatur “Perihal Benda” (Van Zaken)
● Buku III mengatur “ Perihal Perikatan” (Van Verbintenissen)
● Buku IV mengatur “Perihal Bukti dan Kadaluwarsa” (Van Bewijsen Verjaring)
Penempatan ketentuan-ketentuan hukum perdata material di dalam Kitab Undan-
Undang Hukum Perdata itu sebagai berikut:
● Hukum pribadi diatur di dalam Buku I Bab 1-3 dan Buku III Bab 9
● Hukum keluarga diatur di dalam Buku I Bab 4-18
● Hukum kekayaan diatur di dalam Buku II Bab 1-2, Bab 19-21 dan Buku III
● Hukum waris diatur di dalam Buku II Bab 12-18
HUKUM PERDATA
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) isinya sejenis
“Hukum Kekayaan” yang terdiri atas sebagian kecil hukum benda.
Sebagai peraturan hukum yangb memiliki kedudukan yang setaraf
dengan “perjanjian” dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka
KUHD merupakan suatu “Lex Specialis” terhadap KUH Perdata sebagai
“Lex generalis”-nya.
KUHD terdiri dari:
● Buku I mengatur “Tentang dagang pada umumnya”. (Van den
Koophandel en Het Algemeen)
● Buku II mengatur “Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang
terbit dari Pelayaran”(Rechten en Verplichtingen uit Scheep vaart
voortspruitende)
02
HUKUM
PRIBADI
HUKUM PRIBADI
Hukum pribadi mengatur hak hak dan kewajiban kewajiban pribadi sebagai “ subjek
hukum “. Pribadi sebagai subjek hukum ialah orang dalam arti hukum . artinya memiliki hak
dan kewajiban .hak dan kewajiban di miliki oleh setiap orang secara kodrati sejak lahir
sampai meninggal dunia .
Setiap manusia dengan memiliki hak dan kewajiban itu dapat bertindak sendiri untuk
kepentingan kepentinganya dan berkedudukan sebagai orang asli ( naturlijke person ).
Dengan demikian ,setiap pribadi sebagai pemilik hak dan kewajiban dapat bertingkah laku
seperti yang di kehendaki tetapi mempunyai akibat hukum .
HUKUM PRIBADI
Meskipun dapat bertindak sesuai kehendak yang di inginkan dengan kewajiban
menanggung akibat hukum nya, tidak berarti setiap pribadi di anggap mampu untuk
melaksanakan sendiri,pribadi yang di nyatakan tidak bisa melaksanakan hak dan
kewajiban nya sendiri menurut pasal 1330 KUH Perdata terdiri dari :
1. Anak di bawah umur
2. Orang sakit ingatan
3. Wanita yang bersuami
Akan tetapi wanita yang bersuami telah di hapus oleh surat edaran Mahkamah Agung
no.3 Tahun 1963
HUKUM PRIBADI
Di samping manusia sebagai subjek hukum ,yang di anggap sama dengan itu ialah “
pribadi hukum “ .pribadi hukum merupakan pribadi ciptaan hukum pribadi hukum ini di
timbulkan sebagai akibat:
1. Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi kepentingan tertentu,atas dasar kegiatan yang
di lakukan bersama
2. Adanya tujuan ideal yang perlu di capai tanpa selalu tergantung kepada pribadi secara
perorangan
 
Pribadi hukum sebagai subjek hukum harus mempunyai tujuan dan keyakinan sendiri ,
03
HUKUM
KELUARGA
HUKUM
KELUARGA
Secara luas hukum keluarga mencakup beberapa hal, diantaranya yaitu
1. Keturunan
• Menurut UU no. 1 tahun 1974 ditentukan dalam pasal 55 bahwa “asal- usul seorang anak hanya dapat dibuktikan
dengan akta kelahiran yang otentik”
• Pasal 42 menyatakan bahwa “ anak sah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”
• Pasal 44 dinyatakan bahwa “seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh istrinya, bilamana ia
dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina, dan anak itu adalah hasil perbuatan zina”
HUKUM
2. Kekuasaan Orang tua KELUARGA
• Pasal 45 UU no. 1 1974 dinyatakan bahwa “kedua orangtua wajib untuk memelihara dan mendidik anak- anak mereka
dengan sebaik- baiknya
• Pasal 48 ‘ orangtua tidak diperbolehkan atau menggadaikan barang- barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum
berumur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan pernikahan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya
Salah satu atau kedua orangtua dapat dicabut kekuasaannya terhadap anak atas permintaan :
1. Orang tua lainnya
2. Keluarga anak garis lurus keatas
3. Saudara kandung yang telah dewasa
4. Pejabat yang berwenang dalam keputusan pengadilan karena sangat melalaikan kewajiban terhadap anak dan
berkelakuan buruk
HUKUM
3. Perwalian
KELUARGA
Diatur dalam pasal 50, 51, 52, 53, dan 54 UU no. 1 tahun 1974
Pasal 51 menyatakan bahwa
a. Wali dapat ditunjuk oleh satu orangtua untuk menjalanka kekuasaan orangtua sebelum ia meninggal dunia dengan surat
wasiat atau dengan lisan di hadapan dua orang saksi
b. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak atau oranglain yang sudah dewasa, berpikir sehat, adil, jujur dan
berkelakuan baik
c. Wali wajib mengurus anak yang dibawah penguasaannya dan harta bendanya sebaik- baiknya dengan menghormati
agama dan kepercayaan anak tersebut.
d. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah kekuasannya pada waktu memulai jabatanya dan
mencatat semua perubahan harta benda anak tersebut.
e. Wali bertanggungjawab tentang harta benda ana yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan
karena kesalahan atau kelaliannya
HUKUM
KELUARGA
Kekuasaan wali dapat dicabut dengan keputusan pengadilan karena:
• Lalai kewajibannya
• Berkelakuan buruk
• Apabila wali telah menyebabkan kerugian pada harta benda anak tersebut maka wali wajib mengganti kerugian itu
atas keputusan pengadilan
HUKUM
4.
KELUARGA
Pendewasaan (handlichting) adalah suatu pernyataan bahwa seseorang yang belum mencapai usia dewasa atau
untuk beberapa hal tertentu dipersamakan kedudukan hukumnya dengan seseorang yang telah dewasa.

5. Pengampuan (curatele)
Yang berhak meminta seseorang dibawah pengampuan karena gila :
• Setiap anggota keluarga
• Suami atau istri
• Jaksa
• Yang berhak meminta pengampuan bagi orang yang keborosan:
• Anggota keluarga terdekat
HUKUM
6. Perkawinan KELUARGA
Diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 yang dilaksanakan dengan peraturan pemerintah no. 9 tahun 1975. Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami- istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Ynag Maha Esa (pasal 1). Sahnya perkawinan jika:
 Ayat 1 perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hokum masin- masing agamanya dan kepercayaannya
 Ayat 2 tiap- tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku
Pasal 2 menunjukkan bahwa perkawinan di Indonesia tidak semata- mata berkenaan dengan hanya hubungan keperdataan
kodrati pribadi .
Asas perkawinan di Indonesia adalah “ monogami” yang artinya seorang pria hanya boleh mempunyai satu istri begitu pula
sebaliknya. Namun apabila pria akan menikah lagi maka pernikahan itu harus memiliki alasan yang kuat dan harus
mendapat izin dari istrinya. Hanya saja pengecualian ini tidak berlaku bagi pegawai negri dengan adanya Peraturan
Pemerintah no. 10 tahun 1983.
HUKUM
Syarat usia perkawinan KELUARGA
Adapun sayrat usia perkawinan diantaranya adalah:
- pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun
- penyimpangan dari ketentuan itu harus mendapat dispensasi pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
orangtua pihak
- Jika orangtua meninggal dunia, keluarga terdekat dari keturunan ke atas yang akan meminta dispensasinya.
Perkawinan dapat putus karena:
- kematian
- perceraian
- keputusan pengadilan
 
04
HUKUM
KEKAYAAN
HUKUM
KEKAYAAN
Hukum kekayaan merupakan ketentuan – ketentuan yang mengatur mengenai hubungan antara subjek
hukum dan objek hukum dalam suatu peristiwa hukum. Yang dimaksud dengan objek hukum yaitu benda,
maksudnya yaitu segala sesuatu yang menjadi bagian dari keadaan yang dapat dikuasai dan mempunyai nilai.
Ruang lingkup hukum kekayaan terdiri dari hukum benda dan hukum perikatan.
1. Hukum benda
Hukum Perdata Eropa mengenal pembedaan tentang benda dalam beberapa macam :
• Benda yang dapat diganti dan tidak.
• Benda yang dapat diperdagangkan dan tidak.
• Benda yang dapat dibagi dan tidak.
• Benda yang tetap dan tidak
HUKUM
KEKAYAAN
Hak – hak atas tanah di Indonesia telah diatur dalam kitab undang – undang hukum perdata 2 dan telah diganti
oleh undang – undang nomor 5 tahun 1960, yang menguraikan :
1. Hak milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan
4. Hak pakai
5. Hak sewa
6. Hak membuka tanah
7. Hak guna air
8. Hak guna ruang angkasa
9. Hak-hak tanah untuk kepentingan nasional
HUKUM
KEKAYAAN
2. Hukum Perikatan
Hukum perikatan adalah ketentuan – ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban subjek hukum dalam
tindakan hukum kekayaan. Hukum perdata eropa mengenal adanya perikatan yang ditimbulkan karena
perjanjian. Setiap orang dapat mengadakan perjanjian, asaalkan memenuhi syarat – syarat yang telah
ditetapkan dalam pasal 1320 KUH perdata. Syarat – syarat itu antara lain. :
a. Kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Kecakapan untuk membuat satu perikatan
c. Suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal
HUKUM
KEKAYAAN
Menurut hukum perdata adat, bentuk – bentuk hukum perjanjian yaitu :
a. Perjanjian Kredit
b. Perjanjian Kempitan
c. Perjanjian Tebasan
d. Perjanjian Perburuhan
e. Perjanjian Panjer
f. Perjanjian Pemegangkan
g. Perjanjian Pemeliharaan
h. Perjanjian Pertanggungan Kerabat
i. Perjanjian Tolong – Menolong
j. Perjanjian Serikat
k. Transaksi yang bersangkutan dengan tanah
l. Deelwinning
05
HUKUM
WARIS
HUKUM WARIS
Hukum waris adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur nasib kekayaan orang setelah pemiliknya
meninggal dunia. Orang yang berhak menerima kekayaannya adalah keturunan terdekatnya. Hukum
waris eropa membaginya 2 macam waris, Waris tanpa wasiat (abintestato) dan waris wasiat
(testamen)
Waris tanpa wasiat adalah ketentuan yang mengatur penerimaan warisan dari seseorang yang tidak
meninggalkan wasiat. Dalam pasal 832 KUH Perdata disebutkan yang berhak menerima waris adalah
keluarga sedarah dan suami atau istri yang hidup terlama.
Kelompok ahli waris tersebut dibagi 4 golongan :
I = Keturunan dari yang meinggal dunia, anak, suami atau istri yang hidup terlama, cucu.
II = orang tua, sodara kandung, dan keturunan yang meniggal dunia
III = Leluhur dari yang meninggal, dari pihak istri maupun suami.
IV = Keluarga sedarah sampai derajat keenam
HUKUM WARIS
Waris wasiat mengatur cara membuat wasiat dan akibat yang muncul dari pembuatannya.
wasita dibagi empat jenis
1. wasiat umum, dibuat dihadapan notaries dan dihadiri 2 saksi, dan wasiat ini disimpan di kantor notaries
2. wasiat olographie, wasiat yang ditulis sendiri dan disimpat di kantor notaries
3. wasiat rahasia, dibuat sendiri atau orang lain, dan disegel lalu disimpan di kantor notaries
4. Codisil, akta dibawah tanda tangan berisikan pesan seorang setelah meninggal dunia
Hukum adat waris dibagi 3 sistem menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto
5. Induvidual, para ahli waris mewaris secara perseorangan harat peniggalan yang dapat dibagi-bagikan pemiliknya
secara individual kepada ahli waris.
6. Kolektif, ahli waris secara kolektif mewarisi harta peninggalan
7. Mayorat, dibagi menjadi Laki-laki dan mayorat perempuan
• Mayorat laki-laki apabila anak laki-laki tertua atau anak laki-laki sulung merupakan ahli waris tunggal
• Mayorat Perempuan apabila anak perempuan tertua atau anak permpuan sulung merupakan ahli waris tunggal
HUKUM WARIS
Pada hukum adat, digunakan 2 macam garis keturuan pokok ahli waris, yaitu:
1. Utama
I : Keturuan pewaris;
II : orang tua pewaris;
III : saudara-saudara pewaris dan keturunannya;
IV : kakek dan nenek pewaris;
V : leluhur pewaris;
2. Pengganti, bertujuan untuk menentukan orang-orang dalam golonga-golongan pokok utama yang akan menjadi
ahli waris
Pewarisan menurut hukum Islam, membagi orang yang menerima hak dalam warisan terdiri dari:
3. Keluarga sedara yang beragama islam;
4. Perkawinan yang sah menurut hukum islam;
5. Ada hubungan kesamaan agalam islam
HUKUM WARIS
Para ahli waris dikelompokkan dalam arti berikut:
a. Dzawil furudh, ahli waris yang memperoleh bagian harta warisan tertentu dalam keadaan tertentu,
maksudnya orang yang termasuk kelompok ini teluah ditentukan besar harta warisannya, namun tidak
mutlak dan bisa berubah dalam keadaan tertentu
b. Asobah, ahli waris yang berhak menghabiskan harta warisan setelah dikurangi hak-hak yang didahulukan
kalau tidak ada dzawil furudh.
c. Dzawil arham, ahli waris dalam hubungan nasab yang tidak termasuk dzawil furudh atau asobah.
Dalam islam, harta warisan ialah harta peninggalan setelah dikurangi hak-hak yang didahulukan, yang
terdiri atas:
1. Hak yang bersangkutan dengan harta peninggalan seperti zakat dan sewanya;
2. Biaya untuk keperluan jenazah;
3. Untang yang belum dibayarkan;
4. Wasiat yang ditujukan kepada orang di luar ahli waris.

Anda mungkin juga menyukai