Anda di halaman 1dari 57

HUKUM

TENTANG
PERORANGAN
Oleh: Musrifah, SH., MH
Hukum Perdata
Subyek Hukum: Manusia
 Manusia adalah penyandang hak dan kewajiban atau disebut juga
dengan subjek hukum
 Dewasa ini dapat dikatakan setiap manusia adalah pembawa hak
dan kewajiban
 Berlakunya seseorang sebagai subjek hukum dimulai pada saat ia
dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia
 Akan tetapi terdapat pengecualian terhadap hal-hal tertentu,
bahwasanya anak dalam kandungan seorang perempuan dianggap
sebagai telah dilahirkan apabila kepentingan si anak
menghendakinya (Pasal 2 ayat 1 KUHPer)
 Apabila ia mati ketika dilahirkan maka ia dianggap tidak pernah ada
Kecakapan Bertindak Dalam Hukum
 Setiap orang tanpa kecuali dapat menyandang hak dan
kewajiban akan tetapi ada beberapa orang tertentu yang oleh
hukum tidak diperbolehkan bertindak sendiri di dalam
melaksanakan hak-haknya tersebut
 Ada beberapa orang tertentu yang oleh hukum telah dinyatakan
tidak cakap atau kurang cakap untuk bertindak sendiri dalam
melakukan perbuatan-perbuatan hukum
 Pasal 1330 yang tidak cakap yakni:
 Orag yang belum dewasa
 Orang yang ditaruh dibawah pengampuan
 Wanita yang sudah kawin
Orang Yang Belum Dewasa
 Menurut Pasal 330 KUHper, Batas usia
kedewasaan 21
 Untuk melangsungkan perkawinan
 Pasal 29 KUHPer, laki-laki 18 tahun wanita 15 tahun
 Pasal 7 UU Perkawinan laki-laki 19 tahun wanita 16
tahun
 Dalamwaris, berumur 18 tahun
 UU pemilu berumur 17 tahun
Orang Yang Ditaruh Di Bawah
Pengampuan
 Pasal 433 KUHPer orang yang ditaruh dibawah
pengampuan adalah orang yang dungu, sakit
ingatan, mata gelap, dan orang yang boros
Wanita Yang Sudah Kawin
 Wanitayang sudah kawin tidak cakap dalam
melakukan perbuatan hukum:
 Membuat perjanjian, memerluka izin dari suami
 Menghadap di muka hakim harus dengan izin suami

 Akan tetapi ketentuan tsbt di atas dinyatakan tidak


lagi berlaku berdasarkan SEMA No. 3 Tahun 1963
 Dan dipertegas oleh UU Perkawinan Pasal 31
Pengampuan
 Pengampuan adalah suatu upaya/cara hukum
untuk menempatkan seseorang yang telah dewasa
menjadi sama seperti orang yang belum dewasa.
 Orang yang diampu (curandus) yang mengampu
(kurator)
Pengajuan Permohonan Pengampuan
 Yang dapat mengajukan pengampuan Pasal 434-
435
 Diajukan ke Pengadilan Negeri
Pendewasaan (Handlicthing)
 Suatu upaya untuk menempatkan seseorang yang
belum dewasa menjadi sama dengan orang yang
telah dewasa, baik untuk tindakan tertentu maupun
untuk semua tindakan
Macam Bentuk Pendewasaan
 Pendewasaan Terbatas
 Pasal 426 KUHPer 18 tahun diajukan ke PN
 Pendewasaan Penuh/ Sempurna
 Pasal 420-421 KUHPer 20 tahun Presiden
berdasarkan pertimbangan Mahkamah Agung
Subjek Hukum: Badan Hukum
 Badan hukum (rechtperson) merupakan organisasi
atau kelompok manusia yang memiliki tujuan
tertentu yang dapat menyandang hak dan
kewajiban, sehingga badan hukum dapat
melakukan perbuatan sebagaimana halnya
manusia
 Menurut beberapa ahli:
 Subekti: suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-
hak dan melakukan perbuatan seperti manusia serta memiliki
kekayaan sendiri dapat digugat atau menggugat di depan hakim
 Utrecht: badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang)
menjadi pendukung hak. Badan hukum adalah setiap pendukung
hak yang tidak berjiwa atau lebih tepat yang bukan manusia
 Wirjono Prodjodikoro: badan yang disamping manusia
perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam hukum dan
yang mempunyai hak-hak, kewajiban2, dan hubungan hukum
terhadap manusia atau badan lain.
 Salim HS, Kumpulan orang-orang yang
mempunyai tujuan tertentu, harta kekayaan, serta
hak dan kewajiban,.
 Sri Soedwi Maschoen Sofwan, badan hukum
adalah kumpulan dari orang-orang yang bersama-
sama mendirikan suatu badan dan kumpulan harta
kekayan, yang disendirikan untuk tujuan tertentu
Klasifikasi Badan Hukum
 Pasal1653 KUHperdt, ada 3 macam badan hukum
berdasarkan eksistensinya:
 Badan Hukum yang dibentuk oleh pemerintah,
seperti badan pemerintahan, perusahaan negara.
 Badan Hukum yang diakui oleh pemerintah seperti
Perseroan Terbatas, Koperasi.
 Badan Hukum yang diperbolehkan atau badan
hukum untuk tujuan tertentu seperti yayasan.
 Berdasarkan
wewenang yang diberikan kepada
Badan Hukum, dapat diklasifikasikan:
 Badan Hukum Publik, badan hukum yang didirikan
oleh pemerintah dan diberi wewenang menurut
hukum publik.
 Badan Hukum Privat, badan hukum yang bukan
didirikan oleh pemerintah. Badan Hukum ini
merupakan badan hukum swasta yang didirikan oleh
individu-individu untuk tujuan tertentu dan sesuai
menurut hukum yang sah.
 Suatu badan dapat dikategorikan sebagai badan hukum,
apabila memenuhi persyaratan materiel dan formal sbb:
 Syarat materiel:
 Adanya harta kekayaan yang terpisah dari pendiri badan tersebut
 Adanya kepentingan yang menjadi tujuan bersama
 Adanya beberapa orang sebagai pengurus badan hukum
 Syarat formal: pengakuan dari negara
HUKUM
KELUARGA DAN
PERKAWINAN
Oleh: Musrifah, SH., MH
Hukum Perdata
DEFENISI PERKAWINAN
 Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk
membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhan YME, yang harus dilaksanakan
sesuai agamanya masing-masing, dan harus dicatat menurut
peraturan perundang-undangan yg berlaku. (Pasal 1 dan 2 UU
No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)
 Hukum positif terkait perkawinan di Indonesia adlh UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan jo UU No. 16 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
ASAS-ASAS HUKUM PERKAWINAN
 Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal
 Perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masing-
masing.
 Pada prinsipnya berlaku asas monogami. Namun dalam keadaan tertentu
monogami boleh disimpangi dengan alasan yang diatur dalam UUP.
 Untuk boleh melakukan perkawinan, undang-undang mensyaratkan
kematangan jiwa dan raga dari calon mempelai. Karenanya uu memberikan
batasan usia kawin, yakni baik laki-laki maupun wanita apabila telah
berusia 19 tahun (UU Perubahan)
 Perceraian dipersulit, karena undang-undang menganggap bahwa tujuan
perkawinan bukan untuk bercerai, tetapi untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal abadi
 Berlaku prinsip emansipasi antara suami dan isteri, sehingga kedudukan
suami maupun isteri adalah seimbah baik dalam rumah tangga maupun
dalam masyarakat
SYARAT-SYARAT SAH PERKAWINAN
 Pada prinsipnya seseorang tidak boleh melangsungkan perkawinan
jika agama dan kepercayaan yang dianutnya melarang perkawinan
tersebut, kecuali jika ditentukan lain oleh undang-undang yg
berlaku.
 Perkawinan haruslah dilakukan atas dasar persetujuan masing-
masing calon mempelai.
 Calon suami maupun isteri telah berusia 19 tahun (UU No. 16
Tahun 2019 Tentang Perubahan UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan)
 Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak yang
melangsungkan perkawinan belum berumur 21 thn, maka terhadap
perkawinan tersebut haruslah mendapat izin dari pihak kedua orang
tua dari pihak yang masih berada di bawah umur 21 thn tersebut.
 Satu orang laki-laki hanya dapat melangsungkan
perkawinan dengan satu orang wanita saja, kecuali
memenuhi syarat, alasan dan prosedur untuk
beristri lebih dari satu (poligami).
 Perkawinan tidak boleh dilakukan dengan pihak-
pihak yang dilarang oleh undang-undang.
 Laki-laki hanya dapat melangsungkan perkawinan
dengan wanita saja, begitu sebaliknya. Perkawinan
sejenis kelami dilarang oleh hukum
 Wanita yang perkawinannya putus, maka dia tidak
boleh kawin lagi sebelum berlalunya masa tunggu.
PENCEGAHAN PERKAWINAN
 Merupakan upaya untuk menghalangi terjadinya
perkawinan antara calon pasangan suami-isteri yang
tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan
perkawinan.
 Pencegahan juga dapat dilakukan terhadap perkawinan
yang salah satu pihaknya berada dalam pengampuan.
 Pencegahan perkawinan dapat juga dilakukan dalam
hal salah satu dari kedua belah pihak masih terikat
dalam suatu perkawinan.
 BerdasarkanPasal 14 UU No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, yang dapat mengajukan
pencegahan perkawinan
 Keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke bawah
 Wali Nikah
 Pengampu
 Pihak yang berkepentingan
 Pencegahanperkawinan diajukan ke pengadilan
dalam daerah hukum dimana perkawinan akan
dilangsungkan.
PEMBATALAN
PERKAWINAN
 Upaya untuk membatalkan suatu perkawinan yang
tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan
perkawinan
 Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan:
 Keluarga dalam garis keturunan ke atas dari suami
atau isteri
 Suami atau isteri
 Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan
belum diputuskan
Perkawinan dapat dibatalkan dengan alasan-alasan:
 Salah satu dari pasangan suami atau isteri ternayta
masih terikat dalam suatu perkawinan yang sah.
 Perkawinan ternyata dilakukab dihadapan pegawai
pencatat perkawinan yang tidak berwenang, wali
nikah yang tidak sah, atau perkawinan yang tidak
dihadiri dua orang saksi
 Perkawinan yang dilaksanakan dengan adanya
unsur paksaan
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI
 Suami maupun isteri mempunyai hak, kewajiban, dan
kedudukan hukum yang seimbang dengan isterinya.
 Suami maupun isteri cakap berbuat, artinya dia
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan
hukum
 Suami mempunyai kedudukan hukum sebagai kepala
rumah tangga dan isteri sebagai ibu rumah tangga. Oleh
karena itu suami wajib melindungi isterinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya, dan isteri wajib
mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
 Suami bersama-sama dengan isteri berwenang
untuk menentukan tempat kedudukan bersama.
 Suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir
bathin yang satu kepada yang lain.
 Suami maupun isteri berwenang untuk
mengajukan gugatan cerai apabila salah satu pihak
melalaikan kewajibannya.
HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA ORANG TUA DAN ANAK
 Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anaknya
 Anak wajib menghormati dan mentaati orang tua
 Anak yang sudah dewasa wajib memelihara orang tua dalam garis
lurus ke atas jika orang tua memerlukannya
 Anak yang belum dewasa berhak untuk diwakili oleh orang tunanya
untuk melakukan perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan
 Anak yang belum dewasa berhak untuk tinggal dalam kekuasaan
orang tuanya selama kekuasaan orang tuanya belum dicabut
 Orang tua berkewajiban untuk tidak memindahkan hak atau
menggadaikan barang-barang tidak bergerak milik anaknya yang
belum dewasa, kecuali apabila kepentingan anak menghendakinya.
HARTA BENDA DALAM PERKAWINAN
 Harta benda yang diperoleh selama perkawinan
menjadi harta bersama
 Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai
hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak
menentukan lain.
 Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak
 Mengenai harta bawaan masing-masing, suami isteri
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
PUTUSNYA PERKAWINAN

 Perkawinan dapat putus karena:


 Kematian
 Perceraian
 Keputusan Pengadilan
 Perceraian hanya dapat dilakukan di depan pengadilan melalui
suatu gugatan perceraian.
 Pertama-tama pengadilan akan berusaha mendamaikan di antara
suami dan isteri yang akan bercerai tsb.
 Apabila tidak berhasil, maka para pihak diperkenankan untuk
bercerai setelah cukup alasan bahwa antar suami dan isteri
tersebut tidak akan dapat hidup secara rukun sbg suami dan isteri.
 Suatu perceraian mempunyai akibat-akibat:
 Baik ayah atau ibu berkewajiban untuk memelihara
dan mendidik anak-anaknya
 Ayah secara hukum berkewajiban untuk membiayai
(memberikan nafkah) anaknya
 Jika dalam kenyataannya ayah tidak dapat memenuhi
kewajiban nafkah tersebut, pengadilan dapat
menentukan bahwa ibu juga ikut memikul kewajiban
nafkah tersebut
 Pengadilan juga dapat mewajibkan bekas suami
untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau
menentukan suatu kewajiban kepada bekas isteri.
HUKUM
WARIS

Oleh: Musrifah, SH., MH


Hukum Perdata
PENGERTIAN HUKUM
WARIS
 Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
kepemilikan harta peninggalan pewaris, menentukan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
bagian masing-masing.
 Peralihan harta orang yang sudah meninggal dunia
kepada yang masih hidup.
 Seperangkat kaidah hukum yang mengatur tentang
berpindahnya hak atas barang-barang warisan yang
dimiliki oleh orang yang telah meninggal dunia
(pewaris) kepada orang yang masih hidup (ahli waris)
UNSUR-UNSUR WARIS
 Adanya orang yang telah meninggal dunia
(erflater/pewaris).
 Adanya harta yang ditinggalkan
(erfenis/malwaris).
 Adanya ahli waris (erfgenaam).
HUKUM WARIS BERDASARKAN KUH PERDATA

 Ada dua cari mewarisi:


 Ab intestasto (ahli waris berdasarkan hubungan darah)
 Testamentair (ahli waris berdasarkan surat wasiat)
 Ahli waris ab intestato:
 Golongan I, anak-anak beserta keturunannya, suami atau
isteri yang hidup terlama.
 Golongan II, orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan.
 Golongan III, keluarga sedarah dalam garis lurus keatas,
kakek nenek.
 Golongan IV, keluarga sedarah lainnya dalam garis
menyamping, paman bibi.
 Pewarisan berdasarkan wasiat (testamentair)
 Sebuah akta yang berisi pernyataan seseorang
tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia
meninggal dunia, yang dapat dicabut kembali.
 Testament berisi penunjukkan seseorang atau
beberapa orang untuk menjadi ahli waris yang akan
mendapat seluruh atau sebagian dari warisan.
YANG TIDAK BERHAK MEWARISI
 Mereka yang dihukum karena telah melakukan
pembunuhan atau mencoba membunuh pewaris.
 Mereka yang dengan putusan hakim dipersalahkan
karena melakukan fitnah bahwa pewaris telah melakukan
perbuatan pidana yang terancam dengan hukuman
penjara min 5 tahun.
 Mereka yang telah mencegah (dengan kekerasan) pewaris
untuk membuat surat wasiat atau mencabut surat wasiat.
 Mereka yang telah menggelapkan, merusak, atau
memalsukan surat wasiat dari pewaris.
HUKUM WARIS BERDASARKAN HUKUM
ISLAM
 Dalam hukum Islam, adanya hubungan kewarisan
karena dua faktor, hubungan darah dan hubungan
perkawinan.
 Faktor penghalang kewarisan, pembunuhan yang
dilakukan terhadap pewaris, dan berbeda agama di
antara ahli waris dan pewaris.
 Dilihatdari bagian yang diterima, atau berhak atau
tidaknya mereka meneriman warisan, ahli waris
dibedakan menjadi tiga:
 Ahli waris dzawu al-furudh, yakni ahli waris yang
mendapatkan bagian yang pasti/telah ditentukan
bagiannya.
 Ahli waris ashabah, yakni ahli waris yang menerima
sisa setelah dikeluarkan bagian untuk dzawu al-
furudh.
 Penghalang mewarisi
 Pembunuhan, yang dilakukan ahli waris terdahp
pewarisnya menyebabkan ia terhalang mewarisi.
 Beda agama, yang dimaksud beda agama disini
adalah antara orang Islam dan non-Islam.
 Keutamaan dalam mewarisi
 Hukum Islam mengakui adanya prinsip keutamaan
dalam kekerabatan.
 Keutamaan dapat disebabkan oleh jarak hubungan
antara ahli waris dengan pewaris.
 Adanya prinsip keutamaan terhadap hak kewarisan
menyebabkan pihak kerabat tertentu tertutup (hijab).
Hijab berarti tertutupnya seseorang yang berhak
menjadi ahli waris disebabkan oleh ahli waris lain
yang lebih utama darinya.
 Hijab terdiri dari dua macam
 Hijab hirman, terturupnya seseorang ahli waris untuk
menerima hak kewarisan secara penuh, dalam arti
tidak memperoleh sesuatu pun, exp: cucu ditutup
hirman oleh anak laki-laki.
 Hijab nuqshan, berkurangnya bagian (harta) yang
seharusnya diperoleh ahli waris disebabkan adanya
ahli waris lain, exp: anak atau cucu mengurangi hak
ibu dari sepertiga menjadi seperenam
WARISAN ANAK LUAR KAWIN, ANAK ANGKAT DAN ANAK LAIN IBU/AYAH

 Anak sah
 Anak angkat
 Anak luar kaiwn yang diakui
 Anak luar kawin yang tidak diakui
 Anak zina
 Anak sumbang
 Anak seayah/seibu (anak tiri)
HUKUM
BENDA
Oleh: Musrifah, SH., MH
Hukum Perdata
Defenisi Benda (ZAAK)
 Segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang
 Setiap barang atau setiap hak yang dapat menjadi
objek kepemilikan, termasuk setiap apa yg
melekat terhadap barang tsbt
 Pasal 499 KUHPerdt, segala sesuatu yg dapat
menjadi obyek hak milik
Defenisi Hukum Benda (Zakenrecht)

 Semua kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan


dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.
(Soediman Kartohadiprojo)
 Peraturan mengenai hak-hak kebendaan (Apeldoorn)
 Mengatur pengertian benda, pembedaan macam-macam
benda, , dan yang paling utama mengatur mengenai
macam-macam hak kebendaan. (Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan)
 Hukum Benda, seperangkat kaidah hukum yang
mengatur tentang benda dengan segala aspeknya.
Sistem Hukum Benda

 Sistem tertutup, artinya orang tidak dapat


mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang
sudah ditetapkan oleh undang-undnag.
 Hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas
pada yang sudah ditetapkan undang-undang saja.
Macam-Macam Benda
 Benda bergerak dan tidak bergerak
 Benda berwujud dan tidak berwujud
 Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
 Barang yang dapat dipakai habis dan tidak dapat
dipakai habis
Hak Kebendaan
 Hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu
memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda
dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
 Hak kebendaan :
 Hak menikmati (hak milik, hak bezit, hak pakai, dll)
 Hak yang memberi jaminan (gadai, fidusia, hipotek,
hak tanggungan)
HUKUM
PERIKATAN
Oleh: Musrifah, SH., MH
Hukum Perdata
Konsep Hukum Perikatan
 Perikatan dalam bahasa Belanda disebut
‘Verbintenis’
 Hubungan hukum antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi
dan pihak lain berkewajiban memenuhi prestasi
 Perikatan/ hubungan hukum bersumber dari dua
hal:
oPerikatan yang lahir dari undang-undang
(Pasal 1352 KUHPerdata)
oPerikatan yang lahir dari perjanjian (Pasal
1313 KUHPerdata)
 Perikatan yang lahir dari undang-undang
 Perikatan yang lahir dari undang-undang saja
 Perikatan yang dari undang-undang karena
perbuatan manusia
 Perbuatan diperbolehkan (zaakwarneming)
 Perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad)
 Perjanjian adlh suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih (Pasal 1313
KUHPerdata)
 Perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum
dimana seorang berjanji kepada orang lain atau
dua orang saling berjanji untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu
Syarat Sahnya Perjanjian
 Pasal 1320 KUHPerdt:
 Kesepakatan
 Kecakapan
 Perihal Tertentu
 Causa yang Halal
Prestasi dan Wanprestasi
 Prestasi, pelaksanaan hal-hal yang telah
diperjanjikan oleh kedua belah pihak.
 Prestasi berupa (Pasal 1234 KUHperdt):
 Memberikan sesuatu
 Berbuat sesuatu
 Tidak berbuat sesuatu
 Wanprestasi (wanprestatie), wan berarti
buruk/jelek, prestatie berarti kewajiban yang harus
dipenuhi oleh debitor dalam perjanjian.
 Wanprestasi, tidak memenuhi kewajiban yg telah
ditetapkan dalam perjanjian.
 Wanprestasi berupa:
 Tidak memenuhi prestasi
 Tidak sempurna memenuhi prestasi
 Terlambat memenuhi prestasi

Anda mungkin juga menyukai