Anda di halaman 1dari 2

Hak dan kewajiban antara suami istri

Perkawinan merupakan suatu perjanjian antara suami dan istri untuk menempuh
kehidupan rumah tangga. Sebagai hubungan hukum, perkawinan menimbulkan hak dan
kewajiban antara suami dan istri dalam kehidupan berkeluarga. Hak dan kewajiban suami-istri
diatur dalam pasal 30-34 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Bab 6
tentang Hak dan Kewajiban Suami istri.
Pada dasarnya, dalam kehidupan berumah tangga, hak dan kewajiban masing-masing
pihak yaitu suami dan istri, kedudukannya adalah seimbang. Kedudukan suami adalah sebagai
kepala keluarga atau kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga. Masing-masing
pihak berhak melakukan perbuatan hukum. Untuk membangun kehidupan rumah tangga yang
aman dan sejahtera, suami-istri harus saling mencintai, menghormati, dan setia satu sama lain.
Suami dan istri juga harus memiliki tempat kediaman yang tetap yang ditentukan oleh
kesepakatan bersama.
Suami berkewajiban untuk melindungi istrinya dan memenuhi segala keperluan istrinya
atau keperluan berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Begitu juga dengan istri,
berkewajiban untuk mengatur urusan rumah tangga dengan baik. Jika suami atau istri melalaikan
kewajibannya dalam berumah tangga, masing-masing pihak dapat mengajukan gugatan kepada
pengadilan.

Keturunan
Keturunan yang dimaksud dalam hal ini adalah anak dari hasil perkawinan antara suami
dan istri. Sama halnya dengan suami-istri yang mempunyai hak dan kewajiban, antara anak dan
orang tuanya juga mempunyai hak dan kewajiban. Anak mempunyai hak untuk disayangi,
dipelihara, dan dididik oleh orang tuanya sampai mereka dewasa dan bisa menghidupi dirinya
sendiri. Bila sudah dewasa, seorang anak pun wajib menghormati dan menaati orang tuanya dan
wajib memelihara atau merawat orang tuanya.
Masalah keturunan dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
menggaris bawahi tentang asal usul anak, bahwa asal usul anak hanya dapat dibuktikan dengan
akta kelahiran yang asli, atau dikeluarkan langsung dari lembaga yang berwenang. Anak yang
dilahirkan dalam perkawinan adalah anak yang sah, sehingga dalam mengurus atau mendapatkan
akta kelahiran tidaklah sulit. Namun, bagi anak yang dilahirkan diluar dari perkawinan/tidak sah,
untuk mencari tahu mengenai asal usul anak tersebut harus melalui putusan pengadilan, dan
permohonan asal usul anak juga belum pasti dikabulkan oleh pengadilan atau tidak. Anak yang
dilahirkan dari luar perkawinan pun hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
kerabat ibunya saja.

Anda mungkin juga menyukai