Anda di halaman 1dari 20

Dr. Hj. YETI KURNIATI, S.H.

“HUKUM M.H.
DEVI ELORA, S.H., M.Kn.

KELUARGA” Universitas Langlangbuana

HUKUM PERDATA
PENGERTIAN HUKUM KELUARGA
❏ Menurut Salim HS, 
 Hukum Keluarga adalah keseluruhan dari kaidah (norma) hukum (baik
tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur mengenai hubungan hukum
atas pernikahan, perceraian, harta benda di dalam pernikahan, kekuasaan
orang tua, perwalian dan pengampuan.
 Terdapat 2 (dua) hal yang termuat dalam definisi menurut Salim ini, yaitu
kaidah hukum dan substansi (ruang lingkup) hukum.
 Kaidah hukum ini meliputi hukum keluarga tertulis dan hukum keluarga
tidak tertulis. Hukum keluarga tertulis adalah kaidah (norma) hukum yang
bersumber dari UU, Traktat dan yurisprudensi.
 Hukum keluarga tidak tertulis ialah kaidah (norma) hukum keluarga yang
timbul, tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat.
PENGERTIAN HUKUM KELUARGA
❏ Menurut Tahir Mahmoud
 Hukum Keluarga adalah prinsip-prinsip hukum yang diterapkan atas dasar
ketaatan beragama, berkaitan dengan hal-hal yang secara umum diyakini memiliki
aspek religius menyangkut peraturan keluarga, pernikahan, perceraian, hubungan di
dalam keluarga, kewajiban di dalam rumah tangga, pemberian mas kawin, warisan,
perwalian dan lain-lain.
 Definisi hukum keluarga yang diungkapkan oleh Tahir ini pada dasarnya mengkaji
dari 2 (dua) sisi, yaitu mengenai prinsip hukum dan ruang lingkup hukumnya.
 Prinsip hukum ini berdasarkan pada ketaatan beragama, sedangkan ruang lingkup
kajian hukum keluarga ini meliputi peraturan keluarga, kewajiban di dalam rumah
tangga, pemberian mas kawin, warisan, perwalian dan lain sebagainya.
 Definisi yang diungkapkan oleh Tahir ini terlalu luas, karena mencakup warisan
yang di dalam hukum perdata merupakan bagian dari hukum benda.
PENGERTIAN HUKUM KELUARGA
❏ Menurut Ali Afandi
 Hukum Keluarga adalah keseluruhan ketentuan mengenai hubungan hukum
seseorang dengan kekeluargaan sedarah, dan kekeluargaan karena perkawinan
(perkawinan, kekuasaan orang tua, pengampuan, perwalian, keadaan tidak
hadir).
 Dari pandangan Ali Afandi ini, terdapat 2 (dua) konsepsi yaitu hukum keluarga
mengatur hubungan yang berkaitan dengan kekeluargaan sedarah dan
kekeluargaan karena pernikahan.
 Kekeluargaan sedarah merupakan pertalian keluarga yang terdapat di antara
beberapa orang yang memiliki keluhuran yang sama.
 Sedangkan kekeluargaan karena pernikahan ini merupakan pertalian keluarga
akibat pernikahan antara seseorang dengan keluarga sedarah dari isteri
(suaminya).
PENGERTIAN HUKUM KELUARGA
Berdasarkan definisi hukum keluarga yang diungkapkan
oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Hukum Keluarga pada dasarnya merupakan
keseluruhan dari kaidah (norma) hukum; baik itu tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan hukum
yang timbul dari ikatan keluarga yang meliputi antara
lain :
1. Peraturan perkawinan dengan segala hal yang lahir
dari perkawinan.
2. Peraturan mengenai perceraian.
3. Peraturan mengenai kedudukan anak.
4. Peraturan mengenai pengampuan (curatele).
PENGERTIAN HUKUM KELUARGA
Berdasarkan definisi hukum keluarga yang diungkapkan
oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Hukum Keluarga pada dasarnya merupakan
keseluruhan dari kaidah (norma) hukum; baik itu tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan hukum
yang timbul dari ikatan keluarga yang meliputi antara
lain :
1. Peraturan perkawinan dengan segala hal yang lahir
dari perkawinan.
2. Peraturan mengenai perceraian.
3. Peraturan mengenai kedudukan anak.
4. Peraturan mengenai pengampuan (curatele).
DASAR HUKUM
1. Perkawinan Pada mulanya diatur dalam Bab IV
sampai dengan Bab IX, Buku I KUHPer.
Termasuk di dalamnya hukum tentang harta benda
perkawinan (yaitu hubungan harta benda antara
suami istri), karena hubungan hukum harta benda
antara suami istri bersumber pada perkawinan.
Ketentuan hak-hal tersebut telah diubah dengan
adanya Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Perkawinan juncto UU Nomor 16 Tahun
2019 tentang Perubahan atas UU No. 1 tahun 1974
tentang Perkawinan, yang bersifat nasional sebagai
pengganti Hukum Perkawinan yang bersumber dari
Hukum Barat.
DASAR HUKUM
2. Kekuasaan orang tua yaitu hubungan hukum antara orang tua dan
anak mereka, baik yang sah maupun yang disahkan (Bab XII, Buku I
KUHPer).
3. Perwalian yaitu hubungan hukum antara si wali dan anak yang
berada di bawah perwaliannya (Bab XV, Buku I KUHPer).
4. Pengampuan (Curatele) yaitu hubungan hukum antara kurator
dan orang yang berada dibawah pengampuannya (kuradus) (Bab
XVII, Buku I KUHPer).
Sedangkan Hukum Waris mengatur pemindahtanganan harta benda
seseorang setelah ia meninggal dunia. Dengan begitu sebenarnya
Hukum Waris ini merupakan bagian dari Hukum Harta Benda. Akan
tetapi sebaliknya Hukum Waris mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan Hukum Keluarga, dimana bila kita lihat dari sudut
pandang yang berhak mewarisi harta benda yang meninggal
(almarhum) adalah keluarganya.
Oleh karena itu Hukum Waris mempunyai hubungan erat dengan
Hukum Harta Benda dan Hukum Keluarga, maka Hukum Waris
KELUARGA SEDARAH
❏ Keluarga sedarah adalah pertalian kekeluargaan antara
orangorang di mana yang seorang adalah keturunan dan yang
lain atau antara orang-orang yang mempunyai bapak asal yang
sama (Pasal 290 KUH Perdata).
❏ Pertalian keluarga dihitung dengan jumlah kelahiran.
❏ Tiap-tiap kelahiran dinamakan derajat urutan Perderajatan
(Pasal 291 dan Pasal 293 KUH Perdata)
❏ Garis Lurus yang satu adalah keturunan yang lain dan Garis
Menyimpang yang satu adalah bukan keturunan yang lain,
melainkan yang mempunyai nenek moyang yang sama.
KELUARGA SEDARAH
❏ Kekeluargaan dalam garis menyimpang dihitung dengan
menggunakan patokan yang berasal dari leluhur yang sama atau
yang terdekat.
❏ Dua saudara adalah bertalian keluarga dalam derajat kedua.
❏ Paman dan Keponakan adalah bertalian keluarga dalam derajat
ketiga. Antara dua anak saudara adalah bertalian keluarga dalam
derajat keempat (Pasal 294 KUH Perdata).
Contoh hubungan sedarah, yaitu:
1. Sedarah lurus, yaitu: Ayah, ibu, anak kandung
2. Sedarah ke samping, yaitu : Saudara kandung
KELUARGA SEMENDA
❏ Kekeluargaan Semenda adalah pertalian keluarga yang
diakibatkan karena perkawinan. Hubungan antara seseorang di
antara suami istri dengan keluarga sedarah dari yang lain. Tiada
keluarga semenda antara para keluarga sedarah suami dengan
keluarga si istri dan sebaliknya. Perderajatan keluarga semenda
dihitung dengan cara yang sama dengan derajat keluarga
sedarah (Pasal 295 dan Pasal 296 KUH Perdata).
❏ Contoh hubungan keluarga semenda, yaitu :
1. Semenda lurus, yaitu: Mertua, anak tiri
2. Semenda ke samping, yaitu: Saudara Ipar
KEKUASAAN ORANG TUA
(OUDERLIJKE MACHT)
❏ Kekuasaan orang tua adalah kewajiban orang tua untuk
memberi pendidikan dan penghidupan kepada anaknya yang
belum dewasa dan sebaliknya anak-anak dalam umur berapapun
juga wajib menghormati kepada bapak dan ibunya.
❏ Apabila orang tua kehilangan hak untuk memangku kekuasaaan
orang tua atau untuk menjadi wali maka hal ini tidak
membebaskan mereka dari kewajiban memberi tunjangan-
tunjangan dengan keseimbangan sesuai pendapatan mereka
untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak mereka
(Pasal 298 KUH Perdata).
KEKUASAAN ORANG TUA
(OUDERLIJKE MACHT)
❏ Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kekuasaan orang tua adalah:
1. Kekuasaan orang tua ada pada kedua orang tua.
2. Kekuasaan orang tua ada selama perkawinan berlangsung.
3. Kekuasaan orang tua ada pada orang tua selama tidak
dibebaskan atau dicabut/ dipecat dari mereka.
Kekuasaan orang tua di dalam KUH Perdata, terbagi dalam 2 (dua)
bagian, yaitu:
4. Kekuasaan orang tua terhadap diri anak.
5. Kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak.
KEKUASAAN ORANG TUA
(OUDERLIJKE MACHT)
❏ Seorang anak yang sah sampai pada waktu ia mencapai usia dewasa
atau kawin, berada di bawah kekuasaan orang tuanya (ouderlijhe
macht) oleh kedua orang tua bersama, tetapi lazimnya dilakukan oleh
si ayah.
❏ Apabila si ayah tidak mampu untuk memikulnya, misalnya sedang
sakit keras, sakit ingatan, sedang bepergian, dengan tidak ada
ketentuan tentang nasibnya atau sedang berada di bawah pengawasan
(curatele) kekuasaan tersebut dilakukan oleh isterinya.
❏ Kekuasaan orang tua, terutama kewajiban untuk mendidik dan
memelihara anaknya, meliputi pemberian nafkah, pakaian dan
perumahan.
❏ Seorang anak yang masih di bawah umur tidak cakap untuk bertindak
sendiri, sehingga harus diwakili oleh orang tua.
KEKUASAAN ORANG TUA
(OUDERLIJKE MACHT)
❏ Kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak, meliputi:
1. Pengurusan (het beheer)
2. Menikmati hasil (het vrucht genot)
3. Pengurusan harta benda anak bertujuan untuk mewakili anak untuk
melakukan tindakan hukum oleh karena anak itu dianggap tidak cakap (on
bekwaam).
 Seorang pemangku kekuasaan orang tua terhadap anak yang belum dewasa
mempunyai hak mengurus (baheer) atas harta benda anak itu (Pasal 307
KUH Perdata).
 Pemangku kekuasaan orang tua wajib mengurus harta benda naknya dan
harus bertanggung jawab baik atas kepemilikan harta itupun atas hasil
barang-barang yang mana ia perbolehkan menikmatinya. (Pasal 308 KUH
Perdata) dan menurut Pasal 309 KUH Perdata ia tidak memindah tangankan
harta benda anak yang belum dewasa
HAK PENIKMATAN HARTA BENDA
ANAK
❏ Seseorang yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian berhak
menikmati segala hasil harta kekayaan anak-anaknya yang belum dewasa.
Apabila orang tua tersebut dihentikan dari kekuasaan orang tua atau perwalian
maka penikmatan itu beralih kepada orang yang menggantikannya (Pasal 311
KUH Perdata).
❏ Hak penikmatan tersebut adalah meliputi seluruh harta benda si anak, kecuali
(Pasal 313 KUH Perdata) yaitu:
1. barang-barang yang diperoleh sianak dari hasil kerja dan usahanya sendiri.
2. barang-barang yang dihasilkan atau diwariskan dengan ketentuan bahwa si
bapak tidak dapat menikmati hasilnya.
Hak penikmatan berakhir apabila:
3. Matinya sianak (Pasal 314 KUH Perdata)
4. Anak menjadi dewasa
5. Pencabutan kekuasaan orang tua.
BERAKHIRNYA KEKUASAAN ORANG
TUA
❏ Kekuasaan orang tua akan berakhirnya, apabila:
1. Pencabutan/pemecatan (on tzet) atau pembebasan (on heven) kekuasaan
orang tua.
2. Anak menjadi dewasa (meerderjaring).
3. Perkawinan bubar.
4. Matinya si anak.
 Pencabutan atau pemecatan kekuasaan orang tua berdasarkan alasan tidak
cakap (ongeschikt) atau tidak mampu (oumachlig) untuk melakukan
kewajiban memelihara dan mendidik anaknya.
 Seorang ayah atau ibu mempunyai sifat-sifat yang menyebabkan ia tidak
lagi dapat dianggap cakap untuk melakukan kekuasaan orang tua. Dalam
hal ini hanya dapat dimintakan oleh Dewan Perwalian (Voogdijraad) atau
Kejaksaan dan tidak dapat dipaksakan jika si ayah atau ibu itu melawannya.
BERAKHIRNYA KEKUASAAN ORANG
TUA
❏ Selanjutnya dapat juga dimintakan pada hakim supaya orang tua itu dicabut
kekuasaannya (ontzet), berdasarkan alasan-alasan yang ditentukan oleh
undang-undang, antara lain jika:
1. orang tua itu salah mempergunakan atau sangat melalaikan kewajibannya
sebagai orang tua,
2. berkelakuan buruk,
3. dihukum karena sesuatu kejahatan yang ia lakukan bersama-sama dengan
anaknya atau dihukum penjara selama duan tahun atau lebih.
 Pencabutan kekuasaan (ontzetting) dapat dimintakan oleh si isteri terhadap
suaminya atau sebaliknya, dan dapat pula dimintakan oleh anggota-anggota
keluarga yang terdekat, Dewan Perwalian (Voogdijraad) atau Kejaksaaan.
 Akibat pencabutan kekuasaan orang tua ialah orang tua kehilangan
kekuasaan atas anaknya, anak ditaruh dibawah perwalian, kekuasaan orang
tua akan timbul lagi, apabila alasan pencabutan sudah hilang atau lenyap.
PERTEMUAN KE 6
Pelajari mengenai:
1. Perwalian
2. Pendewasaan
3. Pengampuan
TERIMA KASIH

Belajar Hukum itu


MENYENANGKAN

Anda mungkin juga menyukai