2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan
1
Prof. Dr, Jamaliddin, Sh, M.Hum dan Nanda Amalia, SH, M.Hum, BUKU AJAR HUKUM
PERKAWINAN, (Lhokseumawe: UNIMAL PRESS, januari 2016), hlm. 18
Hukum yang mengatur hal tentang benda atau kekayaan
seseorang jika ada yang meninggal.
Sejarah Lahirnya Hukum Perdata Islam Di Indonesia ini ada dua yaitu:
Kedua, hukum perdata untuk golongan warga negara bukan asli yang
berasal dari Tionghoa dan Eropa berlaku Burgerlijk Wetboek (KUHPerdata).
3
Dr. H. A. Khumedi Ja’far, S.Ag., M.H., Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga
dan Bisnis, (Surabaya: Gemilang Publisher, 2019), hlm. 6-25
Ordonansi voor de Christens Indonesiers) Staatsblaad 1933 No.74, Peraturan
Perkawinan Campuran, Staatsblaad 1898 No.158. Sebelum penjajahan
Belanda datang ke Nusantara, masyarakat islam di Nusantara sudah berlaku
Hukum Islam.4 Hukum Keluarga yang berlaku di Hindia-Belanda telah
mengakui nilai-nilai Islam yang kemudian diadopsi dalam perundang-
undangan Hindia Belanda.
4
Prof. Dr, Jamaliddin, Sh, M.Hum dan Nanda Amalia, SH, M.Hum, BUKU AJAR HUKUM
PERKAWINAN, (Lhokseumawe: UNIMAL PRESS, januari 2016), hlm. 27
5
Ibid, hlm. 28
Satu tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 22
November di undangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang
Nikah, Talak dan Rujuk sebagi dasar Hukum Keluarga Islam. Setelah
diundangkannya Unndang-Undang Nomor 22 Tahun 1946, segera diambil
keputusan dengan memisahkan urusan pendaftaran pernikahan, talak dan
rujuk dan peradilan agama. Karna UU (UU Nomor 22 Thun 1946) tersebut
hanya berlaku untuk di Jawa dan Madura, sehingga diperlukannya hukum
yang berlaku secara nasional. Pada tanggal 26 Oktober 1954 dikeluarkan
peraturan Penetapan berlakunya UU Nomor 1946 tentang pencatatan Nikah,
Talak dan Rujuk di seluruh daerah luar Jawa dan Madura.6
9
Dr. H. A. Khumedi Ja’far, S.Ag., M.H., Hukum Perdata Islam di Indonesia: Aspek Hukum Keluarga
dan Bisnis, (Surabaya: Gemilang Publisher, 2019), hlm. 26
orang yang bersangkutan (sebagi suami-istri), melainkan
merupakan kepentingan seluruh keluarga dan masyarakat adatpun
ikut berkepentingan dalam soal perkawinan itu. Tujuan dari
perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan,
hal ini tergantung pada lingkungan masyarakat adat yang
bersangkutan10.
10
Ibid, hlm. 32
termuat di Staatsblad 1896 Nomor 158 dan telah mengalami
perubahan.11
11
Ibid, hlm. 33
12
Ibid, hlm.35-36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA