ABSTRACT
This article discussses the industialization proces in the Pasuruan Regency, especially Pasuruan Industrial
Estate Rembang (PIER). The main issues to be dealt with here are the history of PIER, its conditions during the
period of 1992-2007 and the impact of PIER on the regency government and local society. Data which are
consulted to support the argument of the article include books, research reports, field survey data, and
interviews. The results of the data analysis show that the establishment of PIER bring positive impacts both on
the society and the local government. For the society, the positive impact took the form of new economic
centers, employment opportunities and urban development. For the Local government, the establishment of
PIER provided a source of income coming from taxes and other forms of revenues.
ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang proses industrialisasi di Kabupaten Pasuruan, utamanya Pasuruan Industrial Estate
Rembang (PIER). Permasalahan yang dikaji dalam artikel ini adalah sejarah berdirinya kawasan industri PIER,
bagaimana kondisi kawasan PIER dari tahun 1992-2007 dan dampak adanya industri PIER terhadap masyarakat
dan Pemda. Data yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah data-data hasil studi pustaka berupa buku,
laporan, terbitan khusus, survey lapangan, dan wawancara. Adapun hasil dari analisis data adalah kenyataan
bahwa keberadaan kawasan industri PIER berdampak positif baik terhadap masyarakat sekitar kawasan PIER
khususnya maupun masyarakat Pasuruan pada umumnya serta terhadap Pemerintah daerah setempat. Dampak
terhadap masyarakat adalah munculnya pusat-pusat ekonomi baru, terserapnya tenaga kerja dan perkembangan
kota. Sementara dampak bagi Pemerintah daerah adalah peningkatan PAD, baik dari sektor pajak maupun sektor
yang lain.
1. Pendahuluan
Secara umum sejak dulu Indonesia Indonesia berkembang pesat (Burger, 1975: 123).
tergolong negara agraris, namun demikian Sayangnya kemajuan sektor industri ini tidak
Indonesia juga memperhatikan sektor industri. dilanjutkan ketika Indonesia merdeka. Hal ini
Pengembangan industri pada zaman kolonial tidak berlangsung sampai tahun 1960-an karena
lepas dari kebijakan pemerintah kolonial untuk pemimpin disibukkan oleh masalah politik. Sektor
mendorong perkembangan industri di Hindia industri baru diperhatikan lagi ketika masa
Belanda.(Both, 1987: 7) Dalam rangka menunjang pemerintahan Orde Baru. Kebijakan tentang
kebijakan tersebut pemerintah menyediakan industri bahkan ditetapkan dalam GBHN dan
kredit, informasi mengenai pasar, penyuluhan dan dirumuskan setiap 5 tahun sekali oleh Majelis
bantuan teknis pada industri kecil untuk mencegah Permusyawaratan Rakyat (MPR).
persaingan domestik (Thee, 1994:13). Akibatnya Laju perkembangan ekonomi Indonesia
pada dasawarsa 1930-an sektor industri modern di bangkit pada dasawarsa tahun 1980-an. Hal itu
kawasan industri PIER didasarkan pada peta berpikiran bahwa adanya industri di wilayah
peruntukan lahan yang sudah tertulis di Dinas Tata mereka hanya akan dapat mencemari lingkungan,
Ruang (Wawancara dengan Sudarto 22 Juli 2013, namun setelah dibangun kawasan industri PIER
di Pasuruan). PIER bukan hanya sekedar kawasan dan melihat perkembangannya maka mereka
industri biasa, karena di dalamnya terdapat mulai merasakan kontribusi keberadaan PIER
kawasan berikat (SIER, 3). terhadap kehidupan mereka. Salah satu
Industri pertama yang berdiri di kawasan kontribusinya adalah terserapnya tenaga kerja.
PIER adalah PT Welcome Nusantara. Industri ini Hal ini bisa dilihat bahwa, setelah pengembangan
beroperasi sejak tahun 1993. Setelah itu mulailah PIER berjalan 5 tahun. Mereka sudah bisa
bermunculan pengusaha-pengusaha yang menerima kebijakan pengembangan kawasan
menanamkan modalnya di kawasan industri PIER. industri meskipun mereka harus kehilangan tanah
Pembukaan kawasan PIER menimbulkan yang sebenarnya merupakan gantungan hidup
berbagai reaksi dari masyarakat sekitar lokasi. mereka. Mereka bahkan berusaha beradaptasi
Mereka ada yang pro dan ada yang kontra. dengan keberadaan industri tersebut
Kelompok masyarakat yang kontra pada umumnya (Purwowibowo, 2004: 36-42).
adalah para petani yang terkena dampak langsung Kawasan industri PIER jika dilihat dari
oleh pendirian kawasan PIER. Mereka menolak pengusaha yang menanamkan modalnya,
pendirian kawasan industri ini dengan alasan didominasi oleh pengusaha dari Jepang. Hal ini
selain karena mereka kehilangan lahan pertanian terkait dengan kesan dan anggapan mereka bahwa
yang selama ini merupakan sumber ekonomi selain letak Pasuruan yang sangat strategis, dan
keluarga mereka, mereka juga mengkhawatirkan aman, wilayah ini dilalui oleh jalan tol, berdekatan
terjadinya dampak lain, misalnya polusi atau dengan Surabaya, juga fasilitas yang tersedia
mungkin kawatir adanya limbah dari industri dalam kawasan industri PIER, misalnya
tersebut. Wujud dari penolakan tersebut adalah tersedianya pusat pengolahan air limbah,
perlawanan terhadap pembukaan kawasan industri pembuangan sampah, keamanan, pemadam
ketika kawasan ini dibuka pada tahun 1992. kebakaran, PLN, gas, jaringan telepon, bank,
Mereka mengadakan demo besar-besaran menolak masjid, kontraktor, serta fasilitas olahraga yang
pembangunan kawasan industri, atau sabotase. berupa lapangan tenis, lapangan sepak bola dan
Akibat dari aksi-aksi yang mereka lakukan club house. Pusat pengolahan air limbah letaknya
kawasan tersebut menjadi tidak aman. di sebelah kiri double way.
Demonstrasi dan sabotase ini tidak ditanggapi Kawasan industri PIER Rembang dibuka
secara serius oleh pemerintah maupun mulai tahun 1992. Industri pertama yang
pengembang. Hal ini terbukti, meskipun mereka bergabung dalam kawasan ini adalah PT Welcome
menolak pembangunan tetapi diteruskan Nusantara yang memproduksi plastik. Industri ini
(Purwowibowo, 2004: 35). milik pengusaha dari Hong Kong dan mulai
Pemerintah maupun pengembang berproduksi pada tahun 1993. Seperti sudah
berkeyakinan bahwa penolakan mereka hanya dijelaskan dalam uraian sebelumnya bahwa
bersifat sementara dan masyarakat yang pengembangan kawasan PIER menggunakan
mendukung lebih banyak dibanding yang tanah dari beberapa desa yang letaknya tepat
menolak. Hal ini terbukti dengan adanya dengan rencana pembangunan kawasan industri
masyarakat sekitar kawasan PIER yang berusaha tersebut. Letak geografis dari masing-masing desa
menerima adanya pendirian kawasan tersebut. tersebut bisa dilihat pada peta di bawah ini.
Mereka bahkan menggantungkan hidupnya
terhadap industri karena mereka menganggap
keberadaan PIER dapat meningkatkan pendapatan
mereka sehingga mereka dapat mencukupi
kebutuhan hidupnya dengan lebih baik lagi.
Sikap warga tersebut ternyata tidak
permanen. Mereka berubah sikap seiring dengan
berjalannya waktu. Pada saat itu mereka hanya
Peta di atas menunjukkan bahwa kawasan 3. Kontribusi PIER Terhadap Masyarakat dan
industri PIER berada di 3 kecamatan, yaitu Pemerintah Daerah
Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil dan Keberadaan kawasan industri PIER ini
Kecamatan Kraton. Pembangunan kawasan ini menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakat
menyebabkan 16 petani belum termasuk tanah Kabupaten Pasuruan. Dampak PIER tersebut
milik desa, sudah dibeli oleh para investor seluas berupa perubahan fisik maupun non fisik. Dampak
500 ha dan dijadikan sebagai kawasan industri yang bersifat fisik misalnya perkembangan
sehingga terkena dampak langsung dari penduduk, pertumbuhan ekonomi dan
industrialisasi yang terjadi di kawasan Rembang perdagangan dan perkembangan sarana dan
ini. prasarana. Sementara dampak non fisik misalnya
Luas total pembebasan tanah kawasan perubahan budaya masyarakat sekitar tempat
industri Rembang Pasuruan (PIER) sampai tahun industri.
2005 sesuai petok D adalah 5.184.986,00 m2. Luas Faktor pendorong bagi penduduk desa untuk
tanah yang sudah atas Hak Pengolahan Lahan berbondong-bondong meninggalkan desa
(HPL) adalah 3.570.208,00 m2 dan yang belum disebabkan oleh banyak dibangunnya perumahan
ber-HPL termasuk tanah yang berada di luar dan kos-kosan di sekitar kawasan PIER.
kawasan adalah 1.407.012,00 m2. Luas tanah Peningkatan jumlah industri di kawasan industri
untuk penggunaan tanah industri termasuk tanah PIER, menyebabkan pemerintah berusaha
fasilitas umum adalah 1.569.015,78 m 2. Luas menambah pembangunan tempat tinggal seperti
tanah di luar kawasan adalah 28.036,85 m2. Tanah perumahan dan kos-kosan. Perpindahan
yang belum dibebaskan berada di Desa masyarakat tersebut juga disebabkan oleh
Curahdukuh terdiri dari 3 bidang dengan total luas berkurangnya lahan pertanian, seiring
35.922,00 m2. Beberapa bidang tanah di dalam bertambahnya penduduk.
kawasan yang belum ber-HPL antara lain berada Keberadaan kawasan industri tentu
di Desa Pandean, untuk saluran air hujan tersier berpengaruh terhadap lingkungan. Pengaruh
dan makam serta sebagian besar berada di Desa tersebut bisa berupa polusi udara, limbah, masalah
Curahdukuh.(Kawasan Industri Rembang (PIER), kesehatan dan alat-alat berbahaya. Namun lain
40). halnya dengan kondisi di daerah kawasan industri
Dunia industri pasca produksinya pasti PIER. Di kawasan PIER limbah ditangani dengan
baik. Limbah dari berbagai industri di kawasan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi
tersebut dikumpulkan dalam suatu tempat, kontribusi pembangunan industri terhadap kondisi
kemudian diolah untuk dijadikan pupuk atau yang sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar
lainnya.(Wawancara dengan Sudarto, 16 industri. Kontribusi pembangunan industri
Desember, 2013 di Pasuruan) terhadap aspek sosial ekonomi adalah adanya
Dampak adanya kawasan industri PIER ini diversifikasi mata pencaharian penduduk tidak
telah membuka banyak peluang kerja, diantaranya hnya menggantungkan pada sektor pertanian,
menjadi tukang ojek, membuka tempat reparasi tetapi bervariasi meliputi sektor industri dan
motor, membuka pertokoan dan kos-kosan. perdagangan. Kenyataan di lapangan
Kontribusi PIER termasuk sumbangan menunjukkan dengan adanya kawasan industri ini
terhadap Penghasilan Asli Daerah (PAD) telah membuka banyak peluang kerja bagi
Kabupaten Pasuruan. Pada tahun 1996 masyarakat Pasuruan, karena terbukanya
menunjukkan sebanyak 3.937.880.000, sedangkan kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi
tahun 2007 sebanyak 68.350.871.105 (BPS: 2007, masyarakat setempat maupun masyarakat
319) Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendatang. Kesempatan kerja tersebut tidak hanya
jumlah PAD dari tahun 1996 ke 2007 mengalami bekerja di kawasan industri, tetapi juga bisa
peningkatan yang cukup tinggi. Hal itu disebabkan dengan membuka warung dan menjadi tukang
oleh bertambahnya jumlah industri di kawasan ojek. Banyaknya jumlah pemakai kendaraan
PIER, sehingga menambah pendapatan daerah. bermotor maka hal itu memotivasi masyarakat
Peningkatan jumlah industri tersebut akan untuk membuka tempat reparasi seperti bengkel.
menarik beberapa investor untuk menanamkan Bengkel tersebut bisa menjadi sebuah lapangan
modalnya. Walaupun sumbangan terbesar bukan pekerjaan yang sangat mendukung bagi
dari kawasan PIER, tetapi PIER tetap menjadi perekonomian mereka. Tentu tidak hanya
bagian dari hasil pendapatan daerah Kabupaten pengendara sepeda motor yang bekerja di bidang
Pasuruan. industri saja yang mereparasikan motornya di
Adanya kawasan industri PIER sana, tetapi yang tidak bekerja di bidang industri
mengakibatkan ketiga kecamatan (Rembang, juga bisa mereparasikan sepeda motornya di sana,
Bangil dan Kraton) mengalami peningkatan maka pendapatan yang mereka dapatkan akan
jumlah penduduk jika dibandingkan dengan lebih besar lagi (Penelitian di lapangan 22
sebelum adanya kawasan PIER pada tahun 1991. Desember 2013).
Pada tahun tersebut jumlah penduduk dari masing- Pengaruh terhadap aspek sosial budaya
masing kecamatan adalah 65.970 menjadi 85.169 antara lain berkurangnya kekuatan mengikat nilai
pada tahun 2007 Kecamatan Bangil, 45.066 dan norma budaya yang ada karena masuknya
menjadi 57.878 pada tahun 2007 Kecamatan nilai dan norma budaya baru yang dibawa oleh
Rembang dan 60.341 menjadi 87.837 pada tahun masyarakat pendatang. Hal itu bisa dilihat pada
2007 Kecamatan Kraton (Kabupaten Pasuruan masyarakat sekitar kawasan industri PIER yang
Dalam Angka, 1991 dan 2007). mempunyai tradisi slametan dan rasa gotong
Dari studi lapangan diperoleh informasi royong (membangun rumah dengan menggunakan
hanya sedikit sekali pendatang yang bekerja di jasa orang atau bayar). Hal itu mulai terkikis
kawasan PIER bertempat tinggal di sekitar karena mereka mulai menyerap budaya
wilayah tersebut. Mereka justru banyak yang masyarakat industri yang lebih berpikir logis dan
tinggal di Pasuruan, Bangil dan Kraton. tidak percaya akan hal-hal mistis. Kontribusi lain
Pertimbangan fasilitas yang kurang memadai adanya kawasan ini adalah terciptanya
seperti transportasi dan fasilitas umum lainnya keanekaragaman kehidupan ekonomi dan
menjadi masalah bagi para pendatang terciptanya lapangan kerja baru yang dapat
Purwowibowo, 2004: 33) meningkatkan taraf hidup masyarakat. Misalnya
Pembangunan kawasan industri PIER ada yang bekerja sebagai penjual makanan,
sebagai bagian dari proses pembangunan nasional membuka pertokoan dan membuka kosa-kosan.
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah Keberadaan Pasuruan Industrial Estate
menyebabkan perubahan terhadap kehidupan Rembang (PIER) dan daerah-daerah industri baru
terlalu diprioritaskan, bahkan pada tahun 1991 Kawasan Industri Rembang (PIER) – Pasuruan.
tidak ditemukan data tentang keberadaan sekolah
SMK. Setelah adanya kawasan industri PIER, Lahan Industri di Rembang – Pasuruan (PIER).
sekolah SMK mulai diprioritaskan karena hal itu
untuk mencetak generasi siap kerja. Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Draft
Fakta&Analisa. Pasuruan: Badan
4. Kesimpulan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2004.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disimpulkan bahwa (1) Pembukaan PIER SIER, Industrial Estate. Surabaya: SIER.
merupakan kebijakan lebih lanjut dari
industrialisasi yang dilaksanakan di Kabupaten Skripsi, Laporan Penelitian
Pasuruan, (2) Pembukaan PIER ternyata tidak Purwowibowo dan Surya Kusuma, Maulana.
langsung bisa diterima oleh masyarakat sekitar Dampak Pengembangan Industri
lokasi pembukaan pusat industri tersebut. Hal itu Terhadap Keputusan Petani (Studi Kasus:
bisa dilihat dari adanya protes dari masyarakat Di Kawasan Pasuruan Industrial Estate
sekitar. Akan tetapi bagi pemerintah PIER dapat Rembang). Jember: Lemlit Universitas
meningkatkan income Pasuruan, (3) Keberadaan Jember. 2004.
PIER juga dapat dilihat dampaknya pada adanya
perkembangan kota. Hal ini bisa kita lihat dari Internet
bertambahnya jumlah penduduk Kabupaten Pasuruan Industrial Estate Rembang. [online]
Pasuruan khususnya di 3 kecamatan. Di ketiga dalam http://pier-
kecamatan terjadi penyempitan lahan pertanian pasuruan.blogspot.com/2011/02/visi-dan-
karena pembangunan perumahan-perumahan. misi_23.html., diunduh pada 19 Oktober
Dampaknya juga terasa dalam kondisi sosial 2012.
ekonomi masyarakat di ketiga kecamatan yang
menjadi kawasan industri, selain dampak Wawancara
lingkungan dan berubahnya tata ruang kota. Sudarto, 16 Desember 2013, Pasuruan.
Daftar Pustaka
Buku
Booth, Anne. The State and Economic
Development in Indonesia: The Ethical
and New Order Eras Compared. Mimeo,
1987.
Burger, D. H. Sociologisch-Economische
Geschiedenis van Indonesia II.
Amsterdam, 1975.
Terbitan Khusus.
Badan Pusat Statistik (BPS). Kabupaten
Pasuruan Dalam Angka 1991 Pasuruan:
BPS. 1992