Anda di halaman 1dari 3

Fatih Arief Hakim B Hazami

102322044
CE-DD

Tugas Kewarganegaraan:
Kajian Perundang Undangan Negara Republik Indonesia
Peraturan perundang undangan merupakan peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.Hal tersebut
dijelaskan pada UU No 12 Tahun 2011 dan pembaruan UU No 15 Tahun 2019.
Menurut buku Pengantar Ilmu Perundang-undangan oleh Ismail Hasani dan A. Gani
Abdullah, Robert Baldwin dan Martin Cave; menjelaskan mengenai fungsi Peraturan Perundang
Undangan, antara lain:

1. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;


2. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkungannya;
3. Membuka informasi bagi publik dan mendorong kesetaraan antar kelompok
(mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok marginal);
4. Mencegah kelangkaan sumber daya publik dari eksploitasi jangka pendek;
5. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan social;
6. Perluasan akses dan redistribusi sumber daya;
7. Memperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sektor ekonomi.
Peraturan perundang-undangan diwujudkan dalam bentuk tertulis, dibentuk,ditetapkan,
dan dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang di tingkat daerah hingga pusat.Peraturan
perundang-undangan bersifat mengikat secara umum dan menyeluruh dengan isi peraturan tentang
tingkah laku atau norma hukum.
Pasal 6 ayat (1) menentukan bahwa asas materi muatan peraturan perundang-undangan
adalah sebagai berikut: kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhineka tunggal
ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban kepastian hukum,
dan/atau keseimbangan, keserasian, dan kesejahteraan.
Di samping itu masih ada asas lain sesuai dengan bidang hukum yang diatur, misalnya
asas legalitas dalam hukum pidana, asas kebebasan berkontrak dalam hukum perdata. Aasas
hukum adalah penting untuk dapat melihat jalur “benang merah” dari sistem hukum positif yang
ditelusuri dan diteliti. Melaluai asas-asas tersebut dapat dicari apa yang menjadi tujuan umum
aturan tersebut.
Asas peraturan perundang-undangan sangat bermanfaat bagi penyiapan, penyusunan dan
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik. Asas tersebut berfungsi untuk memberi
pedoman dan bimbingan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.
Undang-undang berlaku surut atau sering disebut dengan dasar asas retroaktif yakni
pemberlakuan peraturan perundang-undangan lebih awal daripada saat pengundangannya.
Pemberlakuan peraturan perundang-undangan pada hakekatnya berlaku pada saat pengundangan,
dalam artian setiap norma yang terkandung dalam peraturan baik itu memerintahkan maupun
melarang atau jenis lainnya sudah berlaku mulai dari saat peraturan tersebut sudah diterapkan.

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka jenis Peraturan Perundang-undangan sesuai


urutan hierarki dari yang tertinggi adalah:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) ;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR) ;
3. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) ;
4. Peraturan Pemerintah (PP) ;
5. Peraturan Presiden (Perpres) ;
6. Peraturan Daerah (Perda) ;
7. Provinsi Peraturan Kabupaten atau Kota.

Pasal 87 UU 12/2011 menjelaskan bahwa suatu peraturan perundang-undangan mulai berlaku


dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.Apabila di dalam suatu peraturan dinyatakan
berlaku pada tanggal diundangkan, maka dalam hal ini peraturan tersebut mempunyai daya ikat
pada tanggal yang sama dengan tanggal pengundangannya.

Pemberlakuan undang undang berakhir jika:Jangka waktu berlaku yang ditetapkan dalam
undang undang sudah lampau,Hal atau keadaan di mana undang undang diadakan sudah tidak ada
lagi,Undang undang dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuatnya,Telah ada undang
undang baru yang isinya bertentangan dengan undang undang yang berlaku lebih dahulu.

Hierarki perundang-undangan di Indonesia berdasarkan dari konsep dasar Hans Kelsen,


pada dasarnya terdapat dua golongan norma dalam hukum, yakni norma yang bersifat inferior dan
norma yang bersifat superior. Terkait kedua norma tersebut, validitas dari norma yang lebih rendah
dapat diuji terhadap norma yang secara hierarkis berada di atasnya.

Undang-Undang Republik Indonesia dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Sesuai UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, ada sejumlah
tahap dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yakni perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan, penetapan, pengundangan.
Pembentukan peraturan daerah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
adalah pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Dalam pembentukan
peraturan daerah, ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu: (1) tahapan perencanaan; (2)
tahapan penyusunan; (3) tahapan pembahasan; (4) tahapan pengesahan atau penetapan, (5) tahapan
pengundangan, dan (6) tahapan penyebarluasan.Sebagai contohnya, peraturan daerah
diantaranya:Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Tata Ruang Wilayah Daerah; APBD; Rencana
Program Jangka; Menengah Daerah; Perangkat Daerah; Pemerintahan Desa; Pengaturan umum
lainnya.

Peraturan di semua provinsi Indonesia tidaklah selalu sama, karena setiap daerah memiliki
keberagaman atau ciri khas tertentu, salah satunya dalam hal sosial budaya atau dapat disimpulkan
bahwa Peraturan disetiap daerah berbeda-beda, karena tiap-tiap daerah memiliki kondisi sosial
yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai