DosenPengampu:
Ahmad Shirotol, S.H.,M.H
Disusun Oleh
ERLINA ( 2020050565 )
NOR LOLITA MS ( 202005062 )
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sellingga kamidapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS)” ini tepat pada waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah
“ARBITRASE & ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION” Bapak “AHMAD
SHIROTOL S.H.,M.H ” Yang Telah Memberikan Kesempatan Kepada Kami Untuk
Membahas Meteri ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
BAB III......................................................................................................................................6
PENUTUP........................................................................................................................................6
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................6
B. SARAN....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi di mana ada pihak yang merasa
dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi
conflictofintemst. Pihak yang merasa dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasannya
kepada pihak kedua, apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak
pertama, selesailah konflik tersebut, sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan
perbedaan pendapat atau memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang
dinamakan sengketa.
Jika di dalam masyarakat terjadi sengketa yang tidak dapat diselesaikan dengan jalan
muswarah, maka pihak yang dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan melalui
lembaga pengadilan. Pihak ini disebut penggugat. Gugatan diajukan ke pengadilan yang
berwenang menyelesaikan sengketa tersebut (Sudikno Merto kusumo, 2010:84). Di
dalam perkara perdata di kenal adanya adagium "justice delay edisjutice denied" yang
artinya keadilan tidak dapat di sangkal dan di tunda.
Tetapi di dalam praktiknya proses perkara di pengadilan justru berjalan lambat dan
memakan waktu yang bertahun - tahun, sehingga terjadi pemborosan waktu (waste of
time) dan pemeriksaan bersifat formal (formalistic) dan tekhnis ( technically).
Adanya hak para pihak untuk tidak hadir seringkali di manfaatkan untuk mengulur -
ulur waktu. Dalam proses yang demikian akan berakibat pada mahalnya biaya yang harus
di keluarkan sehingga tercapainya peradilan yang sederhana,cepat dan berbiaya ringan
sangat sulit di capai. Hal lain yang terjadi di dalam proses litigasi adalah putusan menang
kalah ( win lose ), dimana perasaan menang kalah tidak akan memberikan kedamaian
salahsatu pihak dan justru dapat menimbulkan dendam dan konflik baru. Pada sisi lain
keterbatasan jumlah hakim dan menumpuknya perkara perdata di pengadilan juga
memberikan dampak pada lambatnya proses perkara perdata di pengadilan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang melatar belakangi Alternative Penyelesaian Sengketa (APS)?
2. Apa pengertian dari Alternative Penyelesaian Sengketa (APS)?
3. Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis Alternative Penyelesaian Sengketa
(APS)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. PENGERTIAN ALTERNATIVE PENYELESAIAN SENGKETA (APS)
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa diluar pengadilan dengan mempertimbangkan segala bentuk efisiensiya dan
untuk tujuan yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para pihak yang
bersengketa. Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa
diluar pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak
yang bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak ketiga yang
netral. Menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1 angka 10, alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
4
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses
penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa dengan suatu
situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau memberikan
kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal balik. Kesepakatan yang
telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk ditandatangani dan dilaksanakan
oleh para pihak.
Namun proses negosiasi dalam penyelesaian sengketa terdapat beberapa kelemahan.
Yang pertama ialah ketika kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak yang kuat
akan menekan pihak yang lemah. Yang kedua ialah proses berlangsungnya negosiasi
acap kali lambat dan bisa memakan waktu yang lama. Yang ketiga ialah ketika suatu
pihak terlalu keras dengan pendiriannya.
3) Mediasi
Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga (mediator) yang
dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para pihak yang berselisih
mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap permasalahan yang disengketakan.
Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan
melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga (mediator) yang bersikap netral dan
tidak berpihak kepada pihak-pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh
pihak-pihak yang bersengketa.
Mediator bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa tugas mediator
hanya membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalah dan tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Mediator berkedudukan
membantu para pihak agar dapat mencapai kesepakatan yang hanya dapat diputuskan
oleh para pihak yang bersengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa,
tetapi berkewajiban untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa. Mediator harus
mampu menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi
diantara pihak-pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling
menguntungkan.
4) Konsiliasi
Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan melalui seorang atau beberapa orang atau
badan (komisi konsiliasi) sebagai penegah yang disebut konsiliator dengan
mempertemukan atau memberi fasilitas kepada pihak-pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihannya secara damai. Konsiliator ikut serta secara aktif
memberikan solusi terhadap masalah yang diperselisihkan.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar
pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak yang
bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak ketiga yang netral.
Penyelesaian sengketa melalui ADR mempunyai keungulan-keunggulan
dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui litigasi, diantaranya ialah adanya
sifat kesukarelaan dalam proses karena tidak adanya unsur pemaksaan, prosedur yang
cepat, keputusannya bersifat non judicial, prosedur rahasia, fleksibilitas dalam
menentukan syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat waktu dan hemat biaya,
tingginya kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan dan pemeliharaan hubungan
kerja.
Dalam Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa adalah konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi.
B. SARAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan maka pemakalah memberikan saran-saran
sebagai berikut:
Makalah tentang Alternatif penyelesaian sengketa (APS) akan banyak memberikan
masukan dan ilmu pengetahuan aplikatif kepada pembaca dengan mempelajari studi
kasus di lapangan secara langsung.
Bagi pelaku ekonomi syariah makalah dapat memberikan khasanah pengetahuan dan
informasi bahwa penyelesaian sengketa ekonomi syariah melalui jalur non litigasi yaitu
dengan Alternatif penyelesaian sengketa (APS) masih berwenang dan memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai acuan untuk memilih tempat penyelesaian (choice of
forum) sesuai dengan akad.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-Dan-
Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html di akses 28/5/2023 jam 10.26
http://elearning.iainkediri.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=35906&lang=id# 28/5/2023 di
akses pada jam 10.26
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/
f3a5453d682ed652293ea714d7cbebb3.pdf Hal.19-21 diakses pada 28/5/2023 jam 10.26