Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MEMAHAMI HAK INGKAR DALAM PROSES PENGANGKATAN


ARBITER
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dosen Pengampu:

Dr. Suyikno, S.Ag., M.H

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Avita Ayu Anggraeni (05010121007)

Mohammad Farid Novian (05010121020)

Shafira Rahma Dewi (05010121036)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat, ridho, hidayah
serta inayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan
syafaatnya kelak di hari kiamat. Makalah yang kami susun tentang “Memahami Hak Ingkar dalam
Proses Pengangkatan Arbiter” untuk memenuhi tugas mata kuliah Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Adanya bantuan serta kerja sama dari teman-teman dan dari berbagai macam sumber
akhirnya makalah ini berhasil kami susun, meskipun jauh dari kata sempurna.
Kami sangat memperlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah
ini, terutama dosen pengampu mata kuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa, yaitu bapak Dr.
Suyikno, S.Ag., M.H. untuk memberi masukan yang membangun guna terciptanya kesempurnaan
pada makalah ini. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya dan khususnya terhadap kami sendiri.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, 1 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................2
A. Pengertian Hak Ingkar ............................................................................................2
B. Peraturan Hak Ingkar ...............................................................................................3
C. Alasan Pengajuan Hak Ingkar ..................................................................................4
D. Prosedur Pengajuan Hak Ingkar...............................................................................7
E. Penyusunan Draft Naskah Kesepahaman Pengajuan Hak Ingkar............................8
BAB III .............................................................................................................................. 11
PENUTUP.......................................................................................................................... 11
Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arbitrase adalah alat yang penting untuk menyelesaikan sengketa antara pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak atau perjanjian. Arbitrase memberikan alternatif yang lebih cepat dan efisien
daripada proses peradilan tradisional. Namun, untuk memastikan proses arbitrase berjalan dengan
adil dan sesuai dengan aturan yang berlaku, pemilihan arbitrer (orang yang akan memutuskan
sengketa) adalah langkah kunci. Hak ingkar membantu dalam menghindari konflik kepentingan
yang dapat merusak integritas proses arbitrase. Dalam beberapa kasus, arbitrer mungkin memiliki
hubungan atau kepentingan yang dapat mempengaruhi keputusan mereka. Dengan memahami hak
ingkar, pihak-pihak dapat memastikan bahwa mereka dapat menolak arbitrer yang terkait dengan
konflik kepentingan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang "hak ingkar" dalam proses pengangkatan arbitrer
sangat penting. Hak ingkar mengacu pada hak pihak yang terlibat dalam arbitrase untuk menolak
seorang arbitrer yang dianggap tidak independen atau tidak memenuhi syarat dalam menangani
sengketa tersebut. Hak ini mencerminkan prinsip dasar dalam arbitrase yang menuntut bahwa
arbitrer harus netral, adil, dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam masalah yang
dipersengketakan. Dengan demikian, memahami hak ingkar dalam proses pengangkatan arbitrer
adalah aspek krusial dalam menjaga integritas dan efektivitas dari sistem arbitrase
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hak Ingkar?
2. Bagaimana pengaturan dalam hak ingkar?
3. Apa alasan pengajuan hak ingkar?
4. Bagaimana prosedur pengajuan hak ingkar?
5. Bagaimana Penyusunan Draft Naskah Kesepahaman Pengajuan Hak Ingkar?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian hak ingkar
2. Mengetahui dan memahami pengaturan dalam hak ingkar
3. Mengetahui dan memahami pengajuan hak ingkar
4. Mengetahui dan memahami prosedur pengajuan hak ingkar
5. Mengetahui dan memahami Penyusunan Naskah Kesepahaman Pengajuan Hak Ingkar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Ingkar

Hak Ingkar adalah hak dari para pihak yang bersengketa untuk menolak salah satu atau
lebih arbiter yang berdasarkan bukti-bukti kuat terdapat alasan-alasan yang meragukan
obyektivitas dalam memberikan putusannya. Hak ingkar dapat dilakukan jika terbukti adanya
hubungan kekeluargaan, hubungan keuangan, hubungan pekerjaan. Seorang arbiter mempunyai
suatu hak untuk menolak atau menerima penunjukan terhadap dirinya untuk menyelesaikan
suatu sengketa. Hal ini sesuai dengan pasal 16 Undang-undang No. 30 Tahun 1999. mengenai
hak tersebut biasanya sering disebut dengan "hak ingkar. Hak ingkar sebenarnya bukanlah suatu
istilah baru dalam ilmu hukum. Hak ingkar sebelum berlakunya Undang-undang No.30 Tahun
1999 lebih dikenal dengan "verschoningrecht. Istilah hak ingkar dalam kamus hukum H.Van
Dertas diartikan sebagai berikut: Verschoning artinya permohonan untuk dibebaskannya dari
kewajiban hukum atau hak mengundurkan din. Sedangkan dalam kamus Imam Radjo Mulana
adalah "verschoningrecht van geturen adalah hal menolak untuk memberikan keterangan
sebagai ahli." Dalam perkembangannya, istilah hak ingkar banyak dipertentangkan dengan
isilah kewajiban ingkar Karena apa yang terkandung dalam verschoningrecht tersebut bukanlah
hak, melainkan merupakan suatu kewajiban yang harus dipikul.1

Hak ingkar sebenarnya bukanlah suatu istilah baru dalam ilmu hukum. Hak ingkar, dalam
banyak hal seringkali dikaitkan dengan istilah verschoningsrecht dalam bahasa Belanda.
Banyak pihak yang menyatakan bahwa, dalam beberapa hal yang cukup esensial, khususnya
yang berhubungan dengan “rahasia jabatan”, apa yang sebenarnya pengertian dikandung
Verschoningsrecht dalam tersebut bukanlah suatu hak, melainkan merupakan suatu kewajiban
yang harus dipikul oleh mereka yang oleh undang-undang diberikan hak ingkar.2

Dalam literatur hukum (Belanda) yang masih berlaku sampai saat ini di Indonesia, istilah
Verschoningsrecht, diatur dalam ketentuan pasal 1909 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

1
Fitria Kusuma Wardani, “Kewenangan Pengadilan Mengadili Tuntutan Hak Ingkar Terhadap Arbiter,” n.d., 18.
2
Van Dertas, dikutip dari tesis Moch. Syamsudin, Hak Ingkar Notaris, tahun 2003.:15

2
pasal 146 dan pasal 277 Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB = HIR), yang merupakan
ketentuan ketentuan dan aturan-aturan hukum yang berlaku dalam hukum acara perdata.

Ketiga ketentuan hukum tersebut mengatur mengenai “hak ingkar” yang diberikan oleh
undang-undang kepada orang-orang tertentu, yang dapat dipergunakan olehnya untuk
mengundurkan diri sebagai saksi dalam suatu perkara perdata tertentu. Disebut dengan hak
ingkar karena pada dasarnya hak tersebut merupakan pengecualian (atau pengingkaran) dari
suatu kewajiban yang dibebankan oleh undang-undang.3

Landasan hak ingkar adalah jabatan-jabatan kepercayaan yang terletak pada kepentingan
para pihak yang bersengketa. Agar apabila seseorang berada dalam suatu masalah maka dapat
meminta bantuan kepada seseorang yang telah mereka percaya untuk dapat membantu
menyelesaikan masalah mereka. Dan para pihak yang bersengketa mempunyai keyakinan
bahwa dengan mendapat nasehat dari pihak yang terpercaya tersebut sengketanya dapat
terselesaikan tanpa merugikan dirinya maupun pihak lainnya.

B. Pengaturan Hak Ingkar

Seorang atau lebih arbiter yang ditunjuk oleh para pihak atau diangkat oleh Ketua
Pengadilan Negeri wajib memutuskan apakah arbiter yang bersangkutan akan menerima atau
menolak penunjukan atau pengangkatan tersebut, dengan cara memberitahukannya secara
tertulis kepada para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
tanggal penunjukan atau pengangkatan.

Pengingkaran Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 menentukan bahwa setiap


calon arbiter yang diminta oleh salah satu pihak untuk duduk dalam majelis arbitrase, sebelum
menerima atau menolak penunjukan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau para pihak
terhadap dirinya, diwajibkan untuk memberitahukan kepada para pihak tentang adanya hal-hal
atau peristiwa-peristiwa yang mungkin akan mempengaruhi kebebasannya dalam mengambil
keputusan, atau menimbulkan keberpihakan atas putusan yang akan diberikan. Ketentuan

3
Hartarto Mokoginta, “Penyelesaian Sengketa Perdata Di Luar Pengadilan Melalui Arbitrase,” Lex Privatum, 1 (March
2013): 8.

3
menngenai hak ingkar oleh arbiter diatur dalam Bagian Ketiga yang dimulai dari pasal 22
sampai dengan pasal 26 Undang-undang No. 30 Tahun 1999. 4

Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan mengenai makna
dari hak ingkar maupun tuntutan ingkar. Pasal 22 yang merupakan pasal pertama dalam
Undang-undang No. 30 Tahun 1999 yang mengatur mengenai hak ingkar. Dalam pasal 22 yang
terdiri dari 2 ayat tersebut, Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tidak menyebutkan perkataan
hak ingkar, melainkan tuntutan ingkar. Adapun rumusan dari ketentuan pasal 22 adalah sebagai
berikut :

a. Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan dan bukti
otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara
bebas dan akan berpihak dalam mengambil keputusan.
b. Tuntutan ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula dilaksanakan apabila terbukti adanya : -
Hubungan kekeluargaan; - Hubungan keuangan; atau - Hubungan pekerjaan dengan salah
satu pihak atau kuasanya. 5
Pasal 23 Undang-undang No. 30 Tahun 1999 mengatur, hak ingkar terhadap arbiter yang
diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri diajukan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan;
selanjutnya hak ingkar terhadap arbiter tunggal diajukan kepada arbiter yang bersangkutan; dan
hak ingkar terhadap anggota majelis arbitrase diajukan kepada majelis arbitrase yang
bersangkutan. 6

Bagi arbiter yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkar
berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak ingkarnya setelah
pengangkatan arbiter yang bersangkutan; sedangkan arbiter yang diangkat dengan penetapan
pengadilan, hanya dapat diingar berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya
penerimaan penetapan pengadilan tersebut.7

C. Alasan Pengajuan Hak Ingkar

4
Hartarto Mokoginta, 9.
5
Kamus Iman Radjo Mulana,dikutip dari tesis Moch. Syamsudin, Hak Ingkar Notaris, tahun 2003.
6
Pasal 23 Undang-undang No. 30 Tahun 1999
7
Hartarto Mokoginta, “Penyelesaian Sengketa Perdata Di Luar Pengadilan Melalui Arbitrase,” 10.

4
Dengan terjadinya perjanjian perdata antara para pihak yang bersengketa dengan arbiter
maka melahirkan adanya kewajiban bagi arbiter untuk memutuskan perbedaan pendapat,
perselisihan atau sengketa yang terjadi secara jujur, adil dan tidak memihak salah salah satu pihak.
Untuk itu arbiter diwajibkan untuk memberitahukan kepada para pihak mengenai hal-hal atau
peristiwa-peristiwa yang mungkin mempengaruhi kebebasannya dalam mengambil keputusan atau
akan menimbulkan keberpihakkan kepada salah satu pihak yang bersengketa. Arbiter yang
imparsialitasnya diragukan oleh para pihak akan menumbuhkan rasa kurangnya penghargaan
terhadap proses maupun putusan arbitrase. Untuk keperluan tersebut, maka Undang-undang No.30
Tahun 1999 menentukan bahwa setiap calon arbiter yang diminta oleh salah satu pihak untuk
duduk dalam majelis arbitrase, sebelum menerima atau menolak penunjukkan yang dilakukan oleh
salah satu atau para pihak terhadap dirinya, diwajibkan untuk memberitahukan kepada para pihak
tentang adanya hal-hal atau peristiwa yang mungkin akan mempengaruhi kebebasannya dalam
mengambil keputusan atau menimbulkan keberpihakkan, sehingga jika para pihak dikemudian
hari menemukan bukti adanya keberpihakkan arbitor tersebut dapat mengajukan hak ingkar
terhadap arbiter tersebut. Jadi yang dimaksud dengan hak Ingkar adalah hak dari para pihak yang
bersengketa untuk menolak salah satu atau lebih arbiter yang berdasarkan bukti-bukti kuat terdapat
alasan-alasan yang meragukan obyektivitas dalam memberikan putusannya.8
Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 hak ingkar diatur dalam pasal 22 ayat (1) yang
menyatakan bahwa,
“Terhadap arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup bukti otentik yang
menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan
berpihak dalam mengambil keputusan”
Ketentuan tersebut untuk menjamin agar arbiter tersebut harus benar-benar mampu
bersikap professional, imparsial, obyektif dan independent dalam pengambil keputusan. Alasan
yang dapat diajukan hak ingkar terhadap salah satu atau lebih para arbiter adalah karena ada
keraguan bahwa arbiter tersebut tidak akan dapat mengambil putusannya secara obyektif.
Ketentuan tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa arbiter yang bersangkutan benar-
benar mampu bersikap professional, imparsial, obyektif, dan independen dalam pengambilan
keputusan. Dalam ketentuan pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tidak
memberikan keterangan yang lebih jelas mengenai pengertian hubungan keluarga, keuangan dan

8
Munir Fuady, Arbitarase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), 135.

5
pekerjaan yang menjadi alasan pengajuan hak ingkar. Untuk memahaminya tidak ada jalan lain
kecuali melakukan interprestasi sistimatis, yaitu mengkaitkan dengan ketentuan yang lainnya.
Menurut pasal 290 KUHPerdata menerangkan bahwa, kekeluargaan sedarah adalah suatu pertalian
keluarga antara mereka, yang mana yang satu adalah keturunan yang lain atau semua mempunyai
nenek moyang yang sama. Jadi seorang arbiter yang mempunyai hubungan keluarga dengan salah
satu pihak maka arbiter tersebut tidak dapat melakukan tugasnya sebagai seorang arbiter karena
hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pemeriksaan dan putusan arbitrase. Sedangkan
mengenai hubungan keuangan dan hubungan pekerjaan antara para pihak dengan arbiter
dimaksudkan agar arbiter yang bersangkutan tidak berada dalam situasi yang dilematis, sehingga
hubungan antara para pihak dengan arbiter tersebut tetap terjalin tanpa ada saling memusuhi.
Selain itu menurut Van Bommelan, ada 3 alasan dasar untuk dapat menuntut penggunaan hak
ingkar, yaitu:
1. hubungan keluarga yang sangat dekat
2. bahaya dikenakan hukuman pidana
3. kedudukan, pekerjaan dan rahasia jabatan
Pengajuan hak ingkar yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa harus didasarkan
pada bukti otentik. Tidak adanya bukti otentik tersebut maka pengajuan hak ingkar tersebut tidak
dapat diterima oleh arbiter. Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1999 tidak memberikan
penjelasan apa saja yang termasuk dalam bukti otentik, menurut pasal 1866 KUHPerdata jo Pasal
164 HIR menyebutkan bahwa yang termasuk alat bukti sah adalah
1. Tulisan.
2. Keterangan saksi.
3. Persangkaan.
4. Pengakuan.
5. Sumpah.
Dari kelima alat bukti sah tersebut yang memiliki kualifikasi sebagai alat bukti otentik
adalah tulisan, menurut pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan bahwa, suatu akta otentik adalah
suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuatnya." Pengajuan
hak ingkar berdasarkan akta otentik tersebut bertujuan agar tuntutan tersebut dilandasi oleh alasan

6
serta bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan pengajuan hak ingkar tersebut
tidak asal-asalan.
D. Prosedur Pengajuan Hak Ingkar
Prosedur pengajuan hak ingkar itu sendiri dapat diajukan sesuai dengan oleh siapa arbiter
tersebut dipilih dan diangkat. Jika arbite tersebut diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri, maka
hak ingkar dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang telah mengangkat arbiter
tersebut. Sedangkan jika arbiter tersebut merupakan arbiter tunggal, dalam arti bahwa hanya satu
arbiter yang menyelesaikan sengketa yang bersangkutan, maka hak ingkar diajukan langsung
kepada arbiter yang bersangkutan. Hak ingkar dapat dilakukan jika terbukti adanya:9
1. Hubungan kekeluargaan.
2. Hubungan keuangan.
3. Hubungan pekerjaan.
Pengajuan hak ingkar menurut Undang-Undang No 30 Tahun 1999 mensyaratkan agar suatu hak
ingkar diajukan dengan cara-cara sebagai berikut:10
a. Harus diajukan secara tertulis.
b. Diajukan baik terhadap pihak lawan maupun terhadap pihak arbiter yang bersangkutan.
c. Diajukan haruslah dengan menyebuutkan alasan tuntutan hak ingkar tersebut.
Jika hak ingkar tersebut diterima oleh pihak lawan dan menyetujuinya maka arbiter yang
bersangkutan mengundurkan diri dan akan diganti dengan arbiter yang baru. Lain jika hak ingkar
tersebut tidak disetujui oleh pihak lain maka baru menjadi masalah. Maka dalam hal ini berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1. Arbiter yang bersangkutan haruslah mengundurkan diri dan akan diganti oleh arbiter lain
menurut cara-cara yang ditentukan dalam Undang-undang Arbitrase.
2. Apabila arbiter yang bersangkutan tidak mengundurkan diri, maka pihak yang berkepentingan
dapat mengajukan keberatan kepada Ketua Pengadilan Negeri, dimana putusan Ketua Pengadilan
Negeri tersebut bersifat final dan mengikat tanpa ada upaya perlawanan lagi.

9
FITRIA KUSUMA WARDANI,S.H., “Kewenangan Pengadilan Mengadili Tuntutan Hak Ingkar Terhadap Arbiter,” ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga, November 20, 2006, 13.
10
FITRIA KUSUMA WARDANI,S.H., 50–51.

7
3. Dalam hal putusan Ketua Pengadilan Negeri menerima tuntutan ingkar tersebut, maka seorang
arbiter pengganti harus ditunjuk menurut cara- cara yng berlaku terhadap arbiter yang
digantikannya.
4. Dalam hal putusan Ketua Pengadilan Negeri tersebut menolak tuntutan ingkar tersebut maka
arbiter tersebut tetap dapat terus melanjutkan tugasnya sebagai arbiter.
E. Menyusun Draft Naskah Kesepahaman Pengajuan Hak Ingkar
Nota Kesepahaman secara umum memiliki bagan atau anatomi yang terdiri atas sebagai berikut:11
1. Judul Nota Kesepahaman
Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang ditentukan akan dapat diketahui para
pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut, antara siapa dengan siapa, serta sifat Nota Kesepahaman
itu, apakah nasional atau internasional. Rumusan kalimat yang dipergunakan untuk menuliskan
judul tidak sama antara Nota Kesepahaman yang satu dengan Nota Kesepahaman yang lainnya.
Judul hendaknya menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan mencerminkan apa yang menjadi
kehendak para pihak.
Secara struktur, judul memuat instansi para pihak, nomor, tahun, dan nama Nota
Kesepahaman serta judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin
tanpa diakhiri tanda baca. Nota Kesepahaan dapat menggunakan logo instansi yang diletakkan di
kiri dan kanan atas halaman judul. logo Pihak Pertama terletak di sebelah kiri dan logo Pihak
Kedua di sebelah kanan.
2. Pembukaan Nota Kesepahaman
Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota Kesepahaman.
Pembukaan terdiri dari:
a. Pencantuman hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat penandatanganan saat terjadinya Nota
Kesepahaman dibuat.
b. Jabatan para pihak
- Menggambarkan kedudukan dan kewenangan bertindak atas nama instansi.
- Para pihak disebut PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang merupakan wakil dari masing-
masing instansi. Para pihak dapat orang perorangan, dapat pula badan hukum baik badan hukum

11
“Situs Resmi BPKP 2023,” accessed October 29, 2023, https://www.bpkp.go.id/sesma/konten/320/penyusunan-
memorandum-of-.

8
privat maupun badan hukum publik. Mereka yang menjadi pihak tersebut, mereka pula yang
membuat dan menandatangani Nota Kesepahaman.
c. Konsiderans atau pertimbangan
- Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang
dan alasan pembuatan Nota Kesepahaman.
- Konsiderans diawali dengan kalimat "Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut ".
- Tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu kesatuan
pengertian.
- Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan dirumuskan dalam satu kalimat yang
utuh, diawali dengan kata "bahwa" dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
3. Substansi Nota Kesepahaman
Para pihak yang bermaksud mengadakan Nota Kesepahaman memiliki kewenangan untuk
bersama-sama menentukan apa yang akan menjadi isi Nota Kesepahaman. Isi Nota Kesepahaman
menggambarkan apa yang dikehendaki oleh mereka atau kedua belah pihak. Dalam praktek,
perumusan isi Nota Kesepahaman ada yang singkat, ada pula yang lengkap, tergantung pada para
pihak, mana yang mereka kehendaki. Dari kedua pola tersebut yang lebih banyak digunakan adalah
rumusan secara singkat. Perumusan secara lebih terperinci atau panjang lebar diwujudkan dalam
isi kontrak. Pada umumnya substansi Nota Kesepahaman memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Maksud atau Tujuan
Maksud atau tujuan mencerminkan kehendak para pihak untuk melakukan kegiatan yang
saling menguntungkan.
b. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan memuat gambaran umum tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
c. Realisasi Kegiatan
Realisasi kegiatan merupakan pelaksanaan dan rincian kegiatan dari Nota Kesepahaman.
d. Jangka Waktu
Jangka waktu menunjukkan masa berlakunya Nota Kesepahaman dan jangka waktu dapat
diperpanjang atas kesepakatan para pihak.
e. Biaya Penyelenggaraan Kegiatan

9
Biaya merupakan beban yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan. Biaya
dapat dibebankan kepada salah satu pihak atau kedua belah pihak atau sumber pembiayaan lainnya
yang sah sesuai dengan kesepakatan.
f. Aturan Peralihan
Aturan Peralihan memuat perubahan yang mungkin terjadi, yang hanya dapat dilakukan
atas persetujuan kedua belah pihak.
4. Penutup Nota Kesepahaman
Bagian ini merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman dan dirumuskan dengan
kalimat yang sederhana.
5. Bagian tanda tangan para pihak
Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para pihak
membubuhkan tanda tangan dan nama terang. Pada bagian tanda tangan terdiri dari:
a. Keabsahan Nota Kesepahaman atau Nota Kesepakatan
Keabsahan Nota Kesepahaman menunjukkan agar Nota Kesepahaman memenuhi syarat
hukum yaitu harus dibubuhi dan ditandatangani para pihak di atas materai yang cukup.
b. Penandatangan Nota Kesepahaman
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang ditulis dengan huruf kapital Posisi PIHAK
PERTAMA di bagian kiri bawah sedangkan posisi PIHAK KEDUA di bagian kanan bawah dari
naskah.

10
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapatlah disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:

1. "Hak Ingkar" merupakan hak dari para pihak yang bersengketa untuk menolak salah satu
atau lebih dari arbiter yang berdasarkan bukti-bukti yang kuat terdapat alasan-alasan yang
akan meragukan obyektivitas arbiter dalam memberikan keputusannya. Hak ingkar dapat
dilakukan jika terbukti adanya:
a. hubungan kekeluargaan.
b. hubungan keuangan.
c. hubungan pekerjaan.
Prosedur pengajuan hak ingkar itu sendiri dapat diajukan sesuai dengan oleh siapa arbiter
tersebut dipilih dan diangiat. Jika arbiter tersebut diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri, maka
hak ingkar dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang telah mengangkat arbiter
tersebut. Sedangkan jika arbiter tersebut merupakan arbiter tunggal, dalam arti bahwa hanya
satu arbiter yang menyelesaikan sengketa yang bersangkutan, maka hak ingkar diajukan
langsung kepada arbiter yang bersangkutan.

2. Pasal 3 dan pasal 11 ayat (1) dan (2) ditegaskan bahwa pengadilan tidak berwenang dan
tidak melakukan campur tangan dalam penyelesaian sengketa melalui arbitrase, kecuali
dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan oleh Undang-undang. Perkecualian yang
dimungkinkan menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 diantaranya adalah
A. Dalam hal para pihak tidak mencapai kesepakatan mengenai pemilihan atau
pengangkatan arbiter maka Ketua Pengadilan Negeri berhak untuk memilih arbiter
tersebut. ( Pasal 13 ayat (1)).
B. Mengadili tuntutan ingkar terhadap arbiter yang diangakat oleh Ketua Pengadilan
Negeri. (Pasal 23 ayat (1)).
Kewenangan dan campur tangan pengadilan hanya terbatas pada perkara-perkara tertentu
saja.

11
DAFTAR PUSTAKA

FITRIA KUSUMA WARDANI,S.H. “Kewenangan Pengadilan Mengadili Tuntutan Hak Ingkar


Terhadap Arbiter.” ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga, November 20, 2006.
Fuady, Munir. Arbitarase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa). Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003.
Hartarto Mokoginta. “Penyelesaian Sengketa Perdata Di Luar Pengadilan Melalui Arbitrase,” Lex
Privatum, 1 (March 2013).
“Situs Resmi BPKP 2023.” Accessed October 29, 2023.
https://www.bpkp.go.id/sesma/konten/320/penyusunan-memorandum-of-.
Wardani, Fitria Kusuma. “Kewenangan Pengadilan Mengadili Tuntutan Hak Ingkar Terhadap
Arbiter,” n.d.
Kamus Iman Radjo Mulana,dikutip dari tesis Moch. Syamsudin, Hak Ingkar Notaris, tahun 2003.
Pasal 23 Undang-undang No. 30 Tahun 1999

Van Dertas, dikutip dari tesis Moch. Syamsudin, Hak Ingkar Notaris, tahun 2003.:15

12

Anda mungkin juga menyukai