F0313062
Kelas B
KASUS POSISI
Perselisihan
terjadi
antara
Pemerintah RI dengan
Newmont
terkait
divestasi
saham
perusahaan. PT. NNT
mengoperasikan daerah
tambang emas terbesar
kedua di Indonesia. Setiap tahunnya Newmont membayar pajak dan
royalti tambang kepada pemerintah RI yang nilainya triliunan rupiah.
Akuisisi 7% saham Newmont oleh pemerintah RI yang baru saja
dilakukan beberapa minggu lalu menghabiskan biaya 2,7 triliun rupiah
sehingga nilai perusahaan diperkirakan hampir 40 triliun rupiah.
Dengan nilai aset dan pendapatan yang demikian tinggi, wajar bila
saham Newmont menjadi incaran para pebisnis di bidang tambang.
Salah satu grup bisnis Tambang yang sangat menginginkan dan telah
memiliki saham Newmont adalah PT. Bumi Resources,Tbk milik Grup
Bakrie yang dikenal dengan tambang batu bara besarnya di
Kalimantan.
Sesuai Kontrak Karya tahun 1986 yang ditandatangani
Pemerintah RI dan PT. NNT, ada kesepakatan untuk mendivestasikan
mayoritas saham Newmont kepada bangsa Indonesia (dalam kontrak
disebut sebagai Indonesian Participant) setelah 5 tahun masa operasi
tambang. Divestasi direncanakan bertahap dan dilakukan selama 5
SUBYEK HUKUM
TUNTUTAN PENGGUGAT
IDENTIFIKASI MASALAH
LANDASAN TEORI
[2]
Teori Intuisionisme Rawls berpendapat bahwa teori ini dapat
membantu kita dalam proses problem keadilan. Pedekata intuitif bisa
terjadi sangat problematis terutama pada peragamnya sudut pandang
yang bisa diterapkan pada berbagai macam sudut masalah khususnya
pada suatu masalah. Kususnya masalah keadilan dan pasti bukan jalan
keluar yang memadai.
Keadilan pada konteksnya adalah ukuran yang kita pakai dalam
memberikan perlakuan terhadap obyek diluar diri kita. Persoalan
keadilan merupakan masalah yang cukup rumit dan kompleks sebab
menyangkut hubungan pada manusia atau antar manusia dari dari
segala kehidupannya.[3]
Pada Arbtirase pilihan pada forum arbitrase sebagai fenomena
penyelesaian sengketa ialah seperti Alternatif penyelesaian sengketa
(APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR) karena arbitrase pada
dasarnya tergolong kelompok Adjudicatory methods of settlement atau
adjudication yang terdiri dari dua prototype yakni litigasi di pengadilan
dan arbitrase. Sedangkan metode ADR termasuk dalam kelompok nonadjudicatory methods of settlement yang meliputi mediasi konsoliasi
tapi berbeda dengan arbitrase pada arbitrase putusan mengikat final
tapi pada konsoliasi dan mediasi putusan tidak dapat menghasilkan
putusan yang mengikat yang dapat di laksananakan. [4]
Klausul arbitrase ada stabdar-standanya misalkan klausul arbitrase
ICSIDbentuk standar dari yang sederhanan dari Arbitrase.bentuk
standar pada arbitrase ini menunjuk pda arbitrase ICSID dapat di
modofikasi menurut ke inginan para pihak.[5] Pada standart klausula
Arbitrase menurut UNCITRAL (United Nations Commission On
International Trade Law). Dan di kenal dengan Standart klaususulan
menurut menurut ICC. Sedangkan standart klausull menurut ketentuan
nasional di lingkup nasional di Indonesia di kenal dengan forum
Arbitrase BANI.[6]
Dalam menyelesaikan hukum yang di pakai pada Arbitrase
pertama-tama hukum yang di pilih oleh para pihak yang bersengketa
sebagaimana yang bedasarkan perjanjian kontrak/ dokumen kontrak.
Apabila tidak ada hukum yang tegas di pilih oleh para pihak maka
hukum yang di berlakukan adalah hukum yang di buat para pihak yang
telah di perjanjikan di buat atau hal-hal yang lain memberikan petunjuk
pada hukum yang di pakai.
Persyaratan mengenai kasus-kasus khusus untuk pengadilan
menurut Undang-Undang No 30 Tahun 1999 di undangkan sebagai
ANALISIS
Penyelesaian
Sengketa
Divestasi
Saham antara
Pemerintah
Republik
Indonesia
dengan PT
Newmont Nusa Tenggara dikaji dari UU Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase.
Di zaman sekarang ini, dalam menyelesaikan sengketa, para pihak
dihadap banyak sekali pilihan. Tidak hanya melalui pengadilan, mereka
juga bisa menyelesaikan sengketanya di luar pengadilan atau sering
disebut dengan model Alternative Dispute Resolution (Alternatif
Penyelesaian Sengketa), yang salah satunya termasuk Arbitrase.
Masing-masing media penyelesaian sengketa mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Hal tersebut tergantung pada pada beberapa faktor
misalnya jenis dan sifat transaksi; strategi masing-masing pihak
yang bertransaksi dan pelaksanaannya.
Seperti halnya dalam kasus di atas yaitu perselisihan sengketa
antara Pemerintah RI Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara.
Kedua belah pihak dalam menyelesaikan sengketanya memilih
Arbitrase
sebagai
tempat
mencari
penyelesaian
sengketa.
Pemerintah Indonesia mempermasalahkan kelalaian PT Newmont yang
gagal melaksanakan kewajiban divestasi dan menyatakan bahwa
dapat diakhirinya kontrak karya. Pada Pasal 24 ayat 3 Kontrak karya
antara Pemerintah RI dan PT NNT menyatakan bahwa pemegang
saham asing PT NNT diwajibkan menawarkan saham asing PT NNT
sehingga pada tahun 2010 minimal 51% saham PT NNT akan beralih ke
Pemerintah RI atau peserta Indonesia lainnya. Saat ini 80% saham PT
NNT yang mengeksplitasi tambang tembaga dan emas di Batu Hijau,
Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dikuasai Nusa
Tenggara Partnership (Newmont 45% dan Sumitono 35%). Sisa 20%
dimiliki PT Pukuafu Indah.
Kasus sengketa antara Pemerintah RI versus PT Newmont NNT
terkait dengan tuduhan wan prestasi (cidera janji) yang dilakukan oleh
perusahaan tambang berbasis Amerika Serikat tersebut
telah
melewati sebuah pergulatan hebat di forum arbitrase internasional,
akhirnya putusan arbitrase international memutus PT Newmont NNT
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gary Goodpaster, felix, fatma jatim. Tinjauan Terhadap Arbitrase
Dagang secara umum dan Arbitrase Dagang di Indonesia. Ghalia
Indonesia. Jakarta.1995.
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002
Huala
Adolf.
Arbitrase
Komersial
Internasional.
Raja
Grafindo
Persad.Jakarta. 2005.
Munir Fuady, Arbitrase Internasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa
Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000
Priyatna Abdurrasyid. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Fikahati Aneska. JAkarta. 2002.
Satjipto Rahartdjo. Ilmu Hukum, Alumni. Bandung. 1996.
Sajtjipto Rahardjo. Hukum Masyarakat dan Pembangunan. Alumni.
Bandung 1989.
Sofyan Mukhtar. Mekanisme Alternatif Bagi Penyelesaian Sengketa
Perdata Dagang. Varia peradilan No 48.1999.
Sudargo Gautama. Kontrak Dagang Internasional. Alumni Bandung.
1976.
Yahya Harahap, Arbitrase, Sinar Grafika, Jakarta, 2006
Sumber dari Peraturan Perundang-Undangan
Undang Undang No 30 Tahun 1999 Tentang Arbitase.
Keppres Nomor 43 Tahun 1981 tentang Pengesahan Konvensi New York
1958.
Perma nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan
Arbitrase Asing.
Konvensi New York Tahun 1958
Internasional,Raja
Grafindo